Você está na página 1de 27

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

UNDERPRINCING SAHAM PERUSAKAN YANG


MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan


Program Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi
Universitas Pekalongan

Disusun Oleh :
Nama : DANANG AJI KUSUMA
NPM : 04.0210.E

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEKALONGAN
TAHUN 2008

1
2

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah

Perusahaan yang maju dan berkembang adalah suatu kebanggaan

tersendiri bagi pemiliknya, apalagi menyenangkan sekali jika perusahaan

tersebut bisa go public, dan melakukan IPO (Initial Public Offering),

karena selain bisa menjadi besar akibat suntikan modal dari masyarakat

juga perusahaan akan semakin dikenal (Widoatmojo, 2004 : 112).

Suntikan modal yang dimaksud ada dua sumber, yang pertama dari dalam

perusahaan, umumnya dengan menggunakan laba yang ditahan perusahaan

sedangkan dari luar perusahaan berupa penyertaan dalam bentuk saham

(equity) (Sunariyah, 2004 : 36). Kemudian, yang menjadi problem bagi

perusahaan, adalah sulitnya melakukan go public, karena perusahaan harus

mempunyai kinerja yang baik untuk menarik investor, dan perusahaan

harus memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan oleh BAPEPAM, baru

setelah BAPEPAM meloloskan perusahaan yang telah memenuhi syarat

maka perusahaan bisa menerbitkan saham, obligasi dan turunannya

kemudian dijual kepada masyarakat (Widoatmojo, 2004 : 112). Mengingat

pentingnya go public untuk pengembangan perusahaan, informasi yang

dikeluarkan perusahaan merupakan aspek yang penting dalam usaha untuk

menarik investor, karena informasi seperti informasi besaran atau ukuran

perusahaan dan pelaporan mengenai umur perusahaan merupakan


3

cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan

mengalokasikan sumber dayanya (Febryani, 2003 : 4)

Penentuan besaran atau ukuran perusahaan, biasanya investor akan

melihat laporan keuangan perusahaan tersebut, dengan mengambil analisa

Rasio Return On Investement dan Rasio Return On Equity. ROI diambil

untuk menilai seberapa banyak pengembalian yang bisa diperoleh dari

seluruh kekayaan atau investasi yang dimiliki perusahaan, dan ROE untuk

mengukur pengembalian yang absolute yang akan diberikan perusahaan

kepada para investornya, dan angka ROE yang bagus akan mengakibatkan

tingginya harga saham (Walsh, 2003 : 56), sedangkan untuk pengukuran

umur perusahaan, jumlah tahun dihitung sejak perusahaan tersebut berdiri

sampai perusahaan tersebut melakukan penawaran saham di lantai bursa

(Nurhidayati, 2002 : 240)

Manfaat informasi, dalam hal ini besaran atau ukuran perusahaan

sendiri bagi perusahaan adalah adanya penilaian mengenai reputasi

perusahaan, apakah sesuai hasilnya dengan umur perusahaan, sehingga

dapat memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam

mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar

membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Sedangkan manfaat

bagi investor adalah didapatnya informasi mengenai besaran dan umur

perusahaan, sehingga investor dapat menganalisis perusahaan mana yang

akan digunakan untuk investasinya (Febryani, 2003 : 4).


4

Mengingat tajamnya kompetisi dan luasnya skala persaingan dewasa

ini, apalagi di era globalisasi, go public merupakan jalan terbaik untuk

mempertahankan kelangsungan bahkan meningkatkan skala perusahaan

(Sawidji Widoatmodjo, 2004 : 3). Dalam situasi persaingan, yang tidak

lagi berskala nasional, tetapi sudah memasuki tataran global, maka

perusahaan yang masih dikelola secara privat atau malah dikelola keluarga

tidak dapat diandalkan lagi untuk dapat ikut bermain. Modal dan jaringan

pemasaran yang dimiliki oleh perusahaan privat sangatlah terbatas, kalau

tidak mau dikatakan sangat kecil. Di samping itu, kemajuan teknologi

informasi telah memaksa konsumen bersikap kritis. Bukan tidak mungkin

lagi suatu saat konsumen akan melakukan tindakan yang merugikan

perusahaan yang tidak go public, seandainya opini masyarakat sudah

terbentuk untuk menilai bahwa perusahaan yang go public adalah

perusahaan yang lebih memperhatikan masyarakat (Sawidji Widoatmodjo,

2004 : 3)

Di dalam fenomena umum yang sering terjadi dihampir semua pasar

modal di dunia pada saat melakukan penawaran perdana (IPO) termasuk di

Indonesia, yaitu terjadinya underpricing. Underpricing merujuk pada

suatu kondisi perusahaan baru go public atau pada saat penawaran umum

perdana secara rata - rata harga sahamnya lebih rendah dibandingkan pada

saat diperdagangkan di pasar sekunder (yang buat transaksi) (Sugiyanto,

2004 : 2).
5

Sudah banyak peneliti di Indonesia yang melakukan penelitian

tentang underpricing, Siti Nurhidayati (2002) meneliti bahwa penawaran

hipotesis asimetri informasi yang menjelaskan perbedaan informasi yang

dimiliki oleh pihak - pihak yang terlibat dalam penawaran perdana, yaitu :

emiten, penjamin emisi dan masyarakat pemodal. Penjamin emisi

memiliki informasi tentang pasar yang lebih lengkap daripada emiten,

sedangkan terhadap calon pemodal, penjamin emisi memiliki informasi

yang lebih lengkap tentang (kondisi) emiten. Semakin besar informasi

asimetri yang dihadapi oleh para calon pemodal semakin besar pula

mereka akan mempenalti penawaran harga di pasar perdana yang akan

memaksa penjamin emisi menawarkan saham dengan underpricing.

Karena bursa efek merupakan tempat ditransaksikannya efek, maka

pihak yang utama agar pasar modal bisa meakukan aktivitas adalah

investor. Investor adalah personal atau institusional yang membelanjakan

uangnya di pasar modal. jadi pada prinsipnya semua pihak bisa menjadi

investor. Untuk investor personal biasanya dimiliki oleh investor-investor

kecil, sedangkan investor institusional dimiliki oleh investor - investor

besar atau lembaga (Widoatmodjo, 2004 : 65).

Setelah proses IPO berjalan, biasanya yang kerap muncul dan

dialami oleh perusahaan – perusahaan adalah terjadinya underpricing,

dimana harga penawaran saham perdana ditetapkan lebih rendah dari

harga pada hari pertama penutupan (Sugiyanto, 2004 : 3).


6

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat

sebuah judul “FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

UNDERPRICING SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG

MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA.”

1. 2. Identifikasi Masalah

Perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan, baik

yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Alternatif

pendanaan dari dalam perusahaan, umumnya dengan menggunakan laba

yang ditahan perusahaan. Sedangkan alternatif pendanaan dari luar

perusahaan dapat berasal dari kreditur berupa utang maupun pendanaan

yang bersifat penyertaan dalam bentuk saham (equity). Pendanaan melalui

mekanisme penyertaan umumnya dilakukan dengan menjual saham

perusahaan kepada masyarakat atau sering dikenal dengan go public.

Untuk proses ini, perusahaan perlu melakukan persiapan internal dan

penyiapan dokumentasi sesuai dengan persyaratan untuk go public atau

penawaran umum, serta memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan

BAPEPAM (Sunariyah, 2004 : 36).

Sedangkan penyiapan dokumentasi awal untuk persiapan go public

biasanya BAPEPAM akan melihat besaran atau ukuran perusahaan dan

umur perusahaan calon emiten. Disini BAPEPAM akan mengetahui

perjalanan perusahaan dari awal berdiri sampai melakukan go public,

analisis keuntungan di masa datang dan reputasinya. Masyarakat pun akan

mengetahui informasi mengenai perusahaan yang menjadi emiten karena


7

ukuran perusahaan dan umur perusahaan yang telah listing biasanya akan

dipublikasikan yang sebelumnya telah diaudit sehingga masyarakat bisa

menilai kinerja dari perusahaan – perusahaan yang ada dengan melihat

informasi yang ada (Nurhidayati, 2002 : 416). Karena informasi besaran

atau ukuran perusahaan dan umur perusahaan merupakan bagian dari

kinerja perusahaan, maka disinilah investor akan memprediksi posisi

keuangan dan perkembangannya di masa depan, antara lain mengenai

pembayaran deviden, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk

ukuran perusahaan investor melihat analisis Rasio Return On Investement

(ROI) dan Rasio Return On Equity (ROE) (Husnan, 2004 : 74), sedangkan

untuk umur perusahaan investor melihat jumlah tahun sejak perusahaan

berdiri sampai dengan perusahaan melakukan go public (Nurhidayati,

2002 : 240). Memang, dalam perkembangaannya sulit diprediksi, tetapi

hal ini justru akan menjadi nilai lebih bagi investor dalam memilih

perusahaan yang go public (Febryani, 2003 : 4).

Di dalam fenomena yang kerap muncul dan dialami oleh

perusahaan – perusahaan yang telah memenuhi syarat melakukan IPO di

bursa efek, dimana harga penawaran saham perdana ditetapkan lebih

rendah dari harga perdagangan pertama salah satunya dipengaruhi oleh

faktor asimetri informasi. Dimana informasi tentang perusahaan tidak

tersebar merata di antara berbagai pihak yang berkepentingan dengan

emisi saham perdana, seperti investor, dan pihak manajemen itu sendiri.
8

Ketidakmerataan informasi ini menimbulkan adanya ketidakpastian (ex

ante uncertainty) sehingga menimbulkan underpricing saham

(Nurhidayati, 2002 : 421).

1. 3. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan tidak keluar dari pokok permasalahan, maka

dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada pembahasan dari

rasio ROI, ROE, dan umur perusahaan terhadap underpricing perusahaan

yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2002 - 2005.

1. 4. Perumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah apakah dari

rasio ROI, ROE, dan umur perusahaan berpengaruh terhadap underpricing

perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia.

1. 5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari ROI,

ROE, dan umur perusahaan terhadap Underpricing perusahaan yang

melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2002 - 2005.

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Penulis,

Menambah wawasan keilmuan dan pemahaman tentang pengaruh dari

ROI, ROE, dan umur perusahaan terhadap Underpricing perusahaan

yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia .

2. Bagi Instansi (Perusahaan),


9

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi kemajuan perusahaan perusahaan dalam bidang Pasar

Modal di Bursa Efek Indonesia.

3. Bagi Fakultas,

- Menambah khasanah penelitian dalam bidang Pasar Modal tentang

pengaruh dari ROI, ROE, dan umur perusahaan terhadap

Underpricing perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek

Indonesia.

- Untuk diteliti lebih lanjut bagi rekan - rekan mahasiswa akuntansi.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis melihat penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh : Sugiyanto, (2004), meneliti pengaruh informasi yang

berkaitan dengan perusahaan, antara lain reputasi auditor, reputasi

underwriter, pilihan metode akuntansi serta sinyal kepemilikan perusahaan

terhadap tingkat underpricing saham perdana pada perusahaan yang

melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta. Dengan hasil faktor pilihan metode

akuntansi penyusutan aktiva tetap dan sinyal kepemilikan perusahaan

memiliki pengaruh terhadap tingkat underpricing saham. Sedangkan

penelitian lain dilakukan oleh Siti Nurhidayati (2002), meneliti faktor –

faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya tingkat underpriced

dari perusahaan – perusahaan yang melakukan IPO, dengan hasil adanya

hubungan negatif antara besaran Perusahaan dengan tingkat underpriced.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Peneliti Judul Permasalahan Alat Analisis


Pembahasan
Sugiyanto Faktor – Faktor Apakah reputasi Regresi Sinyal kepemilikan
( 2004 ) Yang auditor, reputasi Berganda,dengan berpengaruh signifikan
Mempengaruhi underwriter, X1= Reputasi terhadap underpricing
Tingkat pilihan metode auditor dengan Sig table 0,034.
Underpricing akuntansi serta X2= Reputasi
Saham Pada sinyal underwriter
Perusahaan Yang kepemilikan X3= Pilihan
IPO di Bursa perusahaan metode
11

Efek Jakarta. berpengaruh akuntansi


terhadap X4= pilihan
underpricing metode
akuntansi
Y= Underpricing

Siti Nur Analisis Faktor – Apakah auditor, Regresi Tidak ada satu variabel
Hidayati Faktor Yang underwriter, Berganda,dengan pun yang sgnifikan
( 2002 ) Berpengaruh prosentase saham X1 = Reputasi terhadap underpricing,
Terhadap yang ditahan oleh auditor karena nilai sig table
Tingkat pemegang saham X2 = Reputasi dari hasil perhitungan
Underpriced lama, umur underwriter lebih besar dari derajat
Pada Penawaran perusahaan & X3 = Prosentase kepercayaan (0,05).
Perdana Di ukuran saham yang
Bursa Efek perusahaan ditahan oleh
Jakarta. berpengaruh pemegang saham
terhadap lama
underpricing. X4 = Umur
perusahaan
X5 = Ukuran
perusahaan
Y= Underpricing

2. 2. Landasan Teori

1. Signalling Theory

Teori ini mengemukakan bahwa keputusan atau tindakan perusahaan

untuk menawarkan sahamnya melalui IPO memberikan sinyal positif

atau negatif kepada investor perusahaan dalam memilih investasinya

karena sinyal tersebut biasanya tidak tersebar merata di antara berbagai

pihak yang berkepentingan seperti investor, dan pihak manajemen itu

sendiri. Ketidakmerataan informasi ini menimbulkan adanya


12

ketidakpastian (ex ante uncertainty) sehingga menimbulkan

underpricing saham, sinyal tersebut dapat berupa ukuran perusahaan,

umur perusahaan, dan reputasi perusahaan yang positif (Husnan, 2004

: 263)

2. Rasio Return On Investement dan Return On Equity

Rasio Return On Investement (ROI) adalah rasio yang digunakan

untuk mengukur pengembalian investasi, sedangkan Return On Equity

adalah rasio yang digunakan untuk mengukur pengembalian absolute

yang akan diberikan perusahaan kepada para pemegang saham

3. Pengertian dan Peranan Pasar Modal

Pengertian pasar modal sebagaimana pada umumnya adalah tempat

bertemunya penjual dan pembeli, dalam hal ini yang diperjualbelikan

adalah modal atau saham (Sumantoro, !990 : 9).

Sedangkan peranan pasar modal pada suatu Negara menurut Sunariyah

(2004 : 7) dapat dilihat dari lima segi berikut ini :

1). Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dan penjual

untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjual

– belikan. Ditinjau dari segi lain, pasar modal memberikan

kemudahan dalam melakukan transaksi sehingga kedua belah

pihak dapat melakukan transaksi tanpa melalui tatap muka

(pembeli dan penjual bertamu secara tidak langsung).

2). Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk

menentukan hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan


13

mendorong perusahaan untuk memenihi keimginan para pemodal.

Pasar modal menciptakan peluang bagi perusahaan umtuk

memuaskan keinginan para pemegang saham, kebijakan dividen

dan stabilitas harga sekuritas yang relatif normal.

3). Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk

menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga

lainnya. Dengan beroperasinya pasar modal para investor dapat

melikuidasi surat berharga yang dimilik tersebut pada setiap

saat. Apabila pasar modal tidak ada, maka investor terpaksa

harus menunggu pencairan surat berharga yang dimilikinya

sampai dengan saat likuidasi perusahaan. Keadaan semacam ini

akan menjadikan investor kesulitan menerima uangnya

kembali, bahkan tertunda – tunda dan berakibat menerima

risiko rugi.

4). Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat

untuk berpartisipasi dalam perkrmbangan suatu perekonomian.

5). Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transksi surat

berharga. Bagi para pemodal, keputusan investasi harus

didasarkan pada tersedianya informasi yang akurat dan dapat

dipercaya.
14

4. Saham

1. Pengertian Saham

Di dalam bursa efek, saham tentu tidak asing lagi dalam telinga

para pelakunya, definisi saham tersebut adalah surat berharga

sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun

institusi dalam suatu perusahaan. Surat berharga itu sendiri

mengandung pengertian sesuatu yang mempunyai nilai dan

tentunya diperjualbelikan (Jogiyanto, 2000 : 66).

2. Jenis Saham

Saham pun menurut Jogiyanto (2000 : 67) ada tiga jenis, yaitu :

1. Saham biasa, yaitu saham yang dikeluarkan oleh

perusahaan yang pemegang sahamnya mewakilkan kepada

manajemen untuk menjalankan operasional perusahaan

2. Saham preferen, yaitu saham yang memiliki sifat gabungan

antara obligasi dan saham biasa.

Adapun macam saham prefferen dibedakan menjadi tiga,

yaitu:

1. Convertible Preferred Stock

Convertible Preferred Stock adalah saham preferen

yang didalamnya memungkinkan pemegangnya untuk

menukar saham ini dengan saham biasa dengan rasio

penukaran yang sudah ditentukan.


15

2. Callable Preferred Stock

Callable Preferred Stock adalah hak perusahaan untuk

membeli kembali saham dari pemegang saham pada

tanggal tertentu di masa mendatang.

3. Floating Preffered Stock

Floating Preffered Stock adalah saham preferen yang

tidak membayar deviden secara tetap, tetapi tingkat

deviden yang dibayar tergantung dari tingkat return dari

sekuritas treasury bill.

3. Saham Treasury, yaitu saham milik perusahaan yang sudah

pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli

kembali oleh perusahaan untuk disimpan sebagai treasury

yang nantinya dapat dijual kembali.

5. IPO

Proses penjualan saham biasa bagi perusahaan go public terlebih

dahulu menjual sahamnya di pasar perdana. Sebelum melakukan

penawaran perdana, perusahaan terlebih dahulu harus melakukan

beberapa tahap persiapan. Salah satu tahap yang penting dalam

persiapan emisi perdana adalah penetapan volume penawaran dan

harga perdana. Beberapa pertimbangan dalam menetapkan harga

perdana diantaranya adalah kondisi pasar, preferensi investor

terhadap pasar modal, penetapan waktu penawaran. (Sawidji

Widoatmojo, 2004 : 129)


16

6. Underpricing

Pada umumnya harga saham pada waktu IPO dinilai terlalu rendah/

di bawah nilai perusahaan yang sebenarnya/ perusahaan melakukan

underpricing. Underpricing adalah suatu kondisi dimana secara

rata-rata harga perusahaan yang baru go public, biasanya dalam

hitungan hari/ mingguan, lebih rendah dibandingkan dengan harga

penawarannya (Siti Nurhidayati, 2002 : 415) Fenomena

underpricing merupakan hal umum yang terjadi di pasar perdana,

dan ketika perusahaan memasuki bursa (pasar sekunder).

Underpricing merupakan hasil dari ketidak pastian pada masa yang

akan datang yang akan menyebabkan tumbuhnya resiko bagi

semua yang terlibat di pasar modal khususnya investor. Resiko

timbul karena adanya ketidakpastian yang menimbulkan keragu -

raguan seseorang (investor) mengenai kemampuannya untuk

meramalkan hasil dimasa yang akan datang. Penetapan

underpricing pada harga perdana didasari beberapa tujuan, yaitu

untuk membangun citra investor terhadap kualitas perusahaan dan

memberikan signal yang berisi informasi tentang perusahaan yang

sebenarnya terjadi pada underpricing ditandai dengan adanya

pendapatan abnormal positif selama beberapa perdagangan setelah

emisi pertama, terhitung sejak saham diperdagangkan di pasar

sekunder (Siti Nurhidayati, 2002 : 416).


17

Fenomena underpricing merupakan yang umum terjadi di pasar

perdana ketika perusahaan menawarkan pertama kalinya di bursa,

perusahaan – perusahaan yang melakukan IPO biasanya memiliki

prospectus (Sawidji Widoatmojo, 2004 :128).

Menurut Sunariyah (2004 : 28) ada 4 jenis prospektus sesuai

dengan aturan yang digariskan oleh BAPEPAM, yaitu :

a. Prospektus awal

Prospektus awal adalah dokumen tertulis yang memuat seluruh

informasi dalam Prospektus yang disampaikan kepada

BAPEPAM kecuali informasi harga, tingkat bunga dan

penjaminan emisi yang tidak dapat ditentukan sebelumnya.

b. Info Memo

Info memo adalah dokumen tertulis yang berisi informasi yang

sama dengan prospectus awal ditambah dengan informasi lain

yang bersifat material dan ditulis dalam bahasa selain bahasa

Indonesia,misalnya bahasa Inggris.

c. Prospektus Ringkas

Dalam prospektus ringkas, baik prospectus awal maupun info

memo hanya berfungsi untuk memberikan informasi mengenai

perusahaan,dan bukan merupakan penawaran untuk menjual dan

membeli saham.
18

d.Prospektus Lengkap

Prospektus lengkap adalah prospectus yang diterbitkan dalam

bentuk buku yang berisi informasi lengkap mengenai penawaran

umum saham.

Menurut Sawidji Widoatmodjo (2004 : 129) prospectus lengkap

berisi :

1. Jadwal penawaran umum

2. Sejarah singkat perusahaan

3. Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga

4. Para pengelola (komisaris dan direksi)

5. Sruktur Organisasi

6. Pendapatan dari konsulyan hukum

7. Pendapat dari penilai

8. Laporan keuangan, yang sudah diaudit akuntan public

9. Proyeksi, yang dirinci per tahun

10. Kebijaksanaan dividen yang akan diambil emiten

11. Risiko, yaitu kemungkinan – kemungkinan yang

menyebabkan perusahaan tidak berhasil mencapai proyeksi

sehingga menyebabkan investor akan merugi.

Berikut adalah gambaran mengenai proses IPO hingga terjadi

Underpricing :

1. Intern Perusahaan (menyiapkan Prospektus untuk pendaftaran)

2. Mendaftarkan ke BAPEPAM dengan membawa prospectus


19

3. BAPEPAM akan mengevaluasi prospectus

4. BAPEPAM akan meloloskan perusahaan, apabila memenuhi

kriteria.

5. Penawaran saham perdana, yang melibatkan underwriter,

investor dan manajemen perusahaan.

6. Informasi yang didapat manyebabkan underpricing.

(Sunariyah, 2004 : 35).

2. 3. Kerangka Pemikiran

Kata go public tentu tidak asing lagi dewasa ini, apalagi bagi

kalangan keuangan. Kata ini mulai popular di Indonesia menjelang akhir

dekade 1980 - an, yaitu saat pemerintah mengeluarkan paket Desember

1987, yang mempermudah perusahaan yang melakukan go public. Namun

demikian, belum tentu istilah go public itu dimengerti secara benar bahkan

saking populernya go public diberi makna bermacam – macam sesuai

dengan kebutuhan yang menggunakannya. Dalam fenomena perusahaan

yang melakukan go public dan melakukan penawaran perdana di lantai

bursa (IPO) merupakan usaha perusahaan untuk mendapatkan dana segar

dari masyarakat luas atau masyarakat pemodal dengan jalan menerbitkan

saham baru.

Pada saat melakukan IPO, harga yang ditawarkan dengan harga

pada transaksi sesungguhnya terkadang tidak sesuai atau harga IPO lebih

rendah dari harga yang sesungguhnya pada saat transaksi (harga

penutupan) pada hari pertama/ pasar perdana hal inilah yang dinamakan
20

Underpricing, namun dalam perjalanan menuju IPO tentunya perusahaan

harus mempunyai kinerja yang baik, karena kinerja merupakan cerminan

dari kemampuan perusahaan dan mengalokasikan sumber dayanya, baik

dari informasi besaran atau ukuran perusahaan, manajemen perusahaan

maupun informasi lainnya yang mendukung, misalnya umur perusahaan.

Kinerja yang baik pun sangatlah sulit didapat, dari Rasio Return On

investement dan Return On Equity misalnya, harus dapat ditampilkan

dengan keadaan yang mempunyai signal baik, dari hal inilah penulis

tertarik untuk meneliti hal ini, apakah dari cerminan kinerja perusahaan

dapat mempengaruhi underpricing perusahaan yang melakukan di Bursa

Efek Indonesia.

Dari gambaran di atas, penulis membuat kerangka pemikiran

sebagai berikut :

Gambar Kerangka Pemikiran

Faktor – faktor yang mempengaruhi Underpricing pada saham – saham

yang IPO di Bursa Efek Indonesia.

Return On
Investement

Retun On
Underpricing
Equity

Umur
Perusahaan
21

2. 4. Hipotesis

Untuk Hipotesis pertama atau H1 : Secara simultan, diduga

terdapat pengaruh yang signifikan ROI, ROE, dan umur perusahaan

terhadap underpricing perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek

Indonesia.

H1 : Secara simultan ROI, ROE, dan umur perusahaan berpengaruh

signifikan terhadap underpricing.

Untuk Hipotesis kedua atau H2 : Secara parsial, diduga terdapat

pengaruh yang signifikan ROI, ROE, dan umur perusahaan terhadap

underpricing perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia.

H2 : Secara parsial ROI, ROE, dan umur perusahaan berpengaruh

signifikan terhadap underpricing.


22

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1. Jenis dan Objek Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan digunakan untuk melihat pengaruh kinerja

perusahaan dilihat dari ROI dan ROE, dan umur perusahaan terhadap

underpricing perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek

Indonesia adalah bersifat korelasional yang bertujuan untuk

menemukan ada atau tidaknya pengaruh dari variabel independent

(ROI, ROE dan umur perusahaan) terhadap variabel dependent

(underpricing) (Sekaran, 2006 : 147).

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian yang akan diteliti adalah saham – saham perusahaan

yang listing di Bursa Efek Indonesia yang mengalami underpricing

dari tahun 2002 – 2005.

3. 2. Operasional Variabel

Variabel-variabel yang akan digunakan adalah:

a. Return On Investment (ROI),

ROI adalah rasio yang digunakan untuk mengukur pengembalian

investasi.
(Walsh, 2003 : 56)
ROI = Laba Setelah Pajak x 100 %
Total Investasi
23

b. Return On Equity (ROE),

ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur pengembalian

absulut yang akan diberikan perusahaan kepada para pemegang saham,

ROE = Laba Setelah Pajak x 100% (Walsh, 2003 : 56)


Total Equity

c. Umur Perusahaan,

Variabel umur perusahaan yang dipakai diukur dari jumlah tahun

perusahaan dari saat pendirian sampai melakukan go public

(Nurhidayati, 2002 : 420)

d. Underpricing

Underpricing adalah suatu kondisi dimana perusahaan yang baru go

public atau pada saat penawaran umum perdana secara rata - rata harga

sahamnya lebih rendah dibandingkan pada saat diperdagangkan di

pasar sekunder. (Sugiyanto, 2004 : 2).

Kemudian, rumus menghitung underpricing menurut Carter dan

Manaster (1990 : 4) adalah sebagai berikut :

Harga penutupan pada hari partama – harga perdana x 100%


Harga Perdana

3. 3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dengan cara observasi, yaitu melalui

pencatatan langsung data-data yang dibutuhkan, tanpa melakukan

komunikasi secara langsung dengan obyek atau individu yang diteliti

(Indriyantoro, 2002 : 157). Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data sekunder (Sugiarto dkk, 2003 : 19), yaitu data yang diperoleh
24

dalam bentuk yang sudah jadi atau dalam bentuk publikasi media, seperti :

www.Danamas.com,JSX Statistik

3. 4. Teknik Analisis

Dalam penelitian ini, untuk menganalisis secara kuantitatif data

yang telah diperoleh penulis menggunakan teknik analisis Regresi

berganda dengan bantuan program Statistical Packaged For Social

Science (SPSS) 11.0 for Windows.

Langkah-langkah analisis yang akan dilakukan adalah:


1. Mengumpulkan data perusahaan yang mengalami Underpricing

setelah proses IPO yang ada di Bursa Efek Indonesia dari periode

Tahun 2002 - Tahun 2005.

2. Mengidentifikasikan data dengan menentukan Return On Investment,

Return On Equity & Umur Perusahaan sebagai variabel bebas atau

variabel yang mempengaruhi dan Underpricing sebagai variabel tak

bebas atau variabel yang dipengaruhi.

3. Menentukan persamaan regresi.

Untuk menjelaskan variabel dependent dan variabel independent,

teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

metode regresi linier berganda, dengan persamaan sebagai berikut:

Y= a+b1X1+b2X2+b3X3 (J. Supranto, 2001 : 189)

Keterangan:

Y = Underpricing

X1 = Return On Investment

X2 = Return On Equity
25

X3 = Umur Perusahaan

a = Konstanta

b = Koefisien Regresi

4. Mengevaluasi persamaan regresi linier berganda.

Sebelum persamaan regresi digunakan untuk memperkirakan nilai Y

terlebih dahulu dipastikan apakah variabel independen dalam

persamaan regresi berpengaruh terhadap variabel dependen dengan

cara melakukan pengujian terhadap koefisien regresi. Besarnya

persentase pengaruh semua variabel independent terhadap variabel

dependen dapat diketahui dari besarnya koefisien determinasi (R2).

5. Uji hipotesis terhadap persamaan regresi berganda.

Sebelum menggunakan persamaan regresi untuk proyeksi, maka

terlebih dahulu perlu diadakan pengujian terhadap nilai b tersebut

untuk melihat signifikansi nilai b.

a. Uji hipotesis pertama, untuk menguji pengaruh secara

Simultan,

1) Kriteria penerimaan dan penolakan terhadap hipotesis

Membandingkan F hitung dengan F tabel

a). Jika F hitung > F tabel , maka hipotesis terdukung

b). Jika F hitung < F tabel , maka hipotesis tidak terdukung

(Sulaiman, 2002 : 138)

2) Menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

b. Uji hipotesis kedua, untuk menguji pengaruh secara Parsial,


26

1) Kriteria penerimaan dan penolakan terhadap hipotesis

Membandingkan t hitung dengan t tabel

a). Jika t hitung > t tabel , maka hipotesis terdukung

b). Jika t hitung < t tabel , maka hipotesis tidak terdukung

(Sulaiman, 2002 : 138)

2) Menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengujian hipotesis.


27

Você também pode gostar