Você está na página 1de 45

ACUT ABDOMEN Tugas Radiografi Kegawatdaruratan

DISUSUN OLEH : 1. 2. 3. 4. 5. KURNIA KANTHI NASTITI ANGGIE ZANDHIKA P ELDE ALIFI S RANNY EKA ELLY LELY JAYANTI MAIPURA (011103022) (011103023) (011103024) (011103025) (011103026)

PROGAM STUDI DIII RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang akut abdomen. Penyusunan makalah ini tidak akan berhasil sesuai dengan yang diharapkan tanpa adanya pihak-pihak yang telah membantu, mulai dari berbagai literatur sampai dengan dosen. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini dirancang sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat mengantarkan pembaca untuk mudah mengerti, memahami dan mengetahui Acut Abdomen. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi kita semua pembaca makalah ini. Namun demikian kami juga menyadari kekurang sempurnaan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari para pembaca dan semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 5 April 2013

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah C. Tujuan BAB II PEMBAHASAN A. Definisi dan Epidemiologi B. Anatomi Abdomen C. Tanda dan Gejala Acut Abdomen D. Karakteristik Nyeri E. Penyebab Acut Abdomen F. Kasus Tersering Dan Pemeriksaan Radiologi BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Akut abdomen merupakan sebuah terminologi yang menunjukkan adanya keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian bila tidak ditanggulangi dengan pembedahan. Keadaan darurat dalam abdomen dapat disebabkan karena perdarahan, peradangan, perforasi atau obstruksi pada alat pencemaan. Peradangan bisa primer karena peradangan alat pencernaan seperti pada apendisitis atau sekunder melalui suatu peritonitis karena perforasi tukak lambung, perforasi dari Payers patch,pada typhus abdominalis atau perforasi akibat trauma (Dombal and Margulies, 1996). Akut abdomen meliputi 20-40% dari pasien rawat inap, dan 50-65% dari kasus akut abdomen tidak memiliki diagnosis awal yang akurat (Dombal and Margulies, 1996). Dalam sebuah penelitian, diperoleh data bahwa penyebab terbanyak akut abdomen adalah nyeri abdomen non spesifik (33,0%), diikuti dengan apendisitis akut (23,3%) dan kolik bilier (8,8%). Nyeri abdomen non spesifik banyak terdapat pada wanita muda, sedangkan apendisitis akut banyak pada pria muda, dan kolik bilier pada wanita tua. Hampir separuh kasus akut abdomen memerlukan tindakan operatif (Miettinen, et al, 1996). Pada akut abdomen, apapun penyebabnya, gejala utama yang menonjol adalah nyeri akut pada daerah abdomen. Kadang-kadang penyebab utama sudah jelas seperti pada trauma abdomen berupa vulnus abdominis penetrans namun kadang-kadang diagnosis akut abdomen baru dapat ditegakkan setelah pemeriksaan fisik serta pemeriksaan tambahan berupa pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan radiologi yang lengkap dan masa observasi yang ketat (Dombal and Margulies, 1996). Pasien akut abdomen dapat jatuh pada kondisi yang mengancam nyawa. Oleh karena itu, dalam penanganannya diperlukan diagnosis awal, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan yang tepat.

1.2. Rumusan Masalah 1. Apa saja yang menjadi penyebab Acut Abdomen ? 2. Kasus apakah yang sering terjadi ? 3. Pemeriksaan radiologi apa saja yang dapat membantu diagnosa kasus tersebut ?

1.3. Tujuan 1. Menjelaskan apa saja yang menjadi penyebab Acut Abdomen 2. Menjelaskan tentang kasus yang sering terjadi pada Acut Abdomen 3. Menjelaskan mengenai pemeriksaan yang dapat membantu diagnosa kasus pada acut abdomen

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Definisi dan Epidemiologi Istilah akut abdomen merupakan tanda dan gejala yang disebabkan penyakit intra abdominal dengan nyeri sebagai keluhan utama, timbul mendadak, dan biasanya membutuhkan terapi pembedahan. Banyak penyakit yang menimbulkan gejala di perut, beberapa di antaranya tidak memerlukan terapi pembedahan, sehingga evaluasi pasien dengan nyeri abdomen harus cermat. Manajemen yang benar dari pasien dengan akut abdomen memerlukan keputusan yang tepat terkait dengan waktu tentang perlunya untuk melakukan operasi pembedahan. Keputusan ini membutuhkan evaluasi dari riwayat pasien dan pemeriksaan fisik, data laboratorium, dan tes pencitraan. Sindrom acute

abdominal pain menyebabkan sejumlah besar kunjungan ke rumah sakit dan dapat terjadi pada mereka yang sangat muda, sangat tua, laki-laki maupun perempuan, dan semua tingkatan sosioekonomi (Brewer BJ, Golden GT,1999). Semua pasien dengan nyeri abdomen harus menjalani evaluasi untuk menegakkan diagnosis sehingga pengobatan tepat waktu dan dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas. Studi lain menunjukkan bahwa 25% dari pasien yang datang ke gawat darurat mengeluh nyeri perut. Diagnosis bervariasi sesuai untuk kelompok usia, yaitu anak dan geriatri. Sebagai contoh nyeri perut pada anak-anak lebih sering disebabkan oleh apendisitis , sedangkan penyakit empedu, usus diverticulitis, dan infark usus lebih umum terjadi pada bayi.

2.2. Anatomi Abdomen Abdomen atau perut merupakan batang tubuh yang terletak diantara thorax dan pelvis. Batas abdomen sebenarnya lebih tinggi daripada yang tampak dari luar karena diafragma cembung keatas. Pada anatomi permukaan,batas atasnya adalah apertura thoracis inferior dan batas bawahnya symphysis pubis

Dalam abdomen di bagi menjadi dinding abdomen dan rongga abdomen beserta isinya. Isi abdomen terdiri dari cavum peritonei, alat pencernaan (mulai dari bagian akhir eshopagus, lambung, sampai usus), hati dan system empedu, pancres limpa, pembuluh darah, saraf dan kelenjar/saluran getah bening.

2.3. Tanda dan Gejala 1. Nyeri Perut Keluhan yang paling menonjol pada akut abdomen adalah nyeri perut. Nyeri perut ini dapat berupa nyeri visceral atau nyeri somatic. a. Nyeri Visceralis Nyeri visceralis terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam rongga perut misalnya, cedera atau radang. Peritoneum viserale yang menyelimuti organ perut dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka terhadap perabaan, atau pemotongan. Akan tetapi bila dilakukan penarikan atau peregangan organ atau terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot sehingga menimbulkan iskemik, misalnya pada kolik atau radang pada appendisitis maka akan timbul nyeri. Pasien yang mengalami nyeri viseral biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat letak nyeri sehingga biasanya ia menggunakan seluruh telapak tangannya untuk menunjuk daerah yang nyeri. Nyeri visceralis biasanya juga disebut nyeri central. b. Nyeri Somatik Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi saraf tepi, misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding perut. Nyeri dirasakan seperti disayat atau ditusuk, dan pasien dapat menunjuk dengan tepat dengan jari lokasi nyeri. Rangsang yang menimbulkan nyeri dapat berupa tekanan, rangsang kimiawi atau proses radang. Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsang peritoneum dan dapat menimbulkan nyeri. Perdangannya sendiri

maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan perubahan intensitas nyeri. Gesekan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral pada appendisitis akut. Setiap gerakan penderita, baik gerakan tubuh maupun gerakan nafas yang dalam atau batuk, juga akan menambah intensitas nyeri sehingga penderita pada akut abdomen berusaha untuk tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk.

2.4. Karakteristik Nyeri Karakteristik nyeri pada abdomen dapat dibagi beberapa bagian berdasarkan letak atau penyebarannya. Nyeri bilier khas menjalar ke pinggang dan ke arah belikat, nyeri pankreatitis dirasakan menembus ke bagian pinggang. Nyeri pada bahu kemungkinan terdapat rangsangan pada diafragma 1. Nyeri Alih Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari suatu daerah. Misalnya, diafragma yang berasal dari regio leher C3 C5 pindah ke bawah pada masa embrional sehingga rangsangan pada diafragma oleh perdarahan atau peradangan akan dirasakan di bahu. 2. Nyeri kontinyu Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietal akan dirasakan terus-menerus karena berlangsung terus, misalnya pada reaksi radang. Pada saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot dinding perut menunjukkan defans muskuler secara refleks untuk melindungi bagian yang meradang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat. 3. Nyeri kolik Nyeri kolik merupakan nyeri yang hilang timbul yang menunjukkan suatu obstruksi organ berongga (lumen), organ yang berdinding otot (usus, empedu, duktus biliaris, ureter) Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan biasanya disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan

tekanan intraluminar). Nyeri ini timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran. Karena kontraksi ini berjeda, kolik dirasakan hilang timbul. Fase awal gangguan perdarahan dinding usus juga berupa kolik. Serangan kolik biasanya disertai perasaan mual, bahkan sampai muntah. Dalam serangan, penderita sangat gelisah, kadang sampai berguling-guling di tempat tidur atau di jalan. Yang khas ialah trias kolik yang terdiri atas serangan nyeri yang kumat-kumatan disertai mual dan muntah dan gerak paksa. 4. Nyeri iskemik Nyeri perut dapat juga berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap, dan tidak menyurut. Nyeri ini merupakan tanda adanya jaringan yang terancam nekrosis. Lebih lanjut akan tampak tanda intoksikasi umum, seperti takikardia, keadaan umum yang memburuk, dan syok karena resorbsi toksin dari jaringan nekrosis. 5. Nyeri Pindah Nyeri berubah sesuai perkembangan patologi. Misalnya pada tahap awal appendisitis, sebelum radang mencapai permukaan peritoneum, nyeri viseral dirasakan sekitar pusat disertai rasa mual karena appendiks termasuk usus tengah. Setelah radang terjadi di seluruh dinding termasuk peritoneum viseral, terjadi nyeri akibat rangsangan peritoneum yang merupakan nyeri somatik. Pada saat ini, nyeri dirasakan tepat pada letak peritoneum yang meradang, yaitu diperut kanan bawah. Jika appendiks kemudian mengalami nekrosis dan gangren, nyeri berubah lagi menjadi nyeri iskemik yang hebat, menetap dan tidak menyurut, kemudian penderita dapat jatuh dalam keadaan toksis.

2.5. Penyebab Acut Abdomen Akut abdomen merupakan sebuah terminologi yang menunjukkan adanya keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian bila

tidak ditanggulangi dengan pembedahan. Keadaan darurat dalam abdomen dapat disebabkan karena: Perdarahan Peradangan Perforasi Obstruksi pada alat pencemaan

2.6. Kasus Tersering dan Pemeriksaan Radiologi 1. Ileus Obstruktif Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik. Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus. Pada obstruksi usus harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan obstruksi strangulata. Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor atau askariasis adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi. Pada bayi dan bayi baru lahir, penyumbatan usus biasanya disebabkan oleh cacat lahir, massa yang keras dari isi usus (mekonium) atau ususnya berputar (volvulus). Invaginasi merupakan penyebab tersering dari sumbatan usus akut pada anak, dan sumbatan usus akut ini merupakan salah satu tindakan bedah darurat yang sering terjadi pada anak. Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal. Tanda obstruksi usus merupakan tanda lanjut (late sign) dari karsinoma kolon. Obstruksi ini adalah obstruksi usus mekanik total yang tidak dapat ditolong dengan cara pemasangan tube lambung, puasa dan infus. Akan tetapi harus segera ditolong dengan operasi (laparatomi). Umumnya gejala pertama timbul karena penyulit yaitu gangguan faal usus berupa gangguan sistem saluran

cerna, sumbatan usus, perdarahan atau akibat penyebaran tumor. Biasanya nyeri hilang timbul akibat adanya sumbatan usus dan diikuti muntah-muntah dan perut menjadi distensi/kembung. Bila ada perdarahan yang tersembunyi, biasanya gejala yang muncul anemia, hal ini sering terjadi pada tumor yang letaknya pada usus besar sebelah kanan. a. Definisi Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebahagaian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Menurut letak sumbatannya maka obstruksi usus dibagi menjadi dua : Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar Terdapat 2 jenis obstruksi usus: (1) Non-mekanis (mis: ileus paralitik atau ileus adinamik), peristaltik usus dihambat akibat pengaruh toksin atau trauma yang mempengaruhi pengendalian otonom motilitas usus; (2) Mekanis, terjadi obstruksi di dalam lumen usus atau obstruksi mural yang disebabkan oleh tekanan ekstrinsik. b. Epidemiologi Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus. Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus. Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000400.000 menderita ileus setiap tahunnya. Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut Bank data Departemen Kesehatan Indonesia.

Terapi ileus obstruksi biasnya melibatkan intervensi bedah. Penentuan waktu kritis serta tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif. Operasi dilakukan secepat yang layak dilakukan dengan memperhatikan keadaan keseluruhan pasien. c. Etiologi Obstruksi non-mekanis atau ileus adinamik sering terjadi setelah pembedahan abdomen karena adanya refleks penghambatan peristaltik akibat visera abdomen yang tersentuh tangan. Refleks penghambatan peristaltik ini sering disebut sebagai ileus paralitik, walaupun paralisis peristaltik ini tidak terjadi secara total. Keadaan lain yang sering menyebabkan terjadinya ileus adinamik adalah peritonitis. Atoni usus dan peregangan gas sering timbul menyertai berbagai kondisi traumatik, terutama setelah fraktur iga, trauma medula spinalis, dan fraktur tulang belakang. Penyebab obstruksi mekanis berkaitan dengan kelompok usia yang terserang dan letak obstruksi. Sekitar 50% obstruksi terjadi pada kelompok usia pertengahan dan tua, dan terjadi akibat perlekatan yang disebabkan oleh pembedahan sebelumnya. Tumor ganas dan volvulus merupakan penyebab tersering obstruksi usus besar pada usia

pertengahan dan orang tua. Kanker kolon merupakan penyebab 90% obstruksi yang terjadi. Volvulus adalah usus yang terpelintir, paling sering terjadi pada pria usia tua dan biasanya mengenai kolon sigmoid. Inkarserasi lengkung usus pada hernia inguinalis atau femoralis sangat sering menyebabkan terjadinya obstruksi usus halus. Intususepsi adalah invaginasi salah satu bagian usus ke dalam bagian berikutnya dan merupakan penyebab obstruksi yang hampir selalu ditemukan pada bayi dan balita. Intususepsi sering terjadi pada ileum terminalis yang masuk ke dalam sekum. Benda asing dan kelainan kongenital merupakan penyebab lain obstruksi yang terjadi pada anak dan bayi.

1) Perlengketan : Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen 2) Intusepsi : Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik kedalam segmen berikutnya oleh gerakan peristaltik yang memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling sering terjadi pada anaka-anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum kedalam dan terpijat disepanjang bagian usus tersebut (ileocaecal) lewat coecum kedalam usus besar (colon) dan bahkan sampai sejauh rectum dan anus. 3) Volvulus : Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi. Keadaan ini dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar pada mesentriumnya 4) Hernia : Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen 5) Tumor : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus. d. Manifestasi Klinis Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah, perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Mual muntah umumnya terjadi pada obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di bagian distal maka gejala yang dominant adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal usus menjadi sangat dilatasi

Obstruksi usus halus a. Obstruksi sederhana Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri abdomen bervariasi dan sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas. Obstruksi bagian tengah atau distal menyebabkan kejang di daerah periumbilikal atau nyeri yang sulit dijelaskan lokasinya. Kejang hilang timbul dengan adanya fase bebas keluhan. Muntah akan timbul kemudian, waktunya bervariasi tergantung letak sumbatan. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Obstipasi selalu terjadi terutama pada obstruksi komplit. b. Obstruksi disertai proses strangulasi Kira-kira sepertiga obstruksi dengan strangulasi tidak diperkirakan sebelum dilakukan operasi. Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia.

Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi maka diperlukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.

Obstruksi usus besar Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan biasanya terasa di daerah epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila terjadi refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada keadaan valvula Bauchini yang

paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis.

e. Patofisiologi Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik maupun fungsional. Perbedaan utama adalah pada obstruksi mekanik (ileus obstruksi) yaitu peristaltik mula-mula kuat kemudian intermittent dan kemudian menghilang. Sedangkan pada ileus paralitik, peristaltik dari awal sudah tidak ada Patofisiologik obstruksi mekanik pada usus berhubungan dengan perubahan fungsi dari usus, dimana terjadi peningkatan tekanan intraluminal. Bila terjadi obstruksi maka bagian proksimal dari usus mengalami distensi dan berisi gas, cairan dan elektrolit. Bila terjadi peningkatan tekanan intraluminal, hipersekresi akan meningkat pada saat kemampuan absorbsi usus menurun, sehingga terjadi kehilangan volume sistemik yang besar dan progresif. Awalnya, peristaltik pada bagian proksimal usus meningkat untuk melawan adanya hambatan. Peristaltik yang terus berlanjut menyebabkan aktivitasnya pecah, dimana

frekuensinya tergantung pada lokasi obstruksi. Bila obstruksi terus berlanjut dan terjadi peningkatan tekanan intraluminal, maka bagian proksimal dari usus tidak akan berkontraksi dengan baik dan bising usus menjadi tidak teratur dan hilang. Peningkatan tekanan intraluminal dan adanya distensi menyebabkan gangguan vaskuler terutama stasis vena. Dinding usus menjadi udem dan terjadi translokasi bakteri ke pembuluh darah. Produksi toksin yang disebabkan oleh adanya translokasi bakteri menyebabkan timbulnya gejala sistemik. Efek lokal peregangan usus adalah iskemik akibat nekrosis disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik. Pada obstruksi mekanik sederhana, hambatan pasase muncul tanpa disertai gangguan vaskuler dan neurologik. Makanan dan cairan

yang tertelan, sekresi usus dan udara akan berkumpul dalam jumlah yang banyak jika obstruksinya komplit. Bagian proksimal dari usus mengalami distensi dan bagian distalnya kolaps. Fungsi sekresi dan absorpsi membran mukosa usus menurun dan dinding usus menjadi edema dan kongesti. Distensi intestinal yang berat dengan sendirinya secara terusmenerus dan progresif akan mengacaukan peristaltik dan fungsi sekresi mukosa serta meningkatkan risiko terjadinya dehidrasi, iskemik, nekrosis, perforasi, peritonitis dan kematian. Pada obstruksi strangulata, biasanya berawal dari obstruksi vena, yang kemudian diikuti oleh oklusi arteri, menyebabkan iskemik yang cepat pada dinding usus. Usus menjadi udem dan nekrosis, memacu usus menjadi gangrene dan perforasi. f. Diagnosis 1) Gejala Klinis Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah, perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Mual muntah umumnya terjadi pada obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di bagian distal maka gejala yang dominant adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal usus menjadi sangat dilatasi.

Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar umbilikus atau bagian epigastrium. Pasien dengan obstruksi partial bisa mengalami diare. Kadang-kadang dilatasi dari usus dapat diraba. Obstruksi pada kolon biasanya mempunyai gejala klinis yang lebih ringan dibanding obstruksi pada usus halus. Umumnya gejala berupa konstipasi yang berakhir pada obstipasi dan distensi abdomen. Pada obstruksi bagian proksimal usus halus biasanya muncul gejala muntah. Nyeri perut bervariasi dan bersifat intermittent atau kolik dengan pola naik turun. Jika obstruksi terletak di bagian tengah atau letak tinggi dari usus halus (jejenum dan ileum bagian proksimal) maka nyeri bersifat konstan/menetap. Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring dengan kehilangan cairan dan elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi dengan manifestasi klinis takikardi dan hipotensi postural. Suhu tubuh biasanya normal tetapi kadang-kadang dapat meningkat. Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya demam,

takikardi, hipotensi dan gejala dehidrasi yang berat. Demam menunjukkan adanya obstruksi strangulate. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi dan peristaltic meningkat (bunyi Borborigmi). Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut, peristaltic akan melemah dan hilang. Adanya feces bercampur darah pada pemeriksaan rectal toucher dapat dicurigai adanya keganasan dan intusepsi. g. Pemeriksaan Penunjang 1) Laboratorium Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis, tetapi sangat membantu memberikan

penilaian berat ringannya dan membantu dalam resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan.

Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya terjadi pada 38%-50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27%44% pada obstruksi non strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis bila ada tanda-tanda shock, dehidrasi dan ketosis. 2) Radiologi Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran step ladder dan air fluid level pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi. Foto polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon. Pada foto polos abdomen dapat ditemukan gambaran step ladder dan air fluid level terutama pada obstruksi bagian distal. Pada kolon bisa saja tidak tampak gas. Jika terjadi stangulasi dan nekrosis, maka akan terlihat gambaran berupa hilangnya muosa yang reguler dan adanya gas dalam dinding usus. Udara bebas pada foto thoraks tegak menunjukkan adanya perforasi usus. Penggunaan kontras tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan peritonitis akibat adanya perforasi. Rongent abdomen a) Foto terlentang : menunjukan caliber usus , distensi udara, perpindahan organ dan bayangan Psoas serta ginjal b) Foto tegak : menunjukan batas cairan yang terjadi pada ; ileus paralitik , obstruksi intestinal , hipoklemi , uremi , thrombosis mesentrik , gastroenteritis , normal ( panjang kurang dari 2,5 cm ) c) Foto dekubitus lateral : menunjukan pneumoperitoneum pada penderita yang skit parah untuk mengembalikan foto tegak.

CT scan kadang-kadang digunakan untuk menegakkan diagnosa pada obstruksi usus halus untuk mengidentifikasi pasien dengan obstruksi yang komplit dan pada obstruksi usus besar yang dicurigai adanya abses maupun keganasan. Ultrasound scanning meupakan indikasi untuk visualisasi kecurigaan terhadap penyakit saluran empedu , penyakit pancreas , abses dominal dan hepatitis , penentuan cairan bebas.

h. Penatalaksanaan Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal. i. Resusitasi Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda-tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda-tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi abdomen. j. Farmakologis Pemberian obat-obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah. k. Operatif Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi. Berikut ini beberapa kondisi atau pertimbangan untuk dilakukan operasi. l. Kesimpulan Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding

usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut. Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh adhesi, hernia inkarserata, neoplasma, intususepsi, volvulus, benda asing, kumpulan cacing askaris, sedangkan obstruksi usus besar penyebabnya adalah karsinoma, volvulus, divertikulum Meckel, penyakit Hirschsprung, inflamasi, tumor jinak, impaksi fekal. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Bising usus yang meningkat dan metallic sound dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal. Gejala umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit. Kolik dapat terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.

2. Hepatitis Akut a. Definisi Hepatitis Akut Hepatitis atau lebih dikenal dengan "Penyakit Hati" adalah terjadinya peradangan pada hati karena toxin. Bisa disebabkan oleh kimia atau obat ataupun agen penyebab infeksi karena Pola Hidup Sehat yang diabaikan. Bila hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut "hepatitis akut". Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999) Hepatitis virus akut adalah penyakit infeksi yang penyebarannya luas, walaupun efek utamanya pada hati.( Syivia .A. price : 2005 hal : 485)

Hepatitis virus akut adalah penyakit pada hati yang gejala utamanya berhubungan erat dengan adanya nekrosis pad hati. Biasanya disebabkan oleh virus yaitu virus hepatitis A, virus hepatitis B, virus hepatitis C, dll.( Arief Mansjoer, 2001 : 513 Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001) b. Etiologi Hepatitis Akut 1) Berdasarkan Tipe : Tipe A Metode transmisi Fekal-oral melalui orang lain Tipe B Parenteral seksual, perinatal Tipe C Parenteral jarang seksual, orang orang, perinatal Keparahan Tak ikterik Parah dan asimtomatik Menyebar Tipe D Parenteral perinatal, memerlukan ke koinfeksi dengan type B Peningkatan Sama dengan D dan Tipe E Fekaloral

luas, dapat insiden berkembang sampai kronis kronis

gagal hepar akut

Sumber virus

Darah, feces, saliva

Darah, saliva, semen, sekresi vagina

Terutama melalui darah

Melalui darah

Darah, saliva

feces,

2) Zat kimia dari obat Zat kimia atau obat-obatan dapat menimbulkan masalah yang sama dengan reaksi akibat infeksi virus hepatitis. Gejala dapat terdeteksi dalam waktu 2 hingga 6 minggu setelah pemberian obat. Pada sebagian besar kasus, gejala hepatitis menghilang setelah pemberian obat tersebut dihentikan. Namun beberapa kasus dapat berkembang menjadi masalah hati serius jika kerusakan hati (hepar) sudah terlanjur parah. Obat-obatan yang cenderung berinteraksi dengan sel-sel hati (hepar) antara lain halotan (biasa digunakan sebagai obat bius), isoniasid (antibiotik untuk TBC), metildopa (obat anti hipertensi), fenitoin dan asam valproat (obat anti epilepsi) dan parasetamol (pereda demam). Jika dikonsumsi sesuai dosis yang dianjurkan, parasetamol merupakan obat yang aman. Namun jika dikonsumsi secara berlebihan parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati (hepar) yang cukup parah bahkan kematian. 3) Alkohol Alkohol sangat dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hati (hepar). Konsumsi alkohol berlebihan membuat kerja hati lebih berat dan bisa merusak hati.Pemakaian alkohol yang lama juga akan menimbulkan perubahan pada mitokondria, yang menyebabkan berkurangnya kapasitas untuk oksidasi lemak. Semua yang tersebut di atas menyebabkan terjadinya perlemakan hati (fatty lever). Perubahan pada MEOS yang disebabkan pemakaian alkohol yang berlangsung lama dapat menginduksi dan meningkatkan metabolisme obat-obatan, meningkatkan lipoprotein dan menyebabkan hiperlipidemia,

berkurangnya penimbunan vitamin A dalam hepar, meningkatkan aktivasi senyawa hepatotoksik, termasuk obat-obatan dan zat karsinogen.

c. Tanda dan Gejala Hepatitis Akut 1) Masa Tunas Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari) Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari) Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari) 2) Fase Pre-Ikterik Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B. 3) Fase Ikterik Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatalgatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu. 4) Fase Penyembuhan Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 1415 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai. d. Radiologi 1) Foto rontgen abdomen 2) Pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif

3) Kolestogram dan kalangiogram 4) Arteriografi pembuluh darah seliaka e. Gambaran Radiologi USG Gambaran pada USG terlihat hati membesar dengan permukaan yang licin atau rata dan tepi hati yang normal. Echotexture atai echodensitas dari parenkim hati pada umumnya menurun dan terlihat lebih gelap (echolusen) di banding echo jaringan hati yang normal. Pembuluh darah terutama cabang-cabang vena porta di dalam hati, dindingnya lebih tebal atau menonjol (prominent) dengan cabang-cabang pembuluh darah yang ;ebih melebar di banding keadaan normal. Hepatitis viral akut memberikan perubahan yang Nampak pada 50% kasus. Penemuan khasnya adalah hepatomegali yang terlihat sebagai bulatan dan convexitas dari kontur hepar dan penurunan ekogenitas pada parenkim hepar bila di bandingkan dengan echo yang kuat dari vena portal dan saluran biliar intrahepatic. Pada hepatitis kronis di dapatkan adanya permukaan hepar yang ireguler dengan ekoparenkim yang hiperekoik difus. Batas vena ireguler karena banyak fibrotic. Terjadi pula pengurangan dalam penerangan dari hati dan sejumlah dinding radikal vena porta. CT-Scan & MRI tidak dilakukan pada penderita hepatitis. Hanya bila sangat perlu. Gambaran CT-Scan biasanya hanya menunjukan hati membesar tetapi permukaan tepi yang tumpul. 3. Appendikografi a. Definisi Appendikografi : teknik pemeriksaan radiologi untuk

memvisualisasikan appendiks dengan menggunakan kontras media positif barium sulfat. Dapat dilakukan :

Secara oral

Ecara anal

b. Persiapan pasien

48 jam sebelum pemeriksaan dianjurkan makan makanan lunak tidak berserat. Misal : bubur kecap

12 jam atau 24 jam sebelum pem pasien diberikan 2/3 dulcolac untuk diminum

Pagi hari pasien deberi dulkolac supositoria melalui anus atau dilavement

4 jam sebelem pemeriksaan pasien harus puasa hingga emeriksaan berlangsung

Pasien dianjurkan menghindari banyak bicara dan merokok

c. Persiapan alat

Pesawat sinar-x yg dilengkapi fluoroskopi & dilengkapi alat bantu kompresi yg berfungsi untuk memperluas permukaan organ yg ada didaerah ileosaekal / memodifikasi posisi pasien supine mjd prone

Kaset + film

d. Persiapan bahan

Bahan kontras barium sulfat dengan perbandingan 1:4 sampai 1:8

e. Teknik pemeriksaan Posisi pasien : pasien pada posisi pone atau supine, dengan bantal di kepala. Posisi objek :

Msp berada di tengah-tengah meja pemeriksaan Pastikan tidak ada rotasi

Central ray :

Cr tegak lurus terhadap kaset Cr setingi iliac crest Sid minimal 100 cm

Struktur yang tampak :

Colon bagian transversum harus diutamaka terisi barium.pada posisi pa dan terisi udara pada posisi ap dengan teknik double contrast.

Seluruh luas usus harus nampak termasuk flexure olic kiri.

Posisi pasien : 35 to 45o menuju right dan left porterior oblique (rpo atau lpo) Posisi objek :

Letakan bantal di atas kepala.

Flexikan siku dan letakan di depan tubuh pasien Luruskan msp dengan meja pemeriksaan dengan abdominal margins kiri dan kanan sama jauhnya dari garis tengah meja pemeriksaan

Cenral ray :

Crtegak lurus terhadap ir Sudutkan cr dengan titik pusat setinggi iliac crest dan sekitar 2,5 cm lateral menuju garis midsaggital plane (msp).

Sid minimal 100 cm

Struktur yang tampak

Lpo colic flexura hepatic kanan dan ascending & recto sigmoid portions harus tampak terbuka tanpa superimposition yang significant. Rpo- colicflexure kiri dan descending portions harus terlihat terbuka tanpa superimposition yang significant.

f. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.

g. Ultrasonografi ( USG )

Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan fekalit tidak berkalsifikasi, apendiks tidak berperforasi, serta abses apendiks

Apendisitis akut merupakan penyebab terbanyak dilakukannya operasi abdomen cito. Kekeliruan diagnosa apendisitis sekitar 830% berakibat dilakukan pemotongan apendiks yang normal. Ultrasonografi (USG) abdomen merupakan pemeriksaan yang penting dalam penegakan diagnosa apendisitis akut, mampu menunjukkan kemungkinan diagnosa lain pada pasien dengan nyeri perut kanan bawah dan menurunkan angka kejadian laparotomi negatif. Data pada penelitian ini didapatkan dari data rekam medis pasien rawat inap dengan apendisitis, hasil USG dan histopatologi pasien apendisitis dari bulan Januari 2010 sampai bulan Desember 2011. Data menunjukkan pada tahun 2010-2011 ada 104 pasien UGD atau rawat jalan yang datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah dan pemeriksaan fisik

dicurigai apendisitis. Sebanyak 104 pasien

yang dicurigai

apendisitis dilakukan pemeriksaan USG abdomen dan hasil USG yang positif apendisitis 74 pasien (71,1%), negatif 30 pasien

(28,8%). Penelitian ini menunjukkan sensitivitas dan spesifitas USG abdomen untuk diagnosis apendisitis yang cukup tinggi yaitu 84,1% dan 100%. Kata Kunci: Apendisitis, sensitivitas, spesifitas, USG abdomen

4. Gastritis Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local

(Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422) a. Manifestasi klinik Tanda dan gejala gastritis : 1) Pada gastritis akut tanda dan gejalanya dalam anoreksia, mual dan muntah, nyeri episastrium, perdarahan pada saluran cerna pada hematemisis, melena, dan anemia. 2) Gastritis kronis tanda dan gejanya adalah nyeri ulu hati, anoreksia, nousea, dan keluhan anemia. Pemeriksaan fisik tidak dijumpai keluhan. Sebagian besar penderita gastritis kronik tidak mempunyai keluhan. Sebagian kecil saja yang biasanya mempunyai keluhan biasanya berupa nyeri ulu hati, anoreksia, nausea,nyeri seperti ulkus peptik dan keluhan anemia. Pada pemeriksaan fisik sering tidak dapat dijumpai kelainan. Kadang-kadang dapat dijumpai nyeri tekan midepigostrium yang ringan saja . pemeriksaan laboratorium juga tidak banyak membantu. Kadangkadang dapat dijumpai anemia makrositik. Uji coba schilling tidak nornal. Analisis cairan lambung kadang-kadang terganggu. Dapat terjadi aklorhida, kadar gastrin serum meninggi pada penderita gastritis kronik fundus yang berat. Antibodi terhadap sel parietal dapat dijumpai pada sebagian penderita gasttritis kronik fundus.

b. Persiapan Pemeriksaan 1) Persiapan Pasien


o

Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan ( kooperatif )

2 hari sebelum pemeriksaan pasien diet rendah serat untuk mencegah pembentukan gas akibat fermentasi

Lambung harus dalam kondisi kosong dari makanan dan air, pasien puasa 8-9 jam sebelum pemeriksaan

Pasien tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat obatan yang mengandung substansi radioopaque seperti steroid, pil kontrasepsi,dll.

Sebaiknya colon bebas dari fecal material dan udara bila perlu diberikan zat laxative.

o o

Tidak boleh merokok ( nicotine merangsang sekresi saliva ) Pasien diminta mengisi informed concent.

2) Persiapan Alat dan Bahan


o o o o o o o o o o

Pesawat X-Ray + Fluoroscopy Baju Pasien Gonad Shield Sarung tangan Pb Kaset + film ukuran 30 x 40 cm, 30x40 cm. Bengkok Grid X-Ray marker Tissue / Kertas pembersih Bahan kontras barium sulfat

o o o o

Barium encer dengan air hangat ( BaSO4 : air = 1 :4 ) Kontras negative ( tablet efferfecent, natrium sulfas, sprite,dll) Obat emergency : dexametason, delladryl,dll) Air Masak Sendok / Straw ( pipet ) dan gelas

c. Prosedur Pemeriksaan 1) Single Kontras


o o o

Penjelasan pada pasien tentang prosedur Foto Polos Abdomen Dilakukan persiapan pemeriksaan Dibuat foto polos abdomen / dilakukan fluoroskopi hepar, dada dan abdomen.

o o

Pasien diberi media kontras 1 gelas Jika memungkinkan pasien dalam posisi berdiri, jika pasien recumbent pasien minum dengan sedotan

Pasien diinstruksikan minum 2 3 teguk media contrast, dilakukan manipulasi agar seluruh mukosa terlapisi diikuti fluoroskopi atau dibuat foto yang diperlukan

Setelah melihat rugae pasien minum sisa barium untuk melihat pengisian penuh dari duodenum.

Dengan teknik fluoroskopi pasien dirotasi dan meja dapat disudutkan sehingga seluruh aspek oesophagus, lambung dan duodenum terlihat

2) Double Kontras
o

Setelah minum media kontras positif, pasien diberi pil, bubuk carbonat dsb untuk menghasilkan efek gas ( teknik lama, sisi sedotan dilubangi sehingga pada saat minum media kontras sekaligus udara masuk ke lambung.

Pasien diposisikan recumbent dan diinstruksikan untuk berguling guling 4 5 putaran sehingga seluruh mukosa terlapisi.

Dapat diberikan glucagon atau obat lain untuk mengurangi kontraksi lambung ( lambung tidak relax )

Dilakukan pengambilan foto dengan proyeksi sesuai yang diinginkan sama pada teknik single kontras.

Bila menggunakan fluoroskopi diambil spot foto pada daerah daerah yang diinginkan.

d. Proyeksi Pemotretan 1) PA erect ( film 30 x 40 ) untuk melihat type dan posisi lambung 2) Lateral erect untuk melihat space retrogastric kiri 3) PA recumbent untuk melihat gastroduodenal surface 4) PA Obliq ( RAO ) untuk melihat pyloric canal dan duodenal bulb 5) Right Lateral Decubitus utk melihat duodenal loop,

duodenojujunal junction dan retrogastric space 6) AP Recumbent utk melihat bagian fundus terutama pada teknik double kontras, rotasi lateral untuk melihat lesi pada dinding anterior dan posterior, retrogastric portion dari jejunum dan illium 7) Variasi supine dengan mengatur kepala lebih rendah 250 300 untuk melihat hernia hiatal dan 10 15 derajat dan rotasi pasien ke depan ( sisi kanan dekat meja ) untuk melihat gastroesophageal junction juga untuk melihat regurgitasi.

Proyeksi PA (film 30 x40)


o

Fungsi : untuk memperlihatkan polip, divertikul, gastritis, pada badab dab pylorus lambung

Posisi Pasien : berdiri, prone menghadap kaset

Posisi Objek : MSP pada pertengahan meja / kaset. Batas Atas : Xyphoid ( Th 9-10 ), Batas Bawah: SIAS, diyakinkan tidak ada rotasi abdomen.

o o

CR : Tegak Lurus CP : Pada pylorus dan bulbus duodeni.

Stenik : 1-2 inchi dibawah L2 menuju lateral batas costae dan 1 inchi kekiri dari C. Vertebrae

o o

Astenic : 2 inchi dibawah L2 Hiperstenic : 2 Inchi diatas level duodenum

Expose : ekspirasi dan tahan nafas. Kriteria Radiograf :


Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum Body dan pylorus tercover Struktur gambar dapat menampakkan jaringan dari lambung dan duodenum.

Tampak struktur anatomis sesuai dengan kelainan dan patologi yang ada

Proyeksi Lateral Erect (Lateral kanan)


o

Fungsi : memperlihatkan proses pada daerah retrogastric seperti divertikel, tumor, ulkus gastric, trauma pada perut dan batas belakang lambung.

Posisi Pasien : pasien miring arah kanan, atur kaki dan dan tangan mengikuti kemiringan pasien

Posisi Objek : bahu dan daerah costae dalam posisi lateral, batas atas xyphoid, batas bawah crista iliaka

o o

Central Ray : Tegak Lurus Central Point : bulbus duodenum pada L1


Stenik : 1-1,5 ke depan dari mid coronal plane Astenic : 2 inchi dibawah L1 Hiperstenic : 2 Inchi diatas L1

o o o

FFD : 100 cm Expose : ekspirasi dan tahan nafas. Kriteria Radiograf :

Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum tercover celah retrogastric, pylorus dan lengkung

duodenum akan terlihat jelas khususnya pada tipe hiperstenic


Lengkung duodenum terletak pada sekitar L1 Dapat memperlihatkan anatomi dan kelainan yang ada.

Proyeksi LPO (left posterior oblique)


o

Fungsi : bila digunakan double kontras akan dapat memperlihatkan dengan jelas batas antara udara dengan dinding pylorus dan bulbus sehingga jelas untuk GASTRITIS dan ULKUS

o o

Posisi Pasien : pasien recumbent, punggung menempel kaset. Posisi Objek : dari posisi supine dirotasikan 30 60 derajat dengan bagian kiri menempel meja, tungkai difleksikan untuk menopang, Batas atas :proc.xyphoideus, Batas bawah : SIAS

o o

CR : Tegak Lurus CP : pertengahan crista iliaca


Stenik : L1 Astenic : 2 inchi dibawah L1 mendekat mid line Hiperstenic : 2 Inchi diatas L1 FFD : 100 cm Expose : ekspirasi dan tahan nafas.

Kriteria Radiograf :

Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum, bulbus duodenum tanpa superposisi dengan pylorus

Fundud tampak tertempeli BaSO4 Pada double kontras tampak batas body dan pylorus dengan batas udara

Tidak ada pergerakan dan kekaburan gambaran lambung dan duodenum

Proyeksi PA Oblique (RAO)


o o

Posisi Pasien : recumbent, prone Posisi Objek : Abdomen diatur sehingga abdomen membentuk sudut 40 70 derajat dengan tepi depan MSP, lengan tangan sebelah kiri flexi ke depan, knee joint flexi.

o o

Central Ray : vertical tegak lurus Central Point : daerah bulbus duodeni

Stenik : 1-2 inch dari L2 Asthenic : 2-5 inchi di bawah L2 Hiperstenic : 2-5 inchi di atas L2

FFD : 100 cm Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas Kriteri radiograf :


o

Struktur ditampakkan : daerah lambung dan lengkung duodenum membentuk huruf C

o o

Tampak bagian bagian dari lambung bebas superposisi Dapat menampakkan daerah yang mempunyai indikasi / kelainan

Tidak tampak kekaburan dan pergerakan

Proyeksi AP
o o

Posisi Pasien : Supine Posisi Objek : MSP pada mid line meja, pastikan tubuh tidak ada rotasi

o o

CR : tegak lurus dengan kaset CP : pada L1 ( diantara xypoid dan batas bawah costae )

Stenik : L1

o o o

Asthenic : 2 inchi di bawah L1 Hiperstenic : 1 inchi di atas L1

FFD : 100 cm Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas Kriteria radiograf :

Struktur ditampakkan : lambung dan duodenum, diafragma dan paru-paru bagian bawah

Tampak bagian bagian dari lambung bebas superposisi Dapat menampakkan daerah yang mempunyai indikasi / kelainan

Tidak tampak kekaburan dan pergerakan.

Catatan :

Variasi supine dengan mengatur kepala lebih rendah 25 30 derajat untuk melihat hernia hiatal.

10 15 derajat dengan rotasi pasien ke depan ( sisi kanan dekat meja ) untuk melihat gastroesophageal junction juga untuk melihat regurgitasi.

e. Teknik Pembuatan Radiograf Maag Duodenum 1) Dengan Fluoroskopi


o

Pasien disuruh berguling diikuti dengan fluoroskopi dilihat hingga BaSO4 melumuri seluruh permukaan lambung

Buat spot foto lambung posisi RAO, lateral kanan, PA, dan LPO

Spot foto dibuat sesuai dengan kelainan / posisi yang diperlukan

Setelah kontras mengisi lambung dan duodenum dibuat foto UP RIGHT AP/PA

2) Tanpa Fluoroskopi
o o o

Tunggu kira kira 5 menit, setelah kontras masuk Buat Radiograf RAO Lihat hasilnya, bila kontras sudah memenuhi lambung, dibuat proyeksi lateral kanan, PA

o o

LPO untuk melihat duodenum Bila mungkin dibuat UP RIGHT AP atau PA

5. Abses abdomen a. Pengertian Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (Siregar, 2004). Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik. (Morison, 2003) Abses (misalnya bisul) biasanya merupakan titik mata, yang kemudian pecah; rongga abses kolaps dan terjadi obliterasi karena fibrosis, meninggalkan jaringan parut yang kecil. (Underwood, 2000) Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa abses adalah suatu infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri / parasit atau karena adanya benda asing (misalnya luka peluru maupun jarum suntik) dan mengandung nanah yang merupakan campuran dari jaringan nekrotik,

bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik. Abses abdomen (abses perut) bisa terbentuk dibawah diafragma , di pertengahan perut, di rongga panggul, atau dibelakang rongga perut. Abses ini juga dapat terbentuk di dalam atau disekitar organ perut misalnya ginjal, limpa , pancreas atau hati, atau didalam kekenjar prostat. Penyebab abses abdomen seringkali terjadi akibat: Cedera Infeksi atau perforasi usus Infeksi organ perut lain

b. Gejala Abses dibawah diafragma terjadi jika cairan yang terinfeksi (misal karena pecahnya usus buntu) naik keatas akibat tekanan perut atau organ perut dan akibat tarikan ketika diafragma bergerak selama proses pernapasan. Gejala berupa Batuk Nyeri yang tinbul karena menghirup napas Nyeri dibahu (referred pain, karena diafragma dan bahu memiliki saraf yang sama dan otak salah mengartikan sumber nyerinya) Abses pertengahan perut bisa terjadi akibat : Pecahnya usus buntu Perforasi usus besar Penyakit peradanagan usus Penyakit devirtikulum Biasanya timbul nyeri didaerah terbentuknya abses Penyebab terjadinya abses panggul sama dengan penyebab terjadinya abses di pertengahan perut ditamabah dengan infeksi

ginekologis (kandungan). Gejala berupa nyeri perut, diare akibat iritasi usus, desakan berkemih atau sering berkemih akibat iritasi kandung kemih Abses retroperitoneal (abses dibelakang rongga perut) terletak di belakang peritoneum (selaput tipis yang melapisi rongga dan organ perut). Penyebab terjadinya abses retroperitoneal : Peradangan usus buntu (apendisitis) Peradangan pankreas (pankreatitis) Nyeri biasanya dirasakan dipunggung sebelah bawah dan semakin memburuk jika penderita menggerakkan tungkainya ke arah pinggul. Abses ginjal bisa disebabkan oleh bakteri yang berasal dari suatu infeksi yang terbawa ke ginjal melalui aliran darah atau akibat suatu infeksi saluran kemih yang terbawa ke ginjal dan menyebar kedalam jaringan ginjal. Abses dipermukaaan ginjal (abses perinefrik) hampir selalu disebabkan oleh pecahnya suatu abses didalam ginjal, yang menyebarkan infeksi ke permukaan dan jaringan disekitarnya. Gejala dari abses ginjal : Demam mengigigl Nyeri di punggung sebelah bawah Nyeri ketika berkemih Air kemih mengandung darah (kadang-kadang)

Abses limpa bisa disebabkan oleh : Suatu infeksi yang terbawa oleh aliran darah ke limpa Cereda pada limpa

Penyebarab infeksi dari abses di dekat limpa (misalnya abses dibawah diafragma), nyeri bisa dirasakan diperut sebelah kiri, di punggung atau dibahu sebelah kiri.

6. Abses hati Abses ini akibat komplikasi disentri amuba (Latin: Entamoeba histolytica), yang sesungguhnya bukan abses, karena rongga ini tidak berisi nanah, melainkan jaringan nekrotik yang disebabkan oleh amuba. Jenis abses ini dapat dikenali dengan ditemukannya amuba pada dinding abses dengan pemeriksaan histopatologis dari jaringan. a. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik ditemukan : 1) Luka terbuka atau tertutup 2) Organ / jaringan terinfeksi 3) Massa eksudat 4) Peradangan 5) Abses superficial dengan ukuran bervariasi 6) Rasa sakit dan bila dipalpasi akan terasa fluktuaktif. b. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostic 1) Hasil pemeriksaan leukosit menunjukan peningkatan jumlah sel darah putih. 2) Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan

pemeriksaan rontgen, USG, CT, Scan, atau MRI.

BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN Akut abdomen merupakan terminologi yang menunjukan adanya keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian bila tidak ditanggulangi dengan pembedahan. Keadaan darurat dalam abdomen dapat di sebabkan karena perdarahan, peradangan, perforasi atau obstruksi pada alat pencernaan. Teknik pencitraan yang digunakan untuk juga diagnosa berbeda-beda. Tergantung dari klinis yang ada dan juga dari kondisi pasien sehingga radiographer bisa membuat pencitraan yang bagus dan bisa membantu dokter untuk membuat diagnose yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

http://lomboksehat.blogspot.com/2011/12/ileus-obstruktif.html http://medicastore.com/penyakit/177/Abses_Abdomen.html http://sorich-lukmanaberbagi.blogspot.com/2011/09/askep-abses.html aanborneo.blogspot.com/2012/10/makalah-hepatitis-akut.html id.scribd.com/doc/70239385/makalah-hepatitis

Você também pode gostar