Você está na página 1de 19

About IFRS

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

International Accounting Standards yang lebih dikenal sebagaiInternational Financial Reporting Standard (IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi yang memberikan tekanan pada penilaian (revaluation)profesional dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku bisnis di suatu negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu standar internasional yang berlaku sama di semua negara untuk mempermudah proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar internasional ini dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu

kemungkinan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan keuangan di sajikan dengan basis true and fair. IFRS merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi berkualitas tinggi dan kerangka akuntansi berbasiskan prinsip yang meliputi penilaian profesional yang kuat dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu, dan akuntansi terkait transaksi tersebut. Dengan demikian, pengguna laporan keuangan dapat dengan

mudah membandingkan informasi keuangan entitas antarnegara di berbagai belahan dunia.

1.2 1. 2.

Rumusan Masalah Bagaimana praktik akuntansi negara-negara dunia? Bagaimana kompleksitas pengembangan praktik terkait regulasi dan kondisi

suatu negara? 3. Apakah tantangan dan solusi terhadap penerapan IFRS di Indonesia?

BAB II PEMBAHASAN

2.1 IFRS

Pengertian merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan

olehInternational Accounting Standard Board (IASB). Standar akuntansi ini disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC). Natawidyana (2008) menyatakan bahwa sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan International Accounting

Standard (IAS) kemudian IASB mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan. Secara keseluruhan IFRS mencakup: a. International Financial Reporting Standard (IFRS).Standar yang diterbitkan

setelah tahun 2001. b. International Accounting Standard (IAS). Standar yang diterbitkan sebelum

tahun 2001. c. Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting

Interpretations Committee (IFRIC) setelah tahun 2001. d. Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations

Committee (SIC) sebelum tahun 2001.

2.2

Adopsi atau Harmonisasi?

Adopsi penuh dan harmonisasi terhadap IFRS memiliki arti yang berbeda. Adopsi penuh adalah mengadopsi secara penuh tanpa adanya perubahan-perubahan untuk diterapkan di suatu Negara. Berbeda dengan adopsi penuh, harmonisasi IFRS memiliki sifat lebih fleksibel dan terbuka. Harmonisasi standar pertama kali dikenalkan oleh European Commision (EC). Harmonisasi berarti juga sebagai sekelompok Negara yang menyepakati suatu standar akuntansi yang mirip, namun mengharuskan adanya pelaksanaan yang tidak mengikuti standar harus di ungkapkan. Sedangkan bagi Indonesia terhadap IFRS, IAI mendukung harmonisasi standar akuntansi melalui adopsi dan adaptasi IAS. Meskipun dengan adanya IFRS tidak

semua Negara dapat menerima yang disebabkan dengan perbedaan-perbedaan ditiap Negara. Namun tetap perlu adanya yang menjembatani agar Standar Akuntansi Keuangan sejalan dengan IFRS yaitu dengan melakukan harmonisasi bahkan konvergensi terhadap IFRS. Adanya harmonisasi bahkan konvergensi terhadap IFRS maka diharapkan informasi akuntansi memiliki kualitas utama yaitu komparabilitas dan relevansi.

2.3

Tujuan IFRS

Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan keuangan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang: 1. Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan (comparable) sepanjang periode yang disajikan 2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS. 3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.

2.4

Manfaat adopsi IFRS

Harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan telah di anggap sebagai suatu hal yang mendesak yang harus dilakukan oleh setiap negara termasuk Indonesia sebagai negara berkembang. Menurut Marsini Purba dalm bukunya yang berjudul International Financial Reporting Standards, manfaat utama yang

diperoleh dari harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan adalah adanya pemahaman lebih baik atas laporan keuangan oleh pengguna laporan keuangan yang berasal dari berbagai negara. Hal ini memudahkan perusahaan menjual sahamnya secara lintas negara atau lintas pasar modal. Selain itu memberikan efisiensi dalam penyusunan laporan keuangan yang menghabiskan banyak dana dan sumber dana setiap tahunnya dan juga dapat menambah kepercayaan investor asing terhadap laporan keuangan perusahaan-perusahaan nasional. Membuat perubahan ke IFRS, artinya mengadopsi bahasa pelaporan global, yang akan membuat perusahaan dimengerti oleh global market (pasar dunia). The Big-4 Accounting Firm mengatakan bahwa banyak dari perusahaan-perusahaan yang telah mengadopsi IFRS mengalami kemajuan yang signifikan dalam rangka memenuhi maksud mereka memasuki pasar modal dunia. Dengan Indonesia mengadopsi penuh IFRS, laporan keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS. Adopsi penuh IFRS diharapkan memberi manfaat: 1. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan menggunakan SAK

yang dikenal secara internasional. 2. 3. Meningkatkan arus investasi global. Menurunkan biaya modal melalui pasar modal global dan menciptakan

efisiensi penyusunan laporan keuangan.

Menurut ketua tim implementasi IFRS-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Dudi M Kurniawan yang dimuat harian Kompas tanggal 6 Mei 2010 mengatakan bahwa dengan mengadopsi IFRS Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Mengurangi biaya SAK. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan. Meningkatkan transparansi keuangan. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana

melalui pasar modal. 7. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

2.5

Perbandingan Standar Akuntansi Keuangan: Indonesia, Amerika

Serikat, dan Internasional. Untuk melihat terjadinya perbedaan praktek akuntansi di berbagai negara di dunia ini, berikut ini disampaikan contoh Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia, Amerika Serikat (Financial Accounting Standard Board/FASB) dan Stadar Akuntansi Internasional (International Accounting Standard/IAS) atau International Financial Report Standard (IFRS). 1. Standar Akuntansi Keuangan Indonesia

Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang tentu saja sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika Serikat maupun negara maju lainnya baik dalam praktek bisnis maupun standar dan

praktek akuntansinya. Praktek bisnis yang telah berkembang di negara maju dan telah dibuat standar akuntansinya namun praktek bisnis tersebut belum berkembang di Indonesia tentu saja belum memerlukan standar akuntansi. Sementara praktek bisnis yang berkembang di Indonesia namun tidak berkembang di negara lainnya termasuk di negara-negara maju, maka dibuat standar akuntansinya seperti standar akuntansi untuk perbankan syariah.

2.

Standar Akuntansi Keuangan Amerika Serikat

Amerika merupakan salah satu Negara maju di dunia yang mempunyai pengaruh politik, ekonomi, sosial budaya termasuk akuntansi terhadap sesama Negara maju maupun Negara berkembang sangat kuat. Dapat diibaratkan apa yang terjadi di Amerika sekarang secara perlahan atau cepat akan ditiru di Negara lain. Khusus mengenai praktek bisnis di Amerika berkembang begitu pesat yang pada akhirnya memerlukan standard praktek akuntansi yang berkembang pula sesuai dengan perkembangan bisnis yang terjadi. Bila dibandingkan dengan Standar Akuntansi Keungan Indonesia maupun Standar Akuntansi Internasional maka standar akuntansi keuangan di Amerika jauh lebih banyak akibat praktek bisnis yang memang lebih beragam.

3.

Standar Akuntansi Internasional (IAS / IFRS)

International Accounting Standard/International Financial Reporting Standard dikeluarkan oleh International Accounting Standard Board atau Badan

Standar Akuntansi

Internasional.

Mengingat

tujuan penyusunan standar

akuntansi tersebut untuk dapat dipergunakan sebanyak mungking negara di dunia maka dalam penyusunan standar akuntansi tertentu saja Badan Standar Akuntansi Internasionalmempertimbangkan kondisi sebagian besar negara

sehingga sesuai dengan kebutuhan mereka. Bila kita bandingkan dengan standar akuntansi Amerika maka dari segi jumlah standar yang

dikeluarkan Badan Standar Akuntansi Internasional jauh lebih sedikit karena memang mereka tidak mengacu pada perkembangan bisnis dan kebutuhan akuntansi di Amerika saja melainkan pada sebagian besar negara sehingga standar akuntansi yang mereka keluarkan dapat diadopsi baik sebagian maupun sepenuhnya. Ketiga standar akuntansi tersebut baik yang berlaku di Indonesia, Amerika Serikat, dan standar Internasional, maka secara kuantitas jelas tampak perbedaan yang nyata. Bila melihat dari segi jumlah standar maka standar akuntansi di Indonesia bila dibandingkan dengan Amerika Serikat hanya kurang lebih sepertiganya saja sementara bila dibandingkan dengan standar akuntansi internasional standar akuntansi di Indonesia lebih banyak.

Perbedaan jumlah standar akuntansi di Amerika yang jauh lebih banyak dari Indonesia dapat dijelaskan bahwa tingkat perkembangan ekonomi Amerika jauh lebih maju bila dibandingkan dengan Indonesia sehingga di Amerika telah berkembang berbagai jenis instrumen yang dapat dikategorikan ke dalam rekening harta, kewajiban, maupun ekuitas. Sementara bila di Indonesia ada standar akuntansi yang sudah berlaku di Amerika tetapi belum ada di Indonesia menunjukkan bahwa untuk Indonesia hal

tersebut masih dipandang belum mendesak atau penting mengingat frekuensi terjadinya masih rendah atau bahkan belum timbul sama sekali. Sementara standar akuntansi internasional yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan Amerika bahkan internasional Indonesia dapat dijelaskan bahwa standar akuntansi dapat mengadopsi berbagai

berusaha sebanyak mungkin

keragaman standar akuntansi di berbagai negara di dunia. Standar akuntansi internasional tersebut diharapkan banyak negara yang dapat mengadopsi atau menggunakan standar yang ada untuk diberlakukan di negara masingmasing. Semakin banyaknya negara yang menggunakan standar akuntansi internasional berarti telah terjadi penyeragaman standar akuntansi meskipun belum sepenuhnya, mengingat seperti di Amerika berarti masih ada standar akuntansi lainnya yang belum tercakup dalam standar akuntansi internasional.

2.6

Perkembangan Harmonisasi Akuntansi Internasional mengharmonisasikan akuntansi secara internasional sudah

Usaha untuk

dimulai sejak lama bahkan sebelum terbentuknya International Accounting Standard Commitee (IASC) didirikan pada tahun 1973. Pada tahun 1959, Jacob Krayenhof, mitra pendiri sebuah firma akuntan independen Eropa yang utama mendorong agar usaha pembuatan standar akuntansi internasional dimulai. Pada tahun 1976, Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for Economic Cooperation and Development OECD) mengeluarkan Deklarasi Investasi dalam Perusahaan Multinasional yang berisi panduan untuk Pengungkapan Informasi.

Tahun 1978 Komisi Masyarakat Eropa mengeluarkan Dekrit Keempat sebagai langkah pertama menuju harmonisasi akuntansi Eropa. Pada tahun 1981 IASC mendirikan kelompok konsultatif yang terdiri dari organisasi non anggota untuk memperluas masukan-masukan dalam pembuatan standar internasional. Di tahun 1984, Bursa Efek London menyatakan bahwa pihaknya berharap agar perusahaan-perusahaan yang mencatatkan sahamnya

tetapi tidak didirikan di Inggris dan Irlandia menyesuaikan dengan akuntansi internasional. Tahun 2001 Badan Standar Akuntansi

Internasional (International Accounting Standard BoardIASB) menggantikan IASC dan mengambil alih tanggungjawab per tanggal 1 April 2001. Standar IASB disebut Standar Pelaporan Keuangan Internasional (International

Financial Report StandardIFRS) dan termasuk di dalamnya IAS yang dikeluarkan IASC. Di tahun 2002 Parlemen Eropa menyetujui proposal Komisi Eropa bahwa secara nyata seluruh perusahaan Uni Eropa yang tercatat sahamnya harus mengikuti standar IASB dimulai selambat-lambatnya tahun 2005 dalam laporan keuangan konsolidasi. Pada tahun yang sama IASB dan FASB menandatangani Perjanjian Norwalk yang berisi komitmen bersama terhadap konvergensi standar akuntansi internasional dan Amerika Serikat. Pada tahun 2008, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada hari Selasa, 23 Desember 2008 dalam rangka Ulang tahunnya ke-51 rencana Indonesia untuk convergence mendeklarasikan Financial

terhadap International

Reporting Standards (IFRS) dalam pengaturan standar akuntansi keuangan.

Pengaturan

perlakuan

akuntansi

yang konvergen

dengan

IFRS

akan

diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan entitas yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012. Hal ini diputuskan setelah melalui pengkajian dan penelaahan yang mendalam dengan mempertimbangkan seluruh risiko dan manfaat konvergensi terhadap IFRS. International Financial Reporting Standards (IFRS) dijadikan sebagai referensi utama pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia karena IFRS merupakan standar yang sangat kokoh. Penyusunannya didukung oleh para ahli dan dewan konsultatif internasional dari seluruh penjuru dunia. Mereka menyediakan waktu cukup dan didukung dengan masukan literatur dari

ratusan orang dari berbagai displin ilmu dan dari berbagai macam jurisdiksi di seluruh dunia. Dengan telah dideklarasikannya program konvergensi terhadap IFRS ini, maka pada tahun 2012 seluruh standar yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI akan mengacu kepada IFRS dan diterapkan oleh entitas.

2.7 1. 2.

Kendala adopsi IFRS di Indonesia Kurang siapnya infrastruktur. Kondisi peraturan perundang-undangan yang belum tentu sinkron dengan

IFRS. 3. Kurang siapnya sumber daya manusia dan dunia pendidikan di Indonesia.

Dilihat dari minimnya pengajaran dan pembahasan topik-topik akuntansi

keuangan terkait IFRS, karena IFRS belum dijadikan mata kuliah pokok program pendidikan akuntansi di Indonesia. 4. Proses penerjemahan IFRS menjadi PSAK. Terkadang membutuhkan waktu

yang relatif lama dan terkadang juga memberikan makna yang berbeda dengan sumber aslinya.

2.8

Kesiapan Indonesia mengadopsi IFRS secara penuh

Sejak tahun 1994, Indonesia sebenarnya telah mengadopsi sebagian besar IAS. PSAK dan ISAK yang diberlakukan sejak tahun 1994 adalah saduran dari IAS dan SIC yang diterbitkan sebelum tahun 1994. DSAK (Dewan Standar Akuntansi Keuangan) yang berada dibawah IAI telah mencanangkan adopsi penuh IAS dan IFRS yang telah rampung pada tahun 2010 dan mulai menerapkannya di tahun 2012. Indonesia saat ini belum mewajibkan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia menggunakan IFRS melainkan masih mengacu kepada standar akuntansi keuangan lokal. Dewan Pengurus Nasional IAI bersama-sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan Dewan SAK merencanakan tahun 2012 akan menerapkan standar akuntansi yang mendekati konvergensi penuh kepada IFRS. Indonesia sebenarnya masih memiliki banyak regulasi yang tidak mendukung sehingga adopsi penuh IFRS sulit dilakukan. Berdasarkan proposal konvergensi yang telah dikeluarkan IAI, proses adopsi dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

1.

Tahap adopsi, yaitu dengan mengadopsi seluruh IFRS terakhir kedalam

PSAK pada tahun 2008-2010. 2. Tahap persiapan, yaitu penyiapan seluruh infrastruktur pendukung untuk

implementasi PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS pada tahun 2011. 3. Tahap implementasi, yaitu penerapan PSAK yang sudah mengadopsi seluruh

IFRS bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik pada tahun 2012. Jadi, beralih ke IFRS bukanlah sekedar pekerjaan mengganti angka-angka dilaporan keuangan, tetapi mungkin akan mengubah pola pikir dan cara semua elemen didalam perusahaan.

2.9 1.

Faktor yang mempengaruhi praktik akuntansi di berbagai Negara Lingkungan sosial

Horrison dan McKinnon (1986) mengembangkan suatu kerangka pikir untuk menjelaskan bagaimana sistem pelaporan akuntansi berubah. Berdasarkan kerangka tersebut, perubahan pada akuntansi merupakan produk dari interaksi kejadian-kejadian dilapangan dan interaksi antara praktik akuntansi dan lingkungan sosial.

2. 1)

Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan

Perubahan struktur perekonomian dari agraris ke manufaktur akan menampilkan sisi lain dari system akuntansi, antara lain dengan mulai memperhitungkan

depresiasi mesin. Industri jasa juga memunculkan pertimbangan atas pencatatan aktiva tak berwujud seperti merk, goodwill, dan sumber daya manusia.

2)

Tingkat inflasi

Timbulnya hyperinflation di beberapa Negara dikawasan Amerika Selatan membuat adanya pemikiran untuk menggunakan pendekatan lain sebagai alternatif dari pendekatan hystorical cost.

3)

Sumber pendanaan

Kebutuhan akan informasi dan pertanggungjawaban kepada public lebih besar ditemui pada perusahaan-perusahaan yang mendapatkan sumber pendanaan dari pemegang saham eksternal dibandingkan dengan perusahaan dengan sumber pendanaan dari perbankan atau dari dana keluarga.

4)

Sistem perpajakan

Negara-negara seperti perancis dan Jerman menggunakan laporan keuangan perusahaan sebagai dasar penentuan utang pajak penghasilan, sedangkan negara seperti Amerika Serikat dan Inggris menggunakan laporan keuangan yang telah disesuaikan dengan aturan perpajakan sebagai dasar penentuan utang pajak dan disampaikan terpisah dengan laporan keuangan untuk pemegang saham.

3.

Politik

Sistem politik yang dijalankan oleh suatu negara sangat berpengaruh pada system akuntansi yang dibuat untuk menggambarkan filosofi dan tujuan politik dinegara tersebut, seperti halnya pilihan atas perencanaan terpusat(Central Planning) atau swastanisasi (Private Interprises).

4.

Budaya

Violet (1983) menyatakan bahwa bahasa merupakan variabel budaya yang paling penting. Bahasa merupakan pondasi untuk mempromosikan budaya. Memandang akuntansi adalah bahasa bisnis. Dari sini dapat disimpulkan bahwa prinsip akuntansi akan bervariasi tergantung dari variasi budaya yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan.

2.10

Implikasi Bagi Standar dan Praktek Akuntansi, serta Solusi terhadap

Penerapan IFRS di Indonesia. Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bisnis internasional atau global tentu saja juga akan menghadapi permasalahan dalam standar maupun praktek akuntansinya yang mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan perkembangan akuntansi yang berlaku secara internasional. Beberapa negara maju antara lain Perancis telah memberikan kebebasan kepada perusahaan untuk menggunakan standar akuntansi Perancis maupun standar akuntansi internasional yaitu Ineternational Financial Report Standard yang dikeluarkan oleh International Accounting Standard Board. Pemberian

kebebasan kepada perusahaan untuk menggunakan IFRS tentu saja dapat

menjadi kecenderungan bagi negara lainnya yang pada akhirnya akan mendorong penggunaan IFRS secara meluas di berbagai negara termasuk Indonesia. Namun demikian merujuk pada faktor-faktor yang mempengaruhi praktek akuntansi, maka Indonesia tidak dengan serta merta mengadopsi IFRS secara penuh atau mutlak mengingat perbedaan faktor pendukung sehingga harus dilakukan kajian terlebih dahulu standar mana yang sudah dapat diadopsi dan diterapkan di Indonesia dan standar mana yang belum dapat diadopsi untuk diterapkan di Indonesia, dengan demikian penerapan IFRS dibatasi terlebih dahulu hanya pada perusahaan-perusahaan yang mempunyai

kemampuan penyesuaian tinggi terhadap perubahan penggunaan standar yang berlaku di Indonesia ke IFRS. Perusahaan penanaman modal asing (PMA) dan perusahaan yang telah go publik mungkin merupakan perusahaanperusahaan yang telah siap beralih dari penggunaan standar akuntansi

Indonesia ke dalam standar akuntansi internasional mengingat selama ini mereka telah berinteraksi ini dengan investor, di kreditor dan badan-badan

internasional. Hal

mengingat

Indonesia

terdapat heteroginitas

perusahaan dari perusahaan skala mikro, kecil, menengah hingga yang besar. Perbedaan karakteristik perusahaan ini tentu saja menuntut pemberlakukan standar akuntansi yang berbeda sehingga masing-masing kelompok perusahaan dapat memilih standar akuntansi sesuai dengan karakteristik perusahaan. Khusus mengenai usaha mikro, kecil, dan menengah misalnya saat ini sedang pada tahap penyerapan aspirasi dari berbagai pihak yang berkepentingan guna

penerapan standar akuntansi bagi usaha mikro, kecil dan menengah, maka pada satu sisi Indonesia dapat menerima dan mengadopsi standar akuntansi yang berlaku secara internasional sehingga akan meningkatkan daya banding laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Sementara di sisi yang lain Indonesia masih dapat memberikan ruang gerak bagi penerapan standar yang bersifat nasional bagi perusahaan-perusahaan yang secara teknis belum dapat menyesuaikan dengan standar akuntansi yang berlaku secara internasional.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa sejumlah besar perusahaan secara sukarela mengadopsi standard pelaporan keuangan Internasional (IFRS). Banyak Negara yang telah mengadopsi IFRS secara keseluruhan dan menggunakan IFRS sebagai dasar standard nasional. Hal ini dilakukan untuk menjawab permintaan investor institusional dan pengguna laporan keuangan lainnya. Banyak pro dan kontra dalam penerapan standard internasional, namun seiring waktu, Standard internasional telah bergerak maju, dan menekan Negara-negara yang kontra. Indonesia harus mengadopsi standar akuntansi internasional untuk memudahkan perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya. SAK Indonesia direncanakan akan mengadopsi penuh IFRS tahun 2012. Hal ini

diharapkan akan semakin membawa perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat bersaing dengan perusahaan internasional lainnya karena dengan melakukan adopsi ini tentunya penyajian laporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan juga akan semakin akuntabel dan transparan.

DAFTAR PUSTAKA

Anjasmoro, Mega. 2010. Adopsi InternasionalFinancial Report Standard. Kebutuhan atau Paksaan? Studi KasusPada PT. GarudaAirlines

Indonesia. Skripsi. Universitas Diponegoro. Purba, marsini. 2010. International Financial Reporting Standards. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Você também pode gostar