Você está na página 1de 21

3

ARJUNA ANUGRAHING BAWONO


Tarandery Arasy
Angin sejenak terdiam ketika anak panah melesat dengan cepat di antara gerakan
daun ilalang dan menancap di dada seekor kijang dekat pangkal paha depan sebelah
kiri. Tubuh kijang berwarna coklat dengan semu putih di bagian perutnya seketika
rubuh tersungkur di atas rerumputan. Suara lengkingnya terdengar lirih bagaikan
pujian alam yang menghantarkan kematian menuju padang maya. Beberapa ekor kijang
yang sedang merumput sejenak termangu, kemudian kembali mengibaskan ekornya.
Seluruh padang kembali hening.
Arjuna berjalan menghampiri tubuh kijang yang tergeletak di atas rerumputan sambil
dengan santun mencabut anak panah dan segera menyembelih leher kijang untuk segera
menghentikan rasa sakit yang berkepanjangan. Kematian seekor kijang yang sepanjang
hidupnya menunggu saat untuk menghadiahkan tubuhnya kepada alam, terbujur
dihadapannya dengan sebelah mata bening setengah terbuka. Mata yang terus menatap
langit tanpa berkedip tampak enggan meninggalkan keindahan sinar matahari yang
telah sekian lama menjadi teman berkelana di padang-padang rumput Amarta. 57
Pandangan kerinduan seekor kijang untuk berlari di tengah padang rumput harus
terhenti pada ketentuan hidup dan mati dalam seonggok darah yang membeku di dalam
lekukan tanah yang dibuat oleh Arjuna. Arjuna menutup mata kijang untuk
menghentikan pandangan yang mencatat saat-saat kematian sebagai pemenuhan janji
kepada alam dan tuhannya. Kematian seekor kijang merupakan awal perjalanan
memasuki padang rumput tempat dimana seluruh kijang kembali bersatu dengan zat
yang Maha Besar.
Kematian menjadi titik pertemuan antara keyakinan dan kepercayaan manusia terhadap
alam dan tuhannya. Keyakinan yang lahir dari rangkaian penglihatan manusia tidak
pernah mampu menolak datangnya kepercayaan hidup. Keyakinan manusia perlahan sirna
di dalam kepercayaan manusia ketika mata tidak mampu lagi melihat. Keyakinan hanya
menjadi bagian kecil dari kepercayaan yang mampu melihat dengan matahati dalam
gelapnya kematian untuk memberi jalan kepada jiwa manusia kembali kepada tuhannya.
Kematian akan menampakkan kekuasaan tuhan sebagai sesuatu zat yang tidak asing
bagi manusia. Kematian membuka ingatan manusia terhadap tuhannya. Tuhan yang
selama hidup berada dalam ada dan tidak ada, tampak begitu nyata dalam pandangan
matahati manusia. Seolah terbangun dari tidur yang panjang, seluruh bagian jiwanya
berlomba menghampiri zat tuhannya yang dengan agung dan sabar menunggu kembalinya
jiwa manusia.
Arjuna menutup darah kijang dengan tanah. Kepedihan hati manusia terasa begitu
memilukan bagi Arjuna yang berandai andai jika dirinya yang harus mati dengan cara
yang sama. Perasaan Arjuna menjadi hambar terhadap kemampuan mata yang harus
melihat seluruh kepedihan perikehidupan dan hanya berujung pada kepedihan manusia
yang tidak mampu melihat perikehidupannya sendiri. 58
Semar yang bermata tajam dapat melihat kegundahan tuannya yang telah diasuhnya
sejak kecil. Dalam keadaan seperti ini tidak ada upaya lagi yang dapat membujuk
Arjuna untuk bicara atau makan sebutir nasi sekalipun.
Arjuna duduk menyendiri membiarkan keempat punakawan sibuk menyiapkan santapan
malam. Mulutnya tidak mampu menikmati daging rusa akibat kesedihannya yang begitu
mendalam. Didudukkan tubuhnya di bawah pohon bodhi sambil mengendurkan seluruh
tubuh dan mengatur nafasnya perlahan. Malam menjadi hening ketika seorang satria
bersemedi di tengah pandangan para pengasuhnya. Suara Gareng dan Petruk yang biasa
meramaikan suasana, hampir tidak terdengar sama sekali. Hanya Bagong terlihat
sibuk menghabiskan sisa daging rusa dekat perapian.
Arjuna tidak mampu menghilangkan bayangan pandangan mata seekor kijang yang
menatap ke arah kejauhan dengan raut seolah sesuatu yang dilihatnya berada begitu
dekat dengan kelopak matanya. Mata telah menjadi pintu masuk berbagai benda dan
kebendaan ke dalam lubuk hati manusia. Berjuta-juta simbol benda dan kebendaan
yang larut dalam sinar digambarkan secara cermat oleh mata di dalam akal dan
fikiran manusia. Kemudian manusia mengetahui dengan pasti dimana dirinya berdiri
dalam bentangan alam.
Keutamaan penglihatan manusia tidak berhenti sampai di titik penglihatan mata itu
sendiri. Setiap mata mampu melihat sifat-sifat dari gerakan benda yang menjadi
tanda-tanda alam akan terjadinya sesuatu. Semua penglihatan terhadap benda dan
karakteristiknya bermuara ke dalam akal manusia untuk selalu meningkatkan
kemampuan dalam menduga perilaku alam dan 59
manusianya. Mata yang selalu haus akan pengenalan wujud alam tidak pernah berhenti
mencari kedalaman penglihatannya.
Penglihatan mata manusia telah menjadi sumber kepastian pikiran manusiawi. Tidak
hanya bukti yang disajikan mata bagi akal manusia, akan tetapi begitu banyak
keindahan warna, bentuk, dan gerak gemulai alam yang menjadikan mata semakin
enggan untuk menutupkan kelopaknya. Untuk ini, manusia tidak dapat dipersalahkan
jika mengutamakan penglihatan lebih dari indera lainnya. Bukankah hanya mata yang
mampu menghitung benda yang diam atau bergerak, sedangkan pendengaran hanya mampu
berhitung jika benda tertentu sedang melakukan gerakan yang menimbulkan suara.
Kemampuan penglihatan semakin dianggap memiliki kemampuan berlebih jika
dibandingkan dengan indera perasa yang hanya mampu berhitung sampai perasaan itu
sendiri jenuh untuk merasakannya.
Nafsu manusia yang pandai berkilah dan mengada-ada menjadikan mata sebagai ujung
tombak dalam melakukan pengembangannya. Penglihatan yang mampu melihat keindahan
lawan jenis dengan secara kasat mata dan yang tersembunyi selalu mengarahkan
manusia untuk mensegerakan keinginannya dalam memenuhi rasa haus kemanusiaannya.
Perilaku perasaan kemanusiaan berputar-putar seperti layaknya perilaku binatang
yang sulit dihentikan tanpa tegaknya aturan.
Arjuna berusaha menenangkan diri dengan mencoba mengatur pernafasan dalam puja
semedinya. Nafasnya tertahan sejenak. Bayangan beberapa perempuan cantik melintas
dalam kelopak matanya sambil tersenyum dan berusaha berkata-kata tanpa suara.
Gelapnya penglihatan tidak mampu mencegah sinar
60
wajah cantik yang dengan gemulai mengetuk pintu nafsunya yang masih sedikit
terbuka. Segera kerinduan terhadap belaian wanita menyelinap ke dalam saraf
kemaluannya, ketika satu persatu lembar pakaian dilepaskan dalam penglihatan
imajinatifnya. Nafsu telah menguasai manusia melalui penglihatan manusia, meskipun
mata tertutup atau terlelap dalam tidurnya. Nafsu telah membawa penglihatan
manusia ke dalam mimpi-mimpinya.
Arjuna membuka matanya lebar-lebar begitu mengetahui bahwa perasaannya telah
dipengaruhi oleh ingatan penglihatannya sendiri. Malam yang hampir mendekati
tengah malam membuat bagian di bawah pepohonan hanya berisi bayangan pepohonan
kecil yang tidak dapat dibedakan satu sama lain. Kegelapan malam tanpa sinar bulan
membuat Arjuna tidak berdaya tanpa penglihatannya. Matanya yang tajam hanya mampu
menatap langit yang bertaburkan bintang. Dalam keadaan seperti ini, tidak ada
seorang manusia pun yang mengetahui betapa seorang Arjuna merasa tidak berdaya
tengah alam yang gelap gulita. Kesendirian dalam kegelapan telah membuat seluruh
aliran darahnya berjalan lambat dan berujung pada timbulnya perasaan dingin yang
mulai menjalar dari ujung tangan dan kakinya.
Mata yang tidak mampu melihat dengan sempurna dalam kegelapan tetap dibiarkan
terbuka. Fikirannya berusaha mendengarkan seluruh gerakan alam di sekitarnya.
Suara jangkrik yang bersahut-sahutan memancing ingatan penglihatan terhadap dua
ekor jangkrik yang sedang berhadap-hadapan untuk memulai perkelahian teritorial.
Arjuna tersenyum getir
61
ketika mengetahui batas kemampuan manusia lebih ditentukan oleh penglihatan dan
bukan oleh pendengaran.
Ketergantungan manusia kepada penglihatan telah terbentuk sejak lahir. Penglihatan
menjadikan manusia yakin dengan apa yang telah dan akan terjadi. Lahirnya
keyakinan lebih dipengaruhi oleh mata yang mampu melihat pengaruh unsur-unsur alam
terhadap kejadian di sekitarnya. Penglihatan secara pasti dapat menjawab
pertanyaan yang dimulai dengan kata siapa, apa, kapan, dimana, dan bagaimana.
Sebaliknya pendengaran belum tentu dapat menjawab pertanyaan jika sebelumnya tidak
pernah mengenali keadaan alam sekitarnya dengan baik.
Sadar atau tidak sadar, mata telah menjadi sumber utama kekuatan manusia.
Pertanyaan yang semula merupakan hal yang biasa, seketika berkembang menjadi
pertanyaan rumit dan penuh dengan keragaman budaya kekinian. Tidak terkecuali
Arjuna, setiap manusia akan terkejut terhadap budaya bangsa lain yang tiba-tiba
membuat dirinya terperangkap tanpa tahu harus berbuat apa. Budaya telah berkembang
kepada legitimasi kepentingan perorangan dan meletakkan kepentingan sosial sebagai
alasan yang membentengi kepentingan perorangan itu sendiri.
Budaya kekinian manusia lahir dari pemberontakan manusia terhadap ikatan kesucian
kesetaraan antarmanusia yang menyempit ke dalam pemusatan kepentingan
perseorangan. Sisanya adalah ketergantungan anggota kelompok budaya ke dalam pusat
kepentingan yang terus berganti tanpa pernah mencapai keseimbangan. Sampai titik
ini budaya hanya berisikan persaingan antarpusat kepentingan dan menjadi
62
canggung terhadap kepentingan manusia lainnya yang bergantung kepada pusat-pusat
kepentingan itu sendiri.
Budaya orang-orang terdahulu terseok-seok dalam mengatasi berbagai kepentingan
perorangan yang terus bersaing mensegerakan kepentingannya sendiri. Budaya yang
pernah diakui sebagai budaya yang penuh kearifan tidak mampu menolak perkembangan
zaman yang meletakkan kepentingan perorangan sebagai penciri dan bukan sebagai
pembobot.
Tarian, bahasa, hasil kerajinan, dan batas wilayah menduduki tingkat teratas dalam
tatanan budaya. Keseluruhan tataran hasil budaya perlahan berkembang ke dalam
pengertian budaya yang didangkalkan oleh pemahaman keseragaman budaya universal.
Kesepakatan aturan main yang telah melembaga dan membudaya diruntuhkan oleh
pengaruh kepentingan pribadi dari setiap anggota budayanya. Kepentingan lebih
diboboti oleh keinginan manusia yang tidak berbatas dan meletakkan kebutuhan ke
dalam kotak-kotak anti kemajuan.
Aturan main dalam budaya kekinian memberikan kesempatan bagi setiap anggota budaya
untuk memperlombakan keserakahan dan kekuasaan. Tidak ada lagi batasan budaya yang
semula lahir dengan tujuan untuk membatasi perilaku manusia. Budaya menjadi
dangkal ketika hanya dibatasi oleh larangan untuk tidak mengganggu kepentingan
orang lain dan menyerahkan kepentingan masyarakat kepada kerajaan. Sedikit dari
anggota masyarakat dalam budaya kekinian yang mau memikirkan kepentingan orang
lain, baik yang hidup saat ini ataupun di masa yang akan datang.
63
Budaya kekinian layaknya keriuhan pesta dengan sejumlah makanan yang harus
dihabiskan dan atau dibawa pulang ke rumah masing-masing. Arjuna tampak menghela
nafas perlahan. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa budaya yang menjadi
mata kehidupan manusia telah beralih dan berdalih menjadi mata besar yang
menyombongkan diri untuk mampu melihat keseluruhan perekembangan alam. Bukankah
budaya ini hanya akan membawa manusia berkelebihan saja yang mampu menikmatinya.
Bagaimana mungkin budaya seperti ini mampu bersifat lentur terhadap berbagai
benturan budaya dalam perkembangan zamannya.
Arjuna berusaha menenangkan kemarahan jiwa yang memuncak tanpa tahu harus
ditumpahkan kepada siapa. Mata yang telah melihat tidak mungkin dapat melupakan
apa yang telah dilihat dalam waktu yang sedemikian singkat. Semakin berupaya untuk
melupakan, bayangan penderitaan masyarakat semakin menggambarkan seluruh sendi
perikehidupannya.
Tidak henti-hentinya Arjuna menyesali penglihatan yang seluruhnya nyaris
dikendalikan oleh nafsu. Sedang nafsu itu sendiri melahirkan berbagai kepentingan
yang didasarkan pada pemenuhan keinginan dan bukan pada pemenuhan kebutuhan.
Mungkinkah manusia dapat menyadarkan diri untuk kembali kepada budaya yang lahir
dari pemenuhan kebutuhan manusia yang hakiki, tanya Arjuna sambil terus menyesali
diri.
Kebutuhan akan melahirkan berbagai pertimbangan yang berbatas pada daya dukung
alam terhadap perikehidupan manusia itu sendiri. Sebaliknya keinginan akan
melintasi batas-batas kemampuan alam, meski manusia mampu meperhitungkan dengan
baik batas baru yang dibuatnya sendiri. Setan yang
64
mampu berhitung dengan baik telah melahirkan proses budaya yang menghancurkan
martabat manusia.
Sampai disini malaikat tidak mampu berbuat apa-apa. Bahkan yang terjadi adalah
kemudian manusia melecehkan malaikat sebagai kumpulan mahluk bodoh, yang hanya
tahu hasil akhir tanpa mampu menggambarkan prosesnya. Sadar atau tidak, manusia
telah berfihak kepada setan yang mampu memberi begitu banyak keajaiban dunia.
Dalam bawah sadar manusia, mereka tidak memerlukan keajaiban surgawi karena surga
yang sesungguhnya telah diciptakan di dunia.
Kalaupun malaikat bisa menangis, mereka akan menangis menggelosor di tanah seperti
anak kecil yang ditinggal mati ibu bapaknya. Tugas malaikat yang semula mengurusi
manusia, saat ini hanya tinggal mengurusi hewan, tumbuhan, dan sisa alam lainnya,
serta mahluk-mahluk halus yang nyaris tidak berfikir. Bahkan malaikat pun
mengetahui bahwa manusia menganggap para malaikat semakin bertambah bodoh dengan
tetap berkehendak untuk mengurusi sisa urusan seperti itu.
Arjuna tidak mungkin menyalahkan tuhan yang menghalangi malaikat untuk sering-
sering bersilaturahmi dengan manusia dari sejak manusia pertama lahir. Hanya
sedikit manusia yang mengetahui bahwa malaikat bertasbih memujikan nama Sang
Pencipta karena begitu berat tugas mereka memegang amanat dalam menjaga dan
memelihara alam. Bukankah manusia pertama pun mengucap syukur kepada Sang Pencipta
ketika dipertemukan dengan pasangannya.
Begitu jauh jarak waktu manusia pertama dengan manusia yang lahir di abad ini.
Jarak waktu ribuan abad telah membuat 65
manusia lupa dan tidak lagi mengetahui arti syukur dari manusia pertama yang
pernah menjejakkan kaki di surga. Rasa syukur manusia karena masih diberi rejeki
dan rahmat oleh Yang Maha Kuasa, walaupun manusia telah berbuat aniaya di muka
bumi.
Mensyukuri nikmat tuhan merupakan upaya manusia untuk mengetahui dan
memperhitungkan sumberdaya yang mereka miliki. Sudah sepantasnya mereka berfikir
untuk mengetahui batas-batas manusia, sehingga mereka sadar akan keberadaan
tuhannya. Tuhan dunia akhirat yang menjadi awal dan akhir dari ketakwaan manusia.
Budaya manusia telah meninggalkan tuhan dalam kesunyian ruang-ruang pemujaan. Doa-
doa manusia terjerembab dan terpinggirkan oleh urusan manusia yang tidak ada
hentinya. Kalupun manusia masih sempat berdoa, itupun hanya karena keberuntungan
sedang tidak berpihak kepada mereka. Sebaliknya ketika keberuntungan datang,
mereka lantas lupa kepada tuhannya. Bahkan dengan gagahnya dikatakan keberuntungan
semata-mata karena jerih payah mereka sendiri. Tuhan tidak lebih sebagai mahluk
yang bertugas ketika manusia membutuhkan keberuntungan. Selebihnya, tuhan dirasa
selalu membebani kehidupan yang sudah sarat masalah.
Arjuna menyadari dengan sesadar-sadarnya bahwa setan telah menobatkan diri sebagai
tuhan di dunia. Tidak kurang berbagai propaganda manusia untuk segera menghubungi
tuhan dunia yang menjanjikan kemulyaan dunia secara cepat dan tidak melelahkan.
Cukup dengan hanya memikirkan diri sendiri dan tidak perlu mempertimbangkan orang
lain, maka keberuntungan dunia segera akan berfihak kepadanya. 66
Penderitaan karena kemiskinan, keputusasaan, dan gaya hidup di dunia setiap
harinya melahirkan manusia-manusia yang hidup dalam kesendirian di tengah orang
ramai. Keindahan kehidupan sebelum dan sesudah mati hanya menjadi bahan
pembicaraan untuk menutupi fikiran merdeka yang tersesat ke dalam keterikatan
pemikiran seputar diri pribadi. Dengan serta merta kemerdekaan diproklamirkan
sebagai milik kehidupan dunia yang tidak terkait dengan kehidupan setelah mati.
Tidak ada sedikitpun kearifan budaya kekinian yang mampu menggambarkan dengan
pasti tentang kemerdekaan berfikir yang dijamin sepenuhnya oleh Tuhan yang Maha
Mengatur untuk setiap manusia setelah mati. Manusia cenderung menganggap kematian
merupakan kurungan bagi fikiran merdeka yang tidak mampu memerdekakan dirinya
sendiri. Lantas kemudian kematian dianggap sebagai tahapan kehidupan di dalam
kegelapan, dimana mata manusia tidak dapat lagi digunakan untuk menolong
mencarikan pegangan hidup.
Sedemikian banyaknya informasi yang diperoleh sepasang mata manusia, seolah tidak
ada batas manusia untuk memperoleh informasi. Informasi yang terus mengalir
memaksa manusia untuk terus berfikir ketika hidup. Tidakkah manusia menyadari
bahwa berfikir bersama-sama merupakan anak tangga terakhir di zamannya. Setelah
itu, manusia lainnya bersama-sama berfikir untuk menambah anak tangga pengetahuan
pada zaman yang kemudian.
Tubuh Arjuna tergetar begitu membayangkan kekuatan yang dihasilkan fikiran merdeka
yang tidak mampu menahan pemikirannya sendiri. Terlintas berbagai bayangan tentang
keserakahan manusia yang melahap sebanyak-banyaknya kayu, 67
besi, tembaga, emas, dan kekayaan alam lainnya hanya untuk membangun sebuah rumah
yang menjanjikan kenikmatan tidur bagi seorang manusia. Lantas kemudian mereka
berjalan dengan gagahnya melewati sekumpulan kaum papa yang memandang kagum demi
segenggam beras untuk makan hari ini.
Sesekali hidung mereka mendengus untuk mengeluarkan udara yang membawa bau amis
yang dikeluarkan oleh tubuh kaum papa. Bahkan kelopak matanya separuh dipejamkan
untuk menghindarkan penglihatan yang membawa simbol-simbol kepedihan manusia. Akal
fikiran merdeka membawa mereka untuk mensegerakan tubuhnya meninggalkan penampakan
kesedihan inderawi dari manusia-manusia yang tidak mampu mengatasi masalah
kehidupan.
Kesedihan telah membentuk daging dan kulit kaum papa menjadi kebal dari pedihnya
luka. Kesedihan yang hanya mampu mencium aroma tanakan nasi yang hanya tercium
satu hari sekali. Atau kesedihan yang melahirkan doa-doa kepada tuhannya untuk
satu hari ke depan.
Kesedihan telah menggerogoti fikiran merdeka dari seorang kaum papa yang dengan
cepat membatasi sisa fikiran merdeka hanya untuk sesuap nasi. Pertemuan antara
seorang papa dengan dengan papa lainnya hanya akan semakin mendorong fikiran
merdeka masuk ke dalam ruang sempit untuk beristirahat dan kemudian dilupakan.
Bahkan penglihatan seorang papa tidak mampu lagi melihat wajah seorang raja, jika
sang raja tidak mampu mencukupi kebutuhan keseharian manusia.
Arjuna menarik nafasnya dalam-dalam. Terdengar suara perutnya menjerit sambil
menarik-narik sebagian ususnya untuk
68
mengingatkan bahwa waktu makan sudah lama terlampaui. Arjuna tersenyum geli jika
mengingat keputusannya untuk menahan lapar dan haus sebagai suatu cara untuk
menekan seluruh nafsu inderawi yang begitu banyak mempengaruhi akal fikiran
manusia. Rasa lapar dan haus yang dirasakan seluruh bagian perutnya segera
menyebar dan menjadikan setiap satuan daging dan kulitnya menjadi lebih peka.
Sedikit sentuhan yang menyakitkan dapat dengan segera menimbulkan kemarahan yang
berlebihan dari sesorang yang melakukan puasa. Bahkan sedikit cemoohan dari sikap
seseorang dengan cepat akan menimbulkan kemarahan yang berlebihan. Dan yang paling
mengherankan adalah ketika timbulnya kemarahan orang berpuasa hanya karena
hidungnya mencium sedikit bau tidak sedap dari kegiatan orang lain.
Rasa lapar yang menggigit lebih dirasakan oleh manusia yang selalu dengan mudah
memperoleh makanan dalam kesehariannya. Hal yang lebih berat dalam menahan nafsu
akan dirasakan oleh seseorang yang hidupnya lebih tergantung kepada rokok atau
keinginan syahwatnya. Keinginan merokok dan syahwat secara telak akan mempengaruhi
hormonal tubuh manusia yang secara langsung mempengaruhi cara berfikir dan sikap
seseorang.
Nafsu amarah dan supiah merupakan ujian yang nyata-nyata dirasakan oleh setiap
manusia yang baru belajar berpuasa. Ujian berpuasa bagi orang yang sudah mampu
menahan nafsu amarah dan supiah adalah bagaimana menghadapi nafsu aluamah dengan
derajat keangkaramurkaan yang terselubung. Seringkali orang yang sedang menjalani
puasa tidak pernah menganggap nilai puasanya menurun apabila tetap membanggakan
derajatnya 69
terhadap manusia dengan status sosial yang lebih rendah. Atau jika tiba-tiba
muncul rasa iri dengki yang berujung terbentuknya fikiran manusia untuk
mencelakakan kehidupan dan perikehidupan orang lain.
Beranjak dari pemikiran yang mungkin dihadapi dalam menahan nafsu angkara murka,
Arjuna merasa semakin kecil hatinya. Disadari bahwa upaya untuk menahan nafsu
angkara murka hanya dapat dilakukan dengan meningkatkan nafsu untuk tetap berbuat
baik. Pada tataran puasa untuk menahan nafsu angkara murka dan sekaligus
meningkatkan nafsu untuk berbuat baik memiliki tingkat kesulitan yang lebih
tinggi. Akan tetapi, puasa yang memiliki tingkat kesulitan tertinggi adalah
bagaimana seseorang mampu menajamkan nafsu mulhimahnya yang mampu menahan dan
sekaligus mengarahkan agar keempat nafsu lainnya menghasilkan manfaat dan
menghilangkan kemudharatan.
Arjuna merasa sedikit agak lega setelah mengetahui berbagai hambatan yang mungkin
akan dihadapinya dalam menjalankan puasa. Di liriknya tubuh Bagong, Petruk, dan
Gareng yang tergeletak pulas di atas tikar pandan yang digelar di bawah pohon
beringin. Diraihnya dua lembar daun bodi yang jatuh dekat kedua kakinya, kemudian
dimasukkan ke dalam mulutnya tanpa banyak berfikir atau merasa hawatir.
Rasa daun bodi yang getir bercampur pahit dan beberapa rasa lainnya yang belum
pernah dikenalnya terasa membuat perutnya lebih nyaman. Diluruskan kedua kakinya
di atas tanah untuk melancarkan aliran darah yang membuat kedua kakinya kaku dan
tidak bertenaga. Arjuna tersenyum getir jika mengingat ketidakberdayaan manusia
dengan kedua kaki yang
70
kaku dan tidak bertenaga masih mampu merasa angkuh kepada tuhannya. Jangankan
hanya pada kedua kakinya, di kepala merekapun tuhan tidak pernah dirasakan hadir
untuk menghilangkan rasa sakit dan kekakuan manusia. Manusia telah menjadi mahluk
yang mampu menghilangkan kepedihan dan kesengsaraan tanpa harus berurusan dengan
tuhan.
Semar yang melihat junjungannya terbangun dari semedinya segera beranjak mendekati
tanpa mengeluarkan suara. Dengan tubuh sedikit membungkuk dan meletakkan kedua
tangannya di atas kaki yang bersila, Semar menundukkan kepalanya menunggu Arjuna
berbicara. Lama keduanya terdiam saling berhadapan seolah mencari kata-kata yang
hilang sebelum memulai untuk mengucapkan sesuatu. Kerikuhan budaya seorang raja
yang menunggu suara rakyatnya menjadikan mulutnya terkunci seribu bahasa.
Semar tetap dengan sabar menunggu ucapan sang pandito ratu. Tidak terlintas dalam
pikirannya untuk memulai pembicaraan yang akan dianggap mengurangajari budaya
rakyat kepada rajanya. Sosok raja tampak sebening kaca dalam bentukan yang getas
dan mudah melukai tangan rakyat yang mencoba menyentuhnya. Pemikiran raja lebih
dianggap sebagai pemikiran yang lahir dan berkembang dalam kosmos tertentu dan
tidak terjangkau oleh pemikiran seorang rakyat.
Keterbukaan seorang raja dalam sosok sebening kaca tidak mengakibatkan cahaya yang
dipantulkan rakyat terhenti di dalamnya. Berbagai informasi yang sampai ke hadapan
raja seolah masuk dalam batuan air beku yang ikut membekukan berbagai informasi di
dalam pemikiran seorang raja. Pemikiran seorang raja memiliki jarak jutaan tahun
cahaya dari kosmos 71
pemikiran rakyat. Kegelapan antarkosmos telah membekukan seluruh informasi yang
mencoba mendekatinya.
Kesetiaan dan rasa hormat seorang rakyat dan abdi raja merupakan pilar kewibawaan
dan kekuatan seorang raja dalam memecahkan masalah. Arjuna memecah kebekuan dengan
mengaturkan sembah seorang raja kepada Semar yang dianggap sebagai raja yang hidup
dalam keseharian rakyatnya. Seketika Semar semakin menundukkan badannya sampai
hidungnya mencium permukaan tanah.
Bangunlah Kakang Semar, tegur Arjuna yang merasa risih dengan sikap Semar yang
terlalu meninggikan dirinya. Teringat bagaimana Semar mendidik dan menjadi teman
sejak ia kecil bersama keempat saudaranya. Semar masih terdiam menunggu Arjuna
memulai pembicaraan.
Kakang Semar, apa kakang bisa menceritakan sejatinya laku manusia yang lahir dan
mati sebagai manusia ? tanya Arjuna dengan suara agak ragu-ragu. Terdengar suara
nafas Semar yang dihembuskan dengan berat setelah mendengar pertanyaan yang begitu
berat. Kepalanya tetap tertunduk menatap tanah yang semilir meniupkan aromanya.
Perlahan Semar mengangkat kepalanya sambil mengucapkan panggilan kepada ibunya.
Sekilas ditatapnya wajah Arjuna yang memancarkan berbagai kegelisahan dan
kekecewaan yang begitu mendalam. Semar memulai penjelasannya dengan mengatakan
hidup dan mati manusia hanya untuk Yang Maha Kuasa. Kehidupan dan kematian tidak
akan datang untuk kedua kalinya dalam kehidupan manusia. Manusia lahir di muka
bumi dengan 72
membawa ketetapan Yang Maha Kuasa. Ketetapan yang tersembunyi dalam matahati
setiap jiwa manusia.
Semar menghentikan penjelasannya sejenak untuk melihat reaksi Arjuna. Arjuna diam
saja. Bahkan tubuhnya nyaris tidak bergerak untuk mendengarkan penjelasan Semar.
Arjuna sudah menganggap Semar sebagai seorang yang hidupnya dipersembahkan untuk
mengurus manusia lainnya. Hanya Semar yang mampu melihat dan menilai laku dan
perilaku manusia dalam menghadapi perjalanan hidupnya.
Kelahiran seorang bayi merupakan kelahiran manusia yang sesungguhnya, tutur Semar
melanjutkan penjelasannya. Meskipun tanpa membawa akal yang sempurna, ketetapan
lahirnya manusia merupakan bukti dari ketentuan tentang telah ditiupkanya roh
manusia ke dalam tubuh bayi yang membawa sedikit akal manusia. Ketentuan ini akan
berkembang sejalan dengan perkembangan tubuh membawa roh manusia untuk terus
mengembangkan fikirannya kedalam kehidupan diri manusia itu sendiri dan
lingkungannya.
Fikiran manusia diberikan oleh Yang Maha Kuasa agar manusia berfikir tentang
kebesaran tuhan, yaitu kebesaran tuhan yang tidak dapat dibandingkan dengan satu
orang manusia atau seluruh manusia yang pernah hidup di dunia. Fikiran manusia
hanya bertugas membantu manusia secara pribadi dan bersama sama untuk mewujudkan
gambaran tentang ke Maha Kuasaan dengan melihat tanda-tanda kebesaran tuhan.
Kejahatan dan kebaikan manusia hanya sebagai latihan bagi manusia untuk
mempelajari kebesaran tuhan sehingga manusia bersyukur atas kehidupan dan
perikehidupan yang telah 73
dirahmatkan kepadanya. Kejahatan dan kebaikan manusia tidak lebih hanya merupakan
suatu vektor kekuatan yang saling bertolak belakang untuk membawa jiwa dan raga
manusia ke dalam masing-masing kubu. Kekuatan vektor kejahatan manusia akan sirna
ketika manusia bertobat dengan sungguh-sungguh dan mengerahkan seluruh energi
vektornya ke dalam kebaikan. Demikian juga yang terjadi sebaliknya.
Kejahatan akan mati sejalan dengan kematian manusia. Sejatinya kejahatan adalah
cara berfikir manusia yang melanggar ketetapan tuhan dan manusia untuk kepentingan
diri dan kelompoknya masing-masing. Sedang kejahatan yang terbesar adalah ketika
manusia mempertentangkan berbagai kebenaran yang mengandung begitu banyak nilai
luhur di dalamnya dan mengubahnya sebagai bagian kejahatan.
Bagaimana manusia mampu membedakan kejahatan dan kebaikan, jika kejahatan itu
sendiri mampu memberikan manfaat kepada manusia dengan sebesar-besarnya manfaat ?
tanya Arjuna memotong ucapan Semar. Semar tersenyum kecil. Hatinya gembira
mendengar ucapan Arjuna yang memang menyimak seluruh ucapannya.
Tidak ada kejahatan yang mampu memberi manfaat kepada manusia secara
berkelanjutan. Kejahatan akan selalu ter-akumulasi dan diikuti oleh dampak yang
akan menghancurkan alam semesta. Sampai di titik ini, kehancuran alam semesta akan
menghancurkan manusia yang hidup di jamannya tanpa pandang bulu, Jawab Semar
tegas.
Lantas bagaimana cara membedakan bahwa manusia lebih mulya dari iblis dan setan
jika perbedaan antara kebaikan dan
74
kejahatan itu sendiri tidak tampak ? Tanya Arjuna. Lama Semar terdiam mencari
kata-kata yang tepat untuk menjelaskan jawaban pertanyaan yang berada pada titik
pemikiran yang berbahaya.
Kemulyaan manusia terletak pada keikhlasan roh manusia untuk berada dalam tubuh
yang memenjarakannya. Dari dalam tubuh, roh manusia mengatur pemikiran untuk
menghindarkan manusia dari tindakan kejahatan. Tidak ada satu iblispun dan
malaikat yang mampu mempengaruhi roh manusia untuk berbuat kejahatan maupun
kebaikan ketika roh itu lepas dari tubuhnya. Pada saat itu, roh malaikat, manusia,
dan iblis memiliki kesetaraan yang sama dalam dimensi, dimana ketiganya tidak
dapat saling mempengaruhi.
Malaikat dan iblis hanya mampu meninggalkan tanda-tanda kebaikan dan kejahatan
bagi manusia pada tubuh yang diciptakan dari unsur berbagai tanah, air, api, dan
udara. Dari tanda-tanda yang ditinggalkan oleh keduanya di setiap unsur tubuh,
barulah nafsu manusia belajar mengikuti tanda-tanda yang ada.
Dipandang dari sudut pemikiran manusia, tidak ada satupun roh malaikat atau iblis
yang mampu dipenjarakan di dalam tubuh seperti manusia. Roh manusia lebih bersifat
sesuai dengan keempat unsur alam semesta dibanding dengan roh malaikat dan iblis
sekalipun. Tidak ada satupun malaikat atau iblis yang mampu bertahan hidup dalam
tubuh manusia yang telah ditinggalkan rohnya. Mereka hanya mampu sejenak bertamu
kehadapan roh manusia untuk menawarkan kebaikan dan kejahatan. Bagaimana mungkin
malaikat dan iblis mampu merendahkan martabatnya untuk hidup di dalam tubuh
manusia setelah mengetahui penderitaan yang mungkin dihadapi oleh 75
manusia. Berdasarkan kemampuan manusia untuk hidup dalam kehinaan penderitaan di
dunia inilah yang membuat manusia mulya di haribaan tuhan Yang Maha Pencipta. Hal
ini juga yang menjadi salah satu alasan yang meletakkan harkat manusia lebih mulya
dari malaikat dan iblis.
Tubuh Arjuna yang semula tegang seketika tampak lebih santai mendengarkan
penjelasan Semar atas pertanyaannya. Bahkan hatinya terasa lebih nyaman setelah
Semar menjelaskan bahwa kebaikan akan menghasilkan akumulasi dampak manfaat yang
serta merta mampu meningkatkan kelestarian alam semesta bagi kehidupan dan
perikehidupan manusia itu sendiri. Terdengar lapat-lapat suara burung malam
memberi tanda waktu akan mencapai tengah malam. Semar menggeser tubuhnya untuk
menghindarkan tatapan mata Arjuna. Tubuhnya dihadapkan sedikit menyerong sehingga
dapat menghindarkan penglihatannya terhadap bahasa tubuh Arjuna.
Kematian itu sendiri sebagian datangnya dari tubuh manusia yang sudah tidak mampu
lagi mempertahankan roh yang harus terus mengalir memberi kehidupan di dalam tubuh
manusia. Tubuh manusia yang terdiri dari tulang dan daging merupakan janji tuhan
kepada alam semesta, yaitu janji yang terkait dan terikat dengan janji lainnya
tanpa ada satupun janji yang mengingkari satu sama lainnya. Selebihnya kematian
merupakan janji tuhan kepada roh manusia untuk kembali tahapan baru dari kehidupan
itu sendiri.
Kehidupan juga merupakan janji tuhan kepada manusia untuk bersyukur, berfikir, dan
bertakwa kepada tuhannya dalam mewujudkan fikiran merdeka, adil dan bertanggung
jawab. Sebaliknya kematian hanya sebagai janji tuhan dimana fikiran 76
merdeka tidak lagi mampu berfikir karena seluruh indera manusia telah dipisahkan
dan dikembalikan ke dalam unsur-unsur alam semesta.
Pembicaraan Semar sejenak tertunda ketika seekor kunang-kunang terbang melintas di
hadapan keduanya. Setelah menarik nafas dalam-dalam Semar kembali menjelaskan
bahwa kehidupan merupakan proses bagi manusia untuk menemukan jalan pulang kepada
Yang Maha Pencipta. Indera manusia hanya sekedar alat untuk melihat jalan berliku
dalam kegelapan fikiran untuk mengetahui segala yang terjadi di keesokan harinya.
Arjuna merasa rikuh untuk berterima kasih kepada Semar yang telah menjelaskan
rantai pemahamannya yang sulit didapatkannya sendiri. Ingin sekali Arjuna
mengucapkan terima kasih, akan tetapi mulutnya tetap tertutup dalam sikap yang
rikuh. Arjuna telah terperangkap dalam atribut ksatria yang melekat dalam dirinya
sebagai ketetapan budaya yang berlaku dalam masyarakat. Sejenak Arjuna bimbang.
Dengan menguatkan hati, Arjuna segera menyatukan kedua telapak tangannya untuk
menghormati Semar sebagai tanda terima kasihnya.
Semar sedemikian terkejutnya hingga tubuhnya yang membulat seperti bola tersentak
mundur beberapa meter untuk menolak penghormatan seorang raja kepada bawahannya.
Jangan ngger, ucap Semar sambil menggerak gerakkan kedua tangannya untuk menolak
penghormatan raja. Semar merasa sudah menjadi tugas dan kewajibannya untuk memberi
keterangan kepada seorang raja yang di kemudian hari akan menjadi jembatan dan
tali rasa terhadap rakyatnya.
77
Semar baru berani kembali mendekati Arjuna setelah Arjuna kembali bersikap biasa.
Ditambahkan oleh Semar bahwa seorang raja tidak diperkenankan menyembah atau
bersujud kepada seorang hamba sahaya karena akan menurunkan kebanggaan rakyatnya
terhadap raja dan negara. Meskipun tidak dilarang untuk menghormati seseorang,
akan tetapi harus disampaikan dengan cara yang berbeda agar tidak menimbulkan
kesalahpahaman.
Pemahaman akan kewajiban manusia untuk menyembah tuhannya belum membuat hati
Arjuna lepas dari rasa kemanusiaannya untuk mempertanyakan batas pemikiran manusia
itu sendiri. Fikiran manusia yang merupakan wujud fitrah manusia dalam menjunjung
kemerdekaan, keadilan, dan tanggung jawab tak henti-hentinya menyusuri dan
menembus seluruh dimensi ruang dan waktu. Apakah tuhan memang membebaskan fikiran
manusia sehingga menjadi sedemikian rupa bebasnya ? Tanya Arjuna dalam hati yang
tidak terasa terucap lapat-lapat dan terdengar oleh Semar.
Arjuna menatap Semar seolah oleh hendak bertanya apakah ia mendengar ucapannya
yang terlepas dari mulutnya. Semar diam saja dan tetap menunduk seolah tidak
pernah mendengar pertanyaan Arjuna yang ditujukan kepada dirinya sendiri.
Dipejamkan kedua matanya dan membiarkan Semar tetap berada dihadapannya.
Semar beringsut meninggalkan Arjuna yang sudah terlelap dalam semedinya.
Disandarkan tubuhnya pada akar pohon kepoh sambil memandangi bulan sabit yang
perlahan bergerak ke arah barat. Disenandungkan tentang kemerdekaan berfikir yang
dibatasi oleh keharusan manusia untuk tetap menjaga
78
keadilan terhadap diri, keluarga, kelompok masyarakat, bangsa, dan lingkungannya.
Keadilan yang bersumber dari pemikiran terhadap hak pribadi, sosial, dan universal
yang satu sama lain akan terkait pada ketersediaan sumberdaya alam, manusia, dan
buatan manusia bagi generasi sekarang dan yang akan datang.
Keadilan akan menjamin terselenggaranya pendistribusian manfaat yang diperoleh
kerajaan bagi tercapainya setinggi-tingginya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Penyeleng-garaan distribusi manfaat akan didasarkan keterlibatan setiap pribadi
dalam memperoleh manfaat yang ditegakkan oleh hukum kerajaan. Hukum kerajaan harus
mampu memberikan dan menjamin kesempatan yang sama bagi setiap warganegara untuk
memperoleh manfaat.
Untuk mencapai tujuan penerapan hukum kerajaan, seorang raja harus mampu menjaga
dan mendidik setiap tingkatan pamong praja untuk bersikap jujur, berani, dan
memegang teguh aturan kerajaan. Kedisiplinan, ketelitian, dan ketangkasan seorang
pamong praja merupakan dambaan setiap warga kerajaan yang memerlukan penyelesaian
masalah keseharian yang dihadapi. Semuanya memerlukan keteladanan dari seorang
raja.
Sikap raja yang peragu akan melahirkan begitu banyak perbedaan yang muncul di
dalam masyarakat. Perbedaan ini akan bermuara pada timbulnya konflik terselubung
atau yang langsung terbuka. Seorang raja harus mengetahui ketersediaan dan
kualitas sumberdaya strategis bagi rakyatnya, sehingga mampu mengarahkan pamong
untuk memberikan perhatian yang lebih pada upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Kelangkaan ketersedian dan kualitas sumberdaya strategis akan
79
menimbulkan keresahan di dalam masyarakat dan mengarah kepada gejolak yang mungkin
akan menciptakan kerusakan yang lebih besar.
Pengetahuan raja haruslah dilandasi oleh keteguhan kepercayaan dan keyakinan
batiniah yang menjamin keteladanan seorang pemimpin dalam menekuni rahmat yang
telah diciptakan oleh Yang Maha Kuasa. Keteguhan kepercayaan dan keyakinan seorang
raja haruslah merupakan bentukan dari pilar kejujuran, keahlian, amanah, dan syiar
sebagai sifat utama manusia dalam memberikan teladan kepada rakyatnya.
Semar menghentikan senandung kecilnya sambil melirik ke arah Arjuna yang sudah
hanyut dalam semedinya. Dipejamkan kedua matanya untuk sekedar menutup pintu hari
dari hiruk pikuknya simbol yang masuk ke dalam pemikirannya.
Cahaya matahari sudah mulai menyembul kemerahan di ufuk timur ketika Arjuna
mengambil tempat di tengah beranda gubuk sambil mempersilakan agar Semar tidak
beranjak dari tempatnya. Dibiarkannya Bagong, Gareng, dan Petruk yang sibuk
menyiapkan sarapan.
Kok rasanya kamu tambah tinggi truk ? Tanya Arjuna yang dijawab malu-malu oleh
Petruk dengan mengatakan bahwa bentuk tubuhnya sudah demikian adanya. Semar
terbatuk kecil memberi tanda kepada Petruk agar dapat menahan diri untuk tidak
banyak berkata-kata dengan Arjuna. Dalam keadaan setelah melakukan semedi panjang,
kepekaan Arjuna akan menjadi sangat tinggi. Sedemikian tingginya sampai Semar
mengkuatirkan setiap kata akan berkembang menjadi pertanyaan besar bagi Arjuna.
80
Kekuatiran Semar benar-benar terjadi ketika Arjuna yang masih tampak lemah
menanyakan tentang ketidakberdayaan manusia untuk membentuk tubuhnya sendiri.
Semar menyambut pertanyaan Arjuna dengan menjelaskan ketetapan tuhan yang
dicirikan dari raut dan ketentuan badaniah anak manusia yang akan mencirikan kedua
orang tuanya. Dijelaskan juga hasil penelitian para tabib istana yang mampu
mengetahui adanya pembawa sifat dalam sel manusia, akan tetapi belum mampu
menjelaskan pembawa sifat yang mana yang membuat setiap manusia memiliki tanda dan
pertumbuhan yang berbeda satu sama lainnya.
Perbedaan manusia merupakan penciri bagi manusia dan alam semesta. Perbedaan satu
dengan lainnya merupakan rejeki yang dirahmatkan oleh Yang Maha Kuasa dengan
manfaat dan mudharat yang berbeda satu sama lain. Manfaat untuk menghindarkan
fitnah dari timbulnya kesamaan rupa atau kemudharatan yang lahir dari
ketidakpuasan terhadap bentuk rupanya.
Tuhan Maha Pencipta telah menciptakan berbagai perbedaan dimana manusia tidak
mampu melihat dan menyadarinya. Perbedaan akan melahirkan begitu banyak keragaman
yang mampu menciptakan keseimbangan perikehidupan manusia dan alam itu sendiri.
Keragaman terhadap gaya tarik dan gaya tolak dalam setiap interaksi manusia akan
membawa manusia ke dalam pemikiran kebijakan baru yang akan mengesampingkan
perbedaan itu sendiri.
Manusia tumbuh menjadi bijak sejalan dengan waktu dan pengalamannya. Dalam waktu
kehidupan yang sama akan terkumpul berbagai pengalaman dari satu manusia dengan
81
manusia lainnya yang akan menghasilkan aturan budaya sebagai sandaran perbedaan
keinginan manusia. Budaya akan meredam seluruh perbedaan kepercayaan manusia
terhadap agamanya ketika manusia akan menjalin hubungan dengan manusia lainnya.
Kepercayaan terhadap tuhan dimutlakkan bagi setiap pemeluknya, sedangkan budaya
mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya tanpa mencampuri kepercayaan
manusia itu sendiri.
Pada awalnya, budaya mungkin saja lahir dari hasil terjemahan kepercayaan manusia
yang sama dalam satu komunitas. Sampai pada suatu titik perjalanan perikehidupan
manusia, budaya akan mencari nilai-nilai yang mampu meredam perbedaan kepercayaan
demi terbentuknya kedamaian dan ketenteraman dalam satuan waktu tertentu.
Tuhan tidak menafikkan budaya manusia sebagai upaya manusia untuk berfikir
mengembangkan kemampuan untuk bersatu dengan alam, bersatu dengan janji tuhan,
hingga bersatu dalam kebesaran tuhan itu sendiri. Pengertian inilah yang membawa
manusia ke dalam pemikiran untuk bersatu dengan tuhannya. Pencapaian penyatuan
tuhan dan manusia akan mengalirkan kekuatan ketuhanan dalam setiap pembentukan
kebijakan pembangunan perikehidupan manusia.
Arjuna sedikit tersentak mendengar penjelasan Semar tentang kesatuan tuhan dan
manusia dalam pembentukan kebijakan pembangunan perikehidupan manusia. Apakah
semuanya harus menjadi tanggung jawab seorang raja ? Tanya Arjuna lugu. Semar
menggelengkan kepala sebagai jawaban yang menidakkan. Pembentukan kebijakan
pembangunan perikehidupan manusia merupakan tanggung jawab seluruh 82
manusia di dalam satu kesatuan pemerintahan. Secara perlahan tanggung jawab ini
akan tumbuh membesar dan mengalir secara kolektif di dalam pemikiran pamong praja.
Selanjutnya aliran tanggung jawab akan terus mengalir dan membesar sampai kepada
raja. Pada saat inilah seorang raja akan dinilai sebagai panutan yang memiliki
kepekaan hati nurani terhadap perikehidupan rakyatnya.
Kepekaan nurani seorang raja akan menjunjung tinggi nilai-nilai perikehidupan
rakyatnya. Aliran kebijakan pembangunan perikehidupan yang sampai ke dalam hati
seorang raja merupakan jeritan rakyat yang berharap lahirnya keputusan raja untuk
memenuhi kebutuhan rakyat. Sebaliknya pemikiran seorang raja yang belum terlepas
dari keinginan yang tidak sesuai dengan kebijakan pembangunan perikehidupan rakyat
perlu ditinggalkan di dalam kotak tertentu untuk sesekali dilihat di kemudian
hari.
Raja yang besar adalah raja yang mampu menangkap seluruh arah kebijakan
pembangunan perikehidupan rakyatnya. Kebesaran ini akan tampak sebagai akumulasi
keterwakilan rakyat yang akan dijunjung tinggi oleh rakyat. Atribut seorang raja
hanya akan terbentuk secara penuh ketika seorang raja mampu menyalurkan aspirasi
seluruh rakyat. Dengan demikian suatu negara tidak memerlukan seorang raja yang
hanya pandai membentuk jargon jargon pembangunan, akan tetapi lebih memerlukan
seorang raja yang mampu menyalurkan aspirasi rakyatnya.
Setelah mampu menyalurkan aspirasi, seorang raja diutamakan memiliki pemikiran
yang tajam untuk menganalisis setiap aspirasi ke dalam arah kebijakan pembangunan
yang
83
mampu menekan kemudharatan dan meningkatkan manfaat bagi perikehidupan rakyat.
Dengan demikian, kehidupan seorang raja yang digelimangi harta dan kehormatan
pribadi akan berjalan terseok seok untuk menjadi seorang raja sejati.
Seorang raja sejati tidaklah menginginkan penghormatan yang berlebihan dari
seorang rakyat yang sama-sama manusia. Kesejatian seorang raja akan mampu
menangkap penghormatan rakyat terhadap seorang raja yang memang pantas dihargai.
Arjuna mengangguk-anggukan kepalanya. Tidak disadari oleh kelimanya matahari telah
mulai membayang di ufuk timur. Semar menghentikan pembicaraannya dengan menyilakan
Arjuna untuk beristirahat di dalam kamar. Dengan sopan Arjuna menolak tawaran
Semar sambil terus bergerak turun dari beranda dan berjalan ke arah kebun ubi
jalar. Lama Arjuna menatap seekor ulat bulu yang sedang memakan daun ubi setengah
tua.
Bagaimana mungkin seorang manusia mampu bertapa sekian lama jika tahapan
kehidupannya belum cukup mapan untuk menjalaninya ? bisik Arjuna di dalam hati.
Perbedaan manusia dengan seekor ulat hanya terdapat dalam akal dan fikirannya.
Secara badaniah seekor ulat akan mencapai kemapanan untuk bertapa dalam kepompong
untuk menjadi seekor kupu-kupu. Bagaimana mungkin seorang manusia dianggap mapan
untuk mentransformasikan kehidupannya jika pemikirannya belum terkenyangkan oleh
pengetahuan duniawi.
Arjuna tersenyum mendengar hatinya mempertanyakan kemapanan dirinya untuk
melakukan tapa brata saat ini. Dengan langkah perlahan Arjuna berjalan kembali ke
arah gubuk sambil 84
memperhatikan lingkungan sekitar gubuk. Semar yang berdiri di depan beranda
kembali menawarkan agar Arjuna sejenak beristirahat di alam kamar.
Kembali Arjuna menolak penawaran Semar dengan halus. Hatinya masih bertanya-tanya
tentang bagaimana memapankan pemikiran sehingga memenuhi syarat untuk melakukan
tapa brata. Semar yang bermata tajam mampu melihat dari perubahan raut muka Arjuna
karena beratnya pikiran. Hanya saja Arjuna sulit mengeluarkan pertanyaan jika
mengingat sedemikian panjang perjalanan mereka untuk menjalani pertapaan.
Kakang Semar, apakah tidak memalukan bagi seorang yang menyukai bertapa untuk
bertanya bagaimana memapankan pikirannya sendiri ? Tanya Arjuna perlahan, seolah
tidak ingin didengar oleh ketiga anak-anak Semar yang sedang sibuk menyiapkan
sarapan.
Tidak demikian raden, Jawab Semar dengan suara yang tidak kalah pelan. Seorang
pertapa baru disebut akan memulai pertapaannya setelah berhasil mengheningkan
suara-suara yang lahir dari pemikirannya. Suara tersebut akan menjeritkan berbagai
kepentingan dan dengan segera akan diikuti oleh suara lainnya yang menjerit lebih
keras agar mendapat perhatian lebih dari pikiran. Satu suara yang terdiam
merupakan kesempatan bagi suara lainnya untuk menjerit dan mengakibatkan suara
yang semula diam ikut kembali menjerit. Setiap suara akan mengingatkan perbedaan
karakteristik kepentingan dengan kepentingan lainnya yang tidak mungkin dapat
diabaikan oleh pikiran.
85
Pikiran bekerja keras layaknya seorang bapak yang menghadapi jeritan anak-anaknya
untuk meminta penyelesaian secepatnya. Ketidakmampuan pikiran untuk mengatasi
setiap jeritan suara akan melahirkan kebingungan, ketakutan, dan keyakinan yang
berlebihan. Pikiran seringkali dibingungkan oleh berbagai pilihan yang harus
diambil. Kebingungan untuk memilih lebih sering disebabkan oleh keinginan pikiran
yang tidak mampu menilai kandungan manfaat yang dikandung dalam masing-masing
pilihannya. Pikiran disibukkan oleh upaya menakar kandungan manfaat keduniaan
sehingga lupa dengan batas kebutuhannya dan kemampuannya sendiri.
Kesulitan memilih sering disebabkan oleh kuatnya rasa takut terhadap resiko
kehilangan manfaat. Tidak terbayang oleh pikiran manusia bahwa dalam sebuah
masalah akan terdapat penyelesaiannya. Hanya saja pengetahuan yang dimiliki
pikiran tidak mampu menjangkau pemecahan masalahnya dan kemudian melarikan diri
untuk melupakan masalahnya.
Tidak pernah terlintas dalam pikiran bahwa jeritan ketakutan yang disuarakan oleh
anak pikiran akan terus terdengar semakin keras dan membuat pikiran berlari untuk
menghindarinya. Celakanya, kebodohan yang menyelimuti pemikiran seperti ini
melupakan kenyataan bahwa fikiran tidak pernah meninggalkan anak pikiran dan
selalu diajak berlari sekencang-kencangnya. Dalam pelariannya, anak pikiran
menjadi sedikit tidak menjerit karena kesibukan pikiran untuk tetap berlari.
Pelarian yang panjang akan membuat pikiran menutup pintu masuk bagi pengetahuan.
Pemikiran hanya berani mengintip dari balik pintu yang hampir tertutup sepenuhnya
bagi 86
pengetahuan yang disampaikan oleh pikiran orang lain yang menasehatinya. Pintu
hanya terbuka bagi pengetahuan yang memberikan jalan pintas pemecahan masalah,
tanpa pernah peduli kalau dibalik pemecahan masalah akan lahir masalah yang lebih
besar.
Rasa takut manusia akan tumbuh membesar sehingga menutupi pikirannya sendiri.
Dalam banyak kejadian, ketakutan akan menjadi sebilah pisau tajam yang merobek-
robek anak-anak pikiran lainnya sampai yang tersisa hanya tinggal fikiran dan
ketakutannya sendiri.
Ketidakmampuan manusia untuk memapankan fikiran juga dapat ditimbulkan oleh
keyakinan yang berlebihan. Keyakinan seperti ini lahir dari pikiran yang selalu
mengandalkan dan meninggikan suatu pengetahuan tertentu serta mengabaikan
pengetahuan lainnya. Pemikiran seperti ini tidak pernah menyadari bahwa setiap
pengetahuan hanya memberikan beberapa cara penyelesaian masalah. Sedangkan
selebihnya harus menggunakan pengetahuan lainnya, sesuai dengan karakteristik
masalah yang dihadapi.
Banyak pertapa yang belajar bertapa sambil sekaligus belajar memapankan
pemikirannya. Kemudahan dan kesulitan dalam memapankan pemikiran akan sangat
ditentukan oleh niat dalam menjalankan pertapaannya. Akan lahir begitu banyak
kesulitan yang dihadapi manusia untuk memapankan pengertian dalam kehidupan
sehari-hari tanpa mencoba untuk mengheningkan nafsunya sendiri, Tutur Semar sambil
terus melanjutkan penjelasannya.
87
Mengheningkan nafsu merupakan upaya untuk meletakkan seluruh inderanya pada kotak
tertentu di dalam pikiran dan mencoba mencari arti setiap wujud dan masalahnya
dalam suasana pemikiran yang bebas dari kebutuhan dan kepentingan. Bagi seorang
pertapa pemula, upaya untuk menghentikan pengaruh inderawi yang selalu mencoba
memberi impuls baru kepada nafsunya hanya dapat dilakukan melalui proses bertapa
itu sendiri. Pelaksanaannya seringkali dilakukan di tempat-tempat sepi dan gelap
sehingga mampu menghindarkan diri dari penglihatan, pendengaran, dan penciuman
yang timbul dari aktivitas manusia lainnya.
Bertapa dapat diartikan sebagai upaya mencari hakikat kehidupan dan perikehidupan
manusia. Bermula dari hakikat inilah pengertian manusia berkembang dan terus
berkembang sehingga seringkali perkembangannya memiliki arti yang jauh berbeda
dari hakikatnya itu sendiri. Dengan bertapa, manusia berharap dapat menyusuri
setiap perkembangan pemikiran kembali kepada hakikatnya dan memberi tanda terhadap
penyimpangan perkembangan pemikiran.
Keberhasilan seseorang dalam bertapa adalah ketika dalam proses pertapaannya
memperoleh pengertian jalan lurus yang menghubungkan hakikat kehidupan sampai
kepada perkembangan pemikiran yang ada saat ini. Pertanyaan yang kemudian muncul
dalam diri seorang pertapa adalah apakah setelah menemukan jalan lurus hakikat dan
perkembangan telah berarti proses pertapaannya selesai. Jawabannya adalah tidak.
Pertapaan manusia tidak akan pernah selesai sampai akhir hidupnya.
88
Semar mengatur nafasnya yang sedikit tersengal. Seringkali seorang pertapa merasa
ketakutan terhadap kekuatan yang seolah-olah memperhatikannya. Sebenarnya rasa
takut seorang pertapa lahir dari pemahaman hakikat yang diterimanya dan sekaligus
menghakimi berbagai kesalahan yang pernah dilakukan. Pertapa yang menghakimi
dirinya sendiri menggambarkan seolah-olah dirinya merupakan sekumpulan manusia
yang secara bersama sama menghakimi pemikirannya yang berdiri sendiri.
Rasa ketakutan yang lebih besar adalah ketika seorang pertapa merasa akan diadili
oleh tuhannya. Timbul dalam pemikirannya tuhan akan menghukum dirinya sampai
tubuhnya musnah dalam hakikat penderitaan yang sejati. Dalam keadaan seperti ini
seorang pertapa harus menghentikan pertapaannya dan baru dapat dilanjutkan setelah
berhasil menenangkan diri. Ketenangan inilah yang sering disebut sebagai kemapanan
berfikir yang diperoleh pada tahap awal. Sampai suatu saat, ketenangan akan
terhampar secara luas dalam hati seorang pertapa yang secara terus menerus
melakukan pertapaan secara bertahap dan berkelanjutan.
Tercapainya ketenangan hakikat dalam diri manusia akan mentransformasi seluruh
kehidupan dan perikehidupan manusia tersebut ke dalam dimensi baru. Dimensi baru
yang menjaminkan ketenangan manusia untuk memikirkan kehidupan dan perikehidupan
manusia tanpa terpengaruh oleh nafsu yang akan membelokkan perkembangan arti
kehidupan itu sendiri.
Lantas apakah mungkin seseorang mampu memapankan pemikirannya dalam kesehariannya
sebelum berangkat bertapa ? Tanya Arjuna yang merasa belum mendapat penjelasan
secara 89
keseluruhan. Semar menatap Arjuna seolah ada yang mengganjal di dalam hatinya.
Banyak orang yang memapankan pemikirannya sebelum melakukan tapa brata, Jawab
Semar tegas. Upaya pertapaan ini sering disebut tapa rame. Artinya si pertapa
bertapa ditengah keseharian kehidupan masyarakat dan sekaligus terlibat di
dalamnya sambil tetap menghindarkan seluruh inderanya dari cobaan keinginan
pemikiran.
Pemikiran seorang teknokrat dengan seorang pertapa akan dibedakan oleh arah
perkembangan pemikirannya. Seorang teknokrat terus menerus berfikir untuk memenuhi
keinginan manusia dan sebaliknya seorang pertapa terus menerus berfikir untuk
menurunkan keinginan manusia. Dengan demikian hasil yang diperoleh oleh seorang
teknokrat adalah teknologi yang terus berkembang untuk memenuhi keinginan manusia
yang tidak pernah berhenti. Sebaliknya pemikiran seorang pertapa akan menghasilkan
teknologi untuk membatasi hidup pada pemenuhan kebutuhan hidup dan tidak
membiarkan manusia terbawa oleh keinginan hidup yang seringkali akan menyesatkan
manusia.
Seketika wajah Arjuna memancarkan kegembiraan yang luar biasa. Dengan perlahan
disampaikan kepada Semar bahwa pemikirannya tidak mampu memecahkan pemahaman untuk
mencapai kemapanan pemikiran di saat akhir proses pertapaannya. Ditambahkan juga
dirinya mengalami kesulitan untuk memahami hubungan keberadaan tuhan yang berada
tegak lurus terhadap manusia.
90
Lama Semar terdiam dalam pikirannya sendiri. Seluruh tubuhnya dirasakan lemas
tidak bertenaga. Bahkan mulai timbul rasa nyeri berkepanjangan diantara sendi-
sendi kaki dan tangannya. Kepalanya tertunduk dalam-dalam menatap tanah yang ikut
terdiam membalas datar tatapannya. Berkali-kali terdengar suara kokok ayam hutan
menandakan hari telah mencapai awal waktu dua pertiga malam. Keduanya duduk
berhadapan tanpa terasa sudah satu hari satu malam tanpa berbicara.
Bagong, Gareng, dan Petruk sesekali mencoba untuk melihat apa yang dilakukan oleh
Semar dan Arjuna. Ketiganya selalu kembali mengurungkan niatnya untuk mencoba
menawarkan sesuatu sambil terus meninggalkan keduanya tanpa tahu apa yang harus
mereka lakukan. Kebingungan Bagong terjawab oleh kejenakaan Gareng bahwa mereka
tidak perlu bingung hanya karena dua orang dewasa yang tidak makan dan tidak
tidur. Hanya saja yang membuat mereka tetap bingung adalah mengapa keduanya harus
duduk berhadapan dan sama sekali tidak melakukan gerakan selama berhari-hari.
Hanya sesekali dilihatnya Semar menarik nafasnya dalam-dalam seolah menahan
sesuatu yang berat dalam hatinya.
Suasana mencekam yang dibuat oleh Semar dan Arjuna akhirnya mencair setelah Semar
kembali menyilakan Arjuna untuk beristirahat dan mencicipi makanan dan minuman
yang sudah disiapkan oleh ketiga anaknya. Dengan perlahan Arjuna membuka matanya
dan kemudian mengucap syukur sambil menggeser tubuhnya ke arah minuman dan makanan
kecil yang sudah diganti beberapa kali oleh Bagong.
91
Gorengannya enak Gong, Puji Arjuna kepada Bagong. Bagong hanya tersenyum malu-
malu. Ia tidak berani bicara menanggapi ucapan Arjuna karena takut akan
menimbulkan berbagai pertanyaan yang akan kembali berakhir duduk berhari-hari
tanpa bergerak.
Arjuna berdiri perlahan sambil menahan tubuhnya dengan berpegangan pada pintu
gubuk sambil terus berjalan kearah tempat pemandian di pinggiran sungai. Petruk
yang sudah siap dengan peralatan mandi Arjuna segera dengan sigap berjalan
mengikuti Arjuna dan meletakkan alat-alat mandi di dalam bilik.
Arjuna memejamkan matanya untuk meresapi sejuknya air gunung yang mengalir ke
dalam pancuran di pinggiran sungai. Tampak dikejauhan puncak gunung Merbabu
berdiri dengan gagah seolah bangga akan tubuhnya yang besar dan dikagumi oleh
raja-raja. Semar yang kembali duduk di beranda gubuk hanya diam saja menanggapi
pertanyaan Gareng yang bertubi-tubi tentang apa yang dibicarakannya dengan Arjuna.
Tidak baik pak jika melakukan hal yang membuat semua orang kuatir, ucap Gareng
kesal dengan gaya Semar ketika sedang menasehati ketiga anaknya. Apalagi membawa-
bawa Raden Arjuna untuk tidak makan, tidak istirahat, dan tidak bergerak dari
tempatnya, Sambung Gareng sambil melirik Bagong yang hanya diam saja. Biasanya
jika Petruk ada didekatnya sudah akan terpancing untuk menimpali dengan
pertanyaan-pertanyaan yang tidak mungkin dapat dihindari oleh Semar.
Semar tetap diam. Tidak lama kemudian ditinggalkannya Gareng duduk sendiri di
beranda. Diam-diam Bagong 92
tersenyum melihat perilaku Gareng yang kembali bersungut sungut karena tidak
mendapat tanggapan dari Semar.
Kenapa ya Gong kok bapak diam saja ? Tanya Gareng masih tampak kesal. Bagong diam
menatap ke arah Gareng sambil berpura-pura berfikir. Tatapan mata Gareng yang
menganggap kakaknya sedang memikirkan pertanyaannya seketika membuat Bagong
terpingkal-pingkal dan berlari sambil mencibirkan mulutnya ke arah Gareng yang
selama ini selalu menyatakan dirinya sebagai putra Semar yang terpandai.
Katanya pinteeer, kok nanya? Sindir Bagong menimpali sumpah serapah Gareng masih
dengan gaya yang mencibir. Akan tetapi bukan Gareng jika tidak langsung bereaksi
terhadap cibiran Bagong yang dianggap telah menghina intelejensia yang
dimilikinya. Dikatakan bahwa mungkin perkara yang dipertanyakan bersifat sangat
pribadi dan rahasia sehingga ayahnya tidak menjawab. Bagong semakin tertawa
mencibir ke arah Gareng yang dianggap hanya sekedar menjawab dan berkilah.
Kalau kang Bagong tahu, ayo apa jawabannya ? Tanya Gareng kesal. Dengan ringan
Bagong menjawab bahwa pertanyaan Gareng memang tidak ada jawabannya. Ditambahkan
oleh Bagong bahwa tidak semua pertanyaan akan ada jawabannya. Gareng membalas
cibiran Bagong atas jawaban yang dianggap tidak mendasar.
Keduanya berhenti bertengkar setelah dilihatnya Arjuna berjalan menuju kearah
gubuk sambil berbicara dengan Petruk yang berjalan setengah menunduk-nunduk.
Tampaknya keduanya sedang membicarakan sesuatu yang menarik, pikir
93
Gareng yang merasa kalah satu langkah dari Petruk untuk memperoleh jawaban
pertanyaannya. Diapun mengetahui dengan pasti, Petrukpun tidak akan memberitahu
apa yang dibicarakannya dengan Arjuna.
Arjuna sudah mulai menyantap makanan yang disuguhkan Bagong ketika Semar datang
dengan wajah yang segar kemerahan. Tanpa sungkan-sungkan Semar menyantap
makanannya dengan posisi duduk yang agak jauh dari sajian makanan. Keduanya makan
dengan tidak bersuara. Sepintas lalu keduanya tampak seperti dua orang bermusuhan
yang sedang bermanis-manis satu sama lain karena mencoba menahan diri. Gareng
mencolek-colek lengan Petruk yang hanya ditanggapi oleh Petruk dengan mengangkat
kedua bahunya tinggi-tinggi.
Kekakuan antara Arjuna dan Semar tidak berlangsung lama ketika Si Kresna Muncul
dihadapan mereka. Arjuna langsung memberi salam dan memeluk tubuh Sri Kresna bahna
kegembiraannya yang meluap. Sri Kresna mengambil duduk di tengah beranda sambil
terus menanyakan kabar keempat punakawan yang setia menemani Arjuna.
Apa khabar kakang ? tanya Sri Kresna sambil menghaturkan penghormatan kepada
Semar. Semar balas menghormat dan ikut duduk agak jauh dekat pinggir beranda.
Setelah bercerita seputar Istana Amarta, Sri Kresna menanyakan kemajuan hasil
pertapaan Arjuna. Arjuna tersenyum malu. Dikatakannya bahwa pertapaan kali ini
terasa lebih berat karena banyak hal yang tidak terjawab seputar keterkaitan
antara hubungan tuhan dan manusia serta manusia dengan manusia. Sri Kresna melirik
Semar yang membalas dengan memandang tanpa ekspresi.
94
Apakah yang memberatkan hati Kakang Semar ? Tanya Sri Kresna sambil menatap lurus
ke arah depan gubuk, sementara Semar tertunduk menghadap ke arah kanan gubuk.
Pertanyaan Raden Arjuna sungguh sulit dijawab dengan sederhana, Jawab Semar
perlahan. Semuanya menyangkut rahasia kesaktian Cakra Manggiling yang berkuasa
atas wahyu dan kehendak Yang Maha Kuasa. Hanya Sang Prabu yang berhak menjawab
pertanyaan itu. Dalam hal ini saya hanya mampu menjelaskan sedikit-sedikit tentang
hubungan manusia dengan manusia, tutur Semar menyerahkan pertanyaan kepada Si
Kresna.
Sri Kresna terdiam agak lama. Dia memaklumi kesulitan yang dihadapi Semar untuk
menjelaskan permasalahan yang memang sangat terkait dengan dirinya sendiri. Sambil
mencari kata-kata yang tepat untuk membuka pembicaraan, Sri Kresna meminta agar
ketiga putra Semar untuk berburu kijang di hutan sebelah utara. Bahkan dikatakan
untuk menangkap kijang yang besar dan gemuk sehingga cukup untuk dijadikan
perbekalan mereka sendiri.
Sri Kresna memecah suasana hening dengan membenarkan keberadaan tuhan yang tegak
lurus terhadap manusia. Sifat tegak lurus merupakan jarak terdekat antara suatu
titik dengan titik yang lain. Demikian juga jarak antara tuhan dengan manusianya.
Sedangkan untuk mengetahui jarak yang sesungguhnya antara manusia dengan tuhannya,
kita tidak bisa menghindar untuk mengetahui dimana roh itu sendiri berada. Roh
bagaikan suatu zat yang menyebar di dalam tubuh manusia dan atau diyakini berada
pada suatu titik tertentu di dalam kalbunya. Akan tetapi tidak ada satu manusiapun
yang dapat mengetahui dimana berdiamnya roh di dalam tubuhnya.
95
Lantas bagaimana kita membuat garis tegak lurus dengan tuhan jika kita sendiri
tidak mengetahui dimana letak roh itu berada ?, Tanya Sri Kresna yang bermaksud
membawa pemikiran Arjuna ke dalam pemikirannya.
Jika kita asumsikan bahwa roh menyebar dalam tubuh manusia, maka tuhan akan
menyelimuti seluruh permukaan tubuh manusia secara merata. Dan sebaliknya jika roh
hanya berada pada satu titik di dalam tubuh manusia tidak berarti bahwa manusia
hanya memperoleh rahmat dan perlindungan hanya sebatas luasan rohnya. Kenyataan
bahwa roh berada pada satu titik atau tersebar dalam tubuh manusia tidak menjadi
penting dalam hubungan manusia dengan tuhannya. Kebesaran zat tuhan hanya
menjadikan manusia tampak sekecil zarah dengan mudah untuk membuat bidang sejajar
di antara keduanya tanpa manusia menyadarinya.
Dengan demikian manusia akan secara langsung memperoleh rahmat dan perlindungan
tuhan terhadap setiap bagian sel tubuhnya. Hanya saja sampai kapan dan sejauhmana
manusia mendapat keihlasan dari tuhannya, semuanya akan ditentukan oleh kekuatan
iman dan tawakalnya terhadap tuhan itu sendiri.
Masalahnya yang sesungguhnya hanya terletak pada kesadaran manusia untuk merasakan
dan berfikir terhadap keagungan sifat-sifat dari zat tuhannya. Banyak manusia yang
sia-sia berfikir keras mencari dan membuktikan letak dan keberadaan tuhan terhadap
dirinya. Tanpa berfikirpun, setiap manusia akan merasakan keberadaan tuhannya baik
hanya sekedar berupa istilah atau sampai kepada perasaan manusia yang selalu
berada dalam lindunganNya.
96
Penolakan manusia terhadap tuhannya seringkali lahir dari pikiran dan perasaan
manusia yang selalu merasa ditinggalkan dalam penderitaannya. Atau mungkin lahir
dari kesombongan manusia terhadap jerih payahnya hingga berhasil mencapai
kejayaannya. Seluruh bentuk penolakan manusia terhadap tuhannya menjadi tidak
penting ketika manusia dan tuhannya memang benar-benar ada di alam yang sama.
Penolakan terhadap tuhan baru menjadi penting ketika seluruh manusia
mempertanyakan eksistensinya kepada mahluk lain diluar manusia itu sendiri.
Kenyataan yang ditemukan pemikiran manusia ketika tidak ada mahluk lain selain
manusia yang mampu berfikir dan merasa akan membuat manusia terpuruk dalam
kesesatan kemutlakan pemikiran. Bukankah dengan tidak adanya tuhan, manusia tidak
pernah akan mengakui keberadaan mahluk lain dengan intelejensia yang sama atau
lebih.
Keberadaan tuhan diperlukan manusia setidak-tidaknya hanya untuk membanggakan
keberhasilan hidup mereka di dunia. Atau mungkin manusia memerlukan sebuah bidang
kosong yang begitu luas untuk mencurahkan seluruh keluh kesah manusia, dimana
manusia lainnya tidak mampu mencerna pemikiran seperti itu.
Dalam hal ini seringkali manusia tidak berfikir dan tidak dapat menerima bahwa
tuhan manusia dapat berupa apa saja, serta berada dimana dan kapan saja. Hanya
masalahnya adalah bagaimana manusia mampu mengenali tuhannya. Kemampuan manusia
untuk mengenal tuhannya yang akan menentukan eksistensi kehidupan manusia menjadi
berarti atau tidak, baik dalam masa kehidupannya maupun kematiannya.
97
Jangan hanya karena ketidakmampuan manusia untuk mengenali tuhannya kemudian
menyatakan bahwa tuhan tidak ada. Bukankah seringkali ditemukan kenyataan bahwa
mengenali tuhan manusia lebih mudah dibandingkan dengan mengenali diri sendiri.
Sri Krisna sejenak menghentikan penjelasannya dalam satu tarikan nafas yang
panjang. Dingatkan kepada Arjuna bahwa membicarakan pembuktian tentang keberadaan
tuhan sering akan menjadi debat yang tidak menghasilkan apa-apa dan semakin
membuat mereka semakin sulit menemukan tuhannya. Pengenalan terhadap tuhan seorang
manusia sepenuhnya merupakan masalah perseorangan manusia itu sendiri, dimana
manusia lainnya hanya mampu menolong ketika manusia tersebut siap untuk mencermati
cara manusia lainnya dalam mengenali tuhannya.
Seketika Arjuna tersadar terhadap kesulitan Semar untuk menjelaskan perihal
hubungan tuhan dengan manusianya sebelum manusia mampu mempercayai eksistensi
tuhan dan manusia itu sendiri. Sri Krisna tersenyum kecil melihat bahasa tubuh
Arjuna yang halus menggambarkan kegembiraan setelah mendengar seluruh
penjelasannya.
Setiap manusia akan memperoleh rejekinya sebagai bentuk rahmat dari tuhan yang
maha pengasih sebagai pemenuhan janji tuhan kepada manusia untuk memulai hidupnya
di dunia. Kesulitan yang mungkin dihadapi adalah ketika manusia mencari keihlasan
tuhan atas kehidupan dan perikehidupan yang akan ditentukan oleh keimanan,
kebenaran dan kesabaran manusia itu sendiri. Rendahnya keimanan seseorang akan
menghilangkan benteng manusia untuk menjaga kebenaran dan 98
kesabaran dalam hidupnya. Dengan demikian, tuhan akan menjauh dari setiap titik
keberadaan roh ketika manusia menanggalkan keimanan yang menjadi tempat kembalinya
kebenaran dan kesabaran.
Kebenaran tanpa iman yang dihasilkan oleh kepintaran dan kepandaian manusia akan
terpencar ke dalam ruang pemikirannya sendiri dan terus berputar-putar meluas
tanpa mampu menyentuh pintu waktu kembalinya manusia kepada Yang Maha Kuasa.
Kepintaran dan kepandaian hanya menjadi penerangan manusia itu sendiri sehingga
mengabaikan jarak yang sedemikian dekatnya kepada tuhannya.
Sampai disini, pemikiran adinda arjuna ditenggelamkan oleh ketidakpastian jarak
antara manusia dengan tuhannya , Lanjut Sri Kresna. Kedekatan jarak manusia dengan
tuhannya menjadi tidak penting jika manusia yang berkepentingan tidak menyadari
sepenuhnya. Sedikit demi sedikit jarak antara manusia dengan tuhannya menjadi
semakin jauh ketika manusia enggan menjaga kebenaran dan kesabaran itu sendiri.
Kebenaran dan kesabaran merupakan ruang pemujaan terhadap tuhan yang dibangun
dalam setiap sel manusia. Satu kebenaran dengan kebenaran lainnya akan terangkai
dengan baik dan indah oleh kesabaran yang tinggi dari manusia. Rangkaian kebenaran
dan kesabaran akan menghindarkan manusia dari cengkeraman nafsu. Bagaimana mungkin
manusia yang hina mampu mendekati tuhannya, jika nafsu telah mengubah ruang
pemujaan tuhan menjadi ruang pemujaan duniawi.
Apabila kita mengasumsikan bahwa sinar ilahiah berada diatas hamparan manusia,
maka manusia akan mendekati titik 99
proyeksi sinar di atas hamparan manusia itu sendiri. Siapa saja yang ketepatan
berada di titik proyeksi sinar ilahiah ini, maka orang itu akan terpilih sebagai
insan kamil yang dicintai tuhannya. Orang ini memiliki doa yang makbul dan membawa
manusia yang beriman dan berjuang di jalan tuhannya. Seringkali manusia yang
memiliki kesamaan iman dan ketakwaan menamakan orang yang makbul doanya ini
sebagai imam atau wali.
Sadar atau tidak sadar, manusia akan berkerumun dari segala arah dan membentuk
lingkaran besar yang berpusat pada titik proyeksi sinar ilahiah. Jarak yang
semakin jauh antara keberadaan seseorang dengan titik proyeksi sinar ilahiah akan
menunjukkan keberadaan manusia yang semakin jauh dengan tuhannya. Artinya, jarak
yang semakin jauh dari titik proyeksi sinar ilahiah akan menurunkan kemakbulan doa
manusia.
Dalam perjalanan waktu keseharian manusia, lingkaran manusia yang mendekati titik
proyeksi akan bergerak berputar dan terus berputar sampai waktu tuhan menetapkan
terhentinya putaran. Di setiap putarannya akan membawa amal ibadah manusia yang
diboboti oleh iman dan ketakwaan ke dalam gaya tarik putaran mendekati titik
proyeksi. Sebaliknya dengan semakin rendahnya amal ibadah, maka manusia akan
terlempar menjauh dari pusat lingkaran. Bahkan mungkin akan terlempar jauh ke luar
lingkaran, yaitu ke dalam ruang dingin dan gelap yang kemudian dibiarkan membatu.
Sebagian manusia beranggapan bahwa yang terjadi pada manusia yang terlempar keluar
dari lingkaran akan masuk ke dalam neraka yang diterangi oleh panasnya api yang
dipancarkan oleh iblis dan setan yang selama hidupnya telah 100
dijadikan tuhannya. Hanya sebagian kecil manusia yang menyadari bahwa iblis
bukanlah sebuah kutub lainnya dari kebenaran. Iblis tidak lebih hanya sebagai
mahluk yang terbuat dari api yang mampu membakar dirinya sendiri dan pengikutnya
di dalam neraka. Neraka adalah tempat impian iblis dan setan yang dipilih sebagai
tempat akhirnya sendiri.
Iblis menjadi hal yang tidak penting bagi seorang wali. Kecintaan tuhan terhadap
seorang wali akan melahirkan keenganan yang besar bagi iblis dan setan untuk
bertemu atau berpapasan dengannya. Wali yang teguh keimanan dan ketakwaannya akan
berlaku jujur menggunakan keahliannya untuk melaksanakan dan menyampaikan pesan-
pesan ilahiah. Sampai pada penjelasan ini Sri Kresna memandang tajam ke arah Semar
yang diam tidak bergerak. Satu wali dengan wali lainnya saling berpegangan tangan
menjembatani ruang dan waktu manusia untuk memberi pegangan kepada manusia yang
ingin membuka matanya terhadap keagungan tuhan.
Sudah banyak wali yang dilahirkan di muka bumi dengan berbagai kesaktian,
keajaiban dan atau mungkin dengan kesahajaan yang ditunjukkan kepada pengikutnya.
Akan tetapi semuanya memiliki ciri yang sama, yaitu memberi keteladanan dan
mengajak pengikutnya ke arah jalan pulang yang termudah dan terdekat untuk kembali
kepada tuhannya.
Sri Kresna menatap Semar yang tampak meneteskan air matanya bahna sedihnya melihat
kenyataan bahwa manusia lebih memuja kehidupan duniawi dibandingkan dengan
tuhannya sendiri. Sri Kresna terdiam sejenak membiarkan Semar menenangkan diri
dari kesedihan laku kehidupannya. Suasana kembali hening. Hanya sesekali terdengar
Semar menghela
101
nafasnya dalam-dalam seolah ada yang mengelayuti setiap satuan udara yang
dihisapnya.
Kenapa kakang Semar begitu sedih dengan penjelasan kanda prabu Sri Kresna ? Tanya
Arjuna kepada Semar yang hanya menjawab dengan menundukkan kepala. Sri Kresna
merangkapkan kedua telapak tangannya untuk memberi penghormatan kepada Semar tanpa
terlihat oleh Semar yang masih tertunduk.
Adinda Arjuna mungkin adinda belum mengetahui bahwa kakang Semar adalah salah
seorang aulia yang kanda maksud, Ucap Sri Kresna yang seketika membuat Arjuna
sangat terkejut. Tampak jelas rasa penyesalan terpancar dalam raut wajah Arjuna
mendengar perkataan Sri Kresna yang tidak mungkin berbohong. Penyesalan yang lahir
dari ketidaktahuan dirinya yang sejak kecil telah diasuh dan ditemani oleh Semar
yang sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri.
Semar yang tidak kalah terkejutnya mendengar ucapan Sri Kresna hanya terdiam tidak
tahu harus berbuat apa. Pikirannya tidak mampu memahami perkataan seorang titisan
dewa yang berperilaku layaknya seorang malaikat yang datang membawa pesan tuhannya
dengan cara yang mengejutkan. Dijelaskan oleh Sri Krisna bahwa ciri lainnya dari
seorang wali adalah mampu mengasuh dan menjadi teman bagi manusia lainnya dalam
memecahkan masalah tanpa melahirkan masalah yang baru.
Untuk menambah pengertian dan penerimaan Arjuna terhadap penjelasannya mengenai
Semar, Sri Kresna menceritakan asal usul Semar yang semula bernama Ismaya. Ismaya
adalah dewa yang sangat sakti mandraguna yang berhasil
102
mengalahkan dan menundukan iblis yang bermaksud membuat kekacauan di surga. Kedua
iblis inilah yang akhirnya beralih rupa dan diangkat oleh Semar sebagai anaknya
sendiri, yaitu Gareng dan Petruk. Bagong sendiri merupakan anak yang tercipta
sebagai hasil dari permohonan Semar kepada tuhan untuk membantu tugasnya di dunia.
Semar yang merupakan kependekan dari kata sinamar merupakan penyamaran dewa Ismaya
itu sendiri dalam bentuk wujud manusia biasa yang selalu menjadi panutan
masyarakat. Selain menjadi pemuka masyarakat di daerahnya, Semar bertugas
menjembatani aspirasi rakyat kepada rajanya. Secara sederhana Semar bertugas
mengasuh dan bergaul dengan masyarakatnya untuk menjaminkan tegaknya syariah agama
dan membantu kerajaan dalam mencapai kesejahteraan, keadilan, dan keamanan negara.
Setelah mendengar semua penjelasan Sri Kresna, Arjuna langsung memberi hormat
kepada Semar yang kembali terloncat ke luar beranda dan terguling-guling
dibuatnya. Sri Kresna tersenyum geli melihat perilaku Semar terhadap Arjuna.
Dibiarkannya Semar berdiri di halaman gubuk menunggu perubahan sikap Arjuna
kepadanya.
Dijelaskan kepada Arjuna tentang kesaktian Semar yang tidak tertandingi oleh
satupun manusia di dunia, termasuk dirinya sendiri. Semar yang hanya menyembah
kepada tuhannya menyebabkan tidak ada satu orangpun yang kuat disembah oleh Semar.
Setiap kepalsuan manusia akan sirna oleh penyembahan yang dilakukan Semar sehingga
manusia tersebut kembali ke fitrahnya masing-masing.
103
Kesaktian dalam penyembahan inilah yang menjadikan sosok Semar, Bagong, Gareng dan
Petruk selalu akan hadir dalam setiap masyarakat dalam setiap masa. Keempat
punakawan ini merupakan suatu tim yang tidak terpisahkan satu sama lain sebagai
perwakilan masyarakat yang bebas berbicara terhadap para kesatria dan rajanya.
Dengan sorot mata penuh kekaguman Arjuna menghampiri Semar dan mengajaknya untuk
duduk kembali di beranda.
Saya tidak faham den dengan penjelasan Sri Kresna mengenai saya. Mungkin saja itu
orang lain, akan tetapi itu pasti bukan saya. Ucap Semar berusaha menjelaskan
kepada Arjuna. Meskipun ia tahu Arjuna tidak akan percaya dengan ucapannya, akan
tetapi dirinya merasa sudah berusaha menjelaskan agar tidak sampai terjadi
perubahan perilaku Arjuna kepadanya di kemudian hari.
Malam sudah hampir mencapai tengah malam ketika Sri Kresna menghentikan penjelasan
tentang jarak manusia dengan tuhannya. Tinggal Semar yang termangu-mangu memandang
langit yang bertabur bintang sementara kedua junjungan sudah beristirahat di dalam
biliknya masing-masing. Sedang di bagian utara gubug tampak Bagong, Gareng, dan
Petruk masih mengendap-ngendap di sekitar tempat mereka memasang jerat untuk
melihat apakah keadaan memang betul-betul aman untuk mendekati kijang yang sudah
terjerat.
Mereka mengetahui biasanya ditempat berkumpulnya kijang-kijang juga terdapat
harimau yang berburu kijang seperti mereka. Suara kijang yang menjerit ketika
terjerat akan membangkitkan naluri harimau mencari sumber suara yang meneriakkan
ketidakberdayaannya.
104
Kekawatiran mereka terbukti ketika dilihatnya dua ekor harimau sedang mendekam
mengawasi gerakan kijang yang terjerat. Keduanya masih menahan diri untuk tidak
mendahului satu sama lain karena akan memancing pihak lainnya untuk bergerak
mendahuluinya. Bagong tersenyum geli melihat perilaku dua ekor harimau yang satu
sama lain hanya menunggu lainnya untuk pergi meninggalkan mangsanya. Baru
menjelang pagi harimau yang bertubuh lebih kecil bergerak meninggalkan lokasi
menuju kijang-kijang yang sudah mulai merumput di padang tidak jauh dari tempat
mereka menunggu.
Dengan tidak menunggu lebih lama lagi Petruk melempar-kan tombak ke arah Harimau
yang masih mengawasi kijang hasil jeratanya. Meskipun tombak Petruk tidak mengenai
tubuhnya, harimau menjadi semakin terkejut setelah mendengar suara kentongan yang
dipukul Gareng sekerasnya. Perlahan harimau melangkah menuju arah harimau lainnya
tanpa menoleh ke belakang. Tidak sampai satu jam, Bagong dan Gareng sudah
menggotong tubuh kijang yang sudah disembelih dengan kedua kaki yang terikat di
bagian atasnya.
Semar yang memang tidak tidur segera beranjak ke arah ketiga anaknya yang datang
menggotong seekor kijang gemuk. Sambil bercerita bagaimana upaya mereka menjerat
kijang, Petruk yang tidak ikut memanggul kijang terus menguliti dan memotong-
motong kijang dengan cepatnya. Belum sampai matahari naik seperdelapan bagian,
Bagong telah selesai menyiapkan kijang panggang di tengah beranda.
Arjuna dan Sri Kresna yang sudah sejak pagi duduk di beranda, terdengar berkali-
kali mereka memuji ketrampilan ketiganya bekerja. Disampaikan pula kepada Arjuna
tentang
105
proses pembentukan manusia setelah kelahirannya semata-mata membentuk perkembangan
keahlian pemikiran sehingga mampu berbuat sesuatu yang menjadi keahliannya. Akan
sulit bagi seorang anak hamba sahaya untuk berpolah dan bersikap sebagai ksatria
tanpa hidup dan belajar dalam rumah seorang ksatria. Sedang di sisi lain, pemilik
rumah itu pun haruslah membagi pendidikan dan pengajaran kepada anak hamba sahaya
sebagaimana ia mendidik anak-anaknya sendiri.
Pembentukan pribadi seorang ksatria bermula pada ingatan dan kewaspadaan manusia
terhadap seluruh kemampuan indrawiahnya. Setelah itu barulah pribadinya berkembang
ke dalam ingatan dan kewaspadaan sebagai mahluk yang bermasyarakat. Dengan
demikian tidak akan lahir seorang ksatria sejati dari pribadi manusia yang tidak
pandai mengingat penderitaan orang lain dan mewaspadai berkembangnya penderitaan
ke arah penciptaan tuhan yang baru.
Sri Kresna memanggil Semar yang duduk terdiam di sudut beranda untuk duduk lebih
dekat dengan mereka. Diwasiatkan kepada Semar untuk menjabarkan seluruh upaya
manusia untuk menegakkan hubungan manusia dengan tuhannya. Dijelaskan pula kepada
Arjuna tentang nama Ismaya yang berkembang ke dalam istilah semayan sebagai
pemahaman yang dikembangkan oleh Semar untuk mempertahankan tegaknya hubungan
manusia dengan tuhannya.
Sering terjadi banyak kehilafan manusia yang berusaha mendekatkan diri dengan
tuhannya. Berbagai interpretasi manusia mengakibatkan semakin jauh jarak antara
manusia dengan tuhan. Semar yang pernah hidup dan selalu hidup diantara masyarakat
merupakan perwujudan hukum-hukum 106
tuhan yang pernah disampaikan kepada manusia lewat utusannya. Tidak ada satupun
hukum tuhan yang berubah, melainkan dikembangkan dan ditambahkan secara rinci agar
manusia lebih memahaminya.
Tuhan tidak meminta kepada Semar untuk menegakkan aturan dan ketetapannya kepada
manusia. Semuanya berpulang kepada kesedihan seorang Semar melihat dilanggarnya
ketetapan tuhan oleh manusia dalam kesehariannya. Keprihatian Semar lebih
merupakan akumulasi kepentingan umat manusia yang mengamanatkan seluruh tugas
untuk menegakkan hubungan tuhan dengan manusianya. Amanat yang lahir karena
seringkali manusia berpendapat hubungan dengan tuhannya sudah tegak, akan tetapi
sebenarnya condong ke kiri atau ke kanan karena hanyut oleh fikirannya sendiri.
Arjuna yang menyimak pembicaraan Sri Kresna yang menjabarkan jati diri Semar
merasa begitu bersyukur karena telah mendapat asuhan dan bimbingan secara langsung
selama hidupnya dari seorang Semar. Semar dianggapnya sebagai penguat tiang yang
berdiri tegak tehadap hamparan bidang datar sehingga tidak terlepas dalam putaran
waktu ke waktu.
Jika memang apa yang dijelaskan oleh Sri Kresna merupakan pengesahan tugas saya,
maka saya tidak akan berani menolaknya, Ucap Semar mulai berbicara.
Memang sudah seharusnya Sri Kresna sendiri yang menjelaskan perihal cakra
manggiling kepada Arjuna. Dijelaskan oleh Semar jika lingkaran manusia yang memuja
tuhannya terlepas dari tiang tegak yang menghubungkan tuhan dengan manusianya.
Putaran cakra akan menghancurkan seluruh umat 107
manusia pada masanya dan terombang ambing dalam kosmos yang dihinakan oleh Tuhan
Yang Menguasai Hari Pembalasan. Cakra yang menjadi senjata ampuh bagi Sri Kresna
akan meluluh-lantakkan manusia yang menuhankan tuhan-tuhan duniawi. Cakra itu
sendiri akan terlepas ketika para pemuka agama telah dengan sengaja atau tidak
sengaja mengajak umat manusia untuk meninggalkan tuhan dalam agamanya.
Hati Arjuna gemetar hebat membayangkan kesaktian pusaka pamungkas yang dimiliki
oleh Sri Kresna. Dilihatnya Sri Kresna tidak menanggapi dan hanya bersikap biasa-
biasa saja. Kemudian Semar melanjutkan penjelasan pemikiran manusia yang
beranggapan cakra manggiling merupakan bidang lingkaran yang berdiri tegak dengan
hubungan antara tuhan dengan manusianya yang mendatar.
Situasi hubungan manusia dengan tuhannya dalam keadaan seperti ini tidaklah
merendahkan tuhan. Manusia yang terhampar dalam lingkaran hanya akan beranggapan
rejeki hidupnya akan bergerak turun naik mengikuti gerak bidang yang berbentuk
seperti bola. Berbagai goncangan turun naiknya perikehidupan manusia tidak akan
dinilai dari rejeki yang diperoleh manusia. Tingginya nilai manusia akan
ditentukan oleh amal ibadah yang diboboti oleh kekuatan iman, kebenaran dan
kesabaran manusia.
Tuhan akan berfungsi sebagai sumbu roda yang memberikan kekuatan bagi roda untuk
berputar di jalannya. Sedang para imam dan aulia tidak lebih hanya merupakan
lingkaran biji peluru yang menghubungkan keberadaan tuhan dengan manusianya ketika
roda kehidupan manusia berputar.
108
Arjuna semakin bertambah keyakinannya terhadap kebenaran laku Semar melalui
penjelasan yang baru saja didengarnya. Hanya saja yang belum dimengerti sepenuhnya
adalah bagaimana cara seseorang untuk tetap mampu menjaga ikatan dengan tuhannya
ketika menghadapi berbagai kesulitan hidup.
Bersyukur, berfikir, dan berpuasa, Jawab Semar tegas. Tidak akan ada seorangpun
manusia yang mampu memegang tali hubungan dengan tuhannya tanpa rasa syukur. Baru
setelah itu manusia wajib mengembangkan pemikirannya untuk mengatasi berbagai
masalah keduniawian. Pada tahapan ini banyak manusia yang semula bersyukur akan
tergelincir dalam kesombongan, penghianatan, dan sikap yang berlebihan terhadap
diri dan tuhannya. Dengan demikian, manusia wajib berpuasa untuk menundukkan nafsu
yang mengajak manusia ke arah kesesatan.
Ketakwaan, rasa syukur, dan berfikir tidaklah terpisah satu sama lain jika manusia
mengingat sedemikian lemahnya manusia di dalam alam semesta yang tidak dan
terlihat oleh mata. Ketiganya menjadi satu kekuatan yang membentuk manusia
bersifat lebih resilien terhadap perubahan lingkungannya. Kekuatan perseorangan
hanya terbatas pada kekuatan jasmaniah dan akal fikiran sendiri. Masalahnya,
apakah manusia mau melatih diri menggunakan ketiga sumber kekuatan itu secara
bersamaan untuk meningkatkan kekuatan itu sendiri.
Upaya manusia untuk melaksanakan ketiganya akan meningkatkan ketakwaan dan
kedekatan manusia terhadap tuhannya, Tutup Semar yang membuat Arjuna dan tanpa
kecuali Sri Kresna terdiam tanpa mampu berkata-kata. Penjelasan Semar 109
tidak mampu membuat sisi kemanusian Arjuna maupun Sri Kresna untuk berkilah dan
berdalih di dalam persoalan keseharian manusia.
Penjelasan Sri Kresna dan Semar berpengaruh sedemikian besar terhadap Arjuna.
Semula Arjuna yang berniat untuk kembali meneruskan pertapaannya seketika
mengurungkan niatnya dan bermaksud untuk kembali ke istana. Niat kepulangan Arjuna
disambut baik oleh Sri Kresna dan Semar mengingat banyak sekali tugas-tugas
kerajaan yang harus diselesaikan oleh Arjuna.
Dengan tidak menunggu sampai tengah hari, Arjuna dan keempat punakawan berjalan
kembali keistana. Sri Kresna yang sudah lebih dulu sampai di istana Amartapura
segera mengabarkan berita kepulangan Arjuna yang langsung disambut dengan rasa
sukacita seluruh keluarganya.
Nakula dan Sadewa yang demikian rindunya terhadap Arjuna sudah beridiri di pintu
istana sambil terus menceritakan keutamaan Arjuna yang pernah mereka kenali. Tidak
lama kemudian Arjuna tampak melintasi alun-alun istana dengan langkah tegap tanpa
kesan terburu-buru. Sesampai di istana Arjuna langsung menghaturkan sembah kepada
Ibu Kunti dan kedua kakaknya. Setelah itu baru kedua istrinya dan putranya
Abimanyu mendekat dan memberi salam kepadanya. Arjuna memeluk tubuh Abimanyu yang
semakin hari semakin tampak gagah di matanya.
Yudhistira menyilakan Sri Kresna dan adik-adiknya untuk duduk. Sedang dirinya baru
duduk setelah ibu Kunti duduk di kursinya. Tidak lama kemudian Arjuna sudah mulai
110
menceritakan perjalanan pertapaannya yang menjadi lebih cepat selesai dari rencana
semula atas bantuan Sri Kresna dan Semar. Mendengar penuturan Arjuna, Yudhistira
mengucapkan terimakasih kepada Sri Kresna dan Semar serta ketiga anaknya yang
telah membantu proses pertapaan adiknya.
Bukan Sri Kresna atau Semar jika tidak menampik ucapan terimakasih Yudhistira. Sri
Kresna mengatakan bahwa semuanya merupakan hasil Arjuna sendiri, dan apa yang
mereka lakukan tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan pencapaian Arjuna dalam
pertapaannya. Yudhistira tetap memberi penghormatan sedalam-dalamnya untuk
kerendahan hati yang mereka miliki. Tidak terlalu lama, Yudhistira mempersilahkan
Sri Kresna untuk beristirahat setelah melakukan perjalanan jauh.
Ibu Kunti yang menatap lekat ke arah Arjuna seolah merasa tidak rela melihat
anaknya menderita dalam melaksanakan pertapaannya di gua dalam hutan. Ibu Kunti
menatap seluruh tubuh anaknya dengan linangan airmata kegembiraanya. Pandangannya
memeriksa secara rinci perubahan apa saja yang terjadi pada tubuh anaknya. Rasa
syukur seorang ibu tidak dapat diucapkan ketika melihat anaknya dalam keadaan
sehat.
111

Você também pode gostar