Você está na página 1de 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunianyalah sehingga kami dapat menyelesaiikan makalah yang berjudul Manusia Dalam Kehidupan. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman serta pihak lain secara tidak langsung turut membantu menyelesaikan makalah ini . Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kesalahannya,mengingat kemampuan kami yang terbatas untuk itu saya memerlukan kritik dan saran yang bersifat membangun dari teman-teman semua. Akhir kata kami ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya semoga makalah ini berguna sebagaimana mestinya.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perawat wajib untuk merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien dan atau pasien, kecuali untuk kepentingan hukum. Hal ini menyangkut privasi klien yang berada dalam asuhan keperawatan karena disis lain perawat juga wajib menghormati hak-hak klien dan atau pasien dan profesi lain sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Perawat wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya. Jika dalam konteks ini memang agak membingungkan, saya hanya bisa menjelaskan seperti ini, pelaksanaan gawat darurat yang sangat membutuhkan pertolongan segera dapat dilaksanakan dengan baik yaitu di rumah sakit yang tercipta kerja sama antara perawat serta tenaga kesehatan lain yang berhubungan langsung, sedangkan untuk daerah yang jauh dari pelayanan kesehatan modern tentunya perawat kebanyakan menggunakan seluruh kemampuannya untuk melakukan tindakan pertolongan, demi keselamatan jiwa klien. Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa etika merupakan pengetahuan moral dan susila, falsafah hidup, kekuatan moral, sistem nilai, kesepakatan, serta himpunan hal-hal yang diwajibkan, larangan untuk suatu kelompok/masyarakat dan bukan merupakan hukum atau undang-undang. Dan hal ini menegaskan bahwa moral merupakan bagian dari etik, dan etika merupakan ilmu tentang moral sedangkan moral satu kesatuan nilai yang dipakai manusia sebagai dasar prilakunnya. Maka etika keperawatan (nursing ethics) merupakan bentuk ekspresi bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik keperawatan. Sakit bukan hanya masalah fisik semata tetapi lebih luas dari itu yaitu menyangkut masalah psiko juga Dengan demikian kepedulian terhadap mereka yang sakit seharusnya perlu dilihat secara utuh dan menyeluruh dari segi bio, psiko, sosio, spiritual. Menyadari akan hal itu, maka mulai mengembangkan pola pelayanan terpadu yang disebut Pola Pelayanan Holistik. Pelayanan ini dilakukan oleh sebuah tim, yang terdiri dari berbagai profesi salah satunya perawat dimaksudkan untuk dapat menjangkau dan membantu mengatasi masalah-masalah kesehatan pada pasien, dan asuhan keperawatan profesional lah yang sangat dibutuhkan dalam proses pengobatanya. dan tanggung jawab sebagai perawat profesional agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Perawat harus selalu memperhatikan dari segi bio, psiko, sosio dan spiritual. (RS PGI Cikini Jakarta, 1994)
Kita ketahui bahwa petunjuk Rasulullah saw. Dalam masalah penanganan jenazah adalah petunjuk dan bimbingan yang terbaik dan berbeda dengan petunjuk umat-umat lainnya. Bimbingan beliau

dalam hal mengurus jenazah didalamnya mencakup aturan yang memperhatikan sang mayat. Termasuk member tuntunan yaitu bagaimana sebaiknya keluarga dan kerabatnya memperlakukan jenazah/mayat. Dengan demikian, petunjuk dan bimbingan Rasulullah saw. Dalam mengurus jenazah ini merupakan potret aturan yang paling sempurna bagi sang mayat. Aturan yang sangat sempurna dalam mempersiapkan seorang yang telah meninggal untuk kemudian bertemu dengan Rabbnya dengan kondisi yang paling baik. Bukan hanya itu, keluarga dan orang-orang yang terdekat sang mayat pun disiapkan sebagai barisan orang-orang yang memuji Allah dan memintakan ampunan serta rahmat-Nya bagi yang meninggal

B. Tujuan Masalah 1. Tujuan Umum mampu memahami cara pendampingan bimbingan rohani kepada pasien yang merupakan asuhan keperawatan profesional memberikan ketenangan pada pasien. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu menjelaskan arti dari spiritualitas. b. Mahasiswa mampu memahami peran agama terhadap kondisi pasien. c. Mahasiswa mampu mengimplementasikan manfaat bimbingan spiritual bagi rumah sakit.
1. 2. 3. 4. Bagaimana Tata Cara Mengurus Jenazah? Bagaimana Perihal Sholat Jenazah? Bagaimana Tata cara Penguburan Jenazah? Bagaimana Mempraktikkan tata cara pengurusan Jenazah?

BAB II PEMBAHASAN

I.

HAK DAN KEWAJIBAN

Pengertian Hak Hak adalah tuntutan seorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan, morlaitas, dan legalitas. Pengertian Kewajiban Kewajiban adalah tanggung jawab seseorang untuk melakukan sesuatu yang memang harus dilakukan agar dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan haknya Peranan Hak 1. Mengekspresikan kekuasaan dalam konflik 2. Pembenaran pada suatu tindakan 3. Menyelesaikan perselisihan Jenis-Jenis Hak 1. Hak Kebebasan 2. Hak kesejahteraan 3. Hak Legislatif HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN Hak : Kekuasaan / kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu badan hukum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu. Kewajiban : Sesuatu yang harus diperbuat atau yang harus dilakukan oleh seseorang atau suatu badan hokum Pasien : Penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam keadaan sehat maupun sakit HAK PASIEN : 1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
2.

Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur. 3. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi kedokteran / kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi .

4. Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan dengan standar profesi keperawatan 5. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit. 6. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar. 7. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, sepengetahuan dokter yang merawat. 8. Pasien berhak atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data- data medisnya.

a. b. c. d. e.

Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi : penyakit yang diderita tindakan medik apa yang hendak dilakukan kemungkinan penyakit sebagai akibat tindakan tsb sebut dan tindakan untuk mengatasinya alternatif terapi lainnya prognosanva. perkiraan biaya pengobatan
10. Pasien berhak menyetujui/memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya 11. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya. 12.

9.

Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis. 13. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya. 14. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit 15. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan perlakuan rumah sakit terhadap dirinya. 16. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual. KEWAJIBAN PASIEN Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib rumah skait Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam pengobatannya. Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan rumah sakit/dokter

1. 2. 3. 4.

5. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya 6. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan. 7. Memperhatikan sikap menghormati dan tenggang rasa.

HAK DAN KEWAJIBAN PERAWAT Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang merupakan salah satu dari praktik keperawatan tentunya seorang perawat memiliki hak dan kewajiban. Dua hal dasar yang harus dipenuhi, dimana ada keseimbangan antara tuntutan profesi dengan apa yang semestinya didapatkan dari pengembanan tugas secara maksimal. Memperoleh perlindungan hukum dan profesi sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi dan Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan salah satu hak perawat yang mempertahankan kredibilitasnya dibidang hukum serta menyangkut aspek legal atas dasar peraturan perundang-undangan dari pusat maupun daerah. Hal ini seperti dipaparkan pada materi sebelumnya sedang dipertimbangkan oleh berbagai pihak, baik dari PPNI, Organisasi profesi kesehatan yang lain, lembaga legislatif serta elemen pemerintahan lain yang berkepentingan. Selain mendapatkan perlindungan hukum secara legal, perawat berhak untuk memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan atau keluarganya agar mencapai tujuan keperawatan yang maksimal. Jadi kepada klien dan keluarga yang berada dalam lingkup keperawatan tidak hanya memberikan informasi kesehatan klien kepada salah satu profesi kesehatan lainnya saja, akan tetapi perawat berhak mengakses segala informasi mengenai kesehatan klien, karena yang berhadapan langsung dengan klien tidak lain adalah perawat itu sendiri. Hak perawat yang lain yaitu melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan otonomi profesi. Ini dimaksudkan agar perawat dapat melaksanakan tugasnya hanya yang sesuai dengan ilmu pengetahuan yang didapat berdasarkan jenjang pendidikan dimana profesi lain tidak dapat melakukan jenis kompetensi ini. Perawat berhak untuk dapat memperoleh penghargaan sesuai dengan prestasi, dedikasi yang luar biasa dan atau bertugas di daerah terpencil dan rawan. HAK-HAK PERAWAT : 1. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya. 2. Mengembangkan diri melalui kemampuan spesialisasi sesuai latar belakang 3. Menolak keinginan klien/pasien yang bertentangan dengan peraturan perundangan serta standar profesi dan kode etik profesi. 4. Mendapatkan informasi lengkap dari klien/pasien yang tidak puas terhadap pelayanannya. 5. Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan IPTEK dalam bidang keperawatan/kebidanan/kesehatan secara terus menerus.

6. Diperlakukan adil dan jujur oleh rumah sakit maupun klien/pasien dan atau keluarganya. 7. Mendapatkan jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya. 8. Diikutsertakan dalam penyusunan/penetapan kebijakan pelayanan kesehatan di rumah sakit 9. Diperhatikan privasinya dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh klien/pasien dan atau keluarganya serta tenaga kesehatan lain. 10. Menolak pihak lain yang memberi anjuran/permintaan tertulis untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan perundang-undangan, standar profesi dan kode etik profesi. 11. Mendapatkan perhargaan imbalan yang layak dari jasa profesinya sesuai peraturan/ketentuan yang berlaku di rumah sakit. 12.

Memperoleh kesempatan mengembangkan karir sesuai dengan bidang profesinya.

KEWAJIBAN PERAWAT Dalam melaksanakan praktik keperawatan perawat berkewajiban untuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi, standar praktek keperawatan, kode etik, dan SOP serta kebutuhan klien atau pasien dimana standar profesi, standar praktek dan kode etik tersebut ditetapkan oleh organisasi profesi dan merupakan pedoman yang harus diikuti oleh setiap tenaga keperawatan. Perawat yang melaksanakan tugasnya diwajibkan untuk merujuk klien dan atau pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemerikasaan atau tindakan. Hal ini juga tergantung situasi, jika lingkungan kita juga tidak memungkinkan maka kita sebagai perawat dapat menerangkan alasan yang tepat. Perawat wajib untuk merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien dan atau pasien, kecuali untuk kepentingan hukum. Hal ini menyangkut privasi klien yang berada dalam asuhan keperawatan karena disis lain perawat juga wajib menghormati hak-hak klien dan atau pasien dan profesi lain sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Perawat wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya. Jika dalam konteks ini memang agak membingungkan, saya hanya bisa menjelaskan seperti ini, pelaksanaan gawat darurat yang sangat membutuhkan pertolongan segera dapat dilaksanakan dengan baik yaitu di rumah sakit yang tercipta kerja sama antara perawat serta tenaga kesehatan lain yang berhubungan langsung, sedangkan untuk daerah yang jauh dari pelayanan kesehatan modern tentunya perawat kebanyakan menggunakan seluruh kemampuannya untuk melakukan tindakan pertolongan, demi keselamatan jiwa klien. Kewajiban lain yang jarang diperhatikan dengan serius yaitu menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu keperawatan dalam meningkatkan profesionalsme. Beberapa faktor-faktor yang membuat kita malas mengembangkan ilmu keperawata banyak sekali.

1. a. b. c.

Kewajiban Perawat Meliputi : Perawat wajib memiliki : Surat Ijin Perawat ( SIP ) ; sebagai bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatan diseluruh wilayah Indonesia. Surat Ijin Kerja ( SIK ) ; sebagai bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk melakukan praktek keperawatan di sarana kesehatan Surat Ijin Praktek Perawat ( SIPP ) ; sebagai bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk menjalankan praktek perawat perorangan / kelompok 2. Perawat wajib menghormati hak-hak pasien. 3. Perawat wajib merujuk kasus yang tidak dapat ditangani 4. Perawat menyimpan rahasia pasien sesuai dengan peraturan perundangnundangan yang berlaku 5. Perawat wajib memberikan informasi kepadapasien / keluarga yang sesuai bbatas kewenangan perawat 6. Meminta persetujuan setiap tindakan yang akan dilakukan oleh perawat sesuai dengan kondisi pasien baik secara tertulis maupun secara lisan 7. Mencatat semua tindakan keperawatan ( dokumentasi asuhan keperawatan ) secara akurat sesuai peraturan & SOP yang berlaku 8. Mematuhi standar profesi & kode etik perawat Indonesia dalam melaksanakan praktik profesi keperawatan 9. Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan Iptek keperawatan & kesehatan 10. Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa pasien sesuai batas kewenangan & SOP 11. Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Mentaati semua peraturan perundang-undangan 12. Mengumpulkan angka kredit profesi dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh SIK ulang & SIPP Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat maupun dengan anggota tim kesehatan lain.

II.

Pendampingan atau Bimbingan Pasien

A. Pelayanan secara spiritual Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya Tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat (Alimul, 2006). Hubungan keyakinan dengan pelayanan kesehatan, kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien kritis atau menjelang ajal. Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan pelayanan kesehatan, dimana kebutuhan dasar manusia yang diberikan melalui pelayanan kesehatan tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan.

B. Bimbingan Rohani Pada Pasien 1. Peran agama terhadap kondisi pasien: a. Peran agama terhadap kondisi psikologi Orang yang merasa dirinya dekat dengan Tuhan, diharapkan akan timbul rasa tenang dan aman, yang merupakan salah satu ciri sehat mental yaitu: mengatur pola hidup individu dengan kebiasaan hidup sehat memperbaiki persepsi ke arah positif memiliki cara penyelesaian masalah yang spesifik mengembangkan emosi positif mendorong kepada kondisi yang lebih sehat b. Peran agama terhadap kondisi sosio Umumnya para penganut agama akan melakukan kegiatan ibadah atau kegiatan sosial lainnya secara bersama-sama. Dan kegiatan bersama seperti ini dilakukan secara berulang-ulang, sehingga dapat menimbulkan rasa kebersamaan dan meningkatkan solidaritas antarjamaah. bahwa orang dengan skor religiusitas tinggi, pada umumnya dapat membina keharmonisan keluarga, dan pada umumnya dapat membina hubungan yang baik di antara keluarga. c. Peran agama terhadap kondisi psikologik

Peran keagamaan terhadap perubahan fisikbiologik, bahwa dengan perkataan yang baik dan halus sebagaimana perkataan orang yang sedang berdoa dapat mengubah partikel air menjadi kristal heksagonal yang indah, dan selanjutnya bermanfaat dalam upaya kesehatan secara umum. Begitu juga kaitan antara sholat tahajud dengan kesehatan telah, bahwa mereka yang melaksanakan sholat tahajud secara rutin, setelah 4 minggu akan menunjukkan peningkatan kadar limfosit dan kadar imunoglobulin, dan terus meningkat sampai minggu ke delapan. Meningkatnya kadar limfosit dan imunoglobulin menggambarkan makin tingginya daya tahan tubuh secara imunologik (Sholeh, 2000). C. Manfaat bimbingan spiritual Tidak ada orang yang ingin menderita sakit dan semua orang yang sakit pasti menginginkan kesembuhan. Salah satu cara meningkatkan kesembuhan adalah dengan memberikan bimbingan rohani dan spiritual. Bimbingan spiritual ternyata berdampak kepada peningkatan kesembuhan dan motivasi pasien. Dalam konteks ini, bimbingan spiritual merupakan pelengkap pengobatan dan pelayanan medis di rumah sakit. Adapun bagi rumah sakit kegiatan bimbingan spiritual jelas dapat memberikan nilai tambah dalam hal pelayanan bagi pasiennya. Manfaat yang akan diperoleh: a. Perawat mengetahui pentingnya memberikan bimbingan spiritual kepada orang yang sedang sakit. b. Perawat memahami tata cara bimbingan spiritual untuk pasien sesuai dengan tuntunan Islam. c. Perawat mampu mereplikasi dan menjalankan kegiatan bimbingan spiritual bagi pasien di tempat kerjanya. d. Rumah sakit mendapat citra yang baik di mata masyarakat

III.
A. 1.

Merawat Jenazah dan Pemakaman


Tata Cara Mengurus Jenazah Hal-hal yang harus dilakukan setelah seseorang meninggal

Apabila menjumpai seseorang yang telah menghembuskan nafasnya yang terakhir, maka diharuskan untuk melakukan hal-hal seperti berikut: 1. 2. 3. 2. Segera memejamkan mata sang mayat dan mendoakannya Menutup seluruh badan sang mayat dengan pakaian selain yang dikenakannya. Menyegerakan pengurusan jenazah hingga proses pemakamannya bila telah nyata kematiannya. Memandikan mayat Apabila seorang meninggal dunia, maka wajib bagi sekelompok muslim untuk segera

memandikannya. Dalam memandikan mayat, hendaknya menjaga hal-hal sebagai berikut: 1. 2. 3. Memandikan tiga kali lebih sesuai dengan yang dibutuhkan Hendaklah memandikan dengan hitungan ganjil (3 kali, 5 kali, 7 kali, dan seterusnya) Hendaklah air yang digunakan untuk memandikan dicampurkan dengan sabun atau sejenisnya

4. Pada akhir memandikannya hendaknya mencampuri airnya dengan parfum, kapur barus, atau sejenisnya 5. 6. Menguraikan rambutnya Memulai memandikannya dari sebelah kanan, dan anggota badan yang dibasuh ketika berwudhu

7. Hendaklah yang memandikan mayat laki-laki adalah orang laki-laki, dan yang yang memandikan mayat perempuan adalah orang-orang perempuan 8. Cara memandikannya dengan menggunakan kain pembersih atau semisalnya. Lalu digosokgosokkan di bawah kain penutup, setelah pakaiannya dilepaskan. Dianjurkan untuk memotong kukunya jenazah, mencukur bulu ketiak dan kemaluan, menyisir rambut jenazah. Lalu menyekanya dengan handuk. 3. Mengkafani jenazah

Setelah usai memandikan jenazah, maka diwajibkan mengkafaninya. Kafan yang digunakan utuk membungkus jenazah hendaklah mencukupi untuk menutup seluruh tubuhnya. Mengkafani jenazah dilakukan dengan cara: dianjurkan mengkafani dengan 3 helai kain kafan yang berwarna putih bagi jenazah laki-laki, dan 5 helai kain kafan untuk jenazah perempuan. Kain kafan tersebut dibubuhi wewangian kemudian membalut jenazah dengan kain kafan tersebut. Pada lapis yang pertama dibubuhi wewangian khusus, kemudian letakkan jenazah diatas kafan tersebut dalam posisi terlentang. Lalu letakkan kapas yang telah dibubuhi wewangian pada selakangan jenazah. Hendaklah menyediakan kain yang telah dibubuhi kapas untuk menutupi aurat jenazah dengan melilitkannya (seperti popok) kemudian hendaklah membubuhi wewangian pada lekuk wajah jenazah. Kemudian lembaran pertama dilipat dari sebelah kanan terlebih dahulu, menyusul lembaran kedua dan ketiga seperti halnya lembaran yang pertama. Kemudian menambatkan tali-tali pengikatnya yang berjumlah tujuh utas tali. Lalu gulung lebihan kain kafan pada ujung kepala dan kakinya agar tidak lepas ikatannya, kemudian lipat kea rah kaki dan arah kepala. Jenazah wanita dikafani dengan lima helai kain yaitu kain sarung untuk menutupi bagian bawahnya, kerudung untuk menutupi bagian kepalanya, baju kurung (yang terbuka sisi kanan dan kirinya) serta dua helai kain yang digunakan untuk menutupi sekujur tubuhnya.[1]

B.

Menyolatkan jenazah

Mensholatkan jenazah orang Islam adalah fardhu kifayah. Mensholatkan jenazah dengan cara sebagai berikut: 1. Imam hendaklah berdiri setentang dengan kepala jenazah, apabila jenazahnya laki-laki, dan berdiri tepat pada bagian tengah jenazah apabila jenazahnya perempuan 2. Kemudian imam takbir empat kali. Setelah takbir pertama, membaca taawudz, kemudian surat alfatihah 3. Pada takbir kedua, membaca sholawat nabi sebagaimana yang biasa dibaca dalam tashyahud

4. Kemudian setelah takbir ketiga, membaca doa. Setelah takbir keempat juga membaca doa lalu mengucapkan sekali salam kekanan. Pada setiap takbir mengangkat kedua tangan.[2] C. Penguburan Jenazah

Menguburkan jenazah dengan cara memasukkan jenazah ke liang lahat dari arah kaki kuburan, lalu diturunkan kedalam liang kubur secara perlahan, jika tidak memungkinkan boleh menurunkan dari arah kiblat. Dalam meletakkan jenazah kedalam liang kubur, hendaknya membaringkan jenazah dengan posisi lambung kanan dibawah dan wajahnya menghadap kea rah kiblat. Sementara kepala dan kedua kainya bertumpu pada sisi kanan dan menghadap kiblat. Dimustahabkan (disukai) bagi orang yang mengantar jenazah ke pemakaman untuk melemparkan tiga kali genggaman tanah dengan kedua tangannya usai penutupan liang lahatnya. Hal-hal yang disunahkan sesudah pemakaman jenazah adalah seperti berikut: Pertama: meninggikan kuburan sekadar sejengkal dari permukaan tanah dan tidak diratakan dengan tanah, agar dikenali makamnya dan tidak ditelantarkan. Kedua: hendaknya gundukan tanah lebihan dibentuk seperti punuk. Ketiga: hendaknya memberi tanda pada makam dengan batu atau sejenisnya agar diketahui bagi keluarganya. Keempat: hendaklah salah seorang berdiri di samping kuburan jenazah untuk memohonkan kemantapan dalam menjawab setiap Tanya dalam kubur dan ampunan bagi jenazah, seraya menyuruh kepada yang hadir untuk melakukan hal yang sama. D. Mempraktikkan Tata Cara Pengurusan Jenazah 1. Memandikan jenazah

Hukum memandikan jenazah adalah fardlu kifayah, artinya kewajiban ini dibebankan kepada semua mukalaf di tempat itu, tetapi apabila dilakukan oleh sebagian orang, gugurlah kewajiban seluruh mukalaf. Berkaitan dengan memandikan jenazah, berikut dibahas mengenai syarat memandikan jenazah, orang yang memandikan jenazah, dan tata cara memandikan jenazah. a. Syarat memandikan jenazah Ketika memandikan jenazah, tidak semua orang boleh hadir. Mereka yang hadir aadalah orang yang diperlukan kehadirannya. Oleh sebab itu, ada syarat tertentu yang harus diperhatikan, antara lain : 1) Orang muslim, berakal, dan balig cukup umur. 2) Orang yang wajib memandikan jenazah wajib niat. 3) Orang jujur, saleh, dan dapat dipercaya. Hal itu dimaksudkan agar orang itu hanya menyiarkan manaman yang baik dan menutupi mana-man yang jelek tentang si mayat. b. Orang yang utama memandikan jenazah. 1) Untuk jenazah laki-laki, orang yang utama memandikan adalah orang yang diberi wasiat, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, mahram dari pihak laki-laki, dan boleh juga istrinya. 2) Untuk jenazah perempuan, yang memandikan adalah ibunya, neneknya, atau keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya. 3) Jika jenazah anak laki-laki, boleh perempuan memandikannya. Jika anak perempuan boleh laki-laki memandikannya, 4) Jika perempuan yang mati dan semuanya yang hidup laki-laki dan tidak ada suaminya atau sebaliknya, jenazah tersebut tidak dimandikan, tetapi ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan. Rosulullah saw bersabda sebagai berikut. , , , , Artinya : Jika seseorang perempuan meninggal di lingkungan laki-laki dan tidak ada perempuan lain atau laki-laki meninggal di lingkungan perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya maka hendaklah mayatmayat itu ditayamumkan, lalu dimakamkan. Keduanya itu sama halnya dengan orang yang tidak mendapatkan air.(HR. Abu Dawud dan al-Baihaqi) c. Tata cara memandikan jenazah

1) Ambil kain penutup dan gantikan dengan kain basahan sehingga aurat utamanya tidak kelihatan. 2) Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup. 3) Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran. 4) Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya perlahan-lahan jika jenazah tidak hamil. 5) Tinggiakan kepala jenazah agar air tidak mengalir ke arah kepala. 6) Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah, gosok giginya, dan bersihkan hidungnya. Kemudian, wudlukan seperti wudlu untuk sholat. 7) Siramkan air ke tubuh yang sebelah kanan dahulu. Kemudian ke sebelah kirinya. 8) Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur dengan wangi-wangian. 9) Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota tubuhnya. 10) Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya, itulah yang wajib. Sunnah mengulanginya beberapa kali dalam bilangan ganjil. 11) Jika keluar najis dari jenazah itu setelah dimandikan dari badannya, wajib dibuang dan dimandikan kembali. Jika keluar najis setelah di atas kafan, tidak perlu untuk diulang mandinya, tetapi cukup untuk membuang najisnya saja. 12) Keringkan tubuh jenazah setelah dimandiakan dengan kain atau handuk sehingga tidak membasahi kafannya. 13) Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak mengandung alkohol. Pembaerian wewangian untuk jenazah sebaiknya menggunakan kapur barus. 2. Mengafani jenazah Mengafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardlu kifayah. Dalam mengafani jenazah, terdapat hal-hal yang disunnahkan, antara lain: a. Kain yang digunakan hendaklah bagus, bersih, dan menutupi seluruh tubuh.

b. Kain kafan hendaklah berwarnah putih. c. Jumlah kain kafan bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedengkan perempuan lima lapis. d. Sebelum digunakan untuk membungkus, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian. e. Tidak berlebihan dalam mengafani jenazah. a. Cara mengafani jenazah laki-laki 1) Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas. Sebaiknya masing-masing helai diberi kapur barus. 2) Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di atas kain kafan memanjang lalu ditaburi dengan wangi-wangian. 3) Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas. 4) Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan selembar demi selembar dengan cara yang lembut. 5) Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya dibawah kain kafan tiga atau lima ikatan. Lepaskan ikatan setelah dibaringkan di liang lahat. 6) Jika kain kafan tidak cukup menutupi seleruh badan jenazah, tutupkanlah bagian auratnya. Bagian kaki yang terbuka boleh ditutup dengan rerumputan atau daun kayu atau kertas dan semisalnya. Jika tidak ada kain kafan kecuali sekadar untuk menutup auratnya saja, tutuplah dengan apa saja yang ada. Jika banyak jenazah dan kain kafannya sedikit, boleh dikafankan dua atau tiga orang dalam satu kain kafan. Kemudian, kuburkan dalam satu liang lahat, sebagaimana dilakukan terhadap syuhadak dalam perang uhud/ b. Cara mengafani jenazah perempuan Kain kafan perempuan terdiri atas lima lembar kain kafan putih, yaitu: 1) Lembar pertama yang paling bawah untuk menutupi seluruh badannya yang lebih lebar. 2) Lembar kedua untuk kerudung kepala. 3) Lembar ketiga untuk baju kurung. 4) Lembar keempat untuk menutup pinggang hingga kaki. 5) Lembar kelima untuk pinggul dan pahanya.

Mengafani jenazah perempuan sebagai berikut: 1) Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan tertib. Kemudian angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkna diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus. 2) Tutup lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas. 3) Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya. 4) Pakaikan sarung ( cukup disobek saja, tidak di jahit ) 5) Pakaikan baju kurungnya (cukup disobek saja, tidak di jahit ) 6) Dandanilah rambutnya tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang. 7) Pakaikan penutup kepalanya ( kerudung ) 8) Membungkusnya dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulung ke dalam. Setelah itu, ikat dengan sobekan pinggir kain kafan yang setelahnya telah disiapkan di bagian bawah kain kafan, tiga atau lima ikatan, dan ddilepaskan ikatanya setelah diletakkan di dalam liang lahat. Setelah itu, siap untuk di sholatkan. 3. Menyalatkan jenazah Telah disepakati para ulama bahwa menyalatkan jenazah hukumnya adalah fardlu kifayah. Seperti yang diriwayatkan oleh Rasulullah. Artinya: Sholatilah oranng yang meninggal dunia diantaramu. (HR.Ibnu Majah dari Jabir bin Abdillah) Sholat jenazah mempunyai rukun-rukun yang apabila salah satu diantaranya tidak dipenuhi maka ia batal dan tiadak dianggap sah oleh syarak. Diantara rukun menyalatkan jenazah sebagai berikut: a. Berniat menyalatkan jenazah sebelum menyalatkan jenazah, hendaklah wudlu terlebih dahulu seperti sholat biasa. Kemudian, berniat hendak menyolatkan jenazah. Niat menegakkan sholat jenazah karena Allah swt baik jenazah laki-laki, perempuan maupun anak-anak

(hadir atau gaib ). Niat dibaca dalam hati. b. Takbir empat kali. 1) Takbir pertama untuk melakukan sholat dengan mengangkat tangan dilanjutkan membaca surat alFatiha. 2) Mengangkat tangan untuk takbir kedua. Lalu membaca shalawat berikut. . . . Artinya: Ya Allah limpahkanlah rahmad kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau beri rahmad kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, dan limpahkanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau beri keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Di seluruh ala mini, engkaulah yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia. 3) Mengangkat tangan untuk takbir ketiga, lalu mendoakan si jenazah. Dengan doa seperti berikut. . Artinya : Ya Allah, ampunilah dia, berilah dia rahmad dan kesejahteraan, maafkanlah dia, hormatilah kedatangannya, luaskanlah tempat tinggalnya, bersihkanlah dia dengan air dan salju serta smbun. Bersihkanlah dia dari segala dosanya, sebagaimana kain putih yang bersih dari segala kotoran, gantilah buat dia rumah yang lebih baik dari rumahnya yang dahulu, gantilah buat dia ahli keluarganya yang lebih baik dari pada ahli keluarganya yang dahulu, peliharalah dia dari bencana kubur dan siksa api neraka. 4) Mengangkat tangan dan takbir keempat, lalu diam sejenak atau membaca doa. Doa merupakan rukun sholat jenazah yang telh disepakati para fukaha. Disunnahkan doa setelah takbir keempat, meskipun seseorang telah berdoa setelah takbir . doa untuk jenazah laki-laki seperti berikut: Artinya : Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami dari mendapat pahalanya, janganlah Engkau jadikan fitnah kami setelah dia tiada, ampunilah kami dan dia. 5) Mengucapkan salam

c. Berdiri bagi yang kuasa Berdiri merupakan rukun menyalatkan jenazah menurut jumhur ulama. Oleh sebab itu, tidak sah menyalatkan jenazah sambil berkendaraan. 4. Menguburkan jenazah Setelah disholatkan, jenazah segera dikuburkan. Jenazah sebaiknya dipikul oleh empat orang jamaah. Sebelum proses penguburan sebaiknya lubanng kubur dipersiapkan terlebih dahulu, dengan kedalaman minimal 2 m agar bau tubuh yang membusuk tidak tercium ke atas dan untuk menjaga kehormatannya sebagai manusia. Selanjutnya, secara perlahan jenazah dimasukkan ke dalam kubur di tempatkan pada lubang lahat, dengan dimiringkan ke arah kiblat. Selanjutnya, tali pengikat jenazah bagian kepala dan kaki dibuka agar menyentuh tanah langsung. Agar posisi jenazah tidak berubah, sebaiknya diberi ganjalan dengan bulatan tanah atau bulatan tanah kecil. Selanjutnya, lubang tanah ditutup dengan kayu atau bambu sehingga waktu penimbunan tubuh jenazah tidak terkena dengan tanah.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengertian Hak Hak adalah tuntutan seorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan, morlaitas, dan legalitas. Pengertian Kewajiban Kewajiban adalah tanggung jawab seseorang untuk melakukan sesuatu yang memang harus dilakukan agar dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan haknya Hak : Kekuasaan / kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu badan hukum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu. Kewajiban : Sesuatu yang harus diperbuat atau yang harus dilakukan oleh seseorang atau suatu badan hokum Pasien : Penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam keadaan sehat maupun sakit Pelayanan secara spiritual Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya Tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat (Alimul, 2006).
Tata Cara Mengurus Jenazah

Hal-hal yang harus dilakukan setelah seseorang meninggal Apabila menjumpai seseorang yang telah menghembuskan nafasnya yang terakhir, maka diharuskan untuk melakukan hal-hal seperti berikut: 1. 2. Segera memejamkan mata sang mayat dan mendoakannya Menutup seluruh badan sang mayat dengan pakaian selain yang dikenakannya.

3. Menyegerakan pengurusan jenazah hingga proses pemakamannya bila telah nyata kematiannya

DAFTAR PUSTAKA Craven & Hirnle. (2000). Fundamentals of nursing. Philadelphia. Lippincott. Canadian Nurses Association (1999). Code of Ethics. For Registered Nurses: Otawa, Canada: CNA. Huston, C.J, (2000). Leadership Roles and Management Functions in Nursing;Theory and Aplication; third edition: Philadelphia: Lippincott. Husted Gladys L. (1995). Ethical Decision Making in Nursing, 2nd ed, St.Louis: Mosby. Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing : concept theory and practices. Philadelphia. Addison Wesley. Leah curtin & M. Josephine Flaherty (1992). Nursing Ethics; Theories and Pragmatics: Maryland: Robert J.Brady CO. Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan; Yogyakarta: Kanisius. Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (1999, 2000). Kode Etik Keperawatan, lambing dan Panji PPNI dan Ikrar Perawat Indonesia, Jakarta: PPNI Redjeki, S. (2005). Etika keperawatan ditinjau dari segi hukum. Materi seminar tidak diterbitkan. Staunton, P and Whyburn, B. (1997). Nursing and the law. 4th ed.Sydney: Harcourt. Soenarto Soerodibroto, (2001). KUHP & KUHAP dilengkapi yurisprodensi Mahkamah Agung dan Hoge Road: Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada. Tonia, Aiken. (1994). Legal, Ethical & Political Issues in Nursing. 2nd Ed. Philadelphia. FA Davis. Kerta, Gede. 2009. Proposal Pengaruh Pemenuhan Kebutuhan Spritualis terhadap Koping pada Pasien Ca Mammae yang Mengalami Gangguan Psikologis.http://ged3kert4.blogspot.com/2009/08/proposal-pengaruh-pemenuhan.html. (Dipostkan pada hari Rabu,19 Agustus 2009). Alfarisi, Salman. 2007. Bimbingan Rohani Pasien, penawar dahaga dalam dunia

kesehatan.http://www.mail-archive.com/ekonomisyariah@yahoogroups.com/msg01343.html. (Dipostkan pada hari Minggu, 5 Agustus 2007).


M. Nashiruddin Al-Albani. 1999. Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah. Jakarta: Gema Insani Buku P3KMI terbitan IAIN Surakarta 2012

Christriyati Ariani. 2002. Motivasi Peziarah. Yogyakarta: Putra Widya. Syamsuri. 2007.Pendidikan Agama Islam untuk Kelas XI .Jakarta :Erlangga

Você também pode gostar