Você está na página 1de 6

Kasus pelanggaran HAM :

Komnas HAM Duga Keterlibatan Aparat dalam Praktik Perbudakan di Tangerang


Kamis, 09 Mei 2013 Waktu Washington, DC: 09:34

Pekerja pabrik di Bekasi siap ikut demo buruh. Selang sehari setelah perayaan Hari Buruh Sedunia terkuak praktik perbudakan di pabrik panci di Tangerang.

Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Siane Indriani mengatakan, Senin (6/5), telah terjadi dugaan pelanggaran HAM berupa perbudakan dalam kasus penyekapan puluhan pekerja di pabrik panci di Kampung Bayur Kopak, Desa Lebak Wangi, Sepatan, Tangerang. Siane menjelaskan para pekerja yang berjumlah sekitar 40 orang mengalami penyekapan, intimidasi, penyiksaan, kekerasan serta mendapat perlakuan tidak manusiawi seperti bekerja lebih dari 12 jam setiap hari dan disekap dalam ruangan sempit berukuran 6 meter x 6 meter hanya beralas tikar. Selama tiga sampai enam bulan bekerja, menurut Siane, mereka hanya diberi makan nasi putih, garam dan lauk seadanya serta hanya mengenakan pakaian yang melekat di badan dan tidak pernah mendapat upah.

Ia menyebut kasus ini sebagai pelanggaran HAM terburuk di sektor ketenagakerjaan di Indonesia. Siane mengatakan Komnas HAM telah meminta Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi turun tangan langsung menuntaskan penyelidikan terhadap terungkapnya kasus perbudakan di Tangerang, Banten. Selain itu, ujarnya, Komnas HAM menduga praktik perbudakan di CV Cahaya Logam milik Juki Hidayat ini dibantu aparat. Warga-warga di sekitar situ yang semula agak takut-takut, dengan pelan-pelan akhirnya mereka mengatakan memang di situ banyak aparat yang sering dilokasi. Mereka juga tidak menyangkal pelaku ini dekat dengan aparat. Dan ini sama dengan yang dikatakan para korban, dalam setiap kejadian, mereka sudah mengancam kalau kabur nanti akan ditembak, diintimidasi. Kalau ada yang sakit, ada yang lelet itu ada hukuman buat mereka dan itu juga dilakukan salah satunya oleh oknum aparat, ujar Siane di kantor Komnas HAM, Jakarta.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto menyatakan pihaknya akan memanggil oknum aparat Polri dan TNI yang diduga terlibat dalam praktik perbudakan tersebut. Jadi memang ada 2 orang, anggota TNI dan Polri itu teman dia, jadi sering ketemu untuk ke rumahnya main-main. Nah dalam kondisi sering ketemu ini, ini bisa juga dimanfaatkan oleh tersangka untuk menakut-nakuti karyawannya atau yang kedua, pekerja melihat aparat disitu, sering datang, seolah-olah itu bekingnya dari para tersangka. Ini yang kita lihat di lapangan. Namun untuk mendalaminya, kita akan memanggil dua orang tersebut untuk pemeriksaan, ujarnya.

Sejauh ini sudah tujuh orang ditetapkan sebagai tersangka, dua diantaranya masih dalam pengejaran. Praktik penyekapan dan perbudakan buruh di pabrik panci ini terkuak setelah dua buruh di pabrik itu berhasil melarikan diri dan melapor ke pos polisi setempat serta mengadu ke Komnas HAM dan Kontras Jakarta.

Dari pelaporan itu pada Jumat lalu, pabrik ini akhirnya digerebek oleh polisi dan sekitar 40-an buruh dari Lampung dan Jawa Barat itu dipulangkan ke keluarga masing-masing. Juru bicara Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dita Indah Sari mengungkapkan saat ini pihaknya terus memantau dan terlibat dalam upaya penuntasan kasus tersebut. Dita menjelaskan bahwa perusahaan yang melakukan praktik penyekapan dan perbudakan itu tidak memiliki izin apapun baik itu izin perdagangan maupun produksi alias ilegal. Menurut Dita, harus ada sanksi yang tegas terhadap pelaku dan juga aparat yang membantu perusahaan, agar ada efek jera dan tidak ditiru oleh yang lain. Jadi hukumannya harus keras, harus maksimal karena jangan sampai apa yang mereka lakukan ini kemudian ditiru. Jadi momentum ini kita jadikan peringatan sekeras-kerasnya supaya antisipasi tidak ada lagi yang melakukan itu, ujarnya. Yang kedua, kami mengimbau kepada Gubernur Banten Ratut Atut dan juga Bupati Tangerang serta Kapolres dan juga kepala Kodim, kalau ada aparatnya yang terlibat jangan segan-segan untuk melakukan sanksi pidana dan sanksi administratif.

Kasus ini menjadi tamparan telak bagi sektor ketenagakerjaan nasional, karena kasus ini terkuak hanya selang sehari setelah peringatan Hari Buruh Sedunia pada 1 Mei, dan pabrik itu hanya berjarak satu jam dari ibukota dan di tengah permukiman ramai. (Sumber : http://www.voaindonesia.com/content/komnas-ham-duga-keterlibatan-aparat-dalampraktik-perbudakan-di-tangerang/1655192.html)

Masalah : Telah terjadi dugaan pelanggaran HAM berupa perbudakan dalam kasus penyekapan puluhan pekerja di pabrik panci CV Cahaya Logam milik Juki Hidayat di Kampung Bayur Kopak, Desa Lebak Wangi, Sepatan, Tangerang. Dalam kasus tersebut terdapat kurang lebih 40 pekerja diperlakukan tidak manusiawi. Mereka mengalami penyekapan, intimidasi, penyiksaan, kekerasan serta mendapat perlakuan tidak manusiawi seperti bekerja lebih dari 12 jam setiap hari dan disekap dalam ruangan sempit berukuran 6 meter x 6 meter hanya beralas tikar. Selama tiga sampai enam bulan bekerja para pekerja tersebut hanya diberi makan nasi putih, garam dan lauk seadanya serta hanya mengenakan pakaian yang melekat di badan dan tidak pernah mendapat upah. Praktik penyekapan dan perbudakan buruh di pabrik panci ini terkuak setelah dua buruh di pabrik itu berhasil melarikan diri dan melapor ke pos polisi setempat serta mengadu ke Komnas HAM dan Kontras Jakarta. Pabrik panci yang melakukan praktik penyekapan dan perbudakan itu tidak memiliki izin apapun baik itu izin perdagangan maupun produksi alias ilegal. Selain itu diduga ada keterlibatan oknum aparat Polri dan TNI dalam praktik perbudakan tersebut.

Penanganan dari pemerintah : Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar menyatakan keprihatinannya terhadap kasus penyekapan para buruh di pabrik kuali di Tangerang dan menilai kasus tersebut bukan saja termasuk kepada pelanggaran aturan ketenagakerjaan berat, tapi sudah termasuk kepada pelanggaran hak asasi manusia. Sejak kasus tersebut terungkap, Muhaimin langsung menginstruksikan petugas pengawas ketenagakerjaan Kemenakertrans dan Kabupaten Tangerang untuk berkoordinasi dan bergabung dengan Polresta Tangerang untuk mengidentifikasi tindak pidana bidang ketenagakerjaan. Penyidik pegawai pengawas ketenagakerjaan (PPNS) tengah melakukan penyidikan (BAP) atas tindak pidana ketenagakerjaan akan yang dilakukan secara terpisah dengan BAP kepolisian.

Setelah proses hukum selesai, Pihak Menakertrans menawarkan akan memfasilitasi para buruh tersbeut untuk mendapatkan pekerjaan yang layak atau mengembalikan mereka ke kampung halaman ataupun bisa ikut program transmigrasi. Sedangkan untuk pelaku akan dijerat dengan 7 tuntutan pidana karena melanggar peaturan ketenagakerjaan dengan ancaman hukuman penjara berat dan sanksi denda. Penyidikan tindak pidana ketenagakerjaan meliputi: a. Upah dibawah ketentuan Upah Minimum Pasal 90 ayat 1 UUNomor 13 Tahun 2003. Ancaman hukuman max. 4 tahun dan atau denda max Rp. 400 juta b. Memperkerjakan Anak pada Bentuk Pekerjaan TerburukPasal 74 UU Nomor 13 Tahun 2003. Ancaman hukumanmax. 5 tahun dan atau denda max Rp 500 juta. c. Perusahan tidak membuat Peraturan Perusahaan, UU Nomor1.3 Tahun 2003 Pasal 106 ayat (1). Ancaman hukuman pidana denda max. Rp. 50 juta. d. Waktu Kerja Waktu Istirahat Pasal 78 UU Nomor 13 Tahun2003. Ancaman hukuman max. 12 bulan dan atau dendamax Rp. 100 juta. e. Jamsostek Pasal 4 ayat 1 UU Nomor 3 Tahun 1992. Ancaman hukuman max. 6 bulan atau denda max Rp. 50 juta. f. Wajib Lapor Ketenagakerjaan UU Nomor 7 Tahun 1981. Ancaman hukuman max. 3 bulan atau denda max Rp. 1 juta. g. Keselamatan Kerja UU Nomor 1 Tahun 1970. Ancamanhukuman max. 3 bulan atau denda max Rp. 100 ribu.

Pendapat : Menurut kami, kasus penyekapan puluhan pekerja di pabrik panci merupakan kasus pelanggaran HAM dan juga perampasan kemerdekaan seseorang. Perlakuan terhadap buruh buruh tersebut sangat tidak manusiawi. perdagangan manusia dalam kasus ini. Pemerintah harus menindak tegas pelaku dan juga aparat kemanan sekitar yang sengaja membiarkan kasus ini karena telah menerima pemberian dari pemilik pabrik. pemerintah pusat Selain itu juga menurut kami terdapat indikasi

dan daerah harus betul-betul serius melaksanakan program-program kerakyatan, meminimalisir korupsi, dan turun ke bawah. Selain pemerintah, masyarakat juga perlu berperan aktif mengawasi tempat-tempat usaha yang tertutup dan mencurigakan. Peran masyarakat sangat penting mengingat keterbatasan jumlah pengawas ketenagakerjaan. Saat masyarakat menemukan kejanggalan atau kemungkinan adanya tindak kekerasan hubungan kerja yang terjadi di lingkungannya, masyarakat dapat melaporkannya. Apresiasi juga perlu diberikan atas langkah korban dan pihak-pihak yang berani melaporkan kasus ini ke lembaga yang concern seperti Komnas HAM dan KontraS. Dengan adanya keterlibatan dari berbagai pihak, hendaknya kasus seperti ini tidak terjadi lagi karena akan merusak nama baik sektor ketenagakerjaan di Indonesia.

Você também pode gostar