Você está na página 1de 4

Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia untuk menghasilkan energi dan bertahan hidup.

Makanan dan minuman tidak hanya dijadikan sebagai kebutuhan pokok, saat ini makanan dan minuman juga telah menjadi mata pencaharian masyarakat. Tentu saja hal ini memberikan dampak positif bagi masyarakat karena kemudahan untuk mencari makanan dan minuman di pasaran. Namun sayangnya tidak semua makanan atau minuman yang dijual dipasaran aman. Aman dalam artian bebas dari pencemaran, baik itu pencemaran biologi, mikrobiologis, kimia dan logam berat. Padahal kualitas sumber daya manusia tergantung dari beberapa faktor, yang salah satunya adalah kualitas pangan yang dikonsumsi. Makanan Undang-undang No 7 tahun 1996 menyatakan bahwa kualitas pangan yang dikonsumsi harus memenuhi kriteria diantaranya adalah aman, bergizi, bermutu dan dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat. Makanan dan minuman yang tidak aman tentu saja dapat membahayakan kesehatan konsumen. Namun sayangnya karena ketidak pahaman produsen tentang penggunaaan bahan kimia berbahaya pada makanan/minuman, dan demi keuntungan yang lebih besar penggunaan bahan kimia berbahaya ini menjadi pilihan utama dalam proses pembuatan. Padahal efek bahan kimia berbahaya yang digunakan dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti ginjal, kanker dan pada akhirnya berakhir pada kematian. Bahan kimia berbahaya seperti pengawet, pewarna makanan dan pemanis buatan sebaiknya dihindari. Pengawet kimia berbahaya seperti formaldehid pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia . Formalin bereaksi cepat dengan lapisan lendir saluran pencernaan dan saluran pernapasan. Pada dosis rendah formalin dapat meneybabkan sakit perut akut disertai muntah-muntah, timbulnya depresi susunan syaraf, serta kegagalan peredaran darah. Formalin dosis tinggi menyebabkan kejang kejang, kencing darh, serta muntah darah dan berakhir pada kematian. Industri kimia lebih menyukai penggunaaan pemanis sintetik ataupun pewarna tekstil karena harga yang ditawarkan untuk bahan ini jauh lebih aman dibandingkan dengan pemanis alami ataupun pewarna makanan yang dianjurkan. Faktor lain karena tingkat kemanisan dari pemanis sintetik ini jauh lebih manis dibandingkan dengan pemanis alami, dan juga harga yang ditawarkan jg relatif lebih murah. Penggunaan pewarna berbahaya pada makanan seperti pewarna tekstil juga didukung karena warna yang dihasilkan dari pewarna tekstil jauh lebih menarik dibanding dengan pewarna makanan yang dianjurkan oleh BPOM. Warna yang mencolok akan memberikan daya tarik tersendiri bagi konsumen.

Pemanis sintetik yang biasa digunakan adalah sakarin, asrpartam, dan siklamat. Ketiga pemanis tersebut berbahaya bagi tubuh. Berdasarkan hasil penelitian sakarin yang digunakan dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kanker kandungan kemih. Sama halnya dengan asprtam, aspartam dilarang dikonsumsi bagi penderita phenilketonurea karena fenilalamin yang terkandung dalam aspartam tidak dapat dimetabolisme oleh penderita penyakit ini. Konsumsi aspartam berlebihan penderita phenilketonurea menyebabkan kerusakan otak dan cacat mental. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli science siklamat dan turunannya merupakan promotor penyakit tumor. Penelitian lain menunjukan bahwa siklamat menyebabkan atropi, yakni pengecilantestikular dan kerusakan kromosom. Selain penggunaan pemanis buatan, bahan pewarna berbahaya seperti rhodamin B dan methanil yelllow sering digunakan dalam makanan yang dijual dipasaran. Pewarna tekstil ini biasanya mengandung logam berat. Logam berat ini sifatnya non biodegradable, artinya tidak dapat terurai, sehingga jelas bahwa penggunaan pewarna jenis ini tidak dianjurkan untuk dikonsumsi. Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi pernapasan,mata dan pencernaaan, selain itu konsumsi rhodamin B menyebabkan gangguan fungsi hati dan mengakibatkan kanker hati. Methanil yellow merupakan zat warna sintestis kuning yang sering diguanakan oleh industri tekstil. Pewarna jenis ini jika dikonsumsi dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas, dan tekanan darah rendah.

Metode penelitian Bahan es lilin di kecamatan X yang dibeli dari pedagang A,B, dan C. Es lilin yang dijumpai ada 3 warna, yaitu merah, kuning, dan hijau. Es lilin tersebut dibeli dari 2 batch yang berbeda dimana peneliti membeli es lilin dari tiap pedangang sebanyak 2 kali dengan jarak pembelian sampel 1 minggu. A. Bahan kimia yang digunakan antara lain : Metanol pro HPLC(mallinckrodt Chemicals), carmin p.a.,Amonia, butanol, HCl , H2SO4 95%, NaOH, etanol, Natrium sakarin, Aspartam, Rhodamine, Methanil Yellow, tartazine, green S, apple green, , sunset yellow, cherry red, amarath, ponceau 4R, briliant blue, aquabidestilata, natrium siklamat (miki cyclamate kemurnian 99,7%), larutan amilum dan air bebas mineral. Pembuatan larutam luft schrool Ditimbang 143,8 g NaCO Anhidrat. Dimasukkan dalam gelas kimia lalu dilarutkan dengan aquadest sampai 300 ml. Ditimbang 50 g asam sitrat, lalu larutkan dengan 50 ml Aquadest, dimasukkan dalam gelas kimia. Ditimbang 25 g CuSO.5HO lalu dilarutkan dengan 10 ml aquadest. Dipindahkan semua larutan kedalam labu ukur 1 liter Dicukupkan volumenya sampai tanda dengan aquadest lalu dikocok sampai homogen Dibiarkan larutan sampai 1 malam dan di saring jika perlu.

B. Alat : alat yang digunakan HPLC Water 1525. Lempeng silica gel 60, GF 254, chamber, mikropipet, pipet volume, labu ukur beaker glass,erlenmeyer, corong kaca, pengaduk, pipa kapiler, pipet tetes, buret, gelas ukur, spektrofotometer shimadzu uv-1800, filter 0,45 m, dan timbangan analitik. Analisis kualitatif sakarosa Dipipet 25 ml larutam samel dan dimasukan ke dalam erlenmeyer dotambah 25 ml larutam schoorl dan beberapa batu dididh. Erlenmeyer tersebut kemudian dihuungkan dengan pendingin balik dan kemudian didihkan. Apabila terbentuk endapan warna merah bara berarti sampel positif mengandung gula pereduksi.

Analisis kualitatif siklamat dengan metode pengendapan Ditimbang sebanyak 100 ml sampel pada labu erlenmeyer. Ditambahkan aquades sampai tanda. Disaring dengan kertas whatman berukuran 15cm x 15cm kemudian ditambahkan 1p ml larutan HCl 10%. Ditambhkan 10 ml larutan BaCl2 10% dibiarkan selama 30 menit. Disaring dengan kertas whatman. Ditambahkan NaNo2 10% sebanyak 10 ml dilakukan diruang asam. Panaskan di atas hotplate atau penangas ir pada suhu sekitar 125-130 derajat selama 20-30 menit. Endapan putih menunjukan bahwa sampel positif mengandung siklamat. Analisis kualitatif sakarin metode ekstraksi uji warna (SNI 01-2893-1994) Diasamkan contoh sampel sebanyak 100 ml dengan HCl, lalu ekstrak 1 kali 25 ml eter. Setelah larutan terpisah diuapkan eter dalam tabung reaksi diudara terbuka. Ditambah 10 tetes H2SO4 dan 40 mg resorsinol. Dipanaskan perlahan dengan api kecil sampai berubah menjadi warna hijau kotor. Didinginkan ditambahkan 10 ml air suling dan larutan NAOH 10% berlebihan. Bila terbentuk warna hijau flourosensu berarti sampel positif mengandung sakarin.

Você também pode gostar