Você está na página 1de 15

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

4.1 TINJAUAN UMUM Dalam perencanaan dermaga peti kemas dengan metode precast di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin ini, data yang dikumpulkan dan dianalisis, meliputi data angin, data pasang surut, data tanah, data sedimentasi, data kunjungan kapal dan data-data lain yang dikumpulkan.

4.2 4.2.1

PENGUMPULAN DATA Data Angin Data angin digunakan untuk peramalan angin yang akan berhembus dari arah

mana dan kecepatan yang paling dominan. Setelah diketahui arah angin dan kecepatan dominan, hasil tersebut dapat digunakan untuk meramalkan tinggi gelombang dan periodenya dimana tinggi gelombang tersebut dapat disebabkan karena tiupan angin. Data angin mentah berupa kecepatan angin dan arah mata angin yang diamati per hari dari tahun 1996-2002, kemudian data mentah tersebut diolah dan diklasifikasikan dalam persentase lalu dapat dilihat jumlah kecepatan berdasar arah mata angin. Setelah itu dapat dibuat wind rose/mawar angin untuk memudahkan pembacaan. Dari wind rose tersebut dapat diketahui kecepatan angin dominan dan arahnya. Data angin kami peroleh dari BMG (Badan Meterologi dan Geofisika) Pusat Jakarta.

4.2.2

Data Gelombang Data gelombang digunakan untuk peramalan besarnya ketinggian gelombang

yang terjadi pada dermaga. Tinggi gelombang didapatkan dari perhitungan fetch berdasarkan data angin yang telah diperoleh. Tinggi gelombang dapat digunakan untuk perencanaan elevasi dermaga.

65

4.2.3

Data Pasang Surut Data pasang surut sangat penting di dalam perencanaan dermaga. Elevasi muka

air tertinggi (pasang) dan terendah (surut) dapat mempengaruhi perencanaan dermaga terutama pada saat akan menentukan elevasi dermaga. perkiraan tahun 2005. Data pasang surut untuk perencanaan dermaga ini didapat dari Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut untuk

4.2.4

Data Kapal Data kapal yang digunakan dalam perencanaan dermaga peti kemas adalah data Data kapal yang

karakteristik kapal peti kemas yang melakukan bongkar muat.

mempunyai ukuran terpanjang yang pernah masuk di Pelabuhan Trisakti digunakan untuk menentukan panjang dermaga peti kemas dari jumlah rencana kapal yang akan bongkar muat secara bersamaan. Data kapal yang kami peroleh berasal dari PT PELINDO III Cab Banjarmasin dan Jasa Marina Indah Semarang.

4.2.5

Data Mekanika Tanah Penyelidikan tanah, meliputi penyelidikan di lapangan dan di laboratorium. Sedangkan

Penyelidikan tanah di lapangan meliputi pekerjaan sondir dan boring.

pekerjaan laboratorium yang dilaksanakan meliputi penyelidikan sifat-sifat fisik (phisical properties) dan sifat-sifat mekanik (mechanical properties) serta penggambaran grafik conus resistance, local friction dan total friction. Hasil dari soil test berupa (sudut geser tanah) yang berguna untuk mencari tekanan tanah pada saat perencanaan sheet pile dan pondasi tiang pancang. Selain itu kita dapat mengetahui jenis dan kedalaman lapisan tanah keras untuk mendesain panjang tiang pancang yang digunakan. Data tanah kami peroleh dari PT Pembangunan Perumahan (Persero).

66

4.2.6

Data Sedimentasi Data sedimentasi yang kami peroleh berupa jumlah sedimentasi yang terjadi di

sungai Barito pada tahun 1989. Data sedimentasi dapat digunakan untuk mengetahui tinggi pengendapan yang terjadi di sungai Barito yang dalam hal ini sebagai salah satu parameter dalam menentukan kedalaman alur pelayaran. Data sedimentasi kami peroleh dari Balai Penyelidikan Sungai Surakarta.

4.3 ANALISIS DATA ANGIN Tabel 4.1 Prosentasi kejadian angin pada berbagai arah dan kecepatan tahun 1996-2002 Kecepatan U TL 1,190 T TG S BD B BL
Jumlah (%)

0-10 knot 2,381 11-12 knot 13-14 knot 15-16 knot 17-18 knot -

2,381 7,143 14,286 5,952 3,571 3,571 7,143 5,952 5,952 5,952

35,714 29,760 19,047 13,095 2,381 100

1,190 2,381 7,143 3,571 2,381 2,381 2,381 1,190 4,762 4,762 2,381 -

Jumlah (%) 2,381 1,190 1,190 10,714 22,619 30,952 19,047 11,904
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Sta Banjarmasin

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa arah angin yang paling dominan (prevailing wind) terjadi pada arah Barat Daya dengan prosentase 30,952 %, sedangkan kecepatan angin yang paling dominan terjadi pada interval 0-10 knot dengan prosentase 14,286 %. Kecepatan angin maksimum mencapai 18 knot dengan arah Barat Daya.

67

4.4 ANALISIS DATA GELOMBANG Perhitungan tinggi gelombang dengan fetch Di dalam tinjauan pembangkitan gelombang di laut, fetch dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut. Di daerah pembentukan gelombang , gelombang tidak hanya dibangkitkan dalam arah yang sama dengan gelombang angin tetapi juga dalam berbagai sudut terhadap arah angin. Dari data angin yang telah diolah didapat hasil angin dominan berhembus dari arah Barat Daya dengan kecepatan maksimal sebesar 18 knot. Besarnya fetch dapat dicari dengan menggunakan persamaan : Feff = Xi cos cos Keterangan : Feff : Fetch rerata efektif Xi : Panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung akhir fetch : deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan pertambahan 5 sampai sudut sebesar 45 pada kedua sisi dari arah angin. Tabel 4.3 Perhitungan Fetch

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

() 45 40 35 30 25 20 15 10 5

Cos 0,7071 0,7660 0,8192 0,8660 0,9063 0,9397 0,9659 0,9848 0,9962

Xi (km) 0,9405 0,9900 1,0725 1,2375 1,3035 1,4025 1,6500 2,1450 2,6895

Xi cos 0,6650 0,7584 0,8785 1,0717 1,1814 1,3179 1,5938 2,1124 2,6682

68

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Total

1 0,9962 0,9848 0,9659 0,9397 0,9063 0,8660 0,8192 0,7660 0,7071 16,903

3,9600 7,8705 6,3690 2,8875 1,9965 1,3695 -

3,9600 7,8406 6,2722 2,7891 1,8761 1,2412 36,238

Sehingga : Feff = 36,238 16,903 = 2,143918 km

Dengan hasil fetch sebesar 2,14398 km dan kecepatan angin maksimal adalah 18 knot dari arah Barat Daya bisa didapatkan tinggi gelombang dari Grafik Peramalan Gelombang adalah sebesar 0,42 m dengan periode 2,08 sekon. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa tinggi gelombang yang terjadi akibat kecepatan angin tidak signifikan.

69

4.5

ANALISIS DATA PASANG SURUT Data pasang surut yang diperlukan berupa muka air tinggi rerata (MHWL), tinggi

muka air rerata (MSL) dan muka air rendah terendah (LLWL). Dalam hal ini data yang ada diperkirakan data pasang surut untuk tahun 2005.
Kurva pasang surut 12 Januari 2005
35 Ketinggian (dm) 30 25 20 15 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Jam pasang surut HWL = HHWL = 27 dm MSL = 15.88 dm LWL = LLWL = 6 dm

Sumber : Hidro Oseanogarafi TNI AL

Gambar 4.2 Kurva pasang surut 12 Januari 2005 Tabel 4.4 Tabel tinggi muka air akibat pasang surut tahun 2005 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember HHWL(dm) 30 28 27 29 30 30 30 28 27 29 30 30 MHWL(dm) 25,7 24,1 23 24,6 26,1 26,4 25,5 24,5 24 24,8 26 26,8 MSL(dm) 15,6 15,2 15,3 15,8 15,9 15,7 15. 15 15,6 16,5 16,4 15,96 MLWL(dm) LLWL(dm) 5,5 1 6,2 7,6 7,1 5,8 5 4,6 5,5 7,3 8,2 6,8 5,1 1 3 4 2 1 0 1 3 4 4 1

Sumber : Hidro Oseanogarafi TNI AL

70

Dalam perencanaan dermaga peti kemas, bangunan diambil berdasarkan asumsi titik ikat BMT Al +2,019 m terhadap LLWL. Dengan acuan tersebut maka elevasi pasang surut diasumsikan +0,00 dari LLWL, sehingga di dapatkan nilai elevasi sebagai berikut : Tinggi muka air tertinggi HHWL = 30 2,019 = 27,98 dm = 2,798 m Tinggi muka air rata-rata MSL = 16,5 2,019 = 14,48 dm = 1,448 m Tinggi muka air terendah LLWL = 2,019 2,019 = 0 dm

Hasil perhitungan di atas dapat digunakan sebagai pedoman dalam penentuan elevasi bangunan. Elevasi-elevasinya dapat digambarkan sebagai berikut :

HHWL + 2,798 m BMT Al + 2,019 MSL + 1,448 m

LLWL + 0,00 m

xxx xxx xxx xxx xxx Gambar 4.3 Perkiraan tinggi pasang surut tahun 2005

71

4.6

ANALISIS DATA KAPAL Data kunjungan kapal di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin tercatat sampai bulan

Maret tahun 2005 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.5 Data Kapal PT PELINDO III
No 1 GT 3256 Nama Kapal Caraka Jaya Niaga III-1 Caraka Jaya Niaga III-8 Caraka Jaya Niaga III-9 Caraka Jaya Niaga III-23 Caraka Jaya Niaga III-28 Caraka Jaya Niaga III-10 Caraka Jaya Niaga III-11 Caraka Jaya Niaga III-7 Caraka Jaya Niaga III-22 Caraka Jaya Niaga III-29 Caraka Jaya Niaga III-3 Caraka Jaya Niaga III-6 Caraka Jaya Niaga III-25 Jenis Kapal General Cargo General Cargo General Cargo General Cargo General Cargo General Cargo General Cargo General Cargo General Cargo General Cargo General Cargo General Cargo General Cargo NT 1412 1604 1647 1645 1647 1632 1632 1387 1603 1601 1380 1380 1380

Jasa Marina Indah


DWT 3000 3600 3650 3650 3650 3650 3650 3000 3000 3650 3000 3000 3650 Loa 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 Lpp 92 92,8 92,8 92,15 92,15 92,15 92,15 92,63 92,63 92,63 92 92,5 92,15 B 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5 H 7,8 7,8 7,8 7,8 7,8 7,8 7,8 7,8 7,8 7,8 7,8 7,8 7,8 d 5 5,4 5,4 5,4 5,4 5,39 5,4 5,4 5,4 5,4 5 5 5,4

3257

3258

3260

Sumber : PT PELINDO III Cab Banjarmasin dan Jasa Marina Indah Semarang

Berdasarkan data kapal di atas, dermaga peti kemas yang akan kami rencanakan mampu melayani 2 buah kapal peti kemas/general cargo dengan ukuran maksimum 3650 DWT dengan data dimensi kapal sebagai berikut : Panjang Loa Lebar Draft = 98 meter = 16,5 meter = 5,4 meter Panjang Lpp = 92,8 meter

5,4 m 92,8 m 98 m 16,5 m

72

4.7 ANALISIS DATA MEKANIKA TANAH DAN DAYA DUKUNG Pekerjaan Soil Investigation ini dilakukan pada 2 buah titik, yaitu titik B1 dan titik B2. Tes tes yang dilakukan mencakup : Boring s/d 60,00 m dari riverbed pada titik B1 dan B2. Standard Penetration Test (SPT)
Sungai Barito

Dermaga Batubara

Dermaga Tonasa

W1

W2

W3

W4

B1 Keterangan :
1. 2. kondisi eksisting rencana dermaga baru

B2

Gambar 4.4 Lokasi Boring Tabel 4.6 Hubungan N-SPT, Relative density dan Sudut geser Relative Density Very loose Loose Medium dense Dense Very dense
Sumber : Analisa dan Perhitungan Pondasi jilid II

N-SPT 0-4 4-10 10-30 30-50 >50

(Sudut Geser) 25 28 30 36 41

Titik B1 Tabel 4.7 Klasifikasi Tanah titik B1


Kedalaman (m) Jenis Tanah Warna N 0,00-2,00 2,00-20,00 Pasir Kasar Lempung Kelanauan Hitam Abu-abu Hitam 3 5 25 28 SPT
Keterangan Lunak Lunak

73

20,00-22,00 22,00-30,00 30,00-35,00 35,00-36,00 36,00-40,00 40,00-60,00

Lempung Kelanauan Lempung Kelanauan Lempung Kelanauan Lempung sedikit Pasir Lempung sedikit Pasir Pasir Kwarsa

Coklat Kekuningan Abu-abu Hitam Abu-abu Hitam Abu-abu Hitam Abu-abu Hitam Putih

9 5 5 20 55 66

28 28 28 30 41 41

Medium Lunak Lunak Sangat Kaku Keras Keras

Sumber : PT. Pembangunan Perumahan (Persero)

Titik B2 Tabel 4.8 Klasifikasi Tanah titik B2


Kedalaman (m) Jenis Tanah Warna N 0,00-3,00 3,00-6,00 6,00-9,00 9,00-17,00 17,00-26,00 26,00-30,00 30,00-36,00 36,00-45,00 45,00-60,00 Lempung Kelanauan + Gambut + Kayu Busuk Lempung Lempung sedikit Pasir Halus Lempung Kelanauan Lempung sedikit Pasir Halus Lempung Kelanauan Lempung Kelanauan Lempung Kelanauan Pasir Kwarsa Abu-abu Abu-abu Abu-abu Keputihan Putih 6 14 59 66 28 30 41 41
Medium Kaku Keras Keras

SPT 25 25 25 25 28
Keterangan Lunak

Hitam Kecoklatan Abu-abu Abu-abu Abu-abu Abu-abu

3 1 3 1 8

Lunak Lunak

Lunak Medium

Sumber : PT. Pembangunan Perumahan (Persero)

74

Adapun sifat fisik yang dimiliki masing masing lapisan untuk kedua titik B1 dan B2 adalah sebagai berikut : Titik B1 Tabel 4.9 Sifat Fisik Tanah titik B1
Kedalaman (m) Water Content (%) 36,93 79,85 80,11 78,12 77,76 75,86 76,10 69,14 53,02 52,71 56,09 53,55 42,11 39,07 39,81 31,67 32,55 28,69 29,02 27,83 Specific Gravity GS 2,661 2,533 2,536 2,548 2,551 2,580 2,556 2,595 2,542 2,557 2,531 2,552 2,633 2,642 2,649 2,652 2,646 2,654 2,660 2,665 Dry Density (d) (gr/cc) 1,216 0,874 0,892 1,004 1,010 1,112 1,136 1,150 1,016 1,104 0,953 1,092 1,236 1,407 1,401 1,422 1,407 1,572 1,565 1,582 Porosity n 0,496 0,669 0,670 0,666 0,665 0,662 0,660 0,642 0,574 0,574 0,857 0,577 0,526 0,508 0,513 0,457 0,463 0,432 0,436 0,426 Void Ratio e 0,983 2,022 2,032 1,991 1,984 1,957 1,945 1,794 1,348 1,348 1,420 1,367 1,109 1,032 1,054 0,840 0,861 0,761 0,772 0,742

0,50-1,00 3,50-4,00 6,50-7,00 9,50-10,00 12,50-13,00 15,50-16,00 18,50-19,00 21,50-22,00 24,50-25,00 27,50-28,00 30,50-31,00 33,50-34,00 36,50-37,00 39,50-40,00 42,50-43,00 45,50-46,00 48,50-49,00 51,50-52,00 54,50-55,00 57,50-58,00

Sumber : PT. Pembangunan Perumahan (Persero)

Titik B2 Tabel 4.10 Sifat Fisik Tanah titik B2


Kedalaman (m) 0,50-1,00 Water Content (%) 54,18 Specific Gravity GS 2,538 Dry Density (d) (gr/cc) 1,111 Porosity N 0,578 Void Ratio E 1,372

75

3,50-4,00 6,50-7,00 9,50-10,00 12,50-13,00 15,50-16,00 18,50-19,00 21,50-22,00 24,50-25,00 27,50-28,00 30,50-31,00 33,50-34,00 36,50-37,00 39,50-40,00 42,50-43,00 45,50-46,00 48,50-49,00 51,50-52,00 54,50-55,00 57,50-58,00

77,22 46,80 77,81 76,58 77,06 44,72 44,11 43,51 50,04 47,02 45,91 38,77 38,03 37,12 26,45 28,11 27,49 27,06 26,40

2,514 2,627 2,525 2,531 2,539 2,632 2,642 2,637 2,574 2,571 2,594 2,632 2,635 2,652 2,668 2,638 2,666 2,662 2,674

0,831 1,109 0,915 0,934 1,005 1,135 1,162 1,207 1,119 1,201 1,214 1,304 1,318 1,326 1,546 1,520 1,526 1,539 1,568

0,660 0,551 0,663 0,660 0,662 0,541 0,538 0,534 0,563 0,547 0,544 0,505 0,501 0,496 0,414 0,426 0,423 0,419 0,414

1,942 1,229 1,965 1,939 1,956 1,177 1,165 1,147 1,288 1,209 1,191 1,020 1,002 0,985 0,706 0,741 0,733 0,720 0,706

Sumber : PT. Pembangunan Perumahan (Persero)

Hasil dari soil test ini berguna di dalam perhitungan disain tiang tiang pondasi dermaga dalam hal tipe material, diameter dan kedalaman dasar tiang tiang pancang yang dipakai. Pondasi tiang pancang yang digunakan adalah tiang pancang dari beton dengan ukuran 40 cm x 40 cm untuk mencapai kedalaman lapisan tanah keras yaitu pasir kwarsa pada kedalaman 45 m dari permukaan tanah.

76

4.8

ANALISIS DATA SEDIMENTASI Total angkutan sedimen di hilir sungai Barito diperkirakan per tahun adalah 11

juta ton (Sumber : Balai Penyelidikan Sungai). Untuk menentukan tebal pengendapan sedimen yang terjadi di sungai Barito dapat menggunakan data sebagai berikut : 1. sedimen = 1,216 ton/m3 (disamakan dengan tanah pada kedalaman 0,5 m 1,0 m di lokasi sekitar dermaga). 2. Lebar sungai = 990 m 3. Asumsi panjang sungai dari hilir ke dermaga = 26,35 km 4. Penampang sungai diasumsikan sebagai penampang persegi

t
b = 990 m

m m = v= v v=
11000000 = 9046052,632m 3 1,216

= berat jenis sedimen ( ton/m3) m = massa sedimen (ton) v = volume sedimen (m3)

v= bxtxl

t=

v 9046052,632 = = 0,348m bxl 990x26350

b = lebar sungai (m ) l = panjang sungai (m ) t = tebal sedimentasi (m)

Berdasar hitungan diatas dapat diperoleh tinggi pengendapan sedimen yang terjadi di sungai Barito yaitu 0,348 m.

77

4.9 ANALISIS DATA PETI KEMAS

Arus kedatangan peti kemas pada pelabuhan diukur dengan satuan TEU. TEU adalah singkatan dari Twenty Foot Equivalent Unit yaitu luas yang dibutuhkan untuk peti kemas standar dengan ukuran 20 feet. Angkutan barang peti kemas telah meningkat dari tahun 1994 sebesar 30.064 TEU`s menjadi 112.690 TEU`s pada akhir tahun 1999 dengan angka pertumbuhan rata rata 5 tahun terakhir adalah sebesar 25,30 % per tahun. Tabel 4.11 Arus Peti kemas Pelabuhan Trisakti th 1994 s/d 1999 Tahun 1994 1995 1996 1997 1998 1999 Peti kemas ( TEU `s ) 39,064 59,950 74,268 102,497 95,617 112,690

Sumber : Master Plan Pelabuhan Banjarmasin Tahun 2000 - 2025

Berdasarkan arus barang yang melalui Pelabuhan Trisakti (historis) dapat diperoleh besarnya proyeksi arus peti kemas sebagaimana pada tabel berikut : Tabel 4.12 Proyeksi Arus Peti kemas Pelabuhan Trisakti th 2000 s/d 2025 Tahun 2000 2005 2010 2025 Peti kemas ( TEU `s ) 108,976 190,708 333,739 1.084,651

Sumber : Master Plan Pelabuhan Banjarmasin Tahun 2000 - 2025

78

Sedangkan besarnya arus peti kemas yang memasuki Container Freight Station pada tahun 2025 diperkirakan sebesar setengah dari jumlah keseluruhan arus peti kemas, yaitu 250.000 TEU`s. Dari data arus peti kemas yang masuk ke Pelabuhan Trisakti, dapat dihitung luas area yang dibutuhkan untuk lapangan penumpukan dan luas area untuk kegiatan stripping dan stripping di Container Freight Station sampai dengan akhir tahun 2025.

79

Você também pode gostar