Você está na página 1de 3

ANTARA NU dan MUHAMMADYAH

NU pendirinya adalah KH Hasyim Ashari sedangkan Muhamadiyah


pendirinya adalah KH Ahmad Dahlan. Kedua-duanya adalah murid
dari seorang Imam Masjidil Haram orang Minang yang sudah lama
bermukim di Mekah bernama Syekh Akhmad Khatib (dari buku
Islam dan adat Minangkabau karangan Buya Hamka). Setelah berguru
kepada sang Imam Akhmad Khatib di Mekah kedua pendiri organisasi
besar tsb kembali ke Indonesia ikut ORMAS Islam, yang bernama SI
(Sarikat Islam) dimana tujuanna untuk melawan pemerintah belanda,
tetapi SI disusupi oleh Komunis, yang muncul dengan sebutan SI
merah, lalu KH Hasyim Ashari mendirikan NU dan KH Akhmad Dahlan
mendirikan Muhamadiyah, dimana kedua organisasi ini merupakan
ORMAS Islam dan bukan aliran dalam Islam.

Pertentangan dari kedua organisasi ini justru terjadi pada level bawah
bukan pada pengurus levela atas dimana yang bersangkutan Ilmu
Agamanya sudah tinggi.

Misalnya begini :

Ketika Buya Hamka (Muhamadiyah) dan KH Idham Khalid (NU)


melakukan umarah bersama-sama, waktu Buya Hamka menjadi imam
untuk shalat subuh beliau menggunakan Qunut krn menghormati KH
Idham Khalid sebagai orang NU, begitu juga sebaliknya ketika KH
Idham Khalid menjadi imam utk Shalat Subuh beliau tdk
menggunakan Qunut krn menghormati Buya Hamka sebagai orang
Muhamadiyah.

Apakah orang sekaliber KH Idham Khalid atau Buya Hamka dalam


melaksanakan ibadah shalat tdk spt yang ditutunkan oleh Rasullulah
sptnya tdk mungkin.

Selanjutnya pertentangan ini makin tajam ketika berurusan dengan


unsur Politik dan kekuasaan, digunakanlah berbagai fatwa untuk
mencari dukungan, masalah begini sudah sering kita lihat dari sejarah
sejak Rasulullah meninggal sampai saat ini.

Saya pernah mendengar wawancara seorang pengamat Islam dari


amerika bernama Karen Armstrong berkata sepecah-pecahnya antara
Suni dengan Si'ah lebih pecah lagi antara Protestan Advent dengan
Protestan yang lain, krn walau siah dan suni berbeda pendapat Kitab
sucinya tetap sama, tata aturan Ibadah Fiqih yang utama tetap sama
(Mis Jumlah rakaat shlat tetap sama), Kiblat Shalatnya tetap sama dan
yang pasti sekali Bacaan wajib Shalatnya tetap sama.

Jadi menurut hemat saya yang bodoh ini kalau ada perbedaan dalam
masalah kilafiya dan membingungkan Umat kita sebagai orang yang
berilmu berkewajiban utuk meluruskan bkn mengkafirkan saudara kita
yang ada perbedaan kecuali masalah aqidah itu masalah lain.
Hanya itu saja dari saya yang bodoh akan ilmu agama ini.

Mungkin masalah topik NU dan Muhamadiyah ini merupakan diskusi


yang menarik bagi kita coba perhatikan di daerah-daerah dimana NU
dan Muhamadiyah merupakan basisnya, mis di Minang banyak
Muhamadiyah tetapi Orang tua pendiri Muhamadiyah disana dulunya
bukan Muhamadiyah (mis Inyiak Parabek, Inyiak Jambek), sedangkan
di Jawa Timur banyak NU tetapi di JATIM ada Pesantren GONTOR yang
pendirinya adalah orang muhamadiyah kalau tidak salah, sedangkan di
Yogya merupakan pusat Muhamadiyah tetapi pesantren Kerapyak
adalah NU.
Jadi disini kita lihat bahwa hal terbut sudah baik sejak dulu tetapi ada
pemecah belah dari orang luar ISlam spt kasus Sarekat Islam yang
dipecah oleh Komunis.
Tambahan aja Insya Allah apa yg aku sampaikan ini kalo benar dari
Allah SWT sedangkan bila salah hanya dari hamba yg penuh Dosa ini
antar NU dan Muhammadiah, pendirinya memang dari satu guru
setelah mencari ilmu maka keduanya mensyiarkan agama islam
dimana NU pendirinya adalah KH Hasyim Ashari lebih fokus pada
mayarakat bawah atau pedesaan dimana pada golongan ini waktu
luang lebih banyak karena itu KH Hasyim lebih banyak pendekatan
dengan perbanyak DOa,Zikir,Tahlil dan kegiatan ibadah lain2nya
dimana waktu yang luang ini dimanfaatkan lebih banyak untuk ibadah,
sedangkan Muhamadiyah pendirinya KH Ahmad Dahlan lebih banyak
bersyiar pada golongan menengah atas atau daerah perkotaan karena
orang2 kota atau para eksekutif waktu mereka banyak dihabiskan
untuk bekerja sehingga waktu untuk ibadah hannya sebentar maka KH
Ahmad Dahlan dalam syiar agama islam tidak memberikan ajaran
yang banyak menyita waktu mereka, akan tetapi ibadah yang lebih
praktis tapi dalam kegiatan syiar mereka mempunyai tujuan yang
sama yaitu Syiar agama Islam tujuan hannya tetap pada Allah SWT
semata……..dilihat dari sejarah islam di Indonesia kita penyebarannya
dilakukan oleh para Wali2 dimana dalam pendekatan syiar agama
mereka juga berbeda melihat dari budaya pada daerah masing2……Tapi
pada kenyataan dalam kehidupan mengapa kita mudah sekali
terpecahkan oleh hasuttan orang2 yang tidak bertanggung jawab
padahal pendirinya saja satu tujuan tapi hannya beda tupoksi dalam
penyebaran agama islam dan dalam penyebaran tersebut dipastikan
metodenya juga pasti berbeda seperti apa yang dilakukan oleh Wali2
di Indonesia terdahulu….ya ini Negara barat dan eropa sangat bagga
karena bisa berhasil memecah umat islam di dunia ini…yang sangat
mereka takutkan bila islam ini satu…yaitu satu perjuangan…satu
soudara…satu tujuan yaitu kebenaran...trus bagaimana bila yang
masuk golongan muhammadyah dari masyarakat menengah kebawah
demikian sebaliknya...semua itu tergantung dari niat ibadah kita pada
Allah SWT....karena kedua golongan ini sama baiknya dilihat dari
sejarah pendiriannya tergantung yang mengamalkan karena itu pada
prinsipnya islam itu satu....

Você também pode gostar