Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Bronkitis ( bronchitis ) adalah peradangan (inflamasi) pada selaput lendir (mukosa) bronchus (saluran pernafasan dari trachea hingga saluran napas di dalam paru-paru). Peradangan ini mengakibatkan permukaan bronchus membengkak (menebal) sehingga saluran pernapasan relatif menyempit. Bronkitis terbagi atas 2 jenis, yakni: bronkitis akut dan bronkitis kronis. Perlu diingat bahwa istilah akut dan kronis adalah terminologi (istilah) berdasarkan durasi berlangsungnya penyakit, bukan berat ringannya penyakit.
1. Bronkitis Akut
Definisi Bronkitis akut adalah peradangan akut pada bronkus dan cabang-cabangnya, yang mengakibatkan terjadinya edema dan pembentukan mukus. Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu, biasanya kurang dari 6 minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan. Etiologi (Penyebab) Penyebab tersering Bronkitis akut adalah virus, yakni virus influenza, Rhinovirus, Adenivirus, dan lainlain. Sebagian kecil disebabkan oleh bakteri (kuman), terutama Mycoplasma pnemoniae, Clamydia pnemoniae, dan lain-lain. Manifestasi Klinis (Gejala) Keluhan yang kerap dialami penderita bronkitis akut, meliputi: Batuk (berdahak ataupun tidak berdahak) Demam (biasanya ringan), rasa berat dan tidak nyaman di dada Sesak napas, rasa berat bernapas Kadang batuk darah Diagnosis Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya lendir, riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.. Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi ronki atau bunyi pernafasan yang abnormal. Adapun pemeriksaan dahak maupun rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. Penatalaksanaan Antitusif (penekan batuk): DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali sehari. Codein 10 mg, diminum 3 kali sehari. Obat-obat ini bekerja dengan menekan batuk pada pusat batuk di otak. Karenanya antitusif tidak dianjurkan pada kehamilan dan bagi ibu menyusui. Demikian pula pada anak-anak, para ahli berpendapat bahwa antitusif tidak dianjurkan, terutama pada anak usia 6 tahun ke bawah. Pada penderita bronkitis akut yang disertai sesak napas, penggunaan antitusif hendaknya dipertimbangkan dan diperlukan feed back dari penderita. Jika penderita merasa tambah sesak, maka antitusif dihentikan. Ekspektorant: adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak mudah dikeluarkan sehingga napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim digunakan diantaranya: GG (glyceryl guaiacolate), bromhexine, ambroxol, dan lain-lain. Antipiretik (pereda panas): parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya, digunakan jika penderita demam. Bronkodilator (melongarkan napas), diantaranya: salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin, aminofilin, dan lain-lain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang disertai sesak napas atau rasa berat bernapas. Penderita hendaknya memahami bahwa bronkodilator tidak hanya untuk obat asma, tapi dapat juga
digunakan untuk melonggarkan napas pada bronkitis. Selain itu, penderita hendaknya mengetahui efek samping obat bronkodilator yang mungkin dialami oleh penderita, yakni: berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin. Andaikata mengalami efek samping tersebut, maka dosis obat diturunkan menjadi setengahnya. Jika masih berdebar, hendaknya memberitahu dokter agar diberikan obat bronkodilator jenis lain. Antibiotika. Hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh kuman berdasarkan pemeriksaan dokter (dahak berwarna kuning atau hijau, demam tetap tinggi setelah minum antipiretik dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa diberikan Kotrimoksazol. Tetrasiklin 250 500 mg 4 x sehari. Eritromisin 250 500 mg 4 x sehari diberikan selama 7 10 hari. Dosis untuk anak : eritromisin 40 50 mg/kgBB/hari. walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin.
2. Bronkitis Kronis
Definisi Bronkitis kronik yaitu penyakit di saluran napas yang diakibatkan oleh rekasi peradangan pada bronkus dan cabangnya yang berlangsung lama dengan dahak yang banyak terjadi hampir tiap hari, minimal tiga bulan dalam setahun selama dua tahun berturut-turut. Produksi dahak yang berlebihan ini tidak disebabkan oleh penyakit tuberkulosis atau bronkiektasis. Secara umum keluhan pada Bronkitis kronis dan Bronkitis akut hampir sama. Hanya saja keluhan pada Bronkitis kronis cenderung lebih berat dan lebih lama, yaitu lebih dari 6 minggu. Hal ini dikarenakan pada Bronkitis kronis terjadi penebalan (hipertrofi) otot-otot polos dan kelenjar serta berbagai perubahan pada saluran pernapasan. Etiologi (Penyebab) Faktor-fakor penyebab tersering pada bronkitis kronis adalah: asap rokok (tembakau), debu dan asap industri, polusi udara. Disebutkan pula bahwa bronkitis kronis dapat dipicu oleh paparan berbagai macam polusi industri dan tambang, diantaranya: batubara, fiber, gas, asap las, semen, dan lain-lain. Manifestasi Klinis (Gejala) Keluhan dan gejala-gejala klinis Bronkitis kronis adalah sebagai berikut: Batuk dengan dahak atau batuk produktif dalam jumlah yang banyak. Dahak makin banyak dan berwarna kekuningan (purulen) pada serangan akut (eksaserbasi). Kadang dapat dijumpai batuk darah. Sesak napas. Sesak bersifat progresif (makin berat) saat beraktifitas. Adakalanya terdengar suara mengi (ngik-ngik) atau wheezing. Pada pemeriksaan dengan stetoskop (auskultasi) terdengar suara ronkhi (krok-krok) terutama saat inspirasi (menarik napas) yang menggambarkan adanya dahak di saluran napas. Diagnosis Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya lendir, riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.. Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi ronki atau bunyi pernafasan yang abnormal. Adapun pemeriksaan dahak maupun rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. Penatalaksanaan Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk mengenali gejala dan faktor-faktor pencetus kekambuhan Bronkitis kronis. Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus. Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan mencegah kekambuhan, diantaranya dengan olah raga sesyuai usia dan kemampuan, istirahat dalam jumlah yang cukup, makan makanan bergizi.
Oksigenasi (terapi oksigen) bila sesak. Obat-obat bronkodilator (seperti salbutamol, teofilin, aminofilin, efedrin, dll) untuk mengatasi kesulitan bernafas (sesak). Ekspektoran bila batuk berdahak, antitusif bila batuk kering. Antibiotika. Digunakan manakala penderita Bronkitis kronis mengalami eksaserbasi oleh infeksi kuman (H. influenzae, S. pneumoniae, M. catarrhalis). Pemilihan jenis antibiotika (pilihan pertama, kedua dan seterusnya) dilakukan oleh dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.