Você está na página 1de 4

I) Arti penting Timur Tengah Timur Tengah adalah kelompok negara Arab dan non Arab yang terletak

di kawasan Teluk Persia, Laut Merah, dan Laut Merah. Negara tersebut adalah: Irak, Yordania, Suriah, Arab Saudi, Bahrain, Oman, Tunisia, Turki, Uni Emirat Arab, Mauritania, Mesir, Qatar, Libia, Aljazair, Iran, Maroko, Kuwait, Somalia, Djibouti, Yaman, Libanon, Israel dan Palestina, Siprus, Sudan. Dari segi geografis, kawasan Timur Tengah adalah kawasan yang sangat strategis, yaitu menghubungkan tiga benua yakni: Asia, Afrika, Eropa. Dengan demikian juga menguasai lalu lintas pelayaran dari ketiga benua tersebut. Dari segi ekonomi, kawasan Timur Tengah memiliki kekayaan yang sangat besar karena dua pertiga cadangan minyak dunia berada di Timur Tengah. Dengn minyak, mereka mampu mempengaruhi dan memperjuangkan aspirasi politik terhadap Negara industry di Eropa dan Amerika Serikat. Sementara itu, dengan meningkatnya konflik antar Negara tertentu di Timur Tengah, maka kekuatan persenjataan Negara di Timur Tengah ditingkatkan. Penggunaan senjata mutakhir yang mereka peroleh dari Negara besar menyebabkan kawasan Timur Tengah memiliki kekuatan militer yang pantas diperhitungkan. II) Masalah Timur Tengah a) Masalah Palestina dan Israel republic Israel didirikan pada tanggal 14 Mei 1948 dengan Chaim Weizman sebagai presidennya dan Ben Georion sebagai perdana menterinya. Pendirian Negara Israel itu dianggap sebagai pencurian tanah Arab. Akibatnya pada tanggal 15 Mei 1948, tentara Palestina yang dibantu tentara Arab menyerbu Israel. Pasukan Arab bertempur dengan pasukan Israel selama tujuh bulan dan kalah. Kemudian pada tahun 1956, 1967, dan 1973, pecah perang lagi antara Negara Arab melawan Israel. Walaupun genjatan senjata diadakan setiap perang, namun perdamaian sejati belum tiba karena sumber perselisihan utamanya yaitu masalah tanah atau pemerintahan sendiri untuk bangsa Palestina belum terselesaikan. Sementara itu suatu perjanjian antara Mesir dan Israel ditandatangai pada tanggal 6 Februari 1971 di Camp David, Amerika Serikat oleh Presiden Mesir yakni Anwar Sadad dan Perdana Menteri Israel yakni Manachem Begin atas perantara Amerika Serikat yakni Jimmy Charter, isinya antara lain: Israel akan menarik mundur pasukan dari wilayah Jazirah Sinai, Mesir Mesir akan mengakui Israel dan akan saling membuka hubungan diplomatic. Perjanjian tersebut telah berhasil menciptakan perdamaian Mesir dengan Israel, namun di sisi lain Mesir dianggap sebagai pengkhianat bangsa Palestina dan bangsa Arab lainnya. Pada tanggal 15 November 1988, PLO (Palestina Liberation Organization) dipimpin oleh Yaser Arafat, memproklamasikan Kemerdekaan Palestina di pengasingan yaitu di Alijira, Aljazair. Tujuannya adalah untuk menyatukan bangsa Palestina dalam satu wadah yaitu Negara Palestina. Daerah yang akan dijadikan wilayahnya adalah jalur Gaza, Tepi Barat sampai sekarang masih diduduki oleh Israel. Kemudian untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina melancarkan Gerakan Intifidah yaitu gerakan memperlihatkan sikap bermusuhan secara terang-terangan terhadap bangsa Israel dalam berbagai bentuk seperti melemparkan

batu dan bom Molotov ke tentara Israel, boikot atas produk buatan Israel, pemogokan, peluncuran roket, dan lain-lain. Gerakan Intifidah ini dilancarakan pertama kali pada tanggal 8 Desember 1987 di jalur Gaza. Melihat kesungguhan perlawanan rakyat Palestina tersebut, akhirnya pada tanggal 13 September 1993 diadakan perjanjian antara Israel dan Palestina di Oslo, Amerika Serikat yang terkenal dengan Deklarasi Princip. Perjanjian tersebut ditandatangani Menteri Luar Negeri Israel yakni Shimon Peres dan pejabat PLO (Palestina Liberation Organization) yakni Mahmoud Abas (Abu Mazen), isinya: Saling memberikan pengakuan atas keberadaan Israel dan Palestina Pemberian otonomi terhadap Palestina untuk memerintah sendiri di Jalur Gaza dan Jurico (Tepi Barat sungai Yordan) Namun sangat disayangkan perjanjian yang belum selesai tersebut mengalami jalan buntu setelah pemimpin radikal Israel yakni Benyamin Netanyahu terpilih sebagai Perdana Menteri Israel. b) Masalah Israel dengan Yordania permusuhan antara Israel dan Yordania berlangsung sejak tahun 1948, tatkala terjadi peperangan antara Negara Arab dengan Israel. Kemudian dilanjutkan dalam perang tahun 1956,1967, dan 1973. Meskipun kedua Negara bersedia melakukan genjatan senjata namun keduanya belum pernah berdamai. Terdorong dengan perjanjian Israel-Palestina, maka pada tanggal 27 Juli 1994 di Washington ditanda tangani suatu perjanjian damai antara Perdana Menteri Israel yakni Yitzak Rabin dengan Raja Husein dari Yordania yang disaksikan oleh Presiden Amerika Serikat yakni Bill Clinton. Kedua Negara bersedia mengakhiri permusuhan dan keduanya mengakui keberadaan masing-masing negara. Sedangkan penyelesaian masalah peratasan kedua neara baru ditandatangai pada tanggal 26 Oktober 1994 di Aqaba, daerah perbatasan kedua Negara. Amman (AFP/Antara) - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry pada Kamis tiba di Yordania untuk pembicaraan dengan Raja Abdullah II dalam upaya terbarunya bagi perdamaian Timur Tengah antara Palestina dan Israel. Kerry menuju pertemuan dengan raja tersebut di Amman, yang merupakan sekutu penting AS, sebelum sekali lagi mengadakan pembicaraan dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas, kali ini di ibu kota Yordania. Diplomat tinggi AS tersebut juga akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Nasser Judeh sebelum kedua pejabat tersebut mengadakan konferensi pers gabungan. Kerry, yang sedang melakukan kunjungan ketujuhnya ke Israel dan Tepi Barat sejak Februari berjuang untuk satu tujuan, untuk membawa negosiasi perdamaian Israel-Palestina kembali ke jalurnya meskipun kedua belah pihak saling tuding. Kerry pada Rabu mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Abbas, menegaskan kembali penentangan AS terhadap pemukiman Israel, saat masalah kontroversial tersebut mengancam menggagalkan proses perdamaian.(ac/wy)

Untuk pertama kali dalam lebih dari setahun para perunding utama Israel dan Palestina hari Selasa bertemu di Amman, Yordania. Walaupun bukan untuk perundingan resmi, para pejabat akan mengusahakan rumus untuk membuka kembali pembicaraan damai yang selama ini macet, karena berlangsungnya pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat. Para perunding akan bertemu dengan delegasi Kuartet Penengah Timur Tengah yang terdiri dari Amerika, PBB, Uni Eropa dan Rusia. Kuartet memberi waktu sampai tanggal 26 Januari kepada Israel dan Otoritas Palestina untuk mengajukan usul tentang soal wilayah dan keamanan yang dapat merintis jalan untuk membuka kembali pembiaraan damai. Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan bahwa waktu semakin habis. Mahmoud Abbas juga mengingatkan, jika batas waktu Januari itu tidak terpenuhi maka Kuartet telah gagal dan Palestina akan bertindak sesuai keadaan. Ia menambahkan, meskipun menentang kekerasan namun suara-suara semakin santer di kalangan bangsa Palestina untuk melancarkan pemberontakan yang ketiga terhadap Israel. Hal yang menjadi ganjalan utama masih tetap: yaitu Palestina mengatakan pihaknya tidak akan kembali ke meja perundingan sebelum Israel menghentikan semua pembangunan permukiman. Pemerintah Israel menolak permintaan ini. Menteri kabinet Israel, Yuval Steinitz mengatakan, Israel selamanya mendukung pembukaan kembali pembicaraan damai tetapi tanpa prasyarat. Namun demikian, kedua pihak tetap menyambut baik pertemuan di Yordania dengan mengatakan mereka siap memberi kesempatan bagi perdamaian. Tetapi, jurang perbedaan antara keduanya masih tetap lebar sehingga harapan dapat dicapai suatu terobosan masih tetap kecil. Para pemimpin Israel dan Palestina yang saling tuding setelah lima putaran pembicaraan penjajakan bulan ini di Jordania menemui kebuntuan. Tujuan pembicaraan itu adalah untuk menghidupkan lagi perundingan damai langsung yang buntu selama tiga tahun. Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan Israel tidak menawarkan usul-usul terinci mengenai batas-batas negara Palestina masa depan. Dalam pidato yang disiarkan kantor berita Palestina, Presiden Abbas menuduh Israel menentang panduan internasional untuk perdamaian dan menggagalkan pembicaraan itu. Komentar-komentarnya itu disampaikan oleh Perdana Menteri Palestina Salaam Fayyad. Ia mengatakan, Sudah saatnya mengakui kegagalan proses perdamaian ini. Pembicaraan ini gagal dan proses perdamaian ini perlu diarahkan secara serius. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuding Palestina. Ia mengatakan kepada Kabinet Israel, Palestina bahkan menolak membahas kebutuhan keamanan Israel. Netanyahu mengatakan tanda-tanda ini tidak baik, tetapi ia berharap Palestina akan sadar dan kembali ke meja perundingan.

Amerika dan Uni Eropa juga mendesak Palestina agar melanjutkan pembicaraan itu, dan mengatakan perundingan dengan Israel adalah satu-satunya jalan untuk mencapai pemecahan dua negara dan perdamaian. Presiden Abbas mengatakan ia akan membuat keputusan akhir mengenai kelanjutan pembicaraan penjajakan itu setelah berkonsultasi dengan Liga Arab minggu ini.

Você também pode gostar