Você está na página 1de 2

Astringensia Pada percobaan penggunaan astringensia yaitu Tannin 5% yang diteteskan pada permukaan ujung lidah selama 2 menit

kemudian dicuci dengan air didapatkan hasil yaitu permukaan mukosa lidah menjadi kasat, pahit dan warna permukaan mukosa lidah berubah menjadi lebih merah muda. Hal ini dapat terjadi karena tannin merupakan zat hasil oksidasi senyawa polifenol juga dikenal sebagai zat samak sehingga menjadi kasat. Selain itu Tannin berperan sebagai astringensia yang dapat mempresipitasikan protein karena mempunyai afinitas yang tinggi terhadap molekul protein untuk membentuk kompleks enzim-substrat. Senyawa tannin juga dapat membentuk larutan garam yang tidak larut dengan logam berat alkaloid dan glikosida sehingga dapat menurunkan efek toksisitasnya (Booth dan McDonald 1982). Beberapa tanaman yang mengandung tannin adalah tanaman mahkota dewa, jati Belanda, teh , awar-awar, dan belimbing wuluh. Manfaat dari Tannin bila dalam konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan pada konsentrasi tinggi tannin bekerja sebagai antimikroba dengan cara mengkoagulasi atau menggumpalkan protoplasma kuman karena terbentuk ikatan yang stabil dengan protein kuman (Arts et al 2002). Tanin dapat bermanfaat sebagai antihelmintik dan antimikroba. Sebagai antihelmintik, tanin terbukti mengurangi jumlah telur parasit yang tampak dari sekresi di faeces. Efek antimikroba didapatkan karena tanin dapat menyebabkan terbentuknya lapisan pelindung dari koagulasi protein pada mukosa intestinal, sehingga melindungi vili dari kolonisasi mikroba (Lestari 2009). Asupan tanin yang berlebihan dapat mengakibatkan insomnia, pening atau mual, jantung berdebar dan satu cangkir teh setelah makan akan mengakibatkan dispepsia (Rehman et al 2002). Tanin dalam dosis tinggi dapat menimbulkan efek samping hingga toksik. Bila melewati membran mukosa usus, tanin akan bereaksi dan berikatan dengan protein pada mukus dan sel epitel mukosa. Membran mukosa akan mengikat lebih kuat dan menjadi kurang permeabel. Dosis tinggi dari tanin dapat menimbulkan efek tersebut berlebih, sehingga mengakibatkan iritasi pada membran mukosa usus. Komponen dari kondensasi tanin juga dapat merusak mukosa traktus gastrointestinal, serta mengurangi absorpsi zat-zat makanan dan beberapa asam amino esensial terutama methionin dan lysine. Tanaman herbal dengan kandungan tanin yang tinggi sebaiknya tidak diberikan pada kondisi inflamasi atau ulserasi traktus gastrointestinal (Lestari 2009). Arts MTJT, Haenen GRMM, Wilms LC, Beetsra SAJN, Heijnen CGM, Voos H, Bast A. 2002. Interactions between flovonoid and proteins : Effects on the total antioxidant capacity. J Agric Food Chem 50 Booth NH, McDonald LE. 1982. Veterinary Pharmacology and Therapeutics. Ed ke-5. Ames: Iowa State University Press. Lestari N. 2009. Uji toksisitas akut ekstrak valerian (Valeriana officinalis) terhadap gastrointestinal mencit BalB/C. [Skripsi]. Semarang: Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro.

Rehman S, Almas K, Shahzadi N, Bhatti N, Saleem A . 2002. Effect of time and temperature on infution of tannin from comercial brands of tea. Int J AgrBiol, 4(2): 285-287.

Você também pode gostar