Você está na página 1de 35

MAKALAH FARMASETIKA

POTIONES

Kelompok 5:

Aisyah Nur Saadah Agatha Cornelia Jeanetha Iness M. Mia Narulita Putri M. Fridho Damora Harahap Rezwendy Ruth Juliany

(1306480585) (1306480433) (1306480553) (1306480572) (1306480591) (1306480566) (1306480616)

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK

DESEMBER 2013

Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan anugerahNya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai sediaan liquid berupa potio ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Kami juga berterima kasih kepada Bapak Dr.Mahdi Jufri, M.Si sebagai dosen pembimbing mata kuliah Farmasetika yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat dalam rangka menambah wawasan mengenai sediaan liquid berupa potio yang meliputi pengertian potio, jenis-jenis potio, definisi potio effervescent beserta kegunaan dan komposisinya. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan katakata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan. Depok, Desember 2013

Penyusun

DAFTAR ISI
Cover ............................................................................................................... i Kata Pengantar ................................................................................................. 2 Pendahuluan ..................................................................................................... 4 Latar Belakang ................................................................................................. 4 Rumusan Masalah ............................................................................................ 5 Tujuan .............................................................................................................. 5 Manfaat ............................................................................................................ 5 Pengertian Potio .............................................................................................. 5 Komponen Pembentuk Potio ........................................................................... 6 Syarat Potio ...................................................................................................... 12 Perbedaan Potio dengan Larutan, Emulsi, dan Suspensi ................................. 12 Contoh Formulasi dan Pengerjaan Resep Potio13 Contoh Potio di Pasaran33 Penutup.34 Daftar Pustaka .................................................................................................. 35

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dalam pengertiannya secara umum obat adalah semua bahan tunggal dan campuran yang digunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun luar guna mencegah, meringankan ataupun menyembuhkan penyakit. Menurut SK Menkes RI No 90/Kab/B.VII/1971, obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau untuk memperelok badan atau bagian badan manusia. Sediaan obat dibagi menjadi sediaan solid, semisolid, dan liquid. Bentukbentuk sediaan obat dapat berupa tablet, pil, kapsul, sirup, emulsi, serbuk, krim, suspensi, salep, pasta, obat tetes, larutan, dan lain-lain. Berbagai macam bentuk sediaan obat ini dimaksudkan untuk : a. Melindungi obat dari kerusakan akibat udara b. Melindungi obat dari kerusakan akibat asam lambung (jika oral) c. Memudahkan penggunaan obat untuk tujuan terapi d. Membuat pelepasan obat yang teliti, tepat, dan aman e. Menghilangkan rasa pahit atau rasa tidak enak pada obat f. Membuat serbuk yang tidak larut atau tidak stabil dalam larutan menjadi bentuk suspensi. Obat mempunyai khasiat yang bermacam-macam, yaitu : obat analgesic-antipiretik, obat antidiare, obat antihipertensi, obat anti cacing, obat antimalaria, obat anti TBC (OAT), obat anti amoeba, obat antianemia, dan masih banyak khasiat lainnya.

1.2 Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan sediaan potio? 2. Apa saja macam-macam potio? 3. Bagaimana sifat dan kandungan potio? 4. Bagaimana cara pembuatan potio? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui sediaan obat liquid dalam bentuk potio 2. Untuk mengetahui macam-macam potio 3. Untuk mengetahui sifat dan kandungan potio 4. Untuk mengetahui cara pembuatan potio 1.4 Manfaat 1. Mengetahui sediaan obat dalam bentuk potio 2. Memahami macam-macam potio 3. Memahami sifat dan kandungan potio 4. Memahami cara pembuatan potio

BAB II ISI
2.1 Pengertian Potio Potiones (Potio) adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut dimaksudkan untuk pemakaian dalam (peroral). Selain berbentuk larutan, potio dapat juga berbentuk emulsi atau suspense (Ilmu Resep, 2006). Sedangkan menurut Fornas edisi 2, potio adalah sediaan berupa cairan yang dimaksudkan untuk diminum, diramu, dan diracik sedemikian rupa hingga dimungkinkan untuk diberikan dalam volume dosis tungal dalam jumlah yang banyak, umumnya 50 ml.

2.2 Komponen Pembentuk Potio Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sediaan potio bisa dibuat dari beberapa bentuk. Potio bisa berbentuk larutan, emulsi maupun suspensi. Perbedaan bentuk potio ini tentunya membuat komponen pembentuk potio berbeda pula. Disini, kami akan menjelaskan komponen pembentuk potio sesuai dengan bentuknya; 2.2.1. Potio Berbentuk Larutan Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut misal terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Karena molekul-molekul larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur. (Farmakope Indonesia Edisi IV: 16, 1995)

Komponen utama pembentuk larutan adalah zat aktif dan pelarutnya. Sedangkan komponen yang biasa ditambahkan ialah pemanis, penambah rasa, pengaroma, pewarna, dan pembantu kestabilan. Beberapa pelarut dalam pembuatan larutan :Alcohol, USP : ethyl alcohol, ethanol, C2H5OH 1. Alcohol adalah pelarut yang sangat berguna dalam farmasi setelah air. Alcohol digunakan sebagai pelarut utama bagi banyak senyawa organic. Bersama dengan air, membentuk campuran hydroalcoholic yang melarutkan substansi yg dapat larut dalam air maupun substansi yg dapat larut dalam alcohol. Alkohol telah dikenal sebagai pelarut

dan zat tambahan dalam produk farmasi oral. Dengan demikian, US Food and Drug

Administration (FDA) telah membatasi penggunaan alkohol dan memperingatkan dalam pelabelan. Untuk produk oral dimaksudkan untuk anak di bawah usia 6 tahun, yang direkomendasikan batas kandungan alkohol adalah 0,5%; untuk produk yang ditujukan untuk anak-anak 6 sampai 12 tahun, batas yang dianjurkan adalah 5%, dan untuk produk yang direkomendasikan untuk anak di atas usia 12 tahun dan untuk orang dewasa, batas yang dianjurkan adalah 10%.(Ansels Pharmaceutical : Dosage Forms and Drug Delivery Systems, 2005) 2. Diluted alcohol, NF dibuat dengan mencampur volume yang sama antara air murni dan alcohol. volume final campuran tersebut bukanlah jumlah volume kedua campuran tersebut karena kontrak cairan pada

pencampuran. volume final umumnya sekitar 3% atau kurang dari apa yang diharapkan. Dengan demikian, ketika 50 mL dari setiap komponen digabungkan, produk yang dihasilkan sekitar 97 mL. (Ansels

Pharmaceutical : Dosage Forms and Drug Delivery Systems, 2005) 3. Rubbing ALKOHOL, mengandung alkohol sekitar 70% volume etil alcohol, sisanya terdiri dari air, denaturants dengan atau tanpa warna aditif dan minyak parfum, dan stabilisator. Setiap mL 100 harus mengandung

tidak kurang dari 355 mg sukrosa oktaasetat atau 1,4 mg benzoat denatonium. (Ansels Pharmaceutical : Dosage Forms and Drug Delivery Systems, 2005) 4. Glycerin, USP (Glycerol), CH2OH, CHOH Glycerin adalah cairan yang berasa manis. Glycerin adalah campuran air dan alcohol. Sebagai pelarut dapat dibandingkan dengan alcohol, tetapi karena viskositasnya zat terlarut membutuhkan waktu yang lama untuk larut kecuali jika di panaskan. Gliserin memiliki kualitas pengawet dan sering digunakan sebagai stabilisator dan sebagai pelarut pembantu dalam hubungannya dengan air atau alkohol. biasanya ini digunakan dalam internal preparasi. (Ansels Pharmaceutical : Dosage Forms and Drug Delivery Systems, 2005) 5. Purified water, usp, H2Oy Secara alami, air memberikan efek pelarut pada substansi dengan berhubungan satu sama lain dan makanya membuat air tersebut tidak murni, karena mengandung berbagai jumlah garam anorganik terlarut, biasanya natrium, kalium, kalsium, magnesium dan iron; klorida; sulfat; dan bikarbonat, bersama dengan substansi anorganik terlarut dan mikroorganisme. Metode utama yang digunakan dalam persiapan dimurnikan air destilasi, pertukaran ion, dan reverse osmosis. (Ansels Pharmaceutical : Dosage Forms and Drug Delivery Systems, 2005) 6. Isopropyl rubbing alcohol Alcohol gosok isopropyl adalah sekitar 70% volume isopropyl alcohol, sisanya terdiri dari air dengan atau tanpa bahan tambahan warna, stabilisator dan minyak parfum. Digunakan secara eksternal sebagai menggosok rubefacient dan menenangkan dan sebagai kendaraan untuk produk topical. Ini persiapan dan solusi 91% alcohol isopropyl tersedia secara komersial yang biasa digunakan oleh pasien diabetes dalam mempersiapkan jarum suntik untuk suntikan suntik insulin dan untuk

desinfektan kulit. (Ansels Pharmaceutical : Dosage Forms and Drug Delivery Systems, 2005) 7. Propylene glycol Propilen glikol, adalah cairan kental yang bercampur dengan air dan alcohol. Itu adalah pelarut yang berguna dengan berbagai aplikasi dan sering diganti gliserin forum dalam formulasi farmasi modern. (Ansels Pharmaceutical : Dosage Forms and Drug Delivery Systems, 2005) Potio yang berbentuk larutan juga banyak beredar dalam bentuk satuarsi yang biasa disebut potio effervecent. Potio ini khas dengan adanya kandungan CO2 di dalamnya.

2.2.2. Potio Berbentuk Suspensi Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. (IMO, 1997) Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase. Fase kontinue atau fase luar umumnya merupakan cairan atau semi padat, dan fase terdispersi atau fase dalam terbuat dari partikel-partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut, tetapi seluruhnya dalam fase kontinue. Zat yang tidak larut bisa dimasukkan untuk absorpsi fisiologi atau untuk fungsi pelapisan dalam dan luar. (Teori dan Praktek Farmasi Industri I, 1989). Secara umum, pembentuk suspense ada 7, yaitu zat berkhasiat (Zat aktif), bahan tambahan, bahan pembasah, pemanis, pengawet, pewarna dan pewangi, dan bahan pembawa. 1. Zat Berkhasiat Bahan berkhasiat merupakan bahan yang mampu memberikan efek terapi, pada suspense disebut fase terdispersi, bahan ini mempunyai kelarutan yang tidak larut di dalam pendispersi.

2. Bahan Tambahan Bahan Pensuspensi atau Suspending Agent Bahan pensuspensi yaitu bahan tambahan yang berfungsi

mendispersikan partikel tidak larut dalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan sedimentasi diperlambat. Macam suspending agent antara lain: a. Golongan polisakarida, contohnya acasia gom, tragacantha, alginate. b. Golongan selulosa larut air, contohnya metal selulosa, hidroksi etil selulosa, Na-CMC, avicel. c. Golongan tanah liat, contohnya bentoit, veegum,

aluminium,magnesiu silica, hectocrite. d. Golongan sintetik, contohnya carbomer, carboxypolymethylene, colloidal, silicon dioksida. Suspending agent berfungsi mendispersikan partikel tidak larut kedalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan pengendapan bisa diperkecil. Mekanisme kerja suspending agent adalah untuk memperbesar kekentalan (viskositas), tatapi kekentalan yang berlebihan akan mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan. Suspensi yang baik memepunyai kekentalan yang sedang. Disamping itu penggunaan suspending agent dapat menurukan tegangan antar permukaan antar dua partikel yang tidak bisa saling tercampur yaitu zat aktif dan cairan pembawa. 3. Bahan Pembasah Humektan digunakan tergantung dari sifat permukaan padat cair bahan aktif. Serbuk sulit dibasahi air disebut hidrofob, seperti sulfur, carbo adsorben, magnesis stearat, dan serbuk mudah dibasahi oleh air disebut hidrofil, seperti Toluene, Zinci Oxydi, Magnesi carbonas. Dalam pembuatan suspense penggunaan himektan sangat berguna dalam penurunan tegangan antar muka dan pembasah akan dipermudah. Mekanisme kerja himektan adalah menghilangkan lapisan udara pada permukaan zat padat, sehingga zat padat dan humektan lebih mudah

10

kontak dengan pembawa. Beberapa contoh humektan antara lain gliserin, propilen glikol, polietilen glikol, dan laritan gom, pada sediaan suspense ibuprofen ini bahan pembasah menggunakan sorbitol. 4. Pemanis Pemanis berfungsi untuk memperbaiki rasa di sediaan. Dilihat dari hasil kalori yang dihasilkan dibagi menjadi dua yaitu berklori tinggi dan berkalori rendah. Adapun pemanis tinggi misalnya sakarin, sukrosa. Sedangkan pemanis kalori rendah misalnya laktosa. Zat pemanis yang dapat meningkatkan gula darah atau memiliki nilai kalor yang tinggi dan dapat digunakan dalam formulasi untuk pengobatan diabetes pada sediaan suspense Ibuprofen sebagai pemanis menggunakan syrup simplex. 5. Pengawet Pengawet berfungsi untuk mencegah terjadinya pertumbuhan mikroba dalam sediaan sehingga dapat menstabilkan sediaan dalam masa penyimpanan yang lama. Beberapa contoh pengawet antara lain, Metil paraben, asam benzoate, Chlor butanol, dan Chlorida Kwartener. 6. Pewarna dan Pewangi Bahan pewarna dan pewangi harus sesuai dengan rasa sediaan. Contoh pewarna adalah carmin dan caramel, dan contoh pewangi adalah Oleum Menthae, Oleum Citrii. 7. Bahan Pembawa Sebagai bahan pembawa untuk suspensi adalah air dan minyak.

2.2.3. Potio Berbentuk emulsi Emulsi adalah system dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. (FI IV, 1995) Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat terdispersi dalam pembawa, distabilkan dengan zat pengemudi atau surfaktan yang cocok. (FI III, 1979).

11

Sediaan emulsi pada dasarnya terdiri dari bahan aktif dan komposisi dasar. Contoh dari zat aktif pada emulsi adalah; Paraffin Liquid, Oleum Jec Aselli, dan Curcuboitae Sem. Sedangkan komposisi dasat, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi, terdiri dari :
1.

Fase dispersi/ fase internal/ fase continue/ fase disperse/ fase dalam, yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat lain.

2.

Fase continue/ fase eksternal/ fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung) emulsi tersebut.

3. Emulgator. Bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. Emulgator bisa didapatkan dari tumbuh-tubuhan (Gom Arab, tragakan, agar-agar, dan condrus), mineral (Magnesium Alumunium Silikat dan bentonit), dan sintesis (sabun, tween dan span)

2.3 Syarat Potio Ada dua syarat terpenting dari sediaan potio, yaitu; 1. Sediaan potio harus berupa cairan (liquid). 2. Sediaan potio harus merupakan sediaan oral.

2.4 Perbedaan potio dengan larutan, emulsi dan suspensi. Perlu diperhatikan, meskipun potio bisa berbentuk larutan, emulsi maupun suspensi, tapi tidak semua dari ketiganya bisa menjadi potio. Larutan, emulsi dan suspensi masih memiliki bentuk-bentuk pemakaian topikal, yang tentunya sudah tidak bisa dikategorikan kedalam potio karena sudah bukanlah merupakan sediaan oral. Jadi perbedaannya adalah potio adalah sediaan oral sementara larutan, emulsi dan suspensi bukan hanya sediaan oral, tapi juga bisa sediaan topikal, optik dan optalmik.

12

2.5 Contoh Formulasi dan Pengerjaan Resep Potio 2.5.1 I. Potio dalam bentuk larutan Resep asli

Dr. Ahmad Santoso SIP. NO. 981/SIP/DKK/2002 Jl. Imam bonjol 70 Depok Depok, 01.12.2013 R/ Hexamin Vitamin C Flavour Sirupus Simplex Aqua 2 0,5 qs 10 ad 50

m.f. potio da S. t.dd C I

Pro : Tn. Damora

A. Resep standar Sirupus Simplex ( FORMIN 191) R/ Gula Aqua 66 ad 100

B. Kelengkapan resep Tidak ada paraf dokter Tidak ada alamat pasien C. Penggolongan obat O:G:W : Hexamin B : Vitamin C

13

D. Komposisi bahan Hexamin Oleum Citri Sirupus Simplex 10 Aqua add 50 2 2 tetes

II.

Uraian bahan 1. Hexaminum (FI III, 283) a. Sinonim b. Khasiat c. Pemerian : heksamina, metanomina, urotropin : antiseptikum saluran kemih : hablur mengkilap, tidak berwarna atau serbuk

hablur putih, tidak berbau, rasa membakar dan manis, kemudian agak pahit, jika dipanaskan pada suhi lebih lebih kurang 260 C akan menyublim d. Kelarutan : larut dalam 1,5 bagian air, dalam 12,5 ml etanol

(75%) p, dan dalam lebih kurang 10 bagian kloroform p e. Dosis : DM 1 x = 1 g 1h=4g DL 1x = 250-500 mg 1 h = 1-2 g

f. Inkompatibilitas : jika bertemu asam akan pecah, keluar formaldehid dan ammonia

2. Acidum ascorbicum (FI III,47) a. Sinonim b. Khasiat c. Pemerian : asam askorbat, vitamin C : antiskorbut : serbuk hablur, putih atau agak kuning, tidak

berbau, asam oleh pengaruh cahaya, lambat laun menjadi gelap, dalam keadaan kering menetap di udara, dalam larutan cepat teroksidasi d. Dosis : DL 1h = 75 100 mg

14

3. Oleum citri (FI III,455) a. Sinonim b. Khasiat c. Pemerian : minyak jeruk : zat tambahan (pengaroma) : cairan kuning pucat, atau kuning kehijauan, bau

khas, rasa pedas dan agak pahit d. Kelarutan : larut dalam 12 bagian volume etanol (90%) larutan

agak berpolisensi, dapat bercampur dengan etanol mutlak e. Konsentrasi : 0,2 %

4. Sirupus simplex (FI III, 507) a. Sinonim b. Khasiat c. Pemerian : sirup gula : zat tambahan (pemanis) : cairan jernih, agak kecoklatan atau tidak berwarna,

tidak berbau, rasa manis d. Kelarutan : sangat mudah larut dalam air

5. Aqua destilata (FI III,96) a. Sinonim b. Khasiat c. Pemerian : air suling, aquades : pelarut : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan

tidak mempunyai rasa

III.

Perhitungan dosis 1. Hexamin DM : 1x = 1 g 1h = 8 g DDR : 1x = 1h = 3 x 600 mg = 1800 mg DL: 1x = 250-500 mg 1h = 1-2 g

15

Kesimpulan : Terapi Rekomendasi : dosis ditepatkan pada DL menjadi 1x = 1h = 400 mg x 3 = 1200 mg IV. Penimbangan bahan 1. Hexamine :2g

Air untuk melarutkan 2 x 1,5 = 3 ml 2. Vitamin C tidak digunakan karena bereaksi dengan hexamine. 3. Ol. Citri 4. Aqua : 0,2 % x 50 ml = 0,1 ml x 20 tts = 2 tts ad 50 ml

V.

Cara kerja 1. Disiapkan alat dan ditimbang bahan yang diperlukan 2. Ditara botol sebanyak 50 ml 3. Dilarutkan hexamine dengan air di Erlenmeyer ad larut, dimasukkan ke beaker glass 4. Ditambahkan sirupus simplex dalam beaker glass, aduk ad homogen 5. Dimasukkan campuran ke dalam botol, tambahkan aquadest sampai tanda kalibrasi 6. Diteteskan oleum citri, di kocok, dan diberi etiket putih

VI.

Penandaan Wadah : botol Etiket putih dan label Kocok Dahulu

16

LABORATORIUM FORMULASI RESEP FAKULTAS FARMASI UI Apt : Mia Nur Inees No. 1 Tn. Damora 3 x sehari 2 sendok teh KOCOK DAHULU Tgl : 01.12.2013

VII.

Edukasi 1. Obat ini berkhasiat sebagai antiseptic saluran kemih 2. Obat diminum 3 x sehari 2 sendok teh 3. Dikocok dahulu sebelum diminum 4. Simpan di tempat yang sejuk dan kering

VIII.

Pembahasan

Potio adalah sediaan yang berupa cairan untuk diminum, dibuat sedemikian rupa hingga dapat digunakan sebagai dosis tunggal dalam volume besar, umumnya 50 ml. Kandungan pada resep tersebut terdapat hexamin 2 g, vitamin C , sirurpus simplex 10 g, flavour 2 tetes serta aquadest hingga 50 ml. Hexamin atau Heksametilenatetramina (Hexamine) adalah bubuk kristal putih dengan bau amina sedikit. Berat jenisnya adalah 1,27 pada 25C. Hexamine larut dalam air, alkohol, dan kloroform, serta larut pula dalam eter. Formaldehida dan ammonia hasil methenamine, atau heksametilenatetramina, yang digunakan sebagai antiseptic kemih. Vitamin C atau sering disebut juga asam askorbat yang berkhasiat sebagai anti skorbut dan vitamin. Vitamin C adalah obat bebas yang sering di konsumsi dari anak anak-anak hingga dewasa untuk menjaga kesehatan dalam kesehariannya. Flavor yang digunakan dalam resep ini adalah oleum citri. Flavor adalah zat tambahan yang tidak mempengaruhi zat aktif atau bereaksi pada tubuh, zat tambahan hanya memperbaiki aroma yang tidak enak. Dalam resep ini terdapat pula sirupus simplex yang menjadi zat tambahan untuk memperbaiki rasa

17

obat yang kurang enak karena sirupus simplex berasa manis. Sirupus simplex dibuat dengan dilarutkannya gula sebanyak 66 g dan air hingga 100 ml dengan pemanasan. Pada pembuatannya dilihat dulu sifat-sifat obat dalam resep tersebut. Dalam resep terdapat hexamine yang akan bercampur dengan vitamin C, sedangkan dalam inkompatibilitas hexamine tidak dapat bercampur dengan asam, jika tercampur hexamine akan pecah dan formaldehidum yg berfungsi bsebagai antiseptic saluran kemin pada hexamine akan keluar beserta ammonia. Karena ada inkompatibilitas tersebut pemakaian vitamin C ditiadakan sehingga hanya terdapat hexamine sebagai zat aktif tersebut. Cara kerjanya adalah disiapkan alat dan bahan-bahan yang diperlukan serta ditara botol sebanyak 50 ml. hexamine dilarutkan di dalam Erlenmeyer dan ditambahkan sirupus simplex, diaduk dan pindahkan ke dalam botol. Ditambahkan air hingga tanda kalibrasi lalu diteteskan oleum citri sebagai pengaroma, dikocok dan diberi etiket putih. Obat tersebut berkhasiat sebagai antiseptic saluran kemih yang diminum 3 kali sehari 2 sendok teh. Dikocok dahulu sebelum diminum dan disimpan pada tempat yang sejuk dan kering.

18

I.

Resep asli Dr. Aisyah Saodah APOTEK AKFARSAM Jl. Pelangi no. 51, Depok

Depok, 01.12.2013

R/ Na.Bicarbonat As. Sitrat Vitamin C Flavour Colour Sir. Simplex Aqua

1,25 qs 0,5 qs qs 10 ad 50

m.f.pot.eff.da s haust

Pro : Ny. Jen Tarigan

A. Resep standar Siruf Simplex ( FORMIN 191 ) R/ Gula Aqua 66 ad 100

B. Kelengkapan resep Tidak ada paraf dokter Tidak ada alamat pasien

C. Penggolongan obat O;G;W;B ; Asam sitrat, Na.Bicarbonat


19

D. Komposisi bahan Na. Bicarbonat Asam sitrat Vitamin C Oleum citri FD yellow Siruf simplex Aquq ad 1,25 1,040 0,5 II gtt 5 ml 10 50

II.

Uraian bahan 1. Na. Bicarbonat a. Sinonim b. Khasiat c. Pemerian asin d. Kelarutan etanol e. Farmakologi : Basa-basa lemah untuk mengikat, dan meneetralkan asam lambung f. Inkompatibilitas : Dengan asam membebaskan CO2 g. Dosis :1x=14g 1h=14g 2. Asam sitrat a. Sinonim b. Khasiat ( FI III, hal 50 ) : Acidum citrikum : Zat tambahan ( oop, 230 ) : Larut dalam 11 bagian air, praktis tidak larut dalam ( FI III, hal 424 ) : Natrium subcarbonat, Natrium bicarbonas : Antasida : Serbuk putih atau hablur, buram, tidak berbau, rasa

c. Farmakologi : Dalam siklus asam sitrat, glukosa di rubah melalui piltrat, menjadi asam sitrat yang merupakan bahan pangkal untuk sintesa asam lemak dan kolestrol d. Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih,

tidak berbau rasa sangat asam, agak higrokopis

20

e. Kelarutan

: larut dalam 1 bagian air dan dalam 1,5 bagian

etanol ( 95 % ) 3. Vitamin C a. Sinonim b. Khasiat ( FI III, hal 47 ) : Asam askorbat, acidum askorbikum : Antiskorbut, anti oksidan

c. Farmakologi : Pengubah tripton menjadi serotomin, yang di hasilkan dari reduksi vitamin c d. Pemerian : Serbuk atau hablur putih agak kuning, tidak berbau

asam oleh pengaruh cahaya e. Kelarutan etanol 4. Oleum citri a. Sinonim b. Kegunaan c. Pemerian d. Kelarutan ( FI III, hal 455 ) : Minyak jeruk : Zat tambahan : Cairan kuning agak pucat, atau kuning kehijauan : Larut dalam 12 bagian etanol, larut agak berpotensi : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam

dapat bercampur dengan etanol, mutlak e. Konsentrasi : 0,2 0,3 % 5. FD & yellow a. Sinonim b. Khasiat c. Kelarutan ( MD 32th. 1001 ) : Tatrazin : Zat tambahan sebagai pewarna : Larut dalam air dan membentuk larutan kuning,

mudah larut dalam alkohol d. Konsentrasi : 0.01 % 6. Siruf simplex a. Sinonim b. Pemerian c. Kegunaan ( FI III, hal 567 ) : Siruf gula : Cairan jernih tidak berwarna, rasa manis : Zat tambahan

21

7. Aquades a. Sinonim b. Pemerian berasa c. Kegunaan

( FI III, hal 96 ) : Air suling, aqua destilata : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak

: Zat tambahan

III.

Perhitungan dosis -

IV.

Perhitungan bahan 1. Asam sitrat : Na.bicarbonat 10 : 2 1.40 : X = 10.2 X= = 1,249 mg = 1.3 mg Air = 1,040 X 10 ml = 10,4 ml 2. Vitamin C Air 0,5 X 1 = 0,5 g = 0,5 ml 1 ml

3. FD & C yellow = 0,01 % X 50 g = 5 mg Pengenceran FD & C yellow = 50 mg Ari = 10 ml

4. Siruf simplex = 10 g 5. Oleum citri 6. Aqua ad = 0,2 % X 50 = 0,1 ml X 20 tetes = 2 tetes = 50 ml

22

V.

Cara kerja 1. Dikalibrasi botol 50 ml, di saiapkan alat dan bahan 2. Ditimbang Na.bicarbonat 1,25 gram, ditimbang Asam sitrat 1,040 gram, ditimbang vitamin c 500 mg, ditimbang FD & C yellow 50 mg, diukur siruf simplex 10 ml 3. Buat pengenceran FD & C yellow, di ambil 5 ml, hasil pengenceran di masukan dalam beker glass 4. Dilarutkan Na.bicarbonat dalam mortir dengan cara gerus tuang ( di gerus dan masukan cairan jernih ke dalam botol, endapan ditambah air dan digerus semua endapan larut dan habis ), basa 5. Dilarutkan asam sitrat dalam beker gelas, ditambah siruf simplex sampai larut sishkan, ( campuran 1 ) 6. Larutkan vitamin c, dalam beker gelas masukan kedalam campuran 1 7. Masukan 2/3 bagian asam ke dalam botol, biarkan netral 8. Ditetesi oleum citri, lalu masukan 1/3 bagian air asam melalui dinding botol 9. Dikemas dan ditutup, beri etiket putih

VI. -

Penandaan Wadah : botol Etiket putih dan label Jangan Dikocok LABORATORIUM FORMULASI RESEP FAKULTAS FARMASI UI Apt : Mia Nur Inees No. 02 Tgl : 01.12.2013

Tn. Jen Di minum sekaligus Jangan di kocok

23

VII.

Edukasi 1. Obat ini berkhasiat penyegar sebagai antasida ( Mengurangi rasa nyeri lambung ) 2. Obat di minum sekaligus dan sebelum di minim tidak boleh di kocok 3. Efek samping mual, muntah, sakit kepala 4. Simpan di tempat sejuk dan kering

VIII.

Pembahasan

Resep ini dibuat sediaan potio efferfescent yang merupakan contoh dari sediaan saturasi. Saturasi adalah Adalah solutio yang dibuat dengan cara mereaksikan bagian asam dan suatu bikarbonat, yang didalamnya jenuh dengan CO2, biasanya digunakan sebagai penyegar. Komposisi resep tersebut adalah natrium bikarbonat sebagai basa, asam sitrat sebagai asam, vitamin C sebagai zat aktif, oleum citri pengaroma, FD & C yellow sebagai pewarna, sirupus simplek sebagai pemanis dan air sebagai pelarut. Natrium bikarbonat adalah senyawa kimia dengan rumus NaHCO3. Dalam penyebutannya kerap disingkat menjadi bicnat. Senyawa ini termasuk kelompok garam dan telah digunakan sejak lama. Senyawa ini disebut juga baking soda (soda kue), Sodium bikarbonat, natrium hidrogen karbonat, dan lain-lain. Senyawa ini merupakan kristal yang sering terdapat dalam bentuk serbuk. Natrium bikarbonat larut dalam air. Senyawa ini digunakan dalam roti atau kue karena bereaksi dengan bahan lain membentuk gas karbon dioksida, yang menyebabkan roti "mengembang". Senyawa ini juga digunakan sebagai obat antasid (penyakit maag atau tukak lambung). Karena bersifat alkaloid (basa). Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam pada makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara dalam siklus asam sitrat yang terjadi di

24

dalam mitokondria, yang penting dalam metabolisme makhluk hidup. Zat ini juga dapat digunakan sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan. Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin C juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Buah-buahan, seperti jeruk, merupakan sumber utama vitamin ini. Tartrazin (dikenal juga sebagai E102 atau FD&C Yellow 5) adalah pewarna kuning lemon sintetis yang umum digunakan sebagai pewarna makanan. Tartrazin merupakan turunan dari coal tar, yang merupakan campuran dari senyawa fenol, hidrokarbon polisiklik, dan heterosklik. Karenakelarutannyadalam air, tartrazin umum digunakan sebagai bahan pewarna minuman. Oleum citri berupa cairan berwarna kuning pucat atau kuning kehijauan, mempunyai bau khas dan agak pahit, dalam resep ini oleum berkhasiat sebagai pengaroma jeruk.
Adapun cara kerja resep ini. Disiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan serta ditimbang bahan-bahan. Resep ke 3 ini tidak dilakukkan kalibrasi karena sisa air digunakan untuk melarutkan Natrium bromide, lagipula jika sisa air dimasukkan delam botol dengan tutup yang terbuka akan membebaskan CO2 yang dibutuhkan dalam

pengobatan. Dibuat pengenceran pewarna yaitu FD & Cyellow yang dilarutkan dengan 10 ml air dan diambil hanya 1 ml disishkan. Potio effervescent ini adalah pencampuran asam dan basa yang bereaksi mengeluarkan gas CO2 . Dalam resep ini basa dibuat dengan dilarutkannya natrium bikarbonat di mortir dengan cara gerus tuang. Gerus tuang adalah cara melarutkan sediaan tertentu dengan digerus bersama air dalam mortir, larutan yang jernih dimasukkan ke botol dan endapan dilarutkan lagi dengan air, dilakukkan berulang-ulang hingga endapan habis terlarut. Larutan natrium bikarbonat langsung dimasukkan ke dalam botol. Kemudian dibuat asam dengan dialarutkannya asam sitrat didalam beaker hingga larut dan ditambahkan dengan sirupus simplek serta I ml pengenceran FD & C

25

yellow yang telah dibuat. Diaduk campuran asam hingga homogeny. Kemudian 2/3 asam dimasukkan ked lam basa dan dibiarkan netral (hingga habis semua gelembung CO2 ) lalu ditambahkan oleum citri. Lalu sisa asam dimasukkan perlahan lahan melewati dinding botol ke dalam basa dan segera ditutup dengan gabus atau karet dan diikat dengan tali secara simpul sampangne. Jangan dikocok karena akan memeberikan tekanan lebih besar untuk CO2 dalam botol, diberi etiket putih. Obat ini berkhasiat sebagai antasida karena mengandung CaCO3 dan sebagai penyegar dengan CO2. Obat diminum sekaligus dihabiskan, sebelum diminum jangan dikocok. Efek samping dari obat adalah mual, sakit kepala, dan muntah-muntah.

2.5.2 I.

Potio dalam bentuk suspensi

resep asli

26

A. Resep standar
Sirupus Simplex ( FORMIN 191) R/ Gula 66

Aqua ad 100

B. Kelengkapan resep Paraf dokter tidak tertera Alamat pasien tidak tertera

C. Penggolongan obat O:W : Hexamin D. Komposisi bahan


Hexamin 2

G:B : Vitamin C

Oleum Citri Sirupus Simplex Aqua II. Uraian bahan 1. Hexaminum (FI III, 283)

2 tetes 10 ad 50

a. Sinonim : heksamina, metanomina, urotropin b. Khasiat : antiseptikum saluran kemih c. Pemerian : hablur putih, tidak berbau, rasa membakar dan manis, kemudian agak pahit, jika dipanaskan pada suhi lebih lebih kurang 260 C akan menyuclim

27

d. Kelarutan : larut dalam 1,5 bagian air, dalam 12,5 ml etanol (75%) p, dan dalam lebih kurang 10 bagian kloroform p e. Dosis : DM 1 x = 1 g DL 1x = 250-500 mg 1 h = 4 g 1 h = 1-2 g f. Inkompatibilitas : jika bertemu asam akan pecah, keluar formaldehid dan ammonia 2. Acidum ascorbicum (FI III,47) a. Sinonim : asam askorbat, vitamin C b. Khasiat : antiskorbut c. Pemerian : serbuk hablur, putih atau agak kuning, tidak berbau, asam oleh pengaruh cahaya, lambat laun menjadi gelap, dalam keadaan kering menetap di udara, dalam larutan cepat teroksidasi d. Dosis : DL 1h = 75 100 mg 3. Oleum citri (FI III,455) a. Sinonim : minyak jeruk : b. Khasiat zat tambahan (pengaroma) c. Pemerian : cairan kuning pucat, atau kuning kehijauan, bau khas, rasa pedas dan agak pahit. d. Kelarutan : larut dalam 12 bagian volume etanol (90%) larutan agak berpolisensi, dapat bercampur dengan etanol mutlak e. Konsentrasi : 0,2 % 4. Sirupus simplex (FI III, 507) a. Sinonim : sirup gula b. Khasiat : zat tambahan (pemanis)

28

c. Pemerian : cairan jernih, agak kecoklatan atau tidak berwarna, tidak berbau, rasa manis d. Kelarutan : sangat mudah larut dalam air 5. Aqua destilata (FI III,96) a. Sinonim : air suling, aquades b. Khasiat : pelarut c. Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan mempunyai rasa III. Perhitungan dosis 1. Hexamin DM : 1x = 1 g : 1h = 8 g DDR : 1x = 1h = 3 x 600 mg = 1800 mg Kesimpulan : Terapi Rekomendasi : dosis ditepatkan pada DL menjadi 1x = 1h = 400 mg x 3 = 1200 mg IV. Penimbangan bahan 1. Hexamine : 2 g Air untuk melarutkan 2 x 1,5 = 3 ml 2. Vitamin C tidak digunakan karena bereaksi dengan hexamine. 3. Ol. Citri : 0,2 % x 50 ml = 0,1 ml x 20 tts = 2 tts 4. Aqua ad 50 ml DL: 1x = 250-500 mg 1h = 1-2 g tidak

29

V. Cara kerja 1. Disiapkan alat dan ditimbang bahan yang diperlukan 2. Ditara botol sebanyak 50 ml 3. Dilarutkan hexamine dengan air di Erlenmeyer ad larut, dimasukkan ke beaker glass 4. Ditambahkan sirupus simplex dalam beaker glass, aduk ad homogen 5. Dimasukkan campuran ke dalam botol, tambahkan aquadest sampai tanda kalibrasi 6. Diteteskan oleum citri, di kocok, dan diberi etiket putih VI. Penandaan

VI. Edukasi 1. Obat ini berkhasiat sebagai antiseptic saluran kemih 2. Obat diminum 3 x sehari 2 sendok teh 3. Dikocok dahulu sebelum diminum 4. Simpan di tempat yang sejuk dan kering

30

Dr. Fathan Aziz SIP. NO. 981/SIP/DKK/2002 Jl. Cinangka 21, Depok Depok, 01.12.2013 R/ Amoxsan F dry syrup I m.f potio s.t.d.d I cth AC

Pro : Muhan, 8 thn BB = 20 kg

I. II. -

Kelengkapan Resep Tidak ada paraf dokter Keterangan Amoxsan FORTE dry syrup (Sanbe Farma) kemasan 60 ml Amoksisilina 125 mg / 5 ml sirop kering Dosis : Anak > 8 kg 125-250 mg tiap 8 jam

III. -

Khasiat : antibiotika Perhitungan Dosis DL Amoxsan pemakaian 1x = 125 mg 250 mg = 250 mg sesuai DL 1 hari = 24/8 x 125 250 mg = 375 750 mg = 3 x 250 mg = 750 mg sesuai DL *Pemakaian Amoxsan F sesuai DL maka resep dapat dikerjakan

IV. V.

Jumlah bahan Amoxsan F dry syrup I sesuai ED Cara Kerjs

31

1. Disiapkan alat dan bahan 2. Diambil Amoxsan F dry syrup I 3. Ditambahkan aqua 4. Dikocok rata 5. Diberi etiket putih

VII. -

Penandaan Wadah : botol Etiket putih, label NI, dan label Kocok Dahulu

LABORATORIUM FORMULASI RESEP FAKULTAS FARMASI UI Apt : Mia Nur Inees No. 3 Muhan Tiga kali sehari satu sendok teh Sebelum makan KOCOK DAHULU Tgl : 01.12.2013

TIDAK BOLEH DIULANG TANPA RESEP BARU DARI DOKTER

32

2.6

Contoh Potio di Pasaran

33

BAB III PENUTUP


Kesimpulan Potio adalah sediaan cair berupa cairan yang dimaksudkan untuk diminum, diramu, dan diracik sedemikian rupa sehingga dimungkinkan untuk diberikan dalam volume dosis tunggal dalam jumlah tertentu. Sediaan potio ini hanya untuk pemakaian dalam (peroral). Selain berbentuk larutan, potio dapat juga berbentuk emulsi atau suspensi.

34

DAFTAR PUSTAKA
Lachaman, Leon, Herbert A. Lieberman dan Joseph L. Kanig. 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri I. UI Press. Jakarta Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. Anonim, 1978, Formularium Nasional II, Depkes RI, Jakarta. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 298 Ansel, H., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi ke 4. UI Press. Jakarta Moh. Anief. 2003. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Anonim. 1968. British Pharmacopoeia volume II. London: HMSO. Ansel, HC. 1999. Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems. 7th ed. Philadephia: Lippincott Williams and Wilkins.

35

Você também pode gostar