Você está na página 1de 20

KONSERVASI

Blok 24_2012

Konservasi sumber daya alam

konservasi berasal dari kata conservation, dengan pokok kata to conserve (Bhs inggris) yang artinya menjaga agar bermanfaat, tidak punah/lenyap atau merugikan konservasi sumber daya alam dapat diartikan sebagai pengelolaan sumber daya alam yang dapat menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragamannya.

Menurut kemungkinan pemulihannya, dikenal dua (2) macam sumber daya alam:

Renewable, sumber daya alam yang dapat dipulihkan/ diperbaharui, yaitu sumber daya alam yang dapat dipakai kembali setelah diadakan beberapa proses. Contoh : air, pohon, hewan dll Anrenewable, yaitu sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui/ dipulihkan apabila dipakai terus menerus akan habis dan tidak dapat diperbarui. Contoh : minyak bumi, batubara, Emas dll.

Pengertian konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya dapat mengandung tiga aspek:

Perlindungan sistem penyangga kehidupan Pengawetan dan pemeliharaan keanekaragaman, jenis baik flora dan fauna beserta ekosistemnya. Pemanfaatan secara lestari bagi terjaminnya sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Kendala dalam melaksanakan pembangunan konservasi sumber daya alam, dan ekosistemnya: Tekanan penduduk Jumlah penduduk Indonesia yang padat sehingga kebutuhan akan sumber daya alam meningkat. Tingkat kesadaran ekologis dari masyarakat masih rendah, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah dan pendapatan yang belum memadai. Sebagai contoh beberapa kawasan konservasi yang telah ditetapkan banyak mengalami kerusakan akibat perladangan liar / berpindah-pindah.

Lanjutan....

Kemajuan teknologi Kemajuan teknologi yang cukup pesat akan menyerap kekayaan (eksploitasi sumber daya alam) dan kurangnya aparat pengawasan serta terbatasnya sarana prasarana. Peraturan dan perundang-undangan Peraturan perundang-undangan yang ada saat ini belum cukup mendukung pembentukan kawasan konservasi khususnya laut (perairan).

Upaya agar usaha pembangunan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup di Indonesia dapat mencapai harapan:

Intensifikasi pengelolaan kawasan konservasi Peningkatan dan perluasan kawasan konservasi sehingga mewakili tipe-tipe ekosistem yang ada. Recruitment dan peningkatan ketrampilan personel melalui pendidikan dan latihan. Peningkatan sarana dan prasarana yang memadai.

Lanjutan..

Peningkatan kerjasama dengan isntansi lain di dalam dan luar negeri. Penyempurnaan peraturan perundang-undanagn dibidang konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup. Peningkatan pengamanan dan pengawasan terhadap kawasan konservasi (dengan pemberian pal-pal batas) peredaran flora dan fauna. Memasyarakatkan konservasi ke seluruh lapisan masyarakat sehingga dapat berperan serta dalam upaya konservasi sumber daya alam dan lingkungan

Kawasan pelestarian alam, adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatannya secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Kader konservasi dan pecinta alam, adalah seseorang atau sekelompk orang yang telah terdidik atau ditetapkan oleh isntansi pemerintah atau lembaga non pemerintah yang secara sukarela sebagai penerus upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, bersedia serta mampu menyampaikan pesan-pesan konservasi kepada masyarakat.

Konservasi in-situ

Persyaratan kunci untuk konservasi in situ dari spesies jarang (rare species) adalah penaksiran dan perancangan ukuran populasi minimum viable (viable population areas) dari target spesies

Karakteristik biologi yang penting untuk populasi minimum viabel

Lama generasi: Diversitas genetik hilang dari generasi ke generasi. Spesies dengan generasi yang lebih lama akan lebih kecil kesempatan kehilangan diversitas genetiknya. Dengan demikian ukuran populasi minium viabelnya akan lebih kecil. Jumlah individu awal (founder): Agar efektif populasi awal harus mampu bereproduksi dan terwakili oleh keturunan dari populasi yang ada. Secara teknis, populasi awal seharusnya tidak berkerabat satu sama lain (noninbred). Pada dasarnya ukuran populasi awal yang lebih besar akan lebih baik, yakni lebih mewakili gen pool yang dikonservasi.

Ukuran populasi efektif: Ne (populasi efektif) merupakan ukuran bagaimana anggota populasi bereproduksi dengan yang lain untuk meneruskan gen ke generasi berikutnya. Laju pertumbuhan: Pertumbuhan yang lebih tinggi maka semakin cepat populasi dapat pulih dari efek populasi kecil dan mengurangi dari resiko demografi dan keterbatasan diversitas genetik.

Definisi
Sumber Daya Alam Hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumber alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama unsur non hayati disekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem. Konservasi sumber daya alam hayati, adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjaga kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Cagar alam, adalah hutan suaka alam yang berhubungan dengan keadaan alam yang khas termasuk alam hewani dan alam nabati yang perlu dilindungi untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan

Ekosistem sumber daya alam hayati, adalah sistem hubungan timbal balik antara unsur dalam alam baik hayati maupun non hayati yang saling ketergantungan dan pengaruh mempengaruhi. Kawasan suaka alam, adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat dan di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan.

Macam konservasi

Konservasi eks-situ adalah konservasi komponen-komponen keanekaragaman hayati di luar habitat alaminya. Konservasi ex situ merupakan metode konservasi yang mengonservasi spesies di luar distribusi alami dari populasi tetuanya. Konservasi ini merupakan proses melindungi spesies tumbuhan dan hewan (langka) dengan mengambilnya dari habitat yang tidak aman atau terancam dan menempatkannya atau bagiannya di bawah perlindungan manusia. Konservasi in-situ adalah konservasi komponen-komponen keanekaragaman hayati di habitat alaminya

Kebun botani (raya), arboretum, kebun binatang dan aquarium merupakan metode konservasi ex situ konvensional; Fasilitas ini menyediakan bukan hanya tempat terlindung dari spesimen spesies langka tetapi juga memiliki nilai pendidikan. Fasilitas ini memberikan informasi bagi masyarakat mengenai status ancaman pada spesies langka dan faktor-faktor yang menimbulkan ancaman dan membahayakan kehidupan spesies.

Ada beberapa kelemahan konservasi ex situ.

Metode ini dipergunakan sebagai cara terakhir terhadap konservasi in situ yang sudah tidak mungkin dilakukan. Konservasi ex situ ini sesungguhnya sangat bermanfaat untuk melindungi biodiversitas, tetapi jauh dari cukup untuk menyelamatkan spesies dari kepunahan. konservasi ex situ menghilangkan spesies dari konteks ekologi alaminya, melindunginya di bawah kondisi semi-terisolasi di mana evolusi alami dan proses adaptasi dihentikan sementara atau dirubah dengan mengintroduksi spesimen pada habitat yang tidak alami.

Hama dan penyakit tertentu di mana spesies yang dikonservasi tidak memiliki daya tahan terhadapnya mungkin juga dapat merusak tumbuhan ex situ dan kehidupan hewan dalam penangkaran ex situ. Faktor-faktor ini dikombinasikan dengan lingkungan yang spesifik yang diperlukan oleh banyak spesies, beberapa di antaranya tidak mungkin diciptakan kembali, membuat konservasi ex situ tidak mungkin dilakukan untuk banyak flora dan fauna langka di dunia. Tetapi, bila suatu spesies benar-benar akan punah, konservasi ex situ menjadi satu-satunya pilihan yang tersisa. Lebih baik mepreservasi suatu spesies daripada membiarkan punah seluruhnya.

Pelestarian satwa langka dilakukan melalui upaya konservasi baik dilakukan secara in-situ atau ex-situ. Dalam upaya konservasi identifikasi satwa yang akan dilestarikan adalah sangat penting. Identifikasi terhadap spesies satwa langka tidak cukup berdasar pada karakter morfologi, namun juga berdasar karakter genetik molekuler agar supaya didapatkan . silsilah atau kekerabatan (phylogenetic tree) spesies yang pasti (biasanya menggunakan DNA mitokondria).

Kehidupan satwa

Arboreal (ayun, loncat), terestrial Monogami, poligami Soliter, kelompok Insectivora, omnivora,herbivora Diurnal, nocturnal Morfologi: berbeda, sama Habitat: hutan hujan primer, sekunder

Você também pode gostar