Você está na página 1de 18

JurnalEkonomidanStudiPembangunan Volume9,Nomor1,April2008:2643

IDENTIFIKASIPENGEMBANGANWILAYAHKABUPATEN KABUPATENANGGOTALEMBAGAREGIONAL BARLINGMASCAKEB


DiahSetyoriniGunawan1danRatnaSetyawatiGunawan1
1FakultasEkonomiUniversitasJendralSoedirmanPurwokerto JalanHR.BoenyaminNo.708Purwokerto53115Telp.(0281)635292Email:diahs29@yahoo.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan, Pertama, mengidentifikasi posisi ekonomi masing-masing kabupaten anggota BARLINGMASCAKEB ditinjau dari pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita, Kedua, mengidentifikasi sektor unggulan dan potensial, subsektor unggulan dan potensial dalam kabupaten anggota BARLINGMASCAKEB, Ketiga, Mengidentifikasi perbedaan struktur ekonomi kabupaten anggota BARLINGMASCAKEB, dan Keempat, Mengidentifikasi kabupaten/kota yang memiliki posisi paling menguntungkan ditinjau dari tingkat aksesibilitas. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun 1995-2002, yang terdiri dari produk domestik regional bruto (PDRB) termasuk migas berdasarkan harga konstan tahun 1993; jumlah total penduduk, data jarak antarkabupaten/kota; data jumlah wisatawan yang menginap di hotel, data jumlah perusahaan otobis dan jumlah kendaraannya, serta data jumlah hotel. Penelitian ini menggunakan analisis Tipologi Klassen, analisis model rasio pertumbuhan (MRP), analisis location quotient (LQ), analisis Indeks Divergensi Krugman, dan analisis Connectivity Quotient (CQ). Temuan dari penelitian yaitu Kabupaten Cilacap yang termasuk dalam klasifikasi daerah cepat maju dan cepat tumbuh. Kabupaten Purbalingga termasuk dalam klasifikasi daerah berkembang cepat. Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Banyumas, dan Kabupaten Kebumen termasuk dalam klasifikasi daerah relatif tertinggal. Kata kunci: sektor utama, potensi sektor, sub sektor utama, potensi sub sektor, struktur ekonomi

Abstract: This study aims, first, identify the economic position of each district in terms of economic growth and Barlingmascakeb per capita income level. Second, identify the dominant different districts of the economic structure Barlingmascakeb. Third, Identify differences in the economic structure of the district members Barlingmascakeb. This study used the period 19952002, secondary data consisting of regional gross domestic product (GDP), including oil and gas on the basis of constant prices of 1993, Fourthly, identify the districts that have the most advantageous position in terms of levels of accessibility. This study uses secondary data for the period 1995-2002, which consists of gross regional domestic product (GRDP), including oil and gas based on constant prices of 1993, total population, distance inter district/city, number of tourists housed in hotels, the amount of bus company and the number of vehicles, number of hotel. This research uses Klassen typology analysis, growth models (MRP) analysis, the location quotient analysis (LQ), Divergence Index Krugman analysis, and connectivity analysis quotient data (CQ). The results of the study, Cilacap is included in the classification of fast forward and fast-growing. Purbalingga included in the classification of areas of rapid growth. District Banjarnegara, Banyumas and Kebumen district included in the classification of relatively left behind areas. Keywords: basic sector, potential sector, basic sub sector, potential sub sector, economic structure

PENDAHULUAN
Pembangunan daerah merupakan perwuju dan dari asas desentralisasi, dimana penen tuan kebijakan dan pertanggungjawaban pembiayaan maupun pengelolaan dilakukan sepenuhnya oleh pemerintah daerah. Kebija kan pemerintah daerah menekankan pada peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keragaman daerah. Dalam pembangunan daerah, pemerintah daerah dan masyarakat nya mengelola sumberdayasumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemi traan antara pemerintah daerah dan swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalamwilayahtersebut(Arsyad,1999:108). BARLINGMASCAKEB merupakan lem baga regional bagi upaya meningkatkan dan mengembangkan komunikasi, koordinasi, dan kerjasama daerah dalam pelaksanaan pembangunan daerah serta memanfaatkan potensi daerah. BARLINGMASCAKEB beranggotakan lima kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banyu mas, Kabupaten Cilacap, dan Kabupaten Kebumen. Lembaga regional ini secara resmi dibentuk pada tanggal 28 Juni 2003 (barling mascakeb.com,2003). Pembentukan manajemen wilayah (regio nal management) seperti BARLINGMASCA KEB merupakan suatu kebutuhan untuk mewujudkan kerjasama pembangunan. Konsep ini tidak hanya difokuskan pada satu sektor saja tetapi disesuaikan dengan potensi yang dimiliki tiaptiap daerah. Fokus mana jemen wilayah adalah sinergi pembangunan antardaerah dengan memberdayakan potensi ekonominya(Efiawan,2004:3).

Dalam rangka pengembangan wilayah masingmasing kabupaten anggota BAR LINGMASCAKEB, harus diidentifikasi potensipotensi yang dimiliki oleh masing masing kabupaten tersebut. Selain itu, harus diperhatikan pula keterkaitan antarkabupa ten di wilayah lembaga regional BARLING MASCAKEB. Keterkaitan tersebut dilihat dari terdapat tidaknya perbedaan struktur ekonomikabupatenkabupatenanggotaBAR LINGMASCAKEB dan juga dilihat dari aksesibilitas antarkabupaten dalam wilayah lembagaregionalBARLINGMASCAKEB. Tujuan dari penelitian sebagai berikut, 1) Mengidentifikasi posisi ekonomi masing masing kabupaten anggota BARLINGMAS CAKEB ditinjau dari pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita, 2) Mengidentifikasisektorunggulandanpoten sial, subsektor unggulan dan potensial dalam kabupaten anggota BARLINGMASCAKEB, 3) Mengidentifikasi ada tidaknya perbedaan struktur ekonomi kabupaten anggota BARLINGMASCAKEB, 4) Mengidentifikasi kabupaten/kota yang memiliki posisi paling menguntungkan ditinjau dari tingkat akse sibilitas

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian data sekunder dengan periode pengamatan tahun 19952002. Datadata tersebut meliputi data produk domestik regional bruto (PDRB) dengan migas berdasarkan harga konstan tahun 1993 menurut lapangan usaha, data jumlah penduduk, data jarak antarkabu paten/kota,datajumlahpasardanjenispasar, data jumlah wisatawan yang menginap di hotel, data jumlah perusahaan otobis dan jumlah kendaraannya, serta data jumlah hotel.

IdentifikasiPengembanganWilayahKabupaten...(DiahSetyoriniG.danRatnaSetyawatiG.)

27

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis Tipologi Klassen, analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP), analisisLocationQuotient(LQ),analisisindeks divergensi regional Krugman, dan analisis ConnectivityQuotient(CQ).

DeskripsiKegiatanEkonomiUnggul danPotensial
1. Identifikasi Sektor Ekonomi Unggul dan Potensial Dalam mengidentifikasi sektor ekonomi unggul dan sektor ekonomi potensial kabu patenkabupaten anggota BARLINGMASCA KEB, akan dilakukan overlay antara analisis MRPdengananalisisLQ. a. AnalisisModelRasioPertumbuhan Analisis MRP dilakukan untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial terutama struktur ekonomi wilayah kabupatenkabupaten anggota BARLINGMASCAKEByangmenekankan pada kriteria pertumbuhan baik secara eksternal (provinsi) maupun internal (wilayahstudi).PendekatananalisisMRP dibagi menjadi dua, yaitu: (1) rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPR), dan (2) rasio pertumbuhan wilayah studi (RPS). RPR membandingkan pertumbu han masingmasing kegiatan dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan PDRB Provinsi Jawa Tengah. Apabila nilai RPR lebih besar dari 1 maka RPR dikatakan (+) dan apabila RPR lebih kecil dari 1 maka RPR dikatakan (). Sedang kan RPS membandingkan pertumbuhan kegiatan dalam wilayah kabupaten/kota dengan pertumbuhan kegiatan yang bersangkutan pada tingkat provinsi. Dari analisis MRP akan diperoleh nilai riil dan nilai nominal kemudian kombinasi dari kedua perbandingan tersebut akan diperoleh deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial pada tingkat wilayah kabupatenkabupaten anggota BAR LINGMASCAKEB, yang terdiri dari 4 klasifikasi,yaitu.

AnalisisTipologiKlassen
Untuk mengetahui posisi perekonomian masingmasing kabupaten anggota BAR LINGMASCAKEB, ditinjau dari tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapitanya digunakan analisis Tipologi Klassen. Dengan menentukan ratarata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan ratarata penda patan per kapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu: daerah cepat maju dan cepat tumbuh, daerah maju tetapi tertekan, daerah berkembang cepat, dan daerah relatif tertinggal (Syafrizal, 1997: 27 38). Tabel1.KlasifikasiKabupatenkabupaten MenurutTipologiKlassen
PDRBPer kapita(y) Laju Pertumbuhan (r) ri>r Kabupaten Majudan Tumbuh Cepat Kabupaten Berkembang Cepat yi>y yi<y

ri<r

Kabupaten Kabupaten Majutetapi Relatif Tertekan Tertinggal

Keterangan: yi adalah pendapatan per kapita rata-rata wilayah kabupaten i y adalah pendapatan per kapita rata-rata provinsi ri adalah laju pertumbuhan PDRB rata-rata wilayah kabupaten i r adalah laju pertumbuhan PDRB rata-rata provinsi

28

JurnalEkonomidanStudiPembangunanVolume9,Nomor1,April2008:2643

1) Klasifikasi 1, yaitu nilai (+) dan (+) berarti kegiatan tersebut pada tingkat provinsi mempunyai pertumbuhan menonjoldandemikianpulapadatingkat wilayahkabupaten/kota. 2) Klasifikasi 2, yaitu nilai (+) dan () berarti kegiatan tersebut pada tingkat provinsi mempunyai pertumbuhan menonjol, namun pada tingkat wilayah kabupaten/kotabelummenonjol. 3) Klasifikasi 3, yaitu nilai () dan (+) berarti kegiatan ekonomi tersebut pada tingkat provinsi pertumbuhannya tidak menonjol, akan tetapi pada tingkat wilayah kabupaten/kota pertumbuhan kegiatan tersebut menonjol. Dari sudut pandang wilayah kabupaten/kota, kegia tan ini diharapkan akan potensial peranannya dalam memberikan kontri busi pertumbuhan provinsi atau kabu paten/kota. Oleh karena itu, kegiatan ini merupakankegiatanpotensialyangdapat dikembangkan di wilayah provinsi dan kabupaten/kota. 4) Klasifikasi 4, yaitu () dan () berarti kegiatan tersebut baik pada tingkat provinsi maupun pada tingkat kabu paten/kota mempunyai pertumbuhan yangrendah. Model Rasio Pertumbuhan (Yusuf, 1999: 219233) a) Rasio Pertumbuhan Wilayah Refe rensi (RPR)=

Keterangan: Eij = Perubahanpendapatankegiatan i di kabupaten pada periode t dant+n. EiR = Perubahan pendapatan kegiatan idiwilayahprovinsi. ER = Perubahan PDRB di wilayah provinsi. Eij = Pendapatan kegiatan i di kabu paten. EiR = Pendapatan kegiatan i di wilayahprovinsi. ER = PDRBdiwilayahprovinsi. b. AnalisisLocationQuotient AnalisisLQmerupakansuatualatanalisis untuk menunjukkan basis ekonomi wilayah terutama dari kriteria kontribusi. Formulasi LQ menurut BendavidVal (1991:74)sebagaiberikut. FormulasiLQ:

LQ =
Keterangan:

X r RVr X n RVn

EiR EiR ( t ) E R E R ( t )

b) Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPS) =

Eij Eij ( t ) EiR EiR ( t )

= PDRB sektor i/ subsektor i pada wilayahkabupaten RVr = TotalPDRBkabupaten Xn = PDRB sektor i/ subsektor i pada wilayahprovinsi RVr = TotalPDRBprovinsi Kriteria pengukuran LQ, yaitu apabila LQ > 1 berarti sektor/subsektor tersebut merupakan sektor/subsektor unggulan di kabupaten dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah. Apabila LQ < 1 berarti sektor/subsektor tersebut bukan merupakan sektor/subsektor unggulan dan kurang potensial untuk dikembang kan sebagai penggerak perekonomian daerah. Apabila LQ = 1, berarti peranan
29

Xr

IdentifikasiPengembanganWilayahKabupaten...(DiahSetyoriniG.danRatnaSetyawatiG.)

relatif dari sektor/subsektor tertentu di kabupaten sama dengan peranan relatif dari sektor/subsektor tertentu di tingkat provinsi. 2. Identifikasi Subsektor Ekonomi Unggul danPotensial Subsektorsubsektor yang dianalisis dalam penelitianiniadalahsubsektorsubsektordari sektorsektor ekonomi unggul dan sektor sektor ekonomi potensial berdasarkan hasil overlay antara analisis MRP dan analisis LQ. Identifikasi subsektor ekonomi unggul dan subsektor ekonomi potensial dari sektor sektor ekonomi unggul dan sektorsektor ekonomi potensial menggunakan alatalat analisis yang sama pada penentuan sektor ekonomi unggul dan sektor ekonomi potensial. 3. Analisis Indeks Divergensi Regional Krugman Untuk mengamati dan melakukan analisis antarkabupaten dalam wilayah lembaga regional BARLINGMASCAKEB, digunakan indeks divergensi regional Krugman untuk menghitung perbedaan struktur ekonomi, dan karenanya spesialisasi regional. Krugman (dalam Kuncoro, 2002: 189190) mendefinisikan indeks tersebut sebagai berikut.

Ek = Total PDRB untuk wilayah kabupaten k i = 1,,n. Jika indeks sama dengan 0, maka kedua wilayah kabupaten tersebut mempunyai struktur ekonomi yang sama. Indeks akan sebesar dua jika kedua wilayah kabupaten tersebutterspesialisasisecarapenuh. 4. AnalisisConnectivityQuotient Analisis CQ digunakan untuk mendeskrip sikan akses antarkota dalam suatu wilayah. Perhitungan CQ dilakukan dengan cara sebagaiberikut(BendavidVal,1991:160). a. Hitung jarak dari suatu kota/kabupaten ke kota/kabupaten lainnya dalam suatu wilayah. Hitungtotaljarakuntuksemuakota/ka bupaten, kemudian bagi dengan jumlah kota/kabupaten untuk mendapatkan jarakratarata(regionalaverage). Bagi total jarak dari setiap kota/kabu paten dengan regional average untuk mendapatkannilaiconnectivityquotient.

b.

c.

Kriteria pengukuran connectivity quotient, yaitu apabila CQ < 1, berarti tingkat aksesibi litas suatu kota lebih tinggi. Dan sebaliknya, apabila CQ > 1, berarti tingkat aksesibilitas suatukotalebihrendah.

SI jk =
i =1

Eij Ej

Eik

Ek

HASILDANPEMBAHASAN HasilAnalisisTipologiKlassen

Keterangan: Eij = PDRB dalam sektor i untuk wilayah kabupatenj Ej =TotalPDRBuntukwilayahkabupatenj Eik = PDRB dalam sektor i untuk wilayah kabupatenk

Berdasarkan analisis Tipologi Klassen, dapat diketahui bahwa hanya Kabupaten Cilacap yangtermasukdalamklasifikasidaerahcepat maju dan cepat tumbuh. Kabupaten Purba lingga termasuk dalam klasifikasi daerah berkembang cepat. Anggotaanggota BAR LINGMASCAKEB yang lain, yaitu Kabupa ten Banyumas, Kabupaten Banjarnegara, dan

30

JurnalEkonomidanStudiPembangunanVolume9,Nomor1,April2008:2643

6 4

Laju Pertumbuhan Ekonomi Rata-rata

Berkembang Cepat

Maju & Tumbuh Cepat

DAERAH
3 2 3 2 Relatif Tertinggal 1 5 1 0 1000000 2000000 3000000 4000000 Maju tetapi Tertekan PBG KEB CLP BN BMS

PDRB Per Kapita Rata-rata

Keterangan:DataPDRByangdigunakanadalahdataPDRBdenganmigas

Gambar1.TipologiKlassenKabupatenkabupatenAnggota BARLINGMASCAKEBPeriode19952002

Kabupaten Kebumen termasuk dalam klasifi kasi daerah relatif tertinggal. Hasil analisis Tipologi Klassen kabupatenkabupaten ang gota lembaga regional BARLINGMAS CAKEBdisajikanpadaGambar1.

Hasil overlay antara analisis MRP dan analisis LQ masingmasing kabupaten anggota BAR LINGMASCAKEBadalahsebagaiberikut. a. KabupatenBanjarnegara HasiloverlayantaraanalisisMRPdanana lisis LQ Kabupaten Banjarnegara disaji kanpadaTabel2.

DeskripsiKegiatanEkonomiUnggul danPotensial
1. Identifikasi Sektor Ekonomi Unggul dan Potensial

Tabel2.HasilOverlayantaraAnalisisMRPdanAnalisisLQKabupaten Banjarnegara
MRP +

SektorPotensial LQ >1 Sektorpertaniansertasektorkeuangan, persewaan,danjasaperusahaan

SektorUnggul Sektorbangunandansektorjasajasa

SektorTertinggal SektorPotensial <1 Sektorpertambangandanpenggalian; Sektorindustripengolahanserta sektorlistrik,gas,danairbersih;serta sektorpengangkutandankomunikasi sektorperdagangan,hotel,danrestoran

IdentifikasiPengembanganWilayahKabupaten...(DiahSetyoriniG.danRatnaSetyawatiG.)

31

Berdasarkan hasil overlay antara ana Purbalingga, baik dalam hal pertum lisisMRPdananalisisLQdapatdiketahui buhanmaupunkontribusi. bahwa 2) Sektor pertanian; sektor bangunan; 1) Sektor bangunan dan sektor jasajasa sektorpengangkutandankomunikasi; merupakansektorekonomiyangung sektor pertambangan dan penggalian; gul di Kabupaten Banjarnegara, baik sektor industri pengolahan; sektor dalam hal pertumbuhan maupun listrik, gas, dan air bersih; serta sektor kontribusi. perdagangan, hotel, dan restoran 2) Sektor pertanian; sektor keuangan, merupakan sektor ekonomi potensial persewaan, dan jasa perusahaan; diKabupatenPurbalingga. sektor industri pengolahan; serta 3) Sektor keuangan, persewaan, dan jasa sektor pengangkutan dan komunikasi perusahaan merupakan sektor ekono mi tertinggal di Kabupaten Purba merupakan sektor ekonomi potensial lingga. diKabupatenBanjarnegara. 3) Sektor pertambangan dan penggalian; c. KabupatenBanyumas sektor listrik, gas, dan air bersih; serta Hasil overlay antara analisis MRP dan sektor perdagangan, hotel, dan resto analisis LQ Kabupaten Banyumas disaji ran merupakan sektor ekonomi kanpadaTabel4. tertinggaldiKabupatenBanjarnegara. b. KabupatenPurbalingga Hasil overlay antara analisis MRP dan analisisLQKabupatenPurbalinggadisaji kanpadaTabel3. Berdasarkan hasil overlay antara analisis MRP dan analisis LQ dapat diketahuibahwa. 1) Sektor jasajasa merupakan sektor ekonomi yang unggul di Kabupaten Berdasarkan hasil overlay antara ana lisisMRPdananalisisLQdapatdiketahui bahwa 1) Sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas, dan air bersih merupakan sektor ekonomi yang ung gul di Kabupaten Banyumas, baik dalam hal pertumbuhan maupun kontribusi.

Tabel3.HasilOverlayantaraAnalisisMRPdanAnalisisLQKabupatenPurbalingga
MRP SektorUnggul Sektorjasajasa +

SektorPotensial LQ >1 Sektorpertanian,sektorbangunan,serta sektorpengangkutandankomunikasi SektorTertinggal <1 Sektorkeuangan,persewaan,danjasa perusahaan

SektorPotensial Sektorpertambangandanpenggalian; sektorindustripengolahan;sektorlistrik, gas,danairbersih;sertasektor perdagangan,hotel,danrestoran

32

JurnalEkonomidanStudiPembangunanVolume9,Nomor1,April2008:2643

Tabel4.HasilOverlayantaraAnalisisMRPdanAnalisisLQKabupatenBanyumas
MRP LQ SektorPotensial >1 Sektorpertanian;sektor pengangkutandankomunikasi; sektorkeuangan,persewaan,dan jasaperusahaan;sertasektorjasa jasa SektorTertinggal <1 Sektorperdagangan,hotel,dan restoran + SektorUnggul Sektorpertambangandanpenggalianserta sektorlistrik,gas,danairbersih

SektorPotensial Sektorindustripengolahandansektor bangunan

2) Sektor pertanian; sektor pengangku tan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; sektor jasajasa; sektor industri pengolahan; serta sektor bangunan merupakan sektor ekonomi potensial diKabupatenBanyumas. 3) Sektor perdagangan, hotel, dan resto ran merupakan sektor ekonomi tertinggaldiKabupatenBanyumas. d. KabupatenCilacap Hasil overlay antara analisis MRP dan analisis LQ Kabupaten Cilacap disajikan padaTabel5.

Berdasarkan hasil overlay antara analisis MRP dan analisis LQ dapat diketahuibahwa. 1) Sektor industri pengolahan serta sek tor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor ekonomi yang unggul di Kabupaten Cilacap, baik dalam hal pertumbuhan maupun kontribusi. 2) Sektor pertanian; sektor pertamba ngan dan penggalian; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor pengang kutan dan komunikasi; serta sektor jasajasa merupakan sektor ekonomi potensialdiKabupatenCilacap.

Tabel5.HasilOverlayantaraAnalisisMRPdanAnalisisLQKabupatenCilacap
MRP LQ >1 SektorPotensial + SektorUnggul Sektorindustripengolahansertasektor perdagangan,hotel,danrestoran SektorPotensial Sektorpertanian;sektorpertambangan danpenggalian;sektorlistrik,gas,dan airbersih;sektorpengangkutandan komunikasi;sertasektorjasajasa 33

<1

SektorTertinggal Sektorbangunansertasektor keuangan,persewaan,danjasa perusahaan

IdentifikasiPengembanganWilayahKabupaten...(DiahSetyoriniG.danRatnaSetyawatiG.)

3) Sektor bangunan serta sektor keua ngan,persewaan,danjasaperusahaan merupakan sektor ekonomi tertinggal diKabupatenCilacap. e. KabupatenKebumen Hasil overlay antara analisis MRP dan analisis LQ Kabupaten Kebumen disaji kanpadaTabel6. Berdasarkan hasil overlay antara analisis MRP dan analisis LQ dapat diketahuibahwa. 1) Tidak ada sektor ekonomi Kabupaten Kebumen yang mempunyai pertum buhan yang menonjol sekaligus mem punyaikontribusiyangdominan. 2) Sektor pertanian; sektor pertamba ngan dan penggalian; sektor keua ngan, persewaan, dan jasa perusaha an; sektor jasajasa; sektor industri pengolahan; serta sektor bangunan merupakan sektor ekonomi potensial diKabupatenKebumen. 3) Sektor listrik, gas, dan air bersih; sek tor perdagangan, hotel, dan restoran; serta sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor eko

nomi tertinggal di Kabupaten Kebu men. 2. Identifikasi Subsektor Ekonomi Unggul danPotensial Hasil overlay antara analisis MRP dan analisis LQ masingmasing kabupaten anggota BAR LINGMASCAKEBadalahsebagaiberikut; a. KabupatenBanjarnegara Hasil overlay antara analisis MRP dan analisis LQ Kabupaten Banjarnegara disa jikanpadaTabel7. Berdasarkan hasil overlay antara analisis MRP dan analisis LQ dapat diketahuibahwa; 1) Subsektor tanaman perkebunan, sub sektor pengangkutan, serta subsektor jasa hiburan dan rekreasi merupakan subsektor ekonomi yang unggul di Kabupaten Banjarnegara, baik dalam halpertumbuhanmaupunkontribusi. 2) Subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perikanan, subsektor peme rintahan dan hankam, subsektor jasa sosial kemasyarakatan, serta subsek torjasaperorangandanrumahtangga

Tabel6.HasilOverlayantaraAnalisisMRPdanAnalisisLQKabupatenKebumen
MRP LQ >1 SektorPotensial Sektorpertanian;sektor pertambangandanpenggalian; sektorkeuangan,persewaan,dan jasaperusahaan;sertasektorjasa jasa SektorTertinggal Sektorlistrik,gas,danairbersih; sektorperdagangan,hotel,dan restoran;sertasektor pengangkutandankomunikasi + SektorUnggul

<1

SektorPotensial Sektorindustripengolahandansektor bangunan

34

JurnalEkonomidanStudiPembangunanVolume9,Nomor1,April2008:2643

Tabel7.HasilOverlayantaraAnalisisMRPdanAnalisisLQKabupatenBanjarnegara MRP LQ > 1


SubsektorPotensial Subsektortanamanbahan makanansertasubsektor pemerintahandanhankam SubsektorTertinggal Subsektorpeternakan,sub sektorkehutanan,subsektor industrinonmigas,serta subsektorkomunikasi

+
SubsektorUnggul Subsektortanamanperkebunan,sub sektorpengangkutan,sertasubsektor jasahiburandanrekreasi SubsektorPotensial Subsektorperikanan,subsektorjasa sosialkemasyarakatan,sertasubsektor jasaperorangandanrumahtangga

< 1

merupakan subsektor ekonomi poten sialdiKabupatenBanjarnegara.

1)

3) Subsektor peternakan, subsektor kehutanan, subsektor industri non migas, dan subsektor komunikasi merupakan subsektor ekonomi tertinggaldiKabupatenBanjarnegara. b. KabupatenPurbalingga Hasil overlay antara analisis MRP dan analisisLQKabupatenPurbalinggadisaji kan pada Tabel 8. Berdasarkan hasil overlay antara analisis MRP dan analisis LQdapatdiketahuibahwa

Subsektorlistrik,subsektorperdaga ngan, serta subsektor pemerintahan dan hankam merupakan subsektor ekonomi yang unggul di Kabupaten Purbalingga, baik dalam hal per tumbuhanmaupunkontribusi. Subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan, subsektor perikanan, subsektor penggalian, subsektor air bersih, subsektor hotel dan restoran, subsektor subsektor pengangkutan, subsektor komuni kasi, serta subsektor jasa swasta merupakan subsektor ekonomi potensialdiKabupatenPurbalingga.

2)

Tabel8.HasilOverlayantaraAnalisisMRPdanAnalisisLQKabupatenPurbalingga MRP
LQ >1 SubsektorPotensial Subsektortanamanbahanmakanan, subsektortanamanperkebunan, subsektorpeternakan,subsektorhotel danrestoran,sertasubsektor pengangkutan SubsektorTertinggal Subsektorkehutanandansubsektor industrinonmigas + SubsektorUnggul Subsektorlistrik,subsektor perdagangan,subsektor pemerintahandanhankam

<1

SubsektorPotensial Subsektorperikanan,subsektor penggalian,subsektorairbersih, subsektorkomunikasi,dan subsektorjasaswasta 35

IdentifikasiPengembanganWilayahKabupaten...(DiahSetyoriniG.danRatnaSetyawatiG.)

3)

Subsektor kehutanan dan subsektor industri non migas merupakan sub sektor ekonomi tertinggal di Kabu patenPurbalingga. 3)

bank, subsektor jasa perusahaan, subsektor pemerintahan dan hankam, serta subsektor jasa swasta merupakan subsektor ekonomi potensialdiKabupatenBanyumas. Subsektor industri non migas meru pakan subsektor ekonomi tertinggal diKabupatenBanyumas.

c. KabupatenBanyumas Hasil overlay antara analisis MRP dan analisis LQ Kabupaten Banyumas disaji kanpadaTabel9. Berdasarkan hasil overlay antara analisis MRP dan analisis LQ dapat diketahuibahwa; 1) Subsektor perkebunan, subsektor penggalian, subsektor listrik, sub sektor air bersih, dan subsektor sewa bangunan merupakan sub sektor ekonomi yang unggul di Kabupaten Banyumas, baik dalam hal pertumbuhan maupun kontri busi. Subsektor tanaman bahan makanan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan, subsektor perikanan, subsektor pengangkutan, subsektor komunikasi, subsektor bank, sub sektor lembaga keuangan bukan

d. KabupatenCilacap Hasil overlay antara analisis MRP dan analisis LQ Kabupaten Cilacap disajikan padaTabel10. Berdasarkan hasil overlay antara analisisMRPdananalisisLQdapat diketahuibahwa. 1) Subsektor perdagangan merupakan subsektor ekonomi yang unggul di Kabupaten Cilacap, baik dalam hal pertumbuhanmaupunkontribusi. Subsektor tanaman bahan makanan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan, subsektor perikanan, subsektor penggalian, subsektor industri migas, subsektor listrik, subsektor pengangkutan, subsektor

2)

2)

Tabel9.HasilOverlayantaraAnalisisMRPdanAnalisisLQKabupatenBanyumas
LQ >1 MRP SubsektorPotensial Subsektortanamanbahanmakanan, subsektorpeternakan,subsektor kehutanan,subsektorpengangkutan, subsektorkomunikasi,subsektorbank, subsektorlembagakeuanganbukan bank,subsektorpemerintahandan hankam,sertasubsektorjasaswasta SubsektorTertinggal Subsektorindustrinonmigas + SubsektorUnggul Subsektorperkebunan,sub sektorpenggalian,subsektor listrik,subsektorairbersih, dansubsektorsewabangu nan

<1

SubsektorPotensial Subsektorperikanandan subsektorjasaperusahaan

36 JurnalEkonomidanStudiPembangunanVolume9,Nomor1,April2008:2643

Tabel10.HasilOverlayantaraAnalisisMRPdanAnalisisLQKabupatenCilacap
LQ >1 MRP SubsektorPotensial Subsektorkehutanandansub sektorindustrimigas SubsektorTertinggal Subsektorperkebunan,sub sektorindustrinonmigas,sub sektorairbersih,subsektor hotel,subsektorrestoran,sub sektorkomunikasi,subsektor pemerintahandanhankam, sertasubsektorjasahiburan danrekreasi + SubsektorUnggul SubsektorPerdagangan

<1

SubsektorPotensial Subsektortanamanbahan makanan,subsektorpeternakan, subsektorperikanan,subsektor penggalian,subsektorlistrik, subsektorpengangkutan,subsektor jasasosialkemasyarakatan,serta subsektorjasaperorangandan rumahtangga

jasa sosial kemasyarakatan, serta subsektor jasa perorangan dan rumah tangga merupakan subsektor ekonomi potensial di Kabupaten Cilacap. 3) Subsektor perkebunan, subsektor industri non migas, subsektor air bersih, subsektor hotel, subsektor restoran, subsektor komunikasi, subsektor pemerintahan dan han kam, serta subsektor jasa hiburan dan rekreasi merupakan subsektor ekonomi tertinggal di Kabupaten Cilacap.

1) Subsektor sewa bangunan, subsektor pemerintahan dan hankam, subsektor jasa sosial kemasyarakatan, serta sub sektor jasa perorangan dan rumah tanggamerupakansubsektorekonomi yangungguldiKabupatenKebumen, baik dalam hal pertumbuhan maupun kontribusi. 2) Subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan, subsektor kehuta nan, subsektor penggalian, subsektor bank, subsektor lembaga keuangan bukan bank, subsektor jasa perusa haan,sertasubsektorjasahiburandan rekreasi merupakan subsektor ekono mipotensialdiKabupatenKebumen. 3) Subsektor perikanan dan subsektor industri non migas merupakan sub sektor ekonomi tertinggal di Kabupa tenKebumen.

e. KabupatenKebumen Hasil overlay antara analisis MRP dan analisis LQ Kabupaten Kebumen disaji kanpadaTabel11. Berdasarkan hasil overlay antara analisisMRPdananalisisLQdapat diketahuibahwa,

IdentifikasiPengembanganWilayahKabupaten...(DiahSetyoriniG.danRatnaSetyawatiG.)

37

Tabel11.HasilOverlayantaraAnalisisMRPdanAnalisisLQKabupatenKebumen
LQ >1 MRP SubsektorPotensial Subsektortanamanbahanmaka nan,subsektorperkebunan,sub sektorpeternakan,subsektor kehutanan,subsektorpenggalian, subsektorbank,sertasubsektorjasa hiburandanrekreasi SubsektorTertinggal Subsektorperikanandansubsektor industrinonmigas + SubsektorUnggul Subsektorsewabangunan, subsektorpemerintahandan hankam,subsektorjasasosial kemasyarakatan,sertasubsek torjasaperorangandanrumah tangga SubsektorPotensial Subsektorlembagakeuangan bukanbankdansubsektorjasa perusahaan

<1

3. Analisis Indeks Divergensi Regional Krugman Untuk mengamati dan melakukan analisis antarkabupaten dalam wilayah lembaga regional BARLINGMASCAKEB, digunakan indeks divergensi regional Krugman untuk menghitung perbedaan struktur ekonomi. Hasil perhitungan indeks divergensi regional Krugman disajikan pada Tabel 12 dan Tabel 13. Hasil perhitungan indeks divergensi regional Krugman pada tahun 1995 dan 2002 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan besar pada struktur ekonomi antara Kabupa ten Cilacap dengan kabupatenkabupaten anggota BARLINGMASCAKEB lainnya. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai indeks divergensi regional Krugman antara Kabupa ten Cilacap dan Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Purba lingga, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Banyumas, serta Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Kebumen yang mendekati satu dan lebih besar dari satu. Hasil perhitungan indeks divergensi regional Krugman pada tahun 1995 dan 2002 juga menunjukkan bahwa Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banyumas, dan Kabupaten Kebumen memiliki struktur ekonomi yang kurang lebih sama. Hal ini

Tabel12.PerhitunganIndeksDivergensiRegionalKrugmanTahun1995
Banjarnegara Purbalingga Banyumas Cilacap Kebumen

Banjarnegara

Purbalingga 0.237

Banyumas 0.302 0.336

Cilacap 1.101 1.076 0.987

Kebumen 0.234 0.298 0.395 1.159

Keterangan:DiolahdaridataPDRBdengansembilansektorekonomi DataPDRBmerupakandataPDRBdenganmigas

38

JurnalEkonomidanStudiPembangunanVolume9,Nomor1,April2008:2643

Tabel13.PerhitunganIndeksDivergensiRegionalKrugmanTahun2002
Banjarnegara Purbalingga Banyumas Cilacap Kebumen

Banjarnegara

Purbalingga 0.263

Banyumas 0.337 0.281

Cilacap 1.029 1.158 1.02

Kebumen 0.274 0.311 0.346 1.15

Keterangan:DiolahdaridataPDRBdengansembilansektorekonomi DataPDRBmerupakandataPDRBdenganmigas

dapat dilihat dari nilai indeks divergensi regionalKrugmanyangmendekatinol. 4.AnalisisConnectivityQuotient(CQ)

Tabel14.PerhitunganConnectivity QuotientWilayahLembaga RegionalBARLINGMASCAKEB


Kabupaten NilaiCQ 1,19 0,69 0,74 1,03 1,34 Peringkat 4 1 2 3 5

Analisis CQ digunakan untuk mendeskrip sikan akses antarkota dalam suatu wilayah. Hasil perhitungan analisis CQ disajikan pada Tabel14. Berdasarkan hasil analisis CQ, dapat dikatakan bahwa Kabupaten Purbalingga memiliki posisi yang menguntungkan dalam berinteraksi dengan kabupatenkabupaten anggota lembaga regional BARLINGMAS CAKEB lainnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai CQ Kabupaten Purbalingga adalah yang terendah. Berdasarkan hasil analisis CQ, dapat dikatakan bahwa Kabupaten Kebumen memilikiposisiyangkurangmenguntungkan dalam berinteraksi dengan kabupatenkabu paten anggota lembaga regional BARLING MASCAKEB lainnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai CQ Kabupaten Kebumen adalah yangtertinggi.

Banjarnegara Purbalingga Banyumas Cilacap Kebumen

Nilai CQ terkait dengan tingkat aksesibi litas. Berdasarkan analisis CQ, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banyumas, dan Kabupaten Cilacap tergolong peringkat tiga besar, di mana nilai CQ kabupatenkabupa ten tersebut lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kabu paten Kebumen. Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banyumas, dan Kabupaten Cilacap memiliki tingkat aksesibilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen. Terkait dengan kegiatan ekonomi suatu daerah, tingkat aksesibilitas yang tinggi menguntungkandaerahyangbersangkutan.

IdentifikasiPengembanganWilayahKabupaten...(DiahSetyoriniG.danRatnaSetyawatiG.)

39

KESIMPULAN
1. Ditinjau dari tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapita, pada periode 19952002, dari lima kabupaten anggota BARLINGMASCAKEB hanya Kabupa ten Cilacap yang termasuk dalam klasifikasi daerah cepat maju dan cepat tumbuh. Kabupaten Purbalingga ter masuk dalam klasifikasi daerah ber kembang cepat. Anggotaanggota BAR LINGMASCAKEB yang lain, yaitu Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Banyumas, dan Kabupaten Kebumen termasuk dalam klasifikasi daerah relatiftertinggal. Berdasarkan hasil overlay antara analisis MRP dan analisis LQ dapat diketahui sektor ekonomi unggul dan sektor eko nomi potensial kabupatenkabupaten anggota BARLINGMASCAKEB. Tabel 15 menyajikan informasi sektor ekonomi unggul dan sektor ekonomi potensial kabupatenkabupaten anggota BARLINGMASCAKEB. Berdasarkanidentifikasilebihlanjutter hadap sektor ekonomi unggul dan sektor ekonomi potensial diperoleh informasi subsektor ekonomi unggul dan subsektor ekonomi potensial kabu patenkabupaten anggota BARLING MASCAKEB. Tabel 16 menyajikan informasi subsektor ekonomi unggul dan subsektor ekonomi potensial kabu patenkabupaten anggota BARLING MASCAKEB. Pada periode 1995 dan 2002, terdapat perbedaan yang besar pada struktur ekonomi antara Kabupaten Cilacap

dengan kabupatenkabupaten anggota BARLINGMASCAKEB lainnya. Kabu paten Banjarnegara, Kabupaten Purba lingga, Kabupaten Banyumas, dan Kabupaten Kebumen memiliki struktur ekonomiyangkuranglebihsama. 5. Ditinjaudaritingkataksesibilitas,Kabu paten Purbalingga memiliki posisi wilayah yang paling menguntungkan dalam berinteraksi dengan kabupaten kabupaten anggota BARLINGMASCA KEB lainnya. Kabupaten Purbalingga memiliki tingkat aksesibilitas yang paling tinggi dalam wilayah lembaga regional BARLINGMASCAKEB, diikuti oleh Kabupaten Banyumas yang menempati peringkat kedua dan Kabu paten Cilacap yang menempati pering kat ketiga. Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen memiliki posisi wilayah yang kurang menguntungkan dalam berinteraksi dengan kabupaten kabupaten anggota BARLINGMASCA KEB lainnya. Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen memiliki tingkat aksesibilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Purbalingga,KabupatenBanyumas,dan KabupatenCilacap.

2.

3.

Saran yang diajukan penulis berkaitan denganpenelitianini,yaitu: 1. Pengembangan wilayah kabupaten kabupaten anggota lembaga regional BARLINGMASCAKEB harus diupaya kanmelaluistrategipembangunanyang tepat dengan memperhatikan potensi masingmasing kabupaten. Potensi yang dimiliki oleh setiap kabupaten merupakan modal dasar bagi pemba ngunanekonomiyangberkelanjutan.

4.

40

JurnalEkonomidanStudiPembangunanVolume9,Nomor1,April2008:2643

Tabel15.SektorEkonomiUngguldanSektorEkonomiPotensialKabupaten kabupatenAnggotaBARLINGMASCAKEB
Kabupaten Banjarnegara SektorEkonomiUnggul Sektorbangunandansektorjasa jasa SektorEkonomiPotensial Sektorpertanian;sektorindustri pengolahan;sektorpengangku tandankomunikasi;sertasektor keuangan,persewaan,danjasa perusahaan Sektorpertanian;sektorpertam bangandanpenggalian;sektor industripengolahan;sektor listrik,gas,danairbersih;sektor bangunan;sektorperdagangan, hotel,danrestoran;sertasektor pengangkutandankomunikasi Sektorpertanian;sektorindustri pengolahan;sektorbangunan; sektorpengangkutandankomu nikasi;sektorkeuangan,persewa an,danjasaperusahaan;serta sektorjasajasa Sektorpertanian;sektorpertam bangandanpenggalian;sektor listrik,gas,danairbersih;sektor pengangkutandankomunikasi; sertasektorjasajasa Sektorpertanian;sektorpertam bangandanpenggalian;sektor industripengolahan;sektor bangunan;sektorkeuangan, persewaan,danjasaperusahaan; sertasektorjasajasa

Purbalingga

Sektorjasajasa

Banyumas

Sektorpertambangandanpeng galiansertasektorlistrik,gas, danairbersih

Cilacap

Sektorindustripengolahanserta sektorperdagangan,hotel,dan restoran

Kebumen

2.

Sektorsektor ekonomi potensial hen daknya dikembangkan sehingga di masamasa yang akan datang sektor sektor ekonomi tersebut dapat diandal kan menjadi sektorsektor ekonomi unggul. Pengembangan sektorsektor ekonomi potensial dapat dilakukan dengancarasebagaiberikut:

a. memanfaatkan kekayaan sumber daya alam dan sumberdaya manu sia yang dimiliki oleh masing masingkabupaten. b. membanguninfrastrukturfisikyang menunjang pengembangan masing masingsektor.

IdentifikasiPengembanganWilayahKabupaten...(DiahSetyoriniG.danRatnaSetyawatiG.)

41

c. mengundang para investor dan mengadakan kredit lunak dengan pengelolaansecaraprofesional. d. mengadakan koordinasi antara pemerintah daerah dengan para

pelaku usaha di masingmasing sektor.

Tabel 16. Subsektor Ekonomi Unggul dan Subsektor Ekonomi Potensial Kabupaten kabupatenAnggotaBARLINGMASCAKEB
Kabupaten SubsektorEkonomiUnggul SubsektorEkonomiPotensial Subsektortanamanbahanmakanan, subsektorperikanan,subsektorpemerintahan danhankam,subsektorjasasosial kemasyarakatan,sertasubsektorjasa perorangandanrumahtangga Subsektortanamanbahanmakanan, subsektortanamanperkebunan,subsektor peternakan,subsektorperikanan,subsektor penggalian,subsektorairbersih,subsektor hoteldanrestoran,subsektorpengangkutan, subsektorkomunikasi,sertasubsektorjasa swasta Subsektortanamanbahanmakanan, subsektorpeternakan,subsektorkehutanan, subsektorperikanan,subsektorpengang kutan,subsektorkomunikasi,subsektor bank,subsektorlembagakeuanganbukan bank,subsektorjasaperusahaan,subsektor pemerintahandanhankam,sertasubsektor jasaswasta Subsektortanamanbahanmakanan, subsektortanamanperkebunan,subsektor peternakan,subsektorperikanan,subsektor penggalian,subsektorindustrimigas, subsektorlistrik,subsektorpengangkutan, subsektorjasasosialdankemasyarakatan, sertasubsektorjasaperorangandanrumah tangga Subsektortanamanbahanmakanan, subsektortanamanperkebunan,subsektor peternakan,subsektorkehutanan,subsektor penggalian,subsektorbank,subsektor lembagakeuanganbukanbank,subsektor jasaperusahaan,sertasubsektorjasahiburan danrekreasi

Banjarnegara Subsektortanaman perkebunan,subsektor pengangkutan,serta subsektorjasahiburandan rekreasi Purbalingga Subsektorlistrik,subsektor perdagangan,sertasubsektor pemerintahandanhankam

Banyumas

Subsektortanaman perkebunan,subsektor penggalian,subsektorlistrik, subsektorairbersih,dan subsektorsewabangunan

Cilacap

Subsektorperdagangan

Kebumen

Subsektorsewabangunan, subsektorpemerintahandan hankam,subsektorjasasosial kemasyarakatan,serta subsektorjasaperorangan danrumahtangga

42

JurnalEkonomidanStudiPembangunanVolume9,Nomor1,April2008:2643

DAFTARPUSTAKA
Arsyad, L. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi Pertama.Yogyakarta:BPFE. Badan Pusat Statistik. 19952002. Pendapatan RegionalKabupatenKebumen19952002. BPS,Kebumen. Badan Pusat Statistik. 19952002. Pendapatan Regional Kabupaten Banjarnegara 1995 2002.BPSBanjarnegara. Badan Pusat Statistik. 19952002. Pendapatan Regional Kabupaten Banyumas 19952002. BPS,Banyumas. Badan Pusat Statistik. 19952002. Pendapatan Regional Kabupaten Cilacap 19952002. BPS,Cilacap. Badan Pusat Statistik. 19952002. Pendapatan Regional Kabupaten Purbalingga 1995 2002.BPS,Purbalingga. Badan Pusat Statistik. 19952002. Pendapatan Regional Provinsi Jawa Tengah 19952002. BPS,Semarang.

Barlingmascakeb. 2003. Selayang Pandang BARLINGMASCAKEB. http://www.barlingmascakeb.com accessedDec21,2004. BendavidVal, A. 1991. Regional and Local Economic Analysis for Practitioners. Fourthedition.NewYork:Praeger. Kuncoro, M. 2002. Analisis Spasial dan Regio nal: Studi Aglomerasi dan Kluster Industri Industri.Yogyakarta:UPPAMPYKPN. Sjafrizal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indo nesia Bagian Barat. Prisma, No. 03, Maret. Yusuf, M. 1999. Model Rasio Pertumbuhan (MRP) sebagai Salah Satu Alat Analisis Alternatif dalam Perencanaan Wilayah dan Kota: Aplikasi Model Wilayah BangkaBelitung. Ekonomi dan Keua ngan Indonesia, Volume XLVII, No. 2: 219233.

IdentifikasiPengembanganWilayahKabupaten...(DiahSetyoriniG.danRatnaSetyawatiG.)

43

Você também pode gostar