Você está na página 1de 13

IKLIM DUNIA 1.

Iklim Matahari Dasar perhitungan untuk mengadakan pembagian daerah iklim matahari ialah banyaknya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Menurut teori, makin jauh dari khatulistiwa makin besar sudut datang sinar matahari, sehingga makin sedikit jumlah sinar matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pembagian daerah iklim matahari didasarkan pada letak lintang adalah sebagai berikut : a. Daerah iklim tropis : a. 0 LU - 23,5 LU dan 0 LS - 23,5 LS b. Daerah iklim sedang : a. 23,5 LU - 66,5 LU dan 23,5 LS - 90 LS c. Daerah iklim dingin : a. 66,5 LU - 90 LU dan 66,5 LS - 90 LS

Pembagian daerah iklim menurut iklim matahari didasarkan suatu teori, bahwa temperatur udara makin rendah bjika letaknya makin jauh dari khatulistiwa. Maka dari itu, ada ahli yang menyebut iklim matahari sebagai iklim teoritis. Menurut kenyataanya, temperatur beberapa tempat menyimpang dari teori tersebut. 2. Iklim Fisis Iklim fisis ialah iklim yang didasarkan pada pembagian daerah yang menurut kenyataan sesungguhnya sebagai pengaruh dari faktor-faktor fisis berikut : a. Pengaruh daratan yang luas b. Pengaruh lautan c. Pengaruh angin d. Pengaruh arus laut e.Pengaruh Vegetasi f. Pengaruh topografi Menurut pembagian iklim fisis ada daerah iklim kontinental, daerah iklim gurun, daerah iklim penggunungan, dan daerah iklim tundra 3. Iklim Menurut Koppen Koppen mengadakan pembagian daerah iklim berdasarkan temperatur dan hujan. Menurut keadaan temperatur dan curah hujanya, permukaan dibagi menjadi beberapa daerah iklim. ciri-ciri temperatur : a. Temperatur normal dari bulan-bulan yang terdingin paling rendah 18c. b. Temperatur normal dari bulan-bulan yang dingin diantara 18c - 3c c. Temperatur bulan-bulan terdingin dibawah 3c d. Temperatur bulan-bulan terpanas diatas 0c e. Temperatur bulan-bulan terpanas dibawah 10c

f. Temperatur bulan-bulan terpanas diantara 0c g. Temperatur bulan-bulan terpanas dibawah 0c ciri-ciri hujan : a. iklim kering hujan dibawah batas kering b. selalu basah hujan jatuh pada semua musim c. bulan-bulan yang kering terjadi pada musim panas dibumi tempat yang bersangkutan d. bulan-bulan yang kering terjadi pada musim dingin dibumi tempat yang bersangkutan e. bentuk peralihan : hujan cukup untuk membentuk hutan dan musim keringnya pendek 3. Iklim Menerut Schmidt-Ferguson Dalam pembagian iklim, Iklim Menerut Schmidt-Ferguson lebih menitikberatkan tipe curah hujan dan penggolonganya. Adapun langkah-langkah cara pembuatanya sebagai berikut : a. Untuk menentukan tipe curah hujan Dr. Schmidt dan Ir.Ferguson mendasarkan tingkat kebasahan yang disebut gradient b. Untuk menentukan kriteria bulan kering dan bulan basah menggunakan klasifikasi menurut Mohr sebagai berikut : - Bulan kering = bulan yang curah hujanya kurang dari 60mm - Bulan basah = bulan yang curah hujanya lebih dari 100mm c. Berdasarkan rasio Q, maka tipe curah hujan digolongkan sebagai berikut : Tipe A jika Q = 0% - 14,3% Tipe B jika Q = 14,3% - 33,3% Tipe C jika Q = 33,3% - 60% Tipe D jika Q = 60% - 100% Tipe E jika Q = 100% - 167% Tipe F jika Q = 167% - 300% Tipe G jika Q = 300% - 700% Tipe H jika Q = lebih dari 700% 4. Iklim Menurut Oldeman Dalam pembagian iklim, Oldeman lebih menitikberatkan pada banyaknya bulan basah dan bulan kering secara berturut-turut yang dikaitkan dengan sistem pertanian untuk daerah-daerah tertentu. Maka daerah iotu, penggolongan iklimnya lebih dikenal dengan sebutanzona agroklimat

Pembagian Iklim Menurut Wilayah

A.Iklim Matahari

Pembagian iklim matahari didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari atau berdasarkan letak dan kedudukan matahari terhadap permukaan bumi. Kedudukan matahari dalam setahun adalah : Matahari beredar pada garis khatulistiwa (garis lintang 0) tanggal 21 Maret Matahari beredar pada garis balik utara (23,5 LU) tanggal 21 Juni Matahari beredar pada garis khatulistiwa (garis lintang 0) tanggal 23 September Matahari beredar pada garis balik selatan (23,5 LS) tanggal 22 Desember Pembagian daerah iklim matahari berdasarkan letak lintang adalah sebagai berikut. Daerah iklim tropis Iklim Tropis terletak antara 0 - 23 LU dan 0 - 23 LS. Ciri ciri iklim tropis adalah sebagai berikut : Suhu udara rata rata tinggi, karena matahari selalu vertikal. Umumnya suhu udara antara 20 - 23 C. Bahkan dibeberapa tempat suhu tahunannya mencapai 30C. Amplitudo suhu rata rata tahunan kecil. Di khatulistiwa antara 1 - 5 C, sedangkan amplitudo hariannya besar. Tekanan udara lebih rendah dan perubahannya secara perlahan dan beraturan. Hujan banyak dan umumnya lebih banyak dari daerah lain di dunia. 2. Daerah iklim subtropis

Iklim subtropis terletak antara 23 - 40 LU dan 23 - 40 LS. Daerah ini merupakan peralihan antara iklim tropis dan iklim sedang. Ciri ciri iklim subtropis adalah sebagai berikut: o Batas yang tegas tidak dapat ditentukan dan merupakan daerah peralihan dari daerah iklim tropis dan iklim sedang. o Terdapat empat musim, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan musin dingin. Tetapi pada iklim ini musim panas tidak terlalu panas dan musim dingin tidak terlalu dingin. o Suhu sepanjang tahun tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. o Daerah subtropis yang musim hujannya jatuh pada musim dingin dan musim panasnya kering disebut daerah Iklim Mediterania. Jika hujan jatuh pada musim panas dan musim dinginnya kering disebut Daerah Iklim Tiongkok. 3. Daerah iklim sedang

Iklim sedang terletak antara 40 - 66 LU dan 40 - 66 LS. Ciri ciri iklim sedang adalah sebagai berikut : o Banyak terdapat gerakan gerakan udara siklonal, tekanan udara yang sering berubah ubah, arah angin yang bertiup berubah ubah tidak menentu, dan sering terjadi badai secara tiba tiba. o Amplitudo suhu tahunan lebih besar dan amplitudo suhu harian lebih kecil dibandingkan dengan yang terdapat pada daerah iklim tropis. 4. Daerah iklim dingin

Iklim dingin terdapat di daerah kutub. Oleh sebab itu iklim ini disebut pula sebagai iklim kutub. Iklim dingin dapat dibagi dua, yaitu iklim tundra dan iklim es. Ciri ciri iklim tundra adalah sebagai berikut : o Musim dingin berlangsung lama o Musim panas yang sejuk berlangsung singkat. o Udaranya kering. o Tanahnya selalu membeku sepanjang tahun. o Di musim dingin tanah ditutupi es dan salju. o Di musim panas banyak terbentuk rawa yang luas akibat mencairnya es di permukaan tanah. o Vegetasinya jenis lumut-lumutan dan semak-semak. o Wilayahnya meliputi: Amerika utara, pulau-pulau di utara Kanada, pantai selatan Greenland, dan pantai utara Siberia. Ciri ciri iklim es adalah sebagai berikut : o Suhu terus-menerus rendah sekali sehingga terdapat salju abadi. o Wilayahnya meliputi: kutub utara, yaitu Greenland (tanah hijau) dan Antartika di kutub selatan.

B. Iklim Fisis Iklim fisis adalah berdasarkan fakta sesungguhnya di suatu wilayah muka bumi sebagai hasil pengaruh lingkungan alam yang terdapat di wilayah tersebut. Misalnya, pengaruh lautan, daratan yang luas, relief muka bumi, angin, dan curah hujan. Iklim fisis terdiri dari : 1. Iklim laut (Maritim)

Iklim laut berada di daerah tropis dan subtropis; dan daerah sedang. Keadaan iklim kedua daerah berbeda. Ciri iklim laut di daerah tropis dan sub tropis sampai garis lintang 40, adalah sebagai berikut: o Suhu rata-rata tahunan rendah o Amplitudo suhu harian rendah/kecil o Banyak awan o Sering hujan lebat disertai badai. Ciri-ciri iklim laut di daerah sedang, yaitu sebagai berikut: o Amplitudo suhu harian dan tahunan kecil o Banyak awan o Banyak hujan di musim dingin dan umumnya hujan rintik-rintik o Pergantian antara musim panas dan dingin terjadi tidak mendadak dan tiba-tiba. 2. Iklim Darat (Kontinen)

Iklim darat dibedakan di daerah tropis dan sub tropis, dan di daerah sedang. Ciri-ciri iklim darat di daerah tropis dan sub tropis sampai lintang 40 , yaitu sebagai berikut : o Amplitudo suhu harian sangat besar sedang tahunannya kecil o Curah hujan sedikit dengan waktu hujan sebentar disertai taufan. Ciri iklim darat di daerah sedang, yaitu sebagai berikut: o Amplitudo suhu tahunan besar o Suhu rata-rata pada musim panas cukup tinggi dan pada musim dingin rendah o Curah hujan sangat sedikit dan jatuh pada musim panas. 3. Iklim Dataran Tinggi

Iklim ini terdapat di dataran tinggi dengan ciri-ciri, adalah sebagai berikut: o Amplitudo suhu harian dan tahunan besar o Udara kering o Lengas (kelembaban udara) nisbi sangat rendah o Jarang turun hujan.

4.

Iklim Gunung

Iklim gunung terdapat di dataran tinggi, seperti di Tibet dan Dekan. Ciri-cirinya, yaitu sebagai berikut: o Amplitudo suhu lebih kecil dibandingkan iklim dataran tinggi o Terdapat di daerah sedang o Amplitudo suhu harian dan tahunan kecil o Hujan banyak jatuh di lereng bagian depan dan sedikit di daerah bayangan hujan o Kadang banyak turun salju 5. Iklim Musim (Muson)

Iklim ini terdapat di daerah yang dilalui iklim musim yang berganti setiap setengah tahun. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: o Setengah tahun bertiup angin laut yang basah dan menimbulkan hujan o Setengah tahun berikutnya bertiup angin barat yang kering dan akan menimbulkan musim kemarau. C.Iklim Junghuhn F. Junghuhn seorang berkebangsaan Belanda mengadakan penelitian di Sumatra Selatan dan Dataran Tinggi Bandung. Berdasarkan hasil penelitiannya F. Junghuhn membagi iklim di Indonesia berdasarkan ketinggian tempat. Empat daerah iklim menurut F. Junghuhn adalah sebagai berikut. 1. Zona Iklim Panas Zona iklim panas terletak pada daerah dengan ketinggian antara 0 650 meter dan temperatur antara 26,3 C 22 C. 2. Zona Iklim Sedang Zona iklim sedang terletak pada daerah dengan ketinggian antara 650 1500 meter dan temperatur antara 22 C 17,1 C. 3. Zona Iklim Sejuk Zona iklim sejuk terletak pada daerah dengan ketinggian antara 1500 2500 meter dan temperatur antara 17,1 C 11,1 C. 4. Zona Iklim Dingin Zona iklim dingin terletak pada daerah dengan ketinggian di atas 2500 meter dan temperatur kurang dari 11,1 C. D.Iklim Koppen

Pada tahun 1918 Dr Wladimir Koppen (ahli ilmu iklim dari Jerman) membuat klasifikasi iklim seluruh dunia berdasarkan suhu dan kelembaban udara. Kedua unsur iklim tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap permukaan bumi dan kehidupan di atasnya. Berdasarkan ketentuan itu Koppen membagi iklim dalam lima daerah iklim pokok. Masing-masing daerah iklim diberi simbol A, B, C, D, dan E. 1. 2. 3. Iklim A atau iklim tropis. Cirinya adalah sebagai berikut: suhu rata-rata bulanan tidak kurang dari 18C, suhu rata-rata tahunan 20C-25C, curah hujan rata-rata lebih dari 70 cm/tahun, dan tumbuhan yang tumbuh beraneka ragam. Iklim B atau iklim gurun tropis atau iklim kering, dengan ciri sebagai berikut: Terdapat di daerah gurun dan daerah semiarid (steppa); Curah hujan terendah kurang dari 25,4/tahun, dan penguapan besar; Iklim C atau iklim sedang.

Ciri-cirinya adalah suhu rata-rata bulan terdingin antara 18 sampai -3C. 4. Iklim D atau iklim salju atau microthermal.

Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: Rata-rata bulan terpanas lebih dari 10C, sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin kurang dari 3C. 5. Iklim E atau iklim kutub . Cirinya yaitu terdapat di daerah Artik dan Antartika, suhu tidak pernah lebih dari 10C, sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin kurang dari 3C. Dari kelima daerah iklim tersebut sebagai variasinya diperinci lagi menjadi beberapa macam iklim, yaitu: 1. 1) 2) 3) 4) 2. Daerah iklim A, terbagi menjadi empat macam iklim, yaitu sebagai berikut: Af = Iklim panas hujan tropis. As = Iklim savana dengan musim panas kering. Aw = Iklim savana dengan musim dingin kering. Am = Iklim antaranya, musim kering hanya sebentar. Daerah iklim B, terbagi menjadi dua macam iklim, yaitu:

1) D. 2) 3)

Bs = Iklim steppa, merupakan peralihan dari iklim gurun (BW) dan iklim lembab dari iklim A, C, dan

BW = Iklim gurun. Daerah iklim C, terbagi menjadi tiga macam iklim, yaitu:

Cs = Iklim sedang (laut) dengan musim panas yang kering atau iklim lembab agak panas kering. Cw = Iklim sedang (laut) dengan musim dingin yang kering atau iklim lembab dan sejuk. Cf = Iklim sedang (darat) dengan hujan pada semua bulan. Daerah iklim D, terbagi dua macam iklim, yaitu: a) b) c) Dw = Iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang kering. Df = Iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang lembab. Daerah iklim E, terbagi menjadi 2 macam iklim, yaitu:

ET = Iklim tundra, temperatur bulan terpanas antara 0( sampai 10(C. Ef = Iklim salju , iklim dimana terdapat es abadi.

Perlu Anda ketahui bahwa menurut Koppen di Indonesia terdapat tipe-tipe iklim Af, Aw, Am, C, dan D yaitu: v Af dan Am = terdapat di daerah Indonesia bagian barat, tengah, dan utara, seperti Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi Utara. v Aw = terdapat di Indonesia yang letaknya dekat dengan benua Australia seperti daerah-daerah di Nusa Tenggara, Kepulauan Aru, dan Irian Jaya pantai selatan. v C = terdapat di hutan-hutan daerah pegunungan. v D = terdapat di pegunungan salju Irian Jaya. E. Iklim Thornthwaite C.W.Thornthwaite (1993) membuat klasifikasi iklim berdasarkan pada curah hujan yang sangat penting untuk tanaman,sehingga selain jumlah curah hujan yang dipakai oleh tanaman akan lebih kecil dari pada penguapannya kecil,pada jumlah curah hujan yang sama. Thornthwaite menghitung ratio keefektifan curah hujan (precipatation effectiveness) atau ratio P-E sebagai jumlah curah hujan (P=presipitasi) bulanan dibagi dengan jumlah penguapan (E=evaporasi) bulanan,yaitu ratio P-E=P/E jumlah 12 bulan ratio P-E disebutkan indeks P/E.

Masing-masing golongan kelembapan dan golongan suhu di komfermasikan dengan penyebaran curah hujan musiman.penyebaran curah hujan musiman dibedakan: r = curah hujan banyak pada setiap musim. s = defisit curah hujan pada musim panas w = defisit curah hujan pada musim dingin d = defisit curah hujan pada setiap musim F. Iklim Mohr Berdasarkan penelitian tanah,Mohr membagi tiga derajat kembapan dari bulan-bulan sepajang tahun yaitu. a. Jika curah hujan dalam 1 bulan lebih dari 100mm,maka bulan ini dinamakan

bulan basa;jumlah curah hujan ini melampaui penguapan. G.Iklim schimdt dan ferguson Sistem klasifikasi iklim ini banyak digunakan dalam bidang kehutanan dan perkebunan serta sudah sangat dikenal di Indonesia. Kriteria yang digunakan adalah dengan penentuan nilai Q, yaitu perbandingan antara bulan kering (BK) dan bulan basah (BB) dikalikan 10% (Q = BK / BB x 100%). Klasifikasi ini merupakan modifikasi atau perbaikan dari sistem klasifikasi Mohr (Mohr menentukan berdasarkan nilai rata-rata curah hujan bulanan selama periode pengamatan). BB dan BK pada klasifikasi Schmidt-Ferguson ditentukan tahun demi tahun selama periode pengamatan yang kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya. Kriteria bulan basah dan bulan kering (sesuai dengan kriteria Mohr) adalah : 1) 2) 3) Bulan Basah (BB) Bulan dengan curah hujan > 100 mm Bulan Lembab (BL) Bulan dengan curah hujan antara 60 100 mm Bulan Kering (BK) Bulan dengan curah hujan < 60 mm

Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson ditentukan dari nilai Q yang dikelompokkan menjadi 8 tipe iklim, yaitu : Tabel 3. Klasifikasi Schmidt-Ferguson Tipe Iklim A Nilai Q (%) < 14,3 Keadaan Iklim dan Vegetasi Daerah sangat basah, hutan hujan tropika

B C

14,3 33,3 33,3 60,0

Daerah basah, hutan hujan tropika Daerah agak basah, hutan rimba, daun gugur pada musim kemarau Daerah sedang, hutan musim Daerah agak kering, hutan sabana Daerah kering, hutan sabana Daerah sangat kering, padang ilalang Daerah ekstrim kering, padang ilalang

D E F G H H.Iklim oldeman

60,0 100,0 100,0 167,0 167,0 300,0 300,0 700,0 > 700,0

Klasifikasi iklim Oldeman tergolong klasifikasi yang baru di Indonesia dan pada beberapa hal masih mengundang diskusi mengenai batasan atau kriteria yang digunakan. Namun demikian untuk keperluan praktis klasifikasi ini cukup berguna terutama dalam klasifikasi lahan pertanian tanaman pangan di Indonesia. Klasifikasi iklim ini diarahkan kepada tanaman pangan seperti padi dan palawija. Dibandingkan dengan metode lain, metode ini sudah lebih maju karena sekaligus memperhitungkan unsur cuaca lain seperti radiasi matahari dikaitkan dengan kebutuhan air tanaman. Oldeman membuat sistem baru dalam klasifikasi iklim yang dihubungkan dengan pertanian menggunakan unsur iklim hujan. Ia membuat dan menggolongkan tipe-tipe iklim di Indonesia berdasarkan pada kriteria bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering secara berturut-turut. Kriteria dalam klasifikasi iklim didasarkan pada perhitungan bulan basah (BB), bulan lembab (BL) dan bulan kering (BK) dengan batasan memperhatikan peluang hujan, hujan efektif dan kebutuhan air pada tanaman Konsepnya adalah: Padi sawah membutuhkan air rata-rata per bulan 145 mm dalam musim hujan. Palawija membutuhkan air rata-rata per bulan 50 mm dalam musim kemarau. Hujan bulanan yang diharapkan mempunyai peluang kejadian 75% sama dengan 0,82 kali hujan ratarata bulanan dikurangi 30. Hujan efektif untuk sawah adalah 100%. Hujan efektif untuk palawija dengan tajuk tanaman tertutup rapat adalah 75%. Dapat dihitung hujan bulanan yang diperlukan untuk padi atau palawija (X) dengan menggunakan data jangka panjang yaitu:

Padi sawah: 145 = 1,0 (0,82 X -30) X = 213 mm/bulan Palawija: 50 = 0,75 (0,82 X - 30) X = 118 mm/ bulan. 213 dan 118 dibulatkan menjadi 200 dan 100 mm/bulan yang digunakan sebagai batas penentuan bulan basah dan kering. Bulan Basah (BB) : Bulan dengan rata-rata curah hujan lebih dari 200 mm Bulan Lembab (BL) : Bulan dengan rata-rata curah hujan 100-200 mm Bulan Kering (BK) : Bulan dengan rata-rata curah hujan kurang dari 100 mm Selanjutnya dalam penentuan klasifikasi iklim Oldeman menggunakan ketentuan panjang periode bulan basah dan bulan kering berturut-turut. Tipe utama klasifikasi Oldeman dibagi menjadi 5 tipe yang didasarkan pada jumlah pada jumlah bulan basah berturut-turut. Sedangkan sub divisinya dibagi menjadi 4 yang didasarkan pada jumlah bulan kering berturut-turut. Oldeman membagi tipe iklim menjadi 5 katagori yaitu A, B, C, D dan E. Tipe A : Bulan-bulan basah secara berturut-turut lebih dari 9 bulan. Tipe B : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 7 sampai 9 bulan. Tipe C : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 5 sampai 6 bulan. Tipe D : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 3 sampai 4 bulan. Tipe E : Bulan-bulan basah secara berturut-turut kurang dari 3 bulan Passive House Design in a Canadian Climate I mentioned in an earlier post that Terrell Wong was retrofitting her husbands family home to have a building envelope thats almost as tight as a Passive Houses home. While I was visiting the Rosedale House, I became intrigued by the whole idea of Passive House design and its possibilities in a Canadian climate. Terrell took time out of her (extremely) busy schedule to talk to me about Passive House design and its relevance in our Canadian climate. Passive House designation was developed in Germany twenty years ago. While it is just gaining attention here in North America, it has been the standard of choice in Germany since its inception. There are a few reasons for this: one is that electricity, and energy in general, is far more expensive in Europe than it is here so its in the homeowners best interest to build the tightest building envelope technology can offer. Another reason is that in Germanys milder climate, it is more technically feasible to build a house that uses only 15 kwh/m2 of energy for heat. Thirdly, and perhaps most importantly, building codes are much tougher in Germany and require higher levels of insulation and energy conservation than we have here in Canada (hint, hint Canadian building code writers). The reason that 15 kwh/m2 was chosen as the passive house standard is that a boiler or furnace is no longer required to heat a home at that level. In fact, home orientation with south-

facing windows, an energy recovery ventilator and occupant body heat can be enough to keep a home warm except for on the coldest of days. Building orientation and insulationrequirements: Here in Canada, particularly in an urban setting where property choice and development is restricted, building a passively heated home is a challenge. As a contractor I know says Anythings possible, its just a matter of how much money youre willing to spend. In Terrells case, she was restricted by the fact that her home is east facing, something that was completely out of her control. Passive homes are designed, when possible, to take advantage of the suns rays in the winter with south-facing windows that allow for heat absorption during the day. In the summer, the planting of deciduous trees and awnings can help block the sun. Insulation reuirements: Sometimes getting the insulation levels to where they need to be for passive heating doesnt make financial or spatial sense. Naturally, colder requirements require much more insulation and sometimes, giving up the space due to thicker walls can be an issue. For example, depending on the climate in which you live, if your home requires R60 in the walls to meet the standard, your wall may need 10 inches of R6 insulation which can take up to 2 feet of space away from your living area by the time youve added exterior and interior walls (not to mention the cost!). But working towards building a tighter, well-insulated envelope has the advantages of providing significantly lower heating bills. As energy prices rise, a well-insulated home can also insulate the homeowner from sky-rocketing energy prices. Thermal Bridging: In addition to building orientation (to take full advantage of the sun), building envelope tightness and insulation, passive house design also addresses thermal bridging. Thermal bridging occurs when heat finds a path to escape out of its enclosure. Thermal bridging occurs around and through windows and doors, as well as floor and wall studs which are attached to the outside part of the building envelope. Eliminating these thermal bridges is a key element in passive home design. Homes are designed with as few if any electrical wiring running up the outside walls. Windows: In Germany there are Passive House certified windows. Because Passive House design has existed in Germany for so long, the window manufacturers technology has evolved to match the requirements. While there are distributors of these windows in Canada, getting a contractor who understands how to properly install them is essential for a sealed fit. I came across an article on windows for passive house design by Martin Holladay, from Green Building Advisor. There are five Canadian companies that manufacture high quality thermal windows that, while not Passive House certified, offer superior insulation properties as well as fiberglass frames. Fiberglass is considered to be one of the best materials for window frames as it expands and contracts at the same rate as glass helping to reduce thermal bridging. For an excellent explanation on windows for Passive House design, see Martin Holladays blog post in Green Building Advisor: Passivehaus Windows: Cold Climate Builders Look for the Best Available Windows.

Modeling: If youre at all interested in pursuing Passive House design, the first thing you need to do is input your homes design (including orientation) through the Passive House Planning Package. This is an energy-simulated model run in Excel that will provide you with your heating load/m2 based on the figures you input. It will also calculate your overall costs assuming you know your costs/m2, so you can make informed decisions about whether its more economical to increase your insulation or invest in better windows. Note: this is NOT a do-it-yourself kit. It takes considerable specialized training and engineering knowledge to use this software properly and understand the results. Its best to work with a certified Passive House designer, consultant or architect or engineer who is familiar with passive house design and modeling if youre interested in building a passive house. Building, or even retrofitting a home to passive house standards may not be realistic for most of us, but if we can strive to increase the insulation in our homes, recognize and avoid thermal bridging and invest in the highest quality windows our budget can afford, the upfront costs might be higher but the pay-off will continue for years to come.

Você também pode gostar