Você está na página 1de 6

1. Pengertian Bronkhitis merupakan peradangan pada saluran pernafasan utama paru-paru yaitu bronkhus.

Penyakit ini lebih sering terjadi pada udara yang lembab. Bronkhitis disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, dimulai saat bakteri atau virus mengiritasi bronkhus sampai akhirnya terjadi pembengkakan. Selain itu, dapat juga disebabkan karena merokok, menghirup asap, gas, debu dan zat-zat merangsang lainnya, atau karena adanya komplikasi dari penyakit lainnya seperti batuk rejan, campak atau tiphus. Bronkhitis dapat terjadi secara akut dan khronis. Bronkhitis akut biasanya merupakan penyakit ringan dan jangka waktunya pendek, pada umumnya sembuh sendiri dengan sempurna. Namun, apabila serangan bronkhitis akut terjadi secara berulang-ulang dapat beralih menjadi bentuk kronis yang lebih serius (Rusana 2008). Yang dimaksud bronkitis kronis adalah batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak / sputum sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam 1 tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun. 2. Etiologi Etiologi utama bronkitis kronis adalah merokok, faktor tambahan iritasi bronkus akibat debu pabrik, polusi udara, dan keadaan iklim, penyakit ini merupakan penyakit umur pertengahan dan orang tua, lebih sering pada laki-laki. Hipersekresi mukus bronkus dan penyumbatan jalan napas merupakan kelainan dasar bronkitis kronis. Dalam keadaan lanjut dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas yang menetap dan disebut PPOM Infeksi virus merupakan penyebab pada 95 % kasus bronkitis akut. Virus utama yang paling sering dihubungkan dengan gangguan bronkitis akut adalah Rinovirus, Coronavirus, Virus Influenza A, Virus parainfluenza, Adenovius dan Respiratory syncytial virus. Infeksi bakteri menyebabkan 5 20 % kasus bronkitis akut. Bakteri yang paling sering menyebabkan bronkitis adalah Chlamydia psittaci, Chlamydia pneumoniae, mycoplasma pneumoniae, dan Bordetella pertussis. Selain itu, bakteri pathogen saluran napas yang sering dijumpai adalah spesies Staphylococcus, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan moraxella catarrahalis. (Ikawati, 2007 ). 3. Patofisiologi Brokhitis akut dikarakterisir oleh adanya infeksi pada cabang trakeobrokhial. Infeksi ini menyebabkan hiperemia dan edema pada membran mukosa, yang kemudian menyebabkan peningkatan sekresi dahak bronchial. Karena adanya perubahan membran mukosa ini, maka terjadi kerusakan pada epitelia saluran napas yang menyebabkan berkurangnya fungsi pembersihan mukosiliar. Selain itu, peningkatan sekresi dahak bronchial yang dapat menjadi kental dan liat, makin memperparah gangguan pembersihan mukosiliar. Perubahan ini bersifat permanen, belum diketahui, namun infeksi pernapasan akut yang berulang dapat berkaitan dengan peningkatan hiper-reaktifitas saluran napas, atau terlibat dalam fatogenesis asma atau PPOK. Pada umumnya perubahan ini bersifat sementara dan akan kembali normal jika infeksi sembuh (Ikawati, 2007 )

4. Gejala dan tanda Tanda dan gejala bronkitis akut diawali dengan manifestasi infeksi saluran pernapasan atas seperti : hidung berair, tidak enak badan, menggigil, pegal-pegal, sakit kepala, dan tenggorokan sakit. Kalau ada demam, jarang ada yag mencapai 39 derajat Celsius, dan umumnya akan berakhir dalam waktu 3-5 hari. Demam lebih sering dijumpai pada infeksi adenovirus, virus influenza, dan M.pneumoniae. Tanda utama bronkitis akut adalah batuk yang pada awalnya kering dan tidak produktif, namun kemudian berubah menjadi produktif, makin kerap, dan berdahak. Batuk umumya terjadi 7 sampai 10 hari, meskipun pada beberapa pasien mungkin dapat bertahan berminggu-minggu atau bahkan bulanan (Ikawati, 2007). Adapun tanda dan gejala dari bronkitis kronis adalah sama dengan bronkitis akut, tanda utama adalah batuk. Batuknya bisa ringan atau berat dengan dahak yang purulen. Pasien-pasien dengan bronkitis kronis biasanya akan terbatuk-batuk pada pagi hari untuk mengeluarkan dahak dalam jumlah banyak. Dahak umumnya berwarah putih atau kuning dan liat (Ikawati, 2007). Tanda awal eksaserbasi akut bronkitis kronis adalah meningkatnya frekuensi dan keparahan batuk. Gejala lainnya :produksi dahak meningkat, dahak purulen, batuk darah (hemoptysis), dada sesak, sesak napas, dan mengi, tidak enak badan, kehilangan selara makan, menggigil, dan demam juga dapat terjadi. Demam dan menggigil juga dapat mengarah pada kejadian pnemoni dari pada bronkitis kronis, dalam hal ini perlu pemeriksaan lebih jauh (X-ray dada, kultur sputum). (Ikawati, 2007). 5. Manifestasi klinik a. Batuk berdahak. Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya pasien mengalami batuk produktif di pagi hari dan tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau mukopurulen. b. Sesak nafas Bila timbul infeksi, sesak napas semakin lama semakin hebat. Terutama pada musim dimana udara dingin dan berkabut. c. Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu). d. Wheezing (mengi). Saluran napas menyempit dan selama bertahun-tahun terjadi sesak progresif lambat disertai mengi yang semakin hebat pada episode infeksi akut e. Pembengkakan pergelangan kaki dan tungkai kiri dan kanan. f. Wajah, telapak tangan atau selaput lendir berwarna kemerahan. Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan. Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu ( Sugiarto 2005 ). 6. Diagnosis a. Anamnesis : riwayat penyakit yang ditandai tiga gejala klinis utama (batuk, sputum, sesak) dan faktor-faktor penyebabnya.

b. Pemeriksaan fisik. 1) Bila ada keluhan sesak, akan terdengar ronki pada waktu ekspirasi maupun inspirasi disertai bising mengi. 2) Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shape chest (diameter anteroposterior dada meningkat). 3) Iga lebih horizontal dan sudut subkostal bertambah. 4) Perkusi dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah, pekak jantung berkurang. 5) Pada pembesaran jantung kanan, akan terlihat pulsasi di dada kiri bawah di pinggir sternum. 6) Pada kor pulmonal terdapat tanda-tanda payah jantung kanan dengan peninggian tekanan vena, hepatomegali, refluks hepato jugular dan edema kaki. c. Pemeriksaan penunjang. 1) Pemeriksaan radiologi. Ada hal yang perlu diperhatikan yaitu adanya tubular shadow berupa bayangan garis-garis yang paralel keluar dari hilus menuju apeks paru dan corakan paru yang bertambah. 2) Pemeriksaan fungsi paru. Terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang bertambah dan KTP yang normal. Sedang KRF sedikit naik atau normal. Diagnosis ini dapat ditegakkan dengan spirometri, yang menunjukkan (VEP) volume ekspirasi paksa dalam 1 detik < 80% dari nilai yang diperkirakan, dan rasio VEP1 : KVP <70%. 3) Pemeriksaan gas darah. Penderita bronkitis kronik tidak dapat mempertahankan ventilasi dengan baik sehingga PaCO2 naik dan PO2 turun, saturasi hemoglobin menurun dan timbul sianosis, terjadi juga vasokonstriksi pembuluh darah paru dan penambahan eritropoeisis. 4) Pemeriksaan EKG. Pemeriksaan ini mencatat ada tidaknya serta perkembangan kor pulmonal (hipertrofi atrium dan ventrikel kanan) 5) Pemeriksaan laboratorium darah : hitung sel darah putih. (Ikawati, 2007). 7. Penatalaksanaan a. Penyuluhan. Harus dijelaskan tentang hal-hal mana saja yang dapat memperberat penyakit dan harus dihindari serta bagaimana cara pengobatan yang baik. b. Pencegahan. Mencegah kebiasaan merokok (dihentikan), menghindari lingkungan polusi, dan dianjurkan vaksinasi untuk mencegah eksaserbasi. B. Tinjauan Umum Tentang Fakto-Faktor Terjadinya Bronkitis Kronis. Faktor merokok Penyebab utama bronkhitis kronis adalah kebiasaan merokok, kandungan tar pada rokok bersifat

merangsang secara kimiawi sehingga dapat menimbulkan kerusakan selaput lendir saluransaluran pernafasan. Bronkhitis kronis juga dapat disebabkan karena infeksi saluran pernafasan yang terjadi secara berulang-ulang, polusi udara, dan alergi khusus. Faktor keluarga dan genetik/keturunan juga berperan membuat seseorang terkena bronkhitis kronik ( Hembing Wijayakusuma 2004 ). Merokok dapat menyebabkan infeksi saluran udara, mengakibatkan pertumbuhan jaringan fibrosa yang tidak normal pada cabang brokhus, menghancurkan kantung udara paru-paru, meningkatkan produksi mukus dan mengurangi pemindahannya dari saluran udara, serta menghambat pengangkutan oksigen oleh sel darah merah dari paru-paru ke organ tubuh lain (Hembing Wijayakusuma 2004 ). Bronkhitis kronik tidak selalu memperlihatkan gejala, dan baru terasa setelah usia setengah baya, yaitu adanya penurunan stamina, dan sering batuk-batuk. Keadaan tersebut akan semakin parah sejalan dengan bertambahnya usia dan perkembangan penyakit, sehingga menyebabkan kesukaran bernafas, kurangnya oksigen dalam darah dan kelainan fungsi paru-paru. Jika semakin parah dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan jantung, kelumpuhan, kegagalan pernafasan yang parah, serta kematian. Oleh karena itu untuk mengurangi berlanjutnya penyakit agar tidak menjadi parah dan sebelum kerusakan paru-paru semakin meluas, perlu menghentikan merokok dan hal-hal yang mengganggu pernafasan, menghindari cuaca yang terkena polusi, menjaga agar ruangan tetap hangat dan tidak pengap/lembab, mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan diet yang seimbang, istirahat yang cukup, gunakan antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri ( Hembing Wijayakusuma 2004 ). Faktor lingkungan Lingkungan dapat diartikan secara mudah sebagai segala sesuatu yang berasal disekitar manusia . secara lebih terperinci, lingkungan sekitar manusia dapat dikategorikan dalam : a. Lingkungan fisik : tanah, air, dan udara serta interaksi satu sama lain diantara faktor-faktor tersebut. b. Lingkungan biologi : semua organisme hidup baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun mikroorganisme, kecuali manusia. c. Linkungan sosial : interaksi antara manusia dengan sesamanya yang meliputi faktor-faktor social, ekonomi, kebudayaan, psikososial ( Muntu Ronny.2003). Masa peralihan musim yang biasa disebut dengan musim pancaroba biaanya diwarnai dengan timbulnya berbagai jenis penyakit, terutama pada anak-anak dan orang-orang yang daya tahan tubuhnya kurang. Udara yang sebelumnya panas tiba-tiba menjadi dingin dan lembab. Kondisi tersebut membuat tubuh kurang nyaman dan mudah terserang penyakit. Penyakit yang biasanya muncul pada masa pancaroba, antara lain adalah bronkitis kronis ( Sugiarto 2005 ). Pengaruh perubahan cuaca sangat berpotensi mengganggu saluran pernapasan. Gejala awal gangguan saluran pernapasan yaitu batuk, bronkhitis, pilek atau influenza disertai bersin-bersin dan peningkatan suhu tubuh/demam. Demam bukan merupakan penyakit tersendiri, melainkan gejala dari penyakit lain misalnya influenza ( Sugiarto 2005 ). Disamping itu polusi juga sangat mempengaruhi penyakit saluran pernapasan. Para pekerja yang

bekerja dilingkungan berdebu, beruap atau berasap umumnya mempunyai risiko untuk mengalami gangguan kesehatan. Hal ini dapat dilihat dengan semakin cepatnya perkembangan dibidang industri dapat menyebabkan meningkatnya bahan organik dan anorganik dalam bentuk debu, uap atau gas yang dapat menimbulkan ganguan saluran penapasan. Sebab utama penyakit pernapasan antara lain : 1. Mikroorganisme patogen yang mampu bertahan terhadap pagositosis. 2. Partikel-partikel mineral yang menyebabkan kerusakan atau kematian makrofak yang menelannya, sehingga menghambat pembersihan dan merangsang reaksi jaringan. 3. Pertikel-pertikel organik yang merangsang respon immun. 4. Kelebihan beban system akibat paparan terus-menerus terhadap debu respirasi berkadar tinggi yang menumpuk disekitar saluran napas terminal (Dirjen PPM & PLP.Depkes RI.2001). Faktor riwayat keluarga Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu dengan kita. Berubahnya tahap perkembangan keluarga tergantung dari perubahan tingkat kesehatan manusia (Suprajitno 2005). Ilmu biologi atau genetika bahwa chromosome adalah sel yang memuat sifat-sifat keturunan (genetika). Gen untuk sifat-sifat tertentu diturunkan secara berpasangan kita memerlukan satu gen dari ibu dan satu gen dari ayah (Imam Soeharjo 2004). Tingkat bronkitis kronis terkait erat dengan faktor genetik, seseorang dengan kedua orang tuanya menderita bronkitis kronis memiliki 50 - 57 % kemungkinan untuk menderita bronkitis kronis. Sedangkan salah satu dari orang tuanya menderita, maka hanya 10 20 % yang kemungkinan menderita bronkitis kronis. Dari beberapa penelitian, orang mempunyai silsilah dengan keluarga yaitu orang tua, kakek, nenek, dan saudara lainnya yang menderita bronkitis kronis ada kecendrungan untuk terkena bronkitis kronis juga. Faktor yang mungkin secara genetik antara lain efek transport natrium dan membrane sel. (Imam Soeharjo 2004). Status gizi Umumnya Asupan makanan dipelajari untuk dihubungkan dengan gizi masyarakat suatu wilayah atau individu. Informasi ini dapat digunakan untuk perencanaan perdidikan gizi khususnya untuk menyusun menu atau intervensi untuk meningkatan sumber daya manusia (SDM), mulai dari keadaan kesehatan dan gizi serta produktivitasnya. Mengetaguai asupan makan suatu kelompok kelompok masyarakat atau individu, masyarakat atau individu bersangkutan. (santoso soegeng,dkk 2004) kualitas makanan yang dikomsumsi dapat mempengaruhi kesehatan. Kurang gizi akan berakibat mudahnya diserang oleh penyakit. Asupan yang tidak adekuat menimbulkan pemakaian cadangan energi tubuh yang berlebihan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dan mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan dan kelainan biokimia tubuh, hal inilah yang mempengaruhi keadaan mudahnya terserang penyakit disebabkan penurunan daya tahan tubuh sehingga penyakit mudah masuk dalam tubuh dan menginfeksi tubuh manusia (A Taslim Nurpudji 2005). Status gizi lebih berperan penting pada prosos penyembuhan penyakit PPOK. Untuk itu diperlukan dukungan nutrisi yang adekuat yang akan mempercepat perbaikan status gizi dan

meningkatkan sistem imunitas, yang dapat mempercepat proses penyembuhan, disamping pemberian obat pada penderita penyakit PPOK, Kebutuhan energi dan protein yang tinggi disertai dengan penyuluhan gizi akan mempercepat proses penyembuhan, terutama pada penderita malnutrisi. Pada umumnya penderita PPOK ditemukan pada usia produktif (A Taslim Nurpudji 2005). Dan hal ini secara tidak langsung akan memberi dampak terhadap produksi kerja dan performa mereka, disebabkan ketidak hadiran oleh karena sakit, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi income mereka (A Taslim Nurpudji 2005).

Você também pode gostar