Você está na página 1de 2

Labeling pada Anak

(Oleh : Wiwin Ganengwin, S.Pd) Baik disadari atau tidak, adakalanya beberapa orang tua bahkan beberapa orang guru menyebut seorang anak itu bodoh, hanya karena anak tersebut belum dapat memahami suatu pelajaran dengan satu atau dua kali penjelasan. Atau dalam beberapa kasus lain menyebut seorang anak itu Nakal karena dia melakukan suatu kesalahan yang mungkin kesalahan tersebut dilakukan hanya untuk mencari perhatian dari orang tua maupun gurunya di sekolah. Apabila hal ini terus berlangsung dan disertai dengan sikap yang mendukung perkataan tersebut (misalnya : bodoh sekali sih kamu begitu saja tidak bisa atau, dasar anak nakal), maka secara tidak langsung kita telah melakukan labeling pada anak tersebut. Labeling adalah pemberian cap. Labeling ini dapat bersifat positif maupun negatif. Baik labeling positif maupun labeling negatif akan berpengaruh terhadap perilaku anak, karena seperti kita ketahui bahwa anak mempunyai perasaan yang sangat peka, terutama pada anak usia sekolah dasar. Kamu memang anak yang baik / pintar / rajin. Dengan kita berkata demikian secara tidak langsung kita sedang melakukan proses labeling positif pada anak. Dan tentunya hampir semua orang menginginkan labeling positif ini. Begitu pula pada diri seorang anak dan apabila hal ini disertai dengan sikap kita yang mendukung labeling tersebut yaitu bersikap selayaknya pada anak yang baik/pintar/rajin. Maka hal ini akan menumbuhkan minat dan kepercayaan diri anak. Misalnya dalam belajar. Sebaliknya apabila kita menyebut seorang anak dengan sebutan bodoh ataupun nakal seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, itu berarti kita sedang melakukan proses labeling negatif pada anak tersebut yang bisa menyebabkan anak merasa tidak berharga. Terlebih apabila anak bersikap menerima label ini dan kemudian kita memperlakukannya selayaknya anak yang bodoh atau nakal, maka hal ini dapat membuat dia merasa bahwa dia memang seperti apa yang dikatakan orang, walaupun sebenarnya dia tidaklah seperti itu, dan akibat terburuknya ialah apabila label tersebut telah melekat pada diri anak, sehingga anak secara sadar maupun tidak akan menampilkan label tersebut dalam perilakunya sehari-hari. Kuat atau tidaknya label ini melekat dalam diri seorang anak tergantung dari beberapa hal, diantaranya: 1. Siapa orang yang memberikan label tersebut? Dalam hal ini semakin berarti atau semakin berpengaruhnya seseorang yang memberikan label dalam kehidupan anak, maka semakin kuat label ini melekat dalam diri anak. Sebagai contoh orang tua adalah orang yang paling berpengaruh terhadap anak di rumah atau guru di sekolah. 2. Bagaimana sikap anak terhadap labeling tersebut? Apabila anak bersikap menerima labeling tersebut maka labeling ini akan melekat cukup kuat dalam diri anak tersebut, begitupun sebaliknya. 3. Bagaimana sikap lingkungan sekitar terhadap labeling tersebut? Semakin kuat dukungan lingkungan sekitar terhadap labeling tersebut, maka semakin kuat pula label tersebut melekat dalam diri anak. Berikut ini sebagai contoh kasus labeling positif dan labeling negatif pada seorang anak, berdasarkan hal-hal yang mempengaruhinya: Labeling Positif Seorang anak di cap sebagai anak yang baik oleh orang tua/gurunya dan hal ini tentunya sangat berarti bagi anak tersebut. Anak bersikap positif dengan menerima labeling ini dan lingkungan sekitar (rumah/sekolah) mendukung labeling ini, sehingga memperlakukannya sebagai anak yang baik. Maka anak tersebut akan berusaha bersikap seperti apa yang di cap orang terhadap dia yaitu menjadi anak yang baik. Hal ini terjadi karena anak merasa dihargai dan pada akhirnya labeling ini akan melekat cukup kuat dalam diri anak.Tetapi apabila dengan labeling ini anak bersikap negatif dengan tidak menerima labeling tersebut ataupun lingkungan sekitar bersikap negatif

juga, yaitu dengan memperlakukannya sebagai anak nakal. Maka labeling ini tidak akan melekat kuat pada diri anak. Labeling Negatif Berdasarkan pengamatan penulis, apabila seorang anak di cap sebagai anak yang nakal oleh orang tua/gurunya, anak bersikap menerima labeling ini dan lingkungan sekitar juga memperlakukannya sebagai anak yang nakal. Walaupun sebenarnya dia anak yang baik, tetapi karena lingkungannya terlanjur mencap dia sebagai anak nakal, maka kemungkinan dia akan menjadi anak yang nakal seperti labeling yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Hal ini terjadi karena anak merasa tidak dihargai ataupun dipercayai dan labeling ini akan melekat kuat pada diri anak. Tetapi apabila anak bersikap tidak menerimanya begitu pula lingkungan sekitar memperlakukannya sebagai anak yang baik, maka labeling ini tidak akan melekat kuat pada diri anak. Dari contoh kasus tersebut diatas dapat kita lihat bahwa perlakuan dari lingkungan sekitar ternyata memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kuat atau tidaknya suatu label melekat pada diri seseorang, selain dari siapa orang yang memberikan label tersebut dan sikap anak terhadap label tersebut. Dan semakin kuat suatu label melekat pada diri seseorang maka hal tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku bahkan kepribadian orang tersebut sesuai dengan label yang melekat pada dirinya. Saran untuk orang tua dan guru 1. Selalu berhati-hati dalam berkata dan bersikap pada anak. 2. Buatlah anak merasa dihargai. 3. Buatlah lingkungan yang kondusif untuk mendukung labeling positif. 4. Apabila sudah terlanjur memberikan label negatif, maka berusahalah secepatnya untuk memperbaiki label tersebut. Tetapi apabila kita tidak segera memperbaiki label negatif tersebut, marilah kita renungkan bersama, Apa yang akan terjadi nantinya pada anak tersebut?? Apakah dia akan menjadi anak yang sesuai dengan harapan kita?? Oleh karena itu marilah kita bersama-sama berusaha untuk tidak membuat anak-anak kita merasa mempunyai label negatif yang membuat dia merasa tidak berharga. Tetapi sebaliknya kita harus membuat anak merasa mempunyai label positif sehingga dia merasa dihargai dan pada akhirnya mudah-mudahan hal tersebut dapat menjadikannya anak yang mempunyai perilaku dan kepribadian yang baik pula sesuai dengan harapan kita bersama, Amin. Demikian tulisan ini saya buat, mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi kita semua pada umumnya, Amin.

Você também pode gostar