Você está na página 1de 4

c.

Indikator mutu yang berkaitan dengan kepuasan pasien dapat diukur dengan jumlah keluhan dari pasien/keluarganya, surat pembaca di koran, surat kaleng, surat masuk di kotak saran, dan lainnya. d. Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri atas: Jumlah dan persentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak RS dengan asal pasien; Jumlah pelayanan dan tindakan seperti jumlah tindakan pembedahan dan jumlah kunjungan SMF spesialis; Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka-angka standar tersebut di atas dibandingkan dengan standar (indikator) nasional. Jika bukan angka standar nasional, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan hasil pencatatan mutu pada tahun-tahun sebelumnya di rumah sakit yang sama, setelah dikembangkan kesepakatan pihak manajemen/direksi RS yang bersangkutan dengan masing-masing SMF dan staf lainnya yang terkait. e. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien: Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi; Pasien diberi obat salah; Tidak ada obat/alat emergensi; Tidak ada oksigen; Tidak ada suction (penyedot lendir); Tidak tersedia alat pemadam kebakaran; Pemakaian obat; Pemakaian air, listrik, gas, dan lain-lain. Indikator keselamatan pasien, sebagaimana dilaksanakan di SGH (Singapore General Hospital, 2006) meliputi: Pasien jatuh disebabkan kelalaian perawat, kondisi kesadaran pasien, beban kerja perawat, model tempat tidur, tingkat perlukaan, dan keluhan keluarga; Pasien melarikan diri atau pulang paksa, disebabkan kurangnya kepuasan pasien, tingkat ekonomi pasien, respons perawat terhadap pasien, dan peraturan rumah sakit; Clinical incident di antaranya jumlah pasien plebitis, jumlah pasien ulkus dekubitus, jumlah pasien pneumonia; jumlah pasien tromboli, dan jumlah pasien edema paru karena pemberian cairan yang berlebih;

Sharp injury, meliputi bekas tusukan infus yang berkali-kali, kurangnya keterampilan perawat, dan komplain pasien; Medication incident, meliputi lima tidak tepat (jenis obat, dosis, pasien, cara, waktu).

Tabel 20.1 Standar Nasional Indikator Mutu Pelayanan Standar Nasional BOR ALOS TOI (Turn Over Interval) BTO (Bed Turn Over) NDR (Net Death Rate) GDR (Gross Death Rate) ADR (Anesthesia Death Rate) PODR (Post Operative Death Rate) POIR (Post Operative Infection Rate) NTRR (Normal Tissue Removal Rate) MDR (Maternal Death Rate) IDR (Infant Death Rate) 75-80% 1-10 hari 1-3 hari 5-45 hari < 2,5% < 3% 1,15000 < 1% < 1% < 10% < 0,25% < 2%

Audit Internal Pelayanan Keperawatan Audit internal adalah suatu kegiatan penjagaan mutu (menilai kesesuaian antara fakta dengan kriterianya) dan konsultasi oleh tim independen serta objektif yang dirancang untuk memberikan nilai tambah sekaligus memajukan kegiatan organisasi dalam mencapai tujuannya. Auditor internal membantu manajemen dalam hal: 1. Memonitor aktivitas yang tidak dapat dilakukan manajemen, dimana tim audit setiap tahun mengajukan jadwal audit ke manajemen eksekutif (contoh audit asuhan keperawatan, audit infeksi nosokomial); 2. Mengidentifikasi dan meminimalkan risiko;

3.

Memvalidasi laporan untuk manjemen senior dengan melakukan tinjauan terhadap laporan untuk meyakinkan akurasi, ketepatan waktu dan maknanya, sehingga keputusan manajemen yang didasarkan pada laporan tersebut lebih valid;

4. 5.

Meninjau kegiatan yang sudah berlalu dan sedang berjalan; Kegiatan audit program berupa penilaian kebijakan atau program pada saat masih rancangan, pada saat diimplementasikan, dan hasil aktual yang dicapai oleh kebijakan atau program tersebut;

6.

Membantu manajer karena masalah dapat timbul bila manajer tidak cermat mengendalikan aktivitasnya - auditor internal pada umumnya dapat menemukan masalah tersebut dan memberikan rekomendasi perbaikannya.

Objektivitas Audit Internal Audit internal harus memiliki kriteria tertentu, yaitu: 1. Harus objektif dalam melaksanakan audit dan ini merupakan sikap mental independen yang harus dijaga dalam menjalankan audit; 2. Memiliki kejujuran atau hasil produknya dan tidak melakukan kompromi atas kualitas audit; 3. Menjaga agar tidak terjadi penugasan audit kepada auditor yang secara nyata atau potensial memiliki konflik kepentingan dengan penugasan auditnya; 4. Tidak dibebani tanggung jawab operasional.

Pelaksanaan Audit di Keperawatan 1. Dilakukan oleh tim mutu pelayanan keperawatan yang bertugas menentukan masalah keperawatan yang perlu diperbaiki. 2. Menentukan kriteria untuk memperbaiki masalah serta menilai pelaksanaan perbaikan yang telah ditetapkan. 3. Merupakan bagian integral dari tim mutu rumah sakit dan bisa merupakan salah satu komponen dari komite keperawatan. 4. Menyampaikan hasil laporan secara periodik pada komite keperawatan untuk seterusnya disampaikan pada pimpinan rumah sakit sebagai bahan pertimbangan kebijakan lebih lanjut.

5.

Diperlukan kerja sama dengan berbagai departemen yang ada di rumah sakit untuk dapat mengidentifikasi masalah, menentukan kriteria dan merencanakan perbaikan, seperti departemen farmasi, infeksi nosokomial, rekam medis, pelayanan medis, bagian pemasaran, dan lain-lain.

Audit Personalia Audit personalia adalah pemeriksaan dan penilaian data-data personalia. Audit personalia mengevaluasi kegiatan-kegiatan personalia yang dilakukan dalam suatu organisasi, baik bagian per bagian maupun organisasi secara keseluruhan. Hasil pemeriksaan dan penilaian menunjukkan atau mencerminkan hal-hal berikut. 1. 2. 3. Mengidentifikasi sumbangan departemen personalia kepada organisasi. Meningkatkan kesan profesional terhadap departemen personalia. Mendorong tanggung jawab dan profesionalisme lebih besar di antara karyawan departemen personalia. 4. 5. 6. 7. Menstimulasi keseragaman kebijakan dan praktik personalia. Memperjelas tugas dan tanggung jawab departemen personalia. Menemukan masalah personalia secara kritis. Mengurangi biaya sumber daya manusia melalui prosedur personalia yang lebih efektif. 8. 9. Menyelesaikan keluhan lama dengan aturan legal. Meningkatkan kesediaan untuk menerima perubahan yang diperlukan dalam departemen personalia. 10. Memberikan tinjauan terhadap sistem informasi departemen.

Você também pode gostar