Você está na página 1de 2

PATOGENESIS TERJADI BATUK DARAH Patogenesis terjadinya batuk darah atau hemoptisis yang disebabkan oleh berbagai penyakit

yang mendasarinya pada prinsipnya hampir sama, yaitu bila terjadi penyakit/kelainan pada parenkim paru, sistem sirkulasi bronkial atau pulmoner, maupun pleura sehingga terjadi perdarahan pada kedua sistem sirkulasi tersebut. Patofisiologi hemoptisis akibat beberapa penyakit dasarnya yang biasa kita jumpai, akan dibahas berikut ini.7 1 Infeksi 1.1. Tuberkulosis Ekspektorasi darah dapat terjadi akibat infeksi tuberkulosis yang masih aktif ataupun akibat kelainan yang ditimbulkan akibat penyakit tuberkulosis yang telah sembuh. Susunan parenkim paru dan pembuluh darahnya dirusak oleh penyakit ini sehingga terjadi bronkiektasi dengan hipervaskularisasi, pelebaran pembuluh darah bronkial, anastomosis pembuluh darah bronkial dan pulmoner. Penyakit tuberkulosis juga dapat mengakibatkan timbulnya kaviti dan terjadi pneumonitis tuberkulosis akut yang dapat menyebabkan ulserasi bronkus disertai nekrosis pembuluh darah di sekitarnya dan alveoli bagian distal. Pecahnya pembuluh darah tersebut mengakibatkan ekspektorasi darah dalam dahak, ataupun hemoptisis masif. Ruptur aneurisma Rassmussen telah diketahui sebagai penyebab hemoptisis masif pada penderita tuberkulosis ataupun pada bekas penderita tuberkulosis. Kematian akibat hemoptisis masif pada penderita tuberkulosis berkisar antara 5-7%. Pada pemeriksaan postmortem, ternyata pada penderita tersebut ditemukan ruptur aneurisma arteri pulmoner. Umumnya pada penderita yang meninggal tersebut, terjadi ruptur pada bagian arteri pulmoner yang mengalami pelebaran akibat inflamasi pada kaviti . Hal tersebut dapat terjadi karena keterlibatan infeksi tuberkulosis pada tunika adventisia atau media pembuluh darah namun juga akibat proses destruksi dari inflamasi lokal. Hemoptisis masif juga dapat terjadi pada bekas penderita tuberkulosis. Hal tersebut dapat terjadi akibat erosi lesi kalsifikasi pada arteri bronkial sehingga terjadi hemoptisis masif. Selain itu ekspektorasi bronkolit juga dapat menyebabkan hemoptisis.7,9,10,11 1.2 Pneumonia Hemoptisis dapat terjadi pada infeksi berat dimana saja pada saluran pernafasan. Hal ini jarang ditemukan pada pneumonia oleh karena virus atau bakteri biasa. Hemoptisis yang terjadi pada pneumonia yang disebabkan bakteri tertentu dapat dilihat dari tampilan sputumnya. Pada pneumonia oleh karena pneumococus, sputum tampak seperti berkarat. Pada Klebsiella pneumonia, hemoptisis sering menyerupai jeli kismis.Sedangkan pada Staphylococus Pneumonia, sputum bercampur darah dan nanah.

1.3 Bronkitis dan Bronkiektasis Bronkitis biasanya menyebabkan hemoptisis ringan. Proses inflamasi pada mukosa saluran nafas dan pecahnya pembuluh darah kecil pada mukosa mengakibatkan adanya bercak darah pada dahak. Pada Bronkiektasis terjadi akibat destruksi tulang rawan pada dinding bronkus akibat infeksi ataupun penarikan oleh fibrosis alveolar. Perubahan yang terjadi ternyata juga melibatkan perubahan arteri bronkial yaitu hipertrofi, peningkatan atau pertambahan jumlah jaring vaskuler (vascular bed). Perdarahan dapat terjadi akibat infeksi ataupun proses inflamasi. Pecahnya pembuluh darah bronkial yang memiliki tekanan sistemik dapat berakibat fatal . 1.4 Infeksi Jamur Paru Angioinvasi oleh elemen jamur menimbulkan kerusakan pada parenkim dan struktur vaskuler sehingga dapat menimbulkan infark paru dan perdarahan. Meskipun demikian infeksi jamur paru yang invasif jarang menimbulkan hemoptisis. Sebaliknya pembentukan misetoma dapat menimbulkan hemoptisis pada 50-90% penderita misetoma. Misetoma umumnya terbentuk pada penderita dengan penyakit paru berkaviti misalnya TB, sarkoidosis, cavitary lung carcinoma, infark paru, emfisema bulosa, bronkiektasis, penyakit fibrobulosa dari arthritis rematoid dan ankylosing spondilytis, trauma mekanik akibat pergerakan fungus ball di dalam kaviti, jejas vaskuler akibat endotoksin Aspergillus, dan kerusakan vaskuler akibat reaksi hipersensitiviti tipe III merupakan beberapa teori penyebab terjadinya hemoptisis pada misetoma. Hemoptisis dapat pula terjadi akibat bronkolitiasis dari adenopati histoplasma yang mengalami kalsifikasi. 1.5 Abses paru Hemoptisis dapat terjadi pada 11-15% penderita abses paru primer. Perdarahan masif dapat terjadi pada 20-50% penderita abses paru yang mengalami hemoptisis. Mekanisme perdarahan adalah akibat proses nekrosis pada parenkim paru dan pembuluh darahnya. 1.6 Fibrosis Kistik Perdarahan pada penderita fibrosis kistik multifaktorial, namun umumnya perdarahan berasal dari arteri bronkial. Pemeriksaan postmortem menunjukkan bronkiektasis luas, abses paru dan bronkopneumonia. Sistem arteri bronkial mengalami hipervaskularisasi dan anastomosis bronkopulmoner. Kelainan tersebut diatas ditambah dengan hipertensi pulmoner menyebabkan tingginya insiden hemoptisis pada penderita fibrosis kistik, walaupun demikian hemoptisis masih jarang terjadi.

Você também pode gostar