Você está na página 1de 4

Tinjauan PusTaka

Tinjauan PusTaka

uji Validitas dan reliabilitas Personal and Social Performance Scale pada Pasien Skizofrenia di indonesia
Dharmawan Ardi Purnama, Nurmiati Amir, Richard Budiman, Heriani, Iwan Ariawan
Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, Indonesia

aBStrak latar Belakang: Belum banyak instrumen yang dapat mengukur sekaligus fungsi sosial dan personal pasien-pasien skizofrenia secara lebih akurat daripada skala Global Assessment of Functioning (GAF), dan tetap praktis; padahal hal ini sangat penting dalam mengupayakan intervensi yang tepat guna mengoptimalkan kualitas hidup pasien yang telah remisi dalam kaitannya dengan kapasitas fungsional. Skala Personal and Social Performance (PSP) dipandang sebagai salah satu alternatif terbaik. tujuan: Memperoleh instrumen PSP Scale yang dapat digunakan di Indonesia guna menilai kapasitas fungsi sosial dan personal pasien skizofrenia secara sahih dan andal. Bahan dan cara: Seratus pasien skizofrenia, berusia antara 18-60 tahun, yang berobat jalan dengan didampingi keluarga/pengasuh di Poliklinik Jiwa Dewasa RSCM, pada bulan Juli 2007 - April 2008, pria maupun wanita, tanpa membedakan jenis skizofrenianya, disertakan dalam penelitian dengan consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan PSP Scale yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan skala GAF sebagai baku emasnya. Dilakukan analisis faktor untuk menunjukkan construct validity, analisis korelasi Spearman untuk menunjukkan concurrent validity, dan analisis Wilcoxon Signed Rank Test untuk menunjukkan reliabilitas inter-rater/inter-observer. Hasil: Skala PSP ini memiliki construct validity yang baik, sebesar 70,504%. Di samping itu, terdapat korelasi Spearman yang kuat (r=0,84; p<0,05) antara skor skala PSP dengan skala GAF, yang menunjukkan bahwa skala PSP memiliki concurrent validity sangat baik. Reliabilitas inter-rater/ inter-observer menunjukkan hasil Wilcoxon Signed Ranks Test yang tidak berbeda signifikan (PSP rater 1 = PSP rater 2; p>0,05) di antara penilai/pengamat yang berbeda. Simpulan: Personal and Social Performance Scale versi bahasa Indonesia yang diuji dalam penelitian ini telah terbukti kesahihan dan keandalannya untuk diaplikasikan pada pasien skizofrenia Indonesia, dengan adaptasi pada beberapa butir pertanyaan. kata kunci: Personal and Social Performance, Global Assessment of Functioning, kapasitas fungsional, uji kesahihan, kehandalan, skala Indonesia PEnDaHuluan Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang perjalanan penyakitnya kronis dan sering kambuh. Prevalensinya di populasi umum berkisar 1-1,3% dan dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras.1,2 Beberapa dekade lalu, skizofrenia dikenal sebagai penyakit kronik seumur hidup tanpa harapan sembuh. Saat ini, perkembangan terapi pasien skizofrenia adalah mengoptimalkan fungsi kehidupan pasien skizofrenia yang telah remisi baik total maupun parsial. Penting sekali mengupayakan intervensi yang tepat guna mengoptimalkan kualitas hidup pasien yang telah remisi. Para ahli telah merumuskan definisi operasional remisi pada skizofrenia dan saat ini timbul gagasan untuk menghubungkan keadaan remisi ini dengan fungsi. Dengan ini diharapkan strategi terapi untuk mengoptimalkan fungsi pasien skizofrenia lebih tepat sasaran. Dalam rangka mengupayakan intervensi yang tepat guna mengoptimalkan kualitas hidup pasien yang telah remisi, pengukuran fungsi sosial dan personal perlu dilaku- kan. Saat ini penilaian skala fungsi yang digunakan secara luas di Indonesia adalah skala Global Assessment of Functioning (GAF) menurut DSM IV-TR. Global Assessment of Functioning (GAF) merupakan alat yang dapat mengukur sekaligus dan akurat fungsi sosial dan personal pasien skizofrenia. Penggunaan GAF untuk menilai fungsi tampaknya masih ada kekurangan.3 Terdapat beberapa instrumen lain yang juga dapat mengukur fungsi, namun demikian, belum banyak instrumen yang dapat mengukur sekaligus fungsi sosial dan personal pasien-pasien skizofrenia secara lebih akurat, namun tetap praktis. Personal and Social Performance Scale (PSP) merupakan salah satu instrumen alternatif terbaik yang dianggap lebih praktis untuk mengukur fungsi-fungsi tersebut. Namun, validitas (kesahihan) dan reliabilitas (keterandalan) instrumen tersebut masih perlu diteliti. Personal and Social Performance Scale menggunakan Social and Occupational Functioning Assessment Scale (SOFAS) sebagai dasar pengembangannya, terdiri dari 4 ranah, yaitu: (1) perawatan diri (self-care) dengan 6 komponennya; (2) aktivitas sosial yang berguna (socially useful activities) dengan 3 komponennya;

98 CDK-190/ vol. 39 no. 2, th. 2012


CDK-190 OK.indd 99 98

CDK-190/ vol. 39 no. 2, th. 2012 98

03/02/2012 13:51:22 13:51:20

Tinjauan PusTaka
(3) hubungan personal dan sosial (personal and social relationships) dengan 2 komponennya; (4) perilaku agresif dan mengganggu (disturbing and aggressive behaviours) dengan 5 komponennya. Social and Occupational Functioning Assessment Scale (SOFAS) adalah skala yang diusulkan dalam DSM IV-TR untuk menilai secara khusus fungsi sosial dan okupasi pasien. SOFAS sendiri disusun berdasarkan GAF yang sudah sejak lama digunakan.3,4 Instrumen PSP dikembangkan pada tahun 1999 dan dipublikasikan pada tahun 2000 oleh Morosini dkk untuk mengukur fungsi sosial dan personal pasien skizofrenia. Alasan mengembangkan PSP di antaranya adalah guna menciptakan alat ukur yang praktis. Kepraktisan PSP tampak dalam beberapa hal: (1) PSP hanya terdiri dari 4 ranah yang mencakup 16 komponen terukur dibantu 19 butir pertanyaan dalam bentuk wawancara terstruktur; (2) jawaban atas setiap butir pertanyaan digunakan untuk menilai derajat setiap ranah. Masing-masing ranah diwakili oleh 6 derajat; (3) indeks ini tidak membebani subyek yang diukur, karena hanya perlu menjawab 19 butir pertanyaan dengan jawaban sederhana; (4) kalkulasi skor totalnya juga sederhana yaitu dengan mencocokkan derajat masing-masing ranah dengan tabel skor dalam bentuk interval 10 poin seperti skoring GAF, dan kemudian menentukan skor akhir di antara 10 poin interval tersebut; (5) waktu yang diperlukan untuk melakukan seluruh proses ini dalam praktik klinis sehari-hari adalah antara 5 10 menit.3,4 Kepraktisan dianggap sebagai salah satu syarat utama suatu alat ukur kesehatan yang baik dan berguna. Sayangnya, kepraktisan belum tentu sejalan dengan syarat lain dari suatu instrumen yang baik, yaitu kesahihan dan keandalan. Instrumen yang singkat sering tidak sahih dan/atau andal. Akan tetapi, PSP tampaknya memenuhi syarat tersebut.4 Masalah untuk penggunaan di Indonesia adalah bahwa instrumen ini berbahasa Inggris dan belum diuji kesahihan dan keandalannya dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendapatkan instrumen skala PSP dalam bahasa Indonesia yang sahih; (2) membuktikan bahwa skala PSP stabil dan terpercaya untuk dapat digunakan di Indonesia dalam menilai kapasitas fungsi sosial dan personal pasien skizofrenia. BaHan Dan Cara Penelitian ini merupakan suatu uji kesahihan dan keandalan terhadap instrumen Personal and Social Performance Scale. Instrumen ini terdiri dari 4 ranah dengan 19 butir pertanyaan terstruktur. Penilaiannya sebagai berikut: (1) skor 100-70 menunjukkan kesulitan fungsi ringan; (2) skor 69-31 menunjukkan disabilitas yang bermanifestasi dalam berbagai tingkatan; (3) skor 30 menunjukkan fungsi pasien sangat buruk dan memerlukan bantuan atau supervisi.3 Penelitian dilaksanakan di Poliklinik Jiwa Dewasa RSCM dengan rentang waktu 10 bulan, yakni bulan Juli 2007 - April 2008. Sampel penelitian diambil dari pasien dengan diagnosis skizofrenia yang berobat jalan di Poliklinik Jiwa Dewasa RSCM, baik pria maupun wanita. Cara pengambilan sampel adalah secara konsekutif. Kriteria inklusi adalah usia 18-60 tahun, menderita semua jenis skizofrenia menurut kriteria diagnostik PPDGJ III, bersedia menjadi responden (mendapat informed consent), responden datang didampingi keluarga/ care giver (untuk mengonfirmasi keadaan subjek sesungguhnya). Kriteria eksklusi adalah penderita skizofrenia dengan penyakit fisik kronik yang dapat mempengaruhi penilaian fungsi sosial dan personalnya dalam kehidupan sehari-hari, subjek tidak dapat berkomunikasi (sehingga tidak dapat diwawancarai). Penelitian uji validitas dan reliabilitas yang berkaitan dengan masalah kesehatan memerlukan besar sampel minimal yang dianggap cukup mewakili, yakni sebanyak 100 orang.5,6 Proses penerjemahan PSP dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia diserahkan kepada seorang dokter umum dan seorang dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dengan

Tinjauan PusTaka
pertimbangan bahwa sejak awal perkembangannya, skala ini diaplikasikan kepada pasien dengan wawancara oleh tenaga medis baik dokter, perawat psikiatri atau pekerja sosial di bidang psikiatri. Selain menerjemahkan, peneliti juga diajak berdiskusi tentang konteks sosial budaya sehingga terjemahan menjadi lebih mudah dimengerti dalam bahasa sehari-hari tanpa mengubah makna pertanyaan itu sendiri. Beberapa pertanyaan dalam wawancara terstruktur diperkirakan akan tidak sesuai dengan konteks sosial budaya masyarakat Indonesia. Proses penerjemahan kembali dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris dilakukan oleh dua orang dokter Spesialis Kedokteran Jiwa dari sub Divisi Psikiatri Komunitas yang belum pernah melihat naskah asli skala PSP dalam bahasa Inggris. Proses pengambilan data dimulai pada pertengahan bulan Februari 2008 sampai akhir bulan April 2008. Dalam masa persiapan pengambilan sampel, peneliti berlatih menggunakan skala PSP dengan menggunakan video interaktif sesuai skala PSP aslinya. Selanjutnya, sepuluh responden pertama diambil untuk sampel inter-rater/inter-observer yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah tersertifikasi menggunakan PSP asli. Penilai skala GAF dalam penelitian ini dilakukan oleh dua orang dokter dalam pendidikan Spesialis Kedokteran Jiwa tahap mandiri yang bertugas sebagai supervisor poliklinik Jiwa Dewasa RSCM. Uji validitas (kesahihan) yang dilakukan antara lain validitas isi (content validity), dengan mengkaji ulang validitas isi meskipun telah dilakukan penilaian validitas isi secara judgmental oleh para pakar pembuat instrumen PSP aslinya dan bukan secara statistik.7,8 Di samping itu, data yang dikumpulkan ditabulasi serta diolah secara statistik. Validitas konsep (construct validity) diukur dengan menghitung koefisienkorelasi antar-butir (factor analysis/analisis faktor). Validitas kriteria dengan concurrent validity diukur dengan koefisien-korelasi Spearman, membandingkan penilaian skala GAF dan PSP dalam bentuk interval (kategorikal). Uji reliabilitas (keterandalan) kesepakatan inter-rater atau inter-observer dilakukan dengan peringkat bertanda Wilcoxon (Wilcoxon Signed Ranks Test).

99 CDK-190/ vol. 39 no. 2, th. 2012


CDK-190 OK.indd 99 98

CDK-190/ vol. 39 no. 2, th. 2012 99

03/02/2012 13:51:22 13:51:20

Tinjauan PusTaka
Program komputer SPSS ver.13 digunakan sebagai alat bantu. DEfiniSi oPEraSional 1. Penderita skizofrenia adalah seseorang yang didiagnosis menderita gangguan jiwa skizofrenia menurut kriteria diagnosis PPDGJ III (ICD X). 2. Kapasitas fungsional adalah berbagai kemampuan esensial seseorang agar dapat mempertahankan kehidupan yang independen secara sosial.9 Fungsi personal yang berhubungan dengan aktivitas hidup sehari-hari dapat didefinisikan sebagai kemampuan hidup sehari-hari yang dilakukan secara mandiri, seperti kebersihan diri, melakukan pekerjaan rumah tangga, belanja atau bekerja.1 Fungsi sosial dan hubungan interpersonal yaitu kemampuan mempertahankan hubungan dengan orang lain, dapat menjalankan peran sosial seperti mempertahankan pekerjaan, perkawinan, mengurus anak, serta adaptif menghadapi masalah dan tidak terisolasi dari lingkungan sosialnya.1 Kapasitas fungsional dievaluasi dengan skala GAF (berdasarkan DSMIV TR) dan/atau skala PSP. 3,10 3. Uji validitas instrumen: menguji seberapa jauh pengukuran yang dilakukan mengukur hal yang sebenarnya ingin diukur. 4. Uji reliabilitas instrumen: menguji apakah hasil pengukuran instrumen stabil dan dapat dipercaya ataukah tidak. HaSil Dan PEMBaHaSan Penelitian ini merupakan penelitian uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen skala PSP pada kelompok pasien skizofrenia yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi di poliklinik rawat jalan jiwa dewasa (PJD) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah skala PSP stabil dan terpercaya untuk digunakan dalam menilai fungsi personal dan sosial pasien skizofre- nia di Indonesia. Hasil terjemahan seorang dokter umum dan seorang dokter Spesialis Kedokteran Jiwa tidak menunjukkan perbedaan berarti. Tidak ada terjemahan yang menghasilkan interpretasi berbeda (baik terjemahan skala penilaian maupun pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara terstrukturnya). Perbedaan-perbedaan sewaktu latihan menggunakan skala PSP menunjukkan nilai Wilcoxon Signed Ranks Test tidak berbeda bermakna (tabel 1) antara peneliti dengan rater tersertifikasi, sehingga peneliti melanjutkan mengambil sampel karena dianggap memiliki kemampuan yang tidak berbeda dibandingkan rater yang telah tersertifikasi. tabel 1. Tes non parametrik inter-rater untuk skala PSP ranks
n PSP 2 - PSP Negative Ranks 0a Positive Ranks 2b 8c Ties Total a. PSP2 < PSP b. PSP2 > PSP c. PSP2 = PSP 10 Mean Sum of rank ranks .00 1.50 .00 3.00

Tinjauan PusTaka
ranah lainnya. Item loading pada ranah D menjadi paling rendah mungkin disebabkan karena penilaian ranah D pada skala PSP ini sangat sensitif sehingga menurunkan interval skor (10 poin) pada tahap kedua penilaian skala PSP ini. Perbedaan penilaian untuk ranah D ini terlihat mencolok pada ide/percobaan bunuh diri. Penilaian skala PSP untuk ide/percobaan bunuh diri adalah berat, dan kesulitan berat pada ranah D dimasukkan dalam interval penilaian 21-30; sedangkan, dalam skala GAF, hal tersebut dimasukkan dalam interval penilaian 41-50 (berbeda 20 poin). Perbedaan yang mencolok ini tidak terjadi pada ranah A sampai C dibandingkan skala GAF. Walaupun demikian, menurut para ahli, item loading dari ranah D yang tidak kurang dari 0,30 dianggap tidak menunjukkan jumlah variasi yang bermakna dengan faktor dan dapat dipertimbangkan untuk dieliminasi.11,12 Concurrent validity diukur menggunakan koefisien korelasi Spearman. Koefisien korelasi Spearman untuk setiap ranah dibandingkan dengan skor GAF, seperti terlihat pada tabel 2.

Usia termuda responden adalah 18 tahun dan usia tertua adalah 56 tahun dengan usia ratarata 33,23 tahun. Waktu rata-rata yang diperlukan dalam wawancara adalah 5-10 menit.

tabel 2. Koefisien korelasi Spearman setiap ranah dengan GAF & GAF dengan PSP
ranah A B C D PSP GAF a 1.00 0.70 0.67 0.55 0.62 0.69 B 0.70 1.00 0.79 0.44 0.69 0.77 C 0.67 0.79 1.00 0.50 0.68 0.73 D 0.55 0.42 0.50 1.00 0.83 0.64 PSP 0.62 0.69 0.68 0.83 1.00 0.84 Gaf 0.69 0.77 0.73 0.64 0.84 1.00

Perhitungan analisis faktor dengan Principal Component Analysis (PCA) secara kumulatif didapatkan 70,504% . Komunalitas setiap ranah dengan perhitungan komponen matriks adalah: (1) Ranah A adalah 0,867; (2) Ranah B 0,883; (3) Ranah C 0,905; (4) Ranah D 0,685. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap ranah yang diekstraksi telah merepresentasikan fungsi personal dan sosial dengan baik. Masing-masing butir ranah memberikan sumbangan yang besar dalam menggambarkan karakteristik kompetensi fungsi personal dan sosial. Nilai ini juga berlaku bagi ranah D (ranah yang menilai perilaku mengganggu dan agresif ) walaupun memiliki nilai item loading paling rendah (0,685) di antara tiga

Koefisien korelasi Spearman antara skala GAF dengan PSP adalah 0,84 dan koefisien korelasi Spearman antara GAF dengan ranah B adalah yang paling kuat dibandingkan dengan ranah lainnya yaitu sebesar 0,77. Koefisien korelasi Spearman ini membuktikan bahwa skala PSP sebanding dengan skala GAF dalam menilai fungsi sosial dan personal pasien-pasien skizofrenia. Koefisien korelasi Spearman yang paling kuat antara GAF dengan ranah B membuktikan kedekatan dalam pengembangan skala PSP dari skala SOFAS untuk menilai fungsi sosial dan okupasi pasien secara khusus. Kelebihan skala PSP dari segi isi adalah

100 CDK-190/ vol. 39 no. 2, th. 2012


CDK-190 OK.indd 101 100

100 CDK-190/ vol. 39 no. 2, th. 2012


03/02/2012 13:51:24 13:51:23

Tinjauan PusTaka
bahwa PSP dapat memperlihatkan perbedaan skor setiap ranah dibandingkan skala GAF dengan hasil skor akhir yang sepadan dengan skala GAF sehingga klinisi dapat mengevaluasi fokus intervensi untuk meningkatkan kapasitas fungsi pada ranah tertentu, sebagai bagian dari rencana terapi psikofarmakologi dan/atau psikososial selanjutnya. Memang, skala PSP adalah skala yang diciptakan untuk mengukur secara lebih spesifik tentang sejauh mana fungsi sosial dan personal subjek penelitian yang telah kembali tinggal dalam komunitasnya. Hal ini sedikit berbeda dengan skala GAF yang dapat mengukur secara global fungsi pasien/subjek penelitian dalam keadaan apa saja baik akut maupun telah remisi. Meskipun demikian, penelitian ini telah membuktikan bahwa ada hubungan yang kuat antara penilaian skala PSP dan skala GAF sehingga skala PSP ini sebanding dengan skala GAF dalam mengukur fungsi subjek, terutama lebih spesifik mengukur fungsi sosial dan personal subjek yang telah remisi. Beberapa pertanyaan dalam wawancara terstruktur yang diperkirakan akan tidak sesuai dengan konteks sosial budaya masyarakat Indonesia ternyata tidak terbukti. Beberapa pertanyaan perlu dijelaskan lebih lanjut, misalnya sebagai berikut. Pada ranah A, pertanyaan, Seberapa sering Anda mencuci baju Anda? Apakah ada orang lain yang harus mengingatkan atau menolong Anda? (Jika ya: seberapa sering?) perlu diberikan alternatif, Seberapa sering paling tidak Anda berinisiatif meminta tolong pakaian Anda dicucikan oleh orang lain/anggota keluarga yang biasa bertugas mencuci pakaian? Hal ini mempertimbangkan situasi dalam keluarga Indonesia yang sering menugaskan individu tertentu untuk tugas-tugas rumah tangga, seperti mencuci pakaian. Penambahan alternatif ini tidak mengubah penilaian skor untuk ranah A. Pada ranah B, pertanyaan, Apakah Anda berpartisipasi dalam organisasi keagamaan atau menghadiri pelayanan keagamaan? perlu diberikan alternatif pengganti, Apakah Anda menghadiri shalat Jumat / kebaktian di gereja / tempat ibadah lainnya? Hal ini mempertimbangkan bahwa pada awalnya, hampir semua responden menjawab, Tidak berpartisipasi dalam organisasi keagamaan (hanya satu orang responden yang menjawab Ya). Namun, sewaktu dijelaskan bahwa pertanyaan ini termasuk mengenai menghadiri pelayanan keagamaan, seperti shalat Jumat (atau shalat berjamaah di rumah), ke gereja setiap Minggu (atau ikut persekutuan doa), maka sebagian besar menjawab Ya. Beberapa pertanyaan dipertimbangkan untuk tidak perlu ditanyakan karena semua responden menjawab Tidak pernah, misalnya subpertanyaan, Apakah Anda menjadi relawan di suatu tempat?, dan pertanyaan, Apakah Anda berpartisipasi dalam aktivitas kelompok? (seperti: klub, kelompok pendukung dan tim), pada ranah B.

Tinjauan PusTaka
SiMPulan Dan Saran Skala PSP versi bahasa Indonesia ini terbukti kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas)-nya untuk digunakan pada pasien skizofrenia yang tidak mengalami gangguan proses pikir yang bermanifestasi seperti bicara kacau (asosiasi longgar sampai inkoheren). Kelebihan skala PSP dibandingkan skala GAF antara lain adalah bahwa skala ini terbukti cukup praktis dalam hal aplikasi wawancaranya, termasuk dalam pertanyaan wawancara sewaktu konsultasi rawat jalan.

Daftar PuStaka
1. Surilena. Intervensi Psikososial dalam manajemen Skizofrenia. Jiwa 2005;3, Juli: 69-84. 2. Saddock BJ. Schizophrenia, In: Kaplan & Sadocks. Synopsis of Psychiatry, 9th ed. Philadelphia: LWW,2000: 500-2. 3. Morosini PL, Magliano L, Brambilla L, Ugolini S, Pioli R. Development, reliability and acceptability of a new version of the DSM-IV Social and Occupational Functioning Assessment Scale (SOFAS) to assess routine social functioning. Acta Psychiatri. Scand. 2000;101:323-29. 4. The PSP Scale - Simple and Accurate Assessment of Funcionality in Schizophrenia. Antipsychotic Update, Issue 4; 2006. 5. Norman GR, Streiner DL. Biostatistics, The Bare Essentials. Mosby, 1994. p.141. 6. Ismail RI. Analisis item, Uji Reliabilitas dan Validitas dari Kuesioner kesesuaian hubungan suami istri, Tesis. Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001. 7. Barbotte E. et al. Prevalence of impairments, disabilities, handicaps and quality of life in the general population: a review of recent literature, Bull. WHO 2001;79(11): 1047-55. 8. Di lorio CK. Measurement in Health Behavior, Jossey-Bass, San Fransisco, 2005. 9. Beauchamp TL, Childress JE. A Principles of Biomedical Ethics. Oxford:Oxford University Press.1994. 10. Lieberman JA, Murray RM. The outcome of Psychotic Illness, In: Comprehensive Care of Schizophrenia. A Text Book of Clinical Management. London: Martin Dunitz Ltd. 2001. 11. Comrey AL, Lee HB. A first course in factor analysis. Mahwah, NJ:Erlbaum. 1992. 12. Pett MA, Lackey NR, Sullivan,JJ. Making sense of factor analysis: The use of factor analysis for instrument development in health care research. Thousand Oaks, CA: Sage. 2003.

101 CDK-190/ vol. 39 no. 2, th. 2012


CDK-190 OK.indd 101 100

101 CDK-190/ vol. 39 no. 2, th. 2012


03/02/2012 13:51:24 13:51:23

Você também pode gostar