Você está na página 1de 5

Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan 2013

Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) Pada Siswa SMAN 62 Jakarta 2012
Sari Septiani1, Mahyar Suara?1
1

Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes MH. Thamrin Alamat korespondensi: Prodi MPRS STIKes MH. Thamrin, Jln. Raya Pondok Gede No. 23-25 Kramat Jati Jakarta Timur 13550 Telp: 021 80855119 ext 102; email: sarry.septiani@gmail.com

Abstrak Saat ini kecenderungan kanker payudara dialami oleh perempuan usia 15 tahun (Sutjipto,2010). Dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) akan menurunkan tingkat kematian akibat kanker payudara sampai 20%. Namun wanita yang melakukan SADARI masih rendah (25%-30%). Laporan hasil riset kesehatan dasar 2007 menyebutkan bahwa prevalensi nasional penyakit tumor/kanker adalah 0,4% (berdasarkan diagnosis nakes). DKI Jakarta termasuk urutan ketiga dari 9 provinsi yang mempunyai prevalensi diatas nasional sebesar (7,4). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku SADARI pada siswa SMA Negeri 62 Jakarta tahun 2012. Desain penelitian cross sectional, dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 100 siswa perempuan. Analisa yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji Chi Square. Dari penelitian ini diperoleh data sebagai berikut : 84,3% tidak melakukan SADARI, 51% berusia lebih dari 15 tahun, sebanyak 98% berpengetahuan baik tentang SADARI, 52% responden bersikap positif, responden yang terpapar informasi dari media massa dan elektronik 19%, sedangkan untuk dukungan orang tua terhadap responden lebih dari setengahnya dikategorikan buruk (tidak mendukung) yakni sebanyak 62% dan selebihnya sebanyak 38% terkategorikan baik. Secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur, keterpaparan media, pengetahuan, sikap dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri, akan tetapi dukungan orang tua menunjukan terdapat hubungan yang bermakna dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri. Setelah dilakukan penelitian ini, disarankan kepada pihak sekolah dan instansi kesehatan agar mempromosikan gerakan perilaku SADARI pada siswa. Kata Kunci: Sadari, Siswi SMA, Jakarta Pendahuluan Menurut (WHO 2005), penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit kardiovaskuler, setiap tahun terdapat 7 juta penderita kanker payudara dan 5 juta orang meninggal karena kanker payudara. Profil Kesehatan Indonesia 2008 dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa penyakit kanker payudara memiliki urutan pertama dari 10 penyakit kanker pada pasien rawat inap di RS tahun 2004 - 2007. Saat ini ada kecenderungan kanker payudara dialami oleh perempuan dengan usia (15-20an), ini berarti tidak ada kata terlalu dini untuk memulai memberikan pendidikan SADARI secara rutin (7-10 hari setelah haid) setiap bulan. Dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) akan menurunkan tingkat kematian akibat kanker payudara sampai 20%, sayangnya wanita yang melakukan SADARI masih rendah (25%-30%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku SADARI pada siswa SMA Negeri 62 Jakarta tahun 2012. Metodologi Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, deskriptif karena penelitian ini dilakukan tanpa memberikan perlakuan atau menipulasi variabel tapi sebatas menggambarkan variabel, sedangkan analitik untuk mencari hubungan dua variabel. Cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel bebas dan variabel terikat dikumpulkan dan diukur dalam waktu yang bersamaan (Arikunto, 2006 dalam Wayamah, 2011). Populasi penelitian sebanyak 434 siswa perempuan di SMAN 62 Jakarta, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling dengan jumlah sampel 100 siswa perempuan dari SMAN 62. Hasil Penelitian Responden dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok di bawah 15 tahun dan di atas 15 tahun. Persentase kedua kelompok tersebut hampir sama (51% vs 49%). Hampir seluruh responden memiliki pengetahuan yang baik tentang kanker payudara (98%), namun hanya 58% yang memiliki sikap positif terhadap kanker payudara. Delapan puluh satu presen responden mengakui bahwa mereka tidak terpapar oleh media tentang informasi terkait kanker payudara. Selain itu dukukang dari orang tua juga dirasakan oleh responde masih sangat kurang. Karena sebagian besar responden tidak mendapatkan dukungan yang baik ari orangtua.

31

Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan 2013 Tabel 1. Deskripsi responden Persentase Variabel Jumlah (%) Umur > 15 tahun 51 51 < 15 tahun 49 49 Pengetahuan Baik 98 98 Kurang 2 2 Sikap Positif 52 52 Negatif 48 48 Keterpaparan Media Terpapar 19 19 Tidak 81 81 Terpapar Dukungan orangtua Baik 38 38 Buruk 62 62 Perilaku Sadari Positif 13 13 Negatif 87 87 Total 100 100 Variabel yang memiliki hubungan secara bermakna dengan perilaku SADARI adalah dukungan orang tua. Perilaku SADARI 4,5 kali lebih banyak dilakukan oleh siswa yang mendapatkan dukungan yang baik dari orangtuanya (OR 4,5 95% CI 1,277-15,854). Sementara itu variabel lainnya, yaitu umur, pengetahuan, sikap dan keterpaparan media tidak memiliki hubungan yang bermaksa dengan perilaku SADARI.

Tabel 2. Hubungan variabel independen dengan variabel dependen Perilaku SADARI Variabel Kategori > 15 tahun 15 tahun Tinggi Rendah Positif Negatif Terpapar Tidak Terpapar Baik Buruk F 8 5 13 0 9 4 4 9 9 4 Positif % 15,7 10,2 13,3 0 17,3 8,3 21,1 11,1 23,7 6,5 Negatif F 43 44 85 2 43 44 15 72 29 58 % 84,3 89,8 86,7 100 82,7 91,7 78,9 88,9 76,3 93,5

Total F 51 49 98 2 52 48 19 81 38 62 % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

OR (95% CI) 1,637 (0,496 - 5,402) 2,302 (0,659 - 8,04) 2,133 (0,58 7,848) 4,500 (1,277 - 15,854)

PValue 0,605 1 0,3

Umur Pengetahuan Sikap Keterpaparan media (SADARI) Dukungan Orang tua

0,435

0,029*

Pembahasan Menurut Skiner (1938) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus / rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2005). Menurut (Sutjipto Ketua YKPJ, di RS.Dharmais 2010) deteksi dini kanker payudara penting mengingat ditemukannya penderita penyakit kanker

payudara pada usia 15 tahun. Demikian juga menurut WHO, 2004 lebih dari 50% perempuan yang terdiagnosa penyakit kanker payudara tidak pernah melakukan penapisan, hanya 20% sampai 30% wanita melakukan SADARI, (4,1%) yang melakukan secara teratur setiap bulannya. Pada penelitian ini, sebanyak (87%) responden 32

Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan 2013 berperilaku negatif dan sebanyak (13%) terkategorikan positif. Ini menunjukkan masih rendahnya siswa yang berperilaku SADARI, padahal Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada perempuan yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya responden yang ikut penelitian ini berumur lebih dari 15 tahun (51%), dan setengahnya (49%) berumur kurang atau sama dengan 15 tahun. Analisis hubungan antara umur dengan perilaku SADARI menunjukkan bahwa 43 orang dari 51 responden yang berumur > 15 tahun (84,3%) memiliki perilaku SADARI yang negatif, demikian pula sebanyak 44 orang dari 49 responden yang berumur < 15 tahun (89,8%) memiliki perilaku SADARI yang negatif. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,605 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan perilaku SADARI pada siswa SMAN 62 Jakarta tahun 2012. Selain itu diperoleh nilai OR sebesar 1,637 artinya siswa yang berumur lebih dari 15 tahun memiliki peluang 1,637 kali untuk melakukan SADARI dibanding siswa yang berumur kurang atau sama dengan 15 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian Yuniarti (2005) pada perawat wanita di RS. Dharmais menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku deteksi dini, begitu pula dengan penelitian Imeldyanti (2010) pada siswa SMUN 2 Pasar Kemis menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku deteksi dini kanker payudara. Umur dianggap faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap penyakit, baik gejala dan keseriusannya (Lewin, 1954), sedangkan menurut Green (1980) umur termasuk dalam faktor predisposisi terjadinya perubahan perilaku yang mana dikaitkan dengan pematangan fisik dan psikis seseorang. Dalam penelitian kesehatan umur selalu dihubungkan dengan angka kesakitan dan kematian terutama pada penelitian epidemiologi (Notoatmodjo, 1997). Menurut Bloom (1908) Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2005). Keinginan untuk melakukan pendeteksian dini salah satunya SADARI sangat dipengaruhi oleh pengetahuan responden mengenai hal yang berhubungan dengan pendeteksian dini kanker payudara khususnya SADARI. Oleh karena itu pengetahuan yang ada dalam diri siswa perempuan akan sangat menentukan bagaimana mereka menerapkannya dalam bentuk perilaku. Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan tinggi mengenai deteksi dini kanker payudara SADARI adalah (86,7%) dan hanya sebanyak 2 orang yang terkategorikan berpengetahuan rendah memiliki perilaku SADARI yang negatif. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 1,000 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku SADARI pada siswa SMAN 62 Jakarta tahun 2012. Nilai odds rasio tidak bisa dihitung dikarenakan frekuensi responden yang berpengetahuan kurang dan berperilaku positif bernilai 0 (tidak ada). Sejalan dengan hasil study yang dilakukan WHO dan para ahli pendidikan kesehatan, terungkap memang benar bahwa pengetahuan masyarakat tentang kesehatan sudah tinggi, tetapi praktik mereka masih rendah. Hal ini berarti bahwa perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan tidak diimbangi dengan peningkatan atau perubahan perilakunya (Notoatmodjo, 2005). Menurut Campbell (1950) An individuals attitude is syndrome of response consistency with regard to object, bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2005). Begitu juga menurut Nurul (2008) sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak (favorable) pada suatu objek. Umumnya individu tersebut akan memiliki sikap yang searah dengan orang lain yang dianggap penting. Pada penelitian ini sebanyak (82,7%) responden bersikap positif dan memiliki perilaku SADARI yang negatif, demikian pula sebanyak (91,7%) responden yang bersikap negatif, memiliki perilaku SADARI yang negatif pula. Sedangkan hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku siswa dalam melakukan pendeteksian dini yaitu SADARI. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti (2005), menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku SADARI pada perawat. Dari hasil penelitian, analisis hubungan antara keterpaparan media tentang perilaku SADARI dengan perilaku SADARI menunjukkan sebanyak (78,9%) responden yang terpapar media, memiliki perilaku SADARI yang negatif, demikian pula sebanyak (88,9%) responden yang tidak terpapar media memiliki perilaku SADARI yang negatif. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,435 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keterpaparan media dengan perilaku SADARI pada siswa SMAN 62 Jakarta tahun 2012. Paparan informasi mengenai SADARI melalui media cetak dan elektronik tidak berhubungan dengan perilaku SADARI kemungkinan diakibatkan oleh pemanfaatan kedua media tersebut yang lebih jarang digunakan oleh siswi. Menurut pandangan peneliti, saat ini kebanyakan siswi untuk mengakses informasi lebih sering menggunakan media internet dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Selain itu, media internet juga menyuguhkan informasi yang unsure penyampaiannya sama seperti media cetak sehingga dapat disimpan dan dibaca dalam waktu beberapa kali, serta seperti media elektronik yang menampilkan gambar bergerak maupun suara (Vardiansyah, 2004) yang dikutip dari Sari (2011). Faktor ini dapat menjelaskan mengapa dari hasil penelitian ditemukan ada hubungan yang signifikan antara paparan 33

Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan 2013 media internet dengan perilaku SADARI pada siswi SMAN 62. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2011), menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara keterpaparan media dengan perilaku SADARI. Analisis hubungan antara dukungan orang tua dengan perilaku SADARI menunjukkan (76,3%) responden yang mendapatkan dukungan orang tua yang baik memiliki perilaku SADARI yang negatif, demikian pula sebanyak (93,5%) responden yang tidak mendapatkan dukungan orang tua yang baik memiliki perilaku SADARI yang negatif. Berdasarkan hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan orang tua dengan perilaku SADARI pada siswa SMAN 62 Jakarta tahun 2012. Selain itu diperoleh nilai OR sebesar 4,50 artinya siswa yang mendapatkan dukungan orang tua yang baik memiliki peluang sebesar 4,50 kali untuk melakukan SADARI dibanding siswa yang tidak mendapatkan dukungan orang tua yang baik. Hal ini juga sependapat dengan teori Green (1980) yang mengatakan bahwa perubahan perilaku terhadap tindakan kesehatan tergantung dari ada dukungan, adapun salah satu dukungan yang dapat diperoleh dari orang tua/keluarga, dengan demikian ini akan menjadi penguat bagi remaja yang memutuskan melakukan tindakan deteksi dini, ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2004). Dukungan positif yang diberikan oleh orang tua/keluarga terhadap perempuan yang baru di diagnosis kanker payudara akan mengurangi tekanan stress psikologi perempuan tersebut (Roberts, cox dan Shannon 1994 dalam Sari (2004). Variabel yang memiliki hubungan secara bermakna dengan perilaku SADARI adalah dukungan orang tua. Perilaku SADARI 4,5 kali lebih banyak dilakukan oleh siswa yang mendapatkan dukungan yang baik dari orangtuanya (OR 4,5 95% CI 1,277-15,854). Sementara itu variabel lainnya, yaitu umur, pengetahuan, sikap dan keterpaparan media tidak memiliki hubungan yang bermaksa dengan perilaku SADARI. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa SADARI dipengaruhi secara signifikan oleh dukungan orang tua.Perilaku SADARI 4,5 kali lebih banyak dilakukan oleh siswa yang mendapatkan dukungan yang baik dari orangtuanya (OR 4,5 95% CI 1,277-15,854). Sementara itu variabel lainnya, yaitu umur, pengetahuan, sikap dan keterpaparan media tidak memiliki hubungan yang bermaksa dengan perilaku SADARI. Berdasarkan hasil tersebut peneliti memberikan rekomendari yaitu mengadakan pelatihan guru untuk KIPK/pendampingan dalam SADARI di sekolah kepada siswanya, membentuk kelompok (peer education) dalam rangka meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku SADARI terutama pada siswa yang berumur 15 tahun, agar mengajak temannya untuk berperilaku SADARI terutama yang harus dibimbing adalah siswa yang berumur 15 karena yang paling banyak tidak berperilaku SADARI, memberikan penyuluhan kepada siswa agar perilaku SADARI dapat dilakukan lebih awal, engadaan media penyuluhan SADARI seperti leaflet, brosur, dll untuk siswa sekolahnya, menyarankan kepada orang tua murid agar selalu meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta mencontohkan perilaku SADARI bagi anaknya. Dewasa ini dapat diakses dengan ikut serta dalam penyuluhan, melalui berbagai media massa seperti informasi dari televisi, radio, surat kabar, majalah dan internet. Daftar Pustaka American Cancer Society. Cancer Reference Information. Diakses dari www.cancer.org/docrot pada tanggal 27 Desember 2011. Amelia, O. (2010) Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri Pada Ibu-Ibu Kelompok Wanita Tani Harapan Mulya Di Ciamis Jawa Barat, Skripsi, Depok: FKM UI. 2010 Auvyka Imeldyanti. Hubungan Pengetahuan Sikap Remaja Putri Terhadap Perilaku SADARI Di SMUN 2 Pasar Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2010 . Skripsi, Depok: FKM UI.2010 Chandra, Budiman. Pengantar Prinsip dan Metoda Epidemiologi. Jakarta: EGC. 1996. Depkes,R.I.(2008). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) indonesia tahun 2007. Jakarta -----------(2009). Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kanker. Jakarta -----------(2007). Pedoman Penemuan Penatalaksanaan Pengyakit Kanker tertentu. dan

Green, Lawrence W. et al. Health Planning Education A Diagnosis Approach. 1st ed. USA: Mayfield Publishing Company. 1980. Kodim, Nasrim. (ed). Himpunan Bahan Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Depok; Jurusan Epidemiologi FKM-UI. 1999 Kompas, Kecenderungan Kanker Payudara Pada usia Dini. [Electronic Iiterature]. Diakses dari www.ikabisurgeon.com pada tanggal 5 Febuari 2012. Murti, bhisma. Penerapan Metode Parametrik dan Nonparametrik dalam Ilmu-ilmu Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1996. Notoatmodjo. Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta. 2003. ------------, (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan . Jakarta: PT aschmaha atya.

34

Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan 2013 ------------, (2005). Metodologi penelitian kesehatan . Jakarta: Rineka cipta Ranuh. (2008). Pedoman imunisasi di Indonesia. Revisi ketiga. Jakarta: Ikatan dokter anak Indonesia. Palupy Rini Widyastuti. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Praktek Pendeteksian Dini Kanker Payudara pada Karyawati Administrasi Universitas Indonesia Tahun 2000. Skripsi, Depok: FKM UI.2000 Puspitasari, V. Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Cara Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Dalam Deteksi Dini Kanker Payudara Tahun 2008, Skripsi, Depok: FKM UI. 2008 Rasjidi, imam. 2010. 100 Questions & Answers: Kanker Pada Wanita. Jakarta: Elex Media Koputindo. Suyati, Purwoastuti. (2008). Kesehatan Reproduksi Buat Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. Soebroto et al, rancangan bangun alat pembuat model peraga periksa payudara sendiri (SADARI) untuk meningkatkan jangkauan/ kuantitas dan efektifitas penyuluhan deteksi dini kanker payudara di masyarakat . Jurnal Kesehatan UGM, Vol. II, No. 3,2001 Sukardja, IDG. Kanker Payudara. Majalah Kedokteran Indonesia; volume: 43, no 6, juni 1991. Supriyanto, Wawan. (2010). Ancaman Penyakit Kanker: Deteksi Dini dan Pengobatannya. Yogyakarta: Cahaya Ilmu. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Ed.Revisi VI cetakan Ketiga belas, Jakarta: PT.Rineka Cipta, hlm.12. Sari, Popy Titi Purnama. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Pendeteksian Dini Kanker Payudara pada Tenaga Pengajar Wanita di SD Wilayah Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2004 . Skripsi, Depok: FKM UI.2004 Shinta Normala Sari. Hubungan Antara Pengetahuan dan Paparan Informasi Melalui Media Massa Mengenai Kanker Payudara dan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Mahasiswi SI Reguler Angkatan 2008 FKM UI Tahun 2011, Skripsi, Depok: FKM UI. 2011 Wahyuningsih, Merry. ((2010). Mendeteksi Dini Kanker Payudara Stadium Nol. 1 Februari 2012. http://m.detik.com/read/2010/05/11/163228/1355388/763/ mendetesi-kanker-payudara-stadium-nol. Wayamah, Cucu. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Dalam Pelaksanaan Imunisasi Campak Pada Bayi Di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Tahun 2011, Skripsi, Jakarta: Keperawatan SI URINDO. 2011 Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta. (2010). Kanker Payudara Menyerang Remaja. 17 Januari 2012. http://www.ykpj.or.id. Yuniarti, Eka. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri pada Perawat Wanita Di Ruang Rawat Inap RS Dharmais Tahun 2005. Skripsi, Depok: FKM UI.2005

35

Você também pode gostar