Você está na página 1de 11

ARTIKEL: Presentase Rumah Tangga yang ber PHBS Penulis: Riskesdas 2007 Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007

mengumpulkan 10 indikator tunggal Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang terdiri dari enam indikator individu dan empat indikator rumah tangga. Indikator individu meliputi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi 0-6 mendapat ASI eksklusif, kepemilikan/Ketersediaan jaminan Pemeliharaan kesehatan, penduduk tidak merokok, penduduk cukup beraktifitas fisik dan penduduk cukup mengkonsumsi sayur dan buah. Indikator Rumah Tangga meliputi rumah tangga memiliki akses terhadap air bersih, akses jamban sehat, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni (8m2/orang) dan rumah tangga dengan lantai rumah bukan tanah. Dalam penilaian PHBS ada dua macam rumah tangga, yaitu rumah tangga dengan balita dan rumah tangga tanpa balita. Untuk rumah tangga dengan balita digunakan 10 indikator, sehingga nilai tertinggi adalah 10; sedangkan untuk rumah tangga tanpa balita terdiri dari 8 indikator, sehingga niiai tertinggi delapan (8). PHBS diklasifikasikan 'kurang' apabila mendapatkan miai kurang dari enam (6) untuk rumah tangga mempunyai nilai kurang dari lima (5) untuk rumah tangga tanpa balita. Secara nasional, penduduk yang telah memenuhi kriteria PHBS baik sebesar 38,7%. Terdapat lima propinsi dengan pencapaian di atas angka nasional yaitu DI Yogyakarta (58,2%), Bali (51,7%), Kalimantan Timur (49,8%), Jawa Tengah (47%), dan Sulawesi Utara (46,9%). Sedangkan propinsi dengan pencapaian PHBS rendah berturut-turut adalah Papua (24,4%), Nusa Tenggara Timur (26,8%), Gorontalo (27,8%), Riau (28,1%) dan Sumatera Barat (28,2%).

PROGRAM PROMOSI KESEHATAN:


Peningkatan Pendidikan Kesehatan Kepada Masyarakat Pengembangan Media Promosi Kesehatan dan Teknologi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Pengembangan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

BERITA: Pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Hari/Tanggal: Selasa, 30 Desember 2008 Terwujudnya masyarakat yang sehat tidak terlepas dari perilaku hidup bersih dan sehat dilingkungan rumah tangga. Sebab, rumah tangga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat. Dengan terciptanya kehidupan masyarakat yang sehat, tentu hal ini merupakan modal utama dan aset yang sangat berharga untuk melaksanakan pembangunan.Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kab. Jember, Dr. Olong Fajri M, MARS saat acara pembekalan TP PKK Kabupaten beberapa waktu lalu, rumah tangga sehat merupakan aset atau modal utama pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Ia menegaskan, beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena gangguan berbagai penyakit. "Oleh karena itu, adanya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit infeksi dan non-infeksi dapat dicegah dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)", cetusnya. Pada dasarnya, PHBS adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu mempraktikkan PHBS dengan tujuan memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, bermanfaat untuk mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. "Sehingga dengan adanya PHBS, tatanan rumah tangga sehat dapat diwujudkan dengan perilaku sehat dan lingkungan sehat", ujarnya. Adapun perilaku sehat itu, kata dia, meliputi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI kepada balita, mempunyai air bersih (sarana yang memenuhi syarat), mempunyai jamban, lantai rumah kedap air, ada anggota keluarga yang ikut Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Askes), tidak merokok dan pemenuhan gizi seimbang (makan sayur dan buah setiap hari). Sedangkan lingkungan hidup sehat meliputi, adanya sarana air bersih (sumur gali, sumur pompa tangan, perpipaan, PDAM), adanya jamban keluarga, adanya sarana air limbah/air pembuangan, memiliki tempat pembuangan sampah dan rumah bebas jentik nyamuk. Selain PHBS sangat perlu diterapkan pada kehidupan rumah tangga, PHBS ini juga penting diterapkan pada institusi kesehatan. "Upaya PHBS pada institusi kesehatan adalah upaya untuk membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat petugas kesehatan agar mampu melakukan pembinaan PHBS dan mengenali masalah kesehatan serta mampu mengatasi, meningkatkan dan melindungi kesehatan di wilayah kerjanya", tandas dia. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan tatanan di rumah sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan dan sarana kesehatan lainnya. Dr Olong menjelaskan manfaat PHBS di institusi kesehatan, adalah untuk meningkatkan citra

pemerintah dalam bidang kesehatan dan juga institusi kesehatan bersangkutan, meningkatkan kinerja petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan preventif, promotif dan kuratif serta dapat menjadi sarana kesehatan yang bersih dan sehat bagi pengunjung. (sal/dn) sumber : www.jemberpost.com

BERITA: Mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Hari/Tanggal: Selasa, 25 Nopember 2008 PROGRAM acara Nanny 911 yang ditayangkan MetroTV, Minggu (19/10), sungguh menarik. Di sana ditayangkan seorang ibu muda, Jannice (32), yang memiliki kebiasaan sangat buruk dan jorok. Rumahnya yang megah di kompleks perumahan mewah di suatu negara bagian di AS berubah bak kandang babi. Tentu, menjijikkan. Sang ibu muda ini memiliki kebiasaan buruk, yakni lebih memerhatikan babi piarannya (Mickey) ketimbang dua anak balitanya, Jelly (3,5 tahun) dan Zoey (18 bulan). Babi Mickey bahkan memiliki kamar sendiri di rumah pasangan muda itu. Mickey dibiarkan berkeliaran dan mengacak-acak seisi rumah. Karuan saja, rumah mereka jadi kotor dan berantakan.

Yang paling mengkhawatirkan adalah kedua balitanya mulai meniru perilaku babi Mickey. Setiap kali waktu makan, kedua balitanya melemparkan piringnya ke lantai, lalu memakannya sebagaimana cara Mickey makan. Suatu kali, Zoey melemparkan sebuah buku ke toilet. Kemudian, buku itu diambil dan dijilat. Weaa...aah, sungguh menjijikkan! Pernah pula, putri bungsunya itu tersungkur gara-gara diseruduk Mickey. Karry (35), sang suami, melihat ada kejanggalan dengan kondisi psikis istrinya. Ia meminta Nanny, konsultan keluarga sekaligus aktor program reality show Nanny 911, untuk mengubah kebiasaan buruk sang istri yang semakin abnormal. Maka, datanglah Nanny dan timnya ke rumah mereka. Singkat cerita, selama satu minggu, Nanny berhasil mengubah kebiasaan buruk dan jorok Jannice. Walaupun awalnya Jannice merasa kesal, benci, dan dipandang rendah. Ia merasa ada persekongkolan antara suaminya dan Nanny untuk menyudutkan dirinya. Puncaknya, Nanny 911 membuat aturan dan jadwal acara keluarga yang meliputi jadwal dan tempat makan, tidur, bermain, dll. Langkah pertama yang dilakukan Nanny adalah mengeluarkan babi Mickey dan ditempatkan di sebuah kandang yang tak jauh dari rumah mereka. Jannice nyaris mengusir Nanny karena babi piaraannya dipisahkan dengan dirinya. Namun, dengan memberikan pengertian terus-menerus pada Jannice, Nanny akhirnya berhasil mengubah kehidupan pasangan muda di AS tersebut.

Ilustrasi singkat tadi menggambarkan betapa kebiasaan yang demikian buruk bisa diubah dengan mengubah cara berpikir, disiplin, taat pada aturan, serta kerja keras dan pantang menyerah. Dalam waktu singkat, kendati tak mudah, mindset dan kebiasaan seseorang bisa diubah. Hidup Bersih dan Sehat Hidup bersih, sehat, bahagia dan sejahtera lahir batin adalah dambaan setiap orang. Hidup berkecukupan materi bukan jaminan bagi seseorang bisa hidup sehat dan bahagia. Mereka yang kurang dari sisi materi juga bisa menikmati hidup sehat dan bahagia. Sebab, kesehatan terkait erat dengan perilaku atau budaya. Perubahan perilaku atau budaya membutuhkan edukasi yang terus-menerus. Pemerintah sudah cukup lama mengampanyekan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Namun, berbagai kendala klasik menghadang. Di antaranya: disparitas status kesehatan antartingkat sosial ekonomi, antarkawasan, dan antarperkotaan-perdesaan, beban ganda penyakit, rendahnya kinerja pelayanan kesehatan, kebiasaan merokok, pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan gizi lebih pada balita, rendahnya kebersihan lingkungan, rendahnya kuantitas, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan, dan terbatasnya tenaga kesehatan dan penyebarannya. Indikator yang digunakan dalam pendataan PHBS meliputi sebelas indikator perilaku, antara lain tidak merokok, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI eksklusif, imunisasi, balita ditimbang, sarapan pagi, makan buah dan sayur, cuci tangan, gosok gigi, dan olahraga. Dari aspek lingkungan, harus memenuhi tujuh indikator yaitu tersedianya jamban, air bersih, bebas jentik, pemilahan sampah, sistem pembuangan air limbah (SPAL), ventilasi, lantai, dan kepadatan rumah. Budaya atau perilaku hidup bersih dan sehat harus menjadi bagian integral dari kehidupan kita. PHBS harus tertanam pada anak sejak kecil sehingga mereka sudah terbiasa dengan pola hidup bersih dan sehat hingga mereka dewasa. Kesehatan adalah investasi kita di masa kini dan masa depan. Masyarakat juga harus disadarkan bahwa kesehatan dibangun bukan oleh obat-obatan atau tindakan kuratif lainnya, tapi 75 persen kesehatan kita dibangun oleh lingkungan yang sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat. Tidak ada yang bisa kita kerjakan bila badan kita sakit. Bahkan, tidak ada artinya perjalanan karier yang menanjak bila kondisi fisik, psikis, dan lingkungan kita makin buruk.

Peran PKK Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sejatinya tugas setiap orang, tak hanya kaum perempuan kendati motor penggerak PKK sebagian besar kaum perempuan. Yang perlu dipahami masyarakat adalah ada perbedaan siginifikan antara PKK dulu dengan sekarang. PKK bukan bagian organik dari pemerintah, tapi mitra strategis pemerintah dalam menjalankan pembangunan. Kepedulian PKK pada berbagai persoalan keluarga menjadi kekuatan PKK dalam menjawab persoalan-persoalan riil masyarakat. Salah satunya adalah perhatiannya pada soal kesehatan anak, ibu, dan keluarga. Momentum Kesatuan Gerak PKK-KB Kesehatan ke-14 yang akan digelar di Kota Bogor, Jawa Barat, 21 Oktober 2008 merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan selama tiga bulan, Oktober-Desember 2008. Momentum ini merupakan pengejawantahan dari komitmen jajaran PKK dalam mendukung program KB dan Kesehatan. Kegiatan ini akan mendorong optimalisasi pelayanan berbagai sarana kesehatan seperti posyandu, puskesmas, kampanye perilaku hidup bersih dan sehat, dll. Pemerintah menyarankan 17 tip hidup sehat. Di antaranya ibu hamil memeriksakan kehamilannya sedini mungkin dan paling sedikit empat kali selama masa kehamilan dan meminta pertolongan persalinan kepada bidan, memberi ASI saja kepada bayinya selama empat bulan pertama. Ibu hamil juga disarankan minum tablet tambah darah atau tablet zat besi. Setiap bayi harus diimunisasi lengkap sebelum usia 1 tahun dan ditimbang berat badannya sejak lahir sampai usia 5 tahun di posyandu atau sarana kesehatan. Setiap orang agar makan makanan yang mengandung unsur zat tenaga, zat pembangun, garam yodium, dan zat pengatur sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Setiap orang juga disarankan membuang air besar atau tinja di jamban (WC), mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan waktu akan makan. Selain itu, gunakan air bersih dan air untuk minum agar dimasak dahulu, jangan lupa olahraga teratur dan jadi peserta Dana Sehat (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat). Jika sebagian besar masyarakat memahami manfaat perilaku hidup bersih dan sehat, bukan tak mungkin kita mampu menekan tingginya angka diare, DBD, dan ISPA yang kerap datang pada musim pancaroba (pergantian musim). Kita juga dapat melihat kenaikan angka perempuan hamil yang melahirkan pada tenaga kesehatan. Pada akhirnya kita akan melihat warga memiliki kemandirian dalam mewujudkan derajat kesehatan sebagai hak individualnya yang akan berkontribusi pada kenaikan IPM Jabar. Semoga! (*) Sumber : www.tribunjabar.co.id NETTY PRASETIYANI, SS. Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat

ARTIKEL: Promosi Kesehatan di Sekolah: Membentuk Anak Menjadi Agent of Change Penulis: Winitra Rahmani A., S.Sos

Setiap tanggal 23 Juli kita memperingati Hari Anak Nasional. Mengapa? Karena secara logika dan siapa pun pasti sepakat - bahwa masa depan bangsa Indonesia terletak di tangan anak-anak saat ini. Dengan adanya Hari Anak Nasional, kita seperti diingatkan kembali untuk memperhatikan apakah kita sudah benar-benar mengayomi para penerus bangsa ini.Masih dalam semangat Hari Anak Nasional ke-24 yang jatuh pada tanggal 23 Juli 2008 yang lalu, yang mengusung tema "Saya Anak Indonesia Sejati, Mandiri, dan Kreatif" dengan sub tema "Anak Indonesia Sejahtera, Berkualitas, dan Terlindungi" dan "Anak Indonesia Bisa!", kita seolah-olah diingatkan benarkah keadaan anak-anak di Indonesia saat ini telah mencerminkan tema yang diusung tersebut? Alangkah ironisnya, sebab berdasarkan pernyataan Ketua Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Prof. Lily I. Ruliantoro, MD, dari 27,6 juta anak-anak usia 0-6 tahun pada tahun 2005, hanya 25 persen yang terakses program peningkatan kesehatan, gizi, dan pendidikan (Pendidikan Anak Usia Dini - PAUD) secara menyeluruh (Koran Tempo, 23 Juli 2008). Ini tentu saja memprihatinkan kita semua karena seperti yang tercantum dalam Konvensi Hak-Hak Anak yang dikeluarkan oleh Dewan Umum PBB pada tanggal 20 November 1989, dinyatakan bahwa anak-anak memiliki hak atas kesehatan (artikel 24) dan pendidikan (artikel 28). Bila kita mau menyelamatkan nasib anak-anak kita, mari kita coba dengan cara yang sederhana. Misalnya dengan mengajak para guru untuk memberdayakan 25 persen anak-anak yang beruntung tersebut - pada saat ini mereka telah berusia 3-9 tahun - untuk melakukan promosi kesehatan di sekolah. Mengapa di sekolah dan bukannya di rumah? Karena seperti kita ketahui bersama bahwa saat ini sebagian besar waktu anak-anak dihabiskan di sekolah dengan berbagai macam kurikulum dan ekstrakurikulernya. Banyak pula orang tua yang sibuk bekerja, sehingga tidak selalu sempat untuk memberikan pengajaran pada anak-anaknya dan kemudian bagian itu diberikan pada guru. Ini mengindikasikan bahwa promosi kesehatan akan lebih efektif bila dapat dilakukan di sekolah. Salah satu bentuk promosi kesehatan di sekolah adalah penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Ada 8 indikator PHBS yang dilakukan di sekolah, yaitu Cuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun; Jajan di Kantin Sekolah; BAB dan BAK di Jamban; Buang Sampah di Tempatnya; Berolahraga; Mengukur Tinggi dan Berat Badan; Memeriksa Jentik Nyamuk; dan Tidak Merokok di Sekolah. Dengan diajarkannya PHBS pada anak-anak di sekolah, diharapkan mereka menerapkannya pula di rumah dan di lingkungan masyarakat sekitarnya. Diharapkan pula, dengan kepolosannya mereka dapat memberi pengertian dan menggugah orang-orang di sekitarnya tentang betapa pentingnya PHBS itu.

Sesungguhnya, dengan menyelamatkan anak-anak berarti kita menyelamatkan diri kita sendiri di masa yang akan datang. Ini seperti kutipan dari lagu "We Are the World" - walaupun konteksnya tidak sama, lagu tersebut dalam konteks kepedulian artis-artis Amerika terhadap bencana kelaparan di Afrika - pada tahun 1980-an: We are the world, we are the children We are the one to make a brighter day so let's start giving There's a choice we're making, we're saving our own lives It's true we make a better day just you and me...

AYA HIDUP DAN GAYA HIDUP SEHAT, TANTANGAN PROMOSI KESEHATAN DI INDONESIA Penulis: Ari W. Gaya hidup dan gaya hidup sehat, kini merupakan kosa kata yang seksi, menjadi jualan yang laris manis. Simaklah belantara industri media media kertas maupun elekronik betapa banyak dagangan yang ditawarkan atas nama gaya hidup dan gaya hidup sehat. Dan menjadi sebuah kewajiban para praktisi marketing dan periklanan untuk mengetahui gaya hidup para konsumen, untuk dipuasi atau untuk dirubah gaya hidup dan gaya hidup sehat mereka. Begitulah adanya dunia industri kini dan kitapun terperangkap dalamnya, bagai ikan didalam bubu. Apa boleh buat, itulah kutukan peradaban. Dan setiap gaya hidup sehat atau tidak sehat yang kita jalani sadar maupun tidak sadar, ada ongkos didalamnya, ada harga yang harus dibayar pra maupun pasca gaya itu. Dan seyogyanya menjadi kerisauan bersama.

Tentang gaya hidup itu Terdapat berbagai pengertian tentang gaya hidup, tergantung dari mana kita berkepen tingan melihatnya. Seperti orang orang pemasaran misalnya. Bagi kalangan ini, kesamaan atau kebedaan antara usia, tempat tinggal, suku , agama, kebangsaan dan kewar gaan, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, belumlah menggambarkan apa apa. Itu baru pengkategorian demografis atau baru menjawab siapa konsumen kita. Padahal bagi pembidik pembidik pasar, ada yang lebih penting yaitu : apa yang ada dikepala mereka ( segmentasi psikografi, kohor) apa yang mereka beli dan dimana mereka dapat dijangkau. Apa yang ada dikepala mereka, itulah salah satu cara segmentasi pasar modern. Apa yang ada dikepala konsumen adalah AIO ( A=aktivitas, I = interes, minat, O=opini, pendapat. Resultante dari AIO inilah yang disebut gaya hidup, yang dalam pengertian pemasaran : Gaya hidup ialah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya.Mengetahui hal hal ini berarti mengetahui apa yang dapat dijual kepada mereka, juga dimana atau cara bagaimana mereka dapat dijangkau Tulisan yang lebih detil tentang ini dapat dibaca dalam berbagai referensi anatara lain Membidik Pasar Indonesia- Rhenald Kasali, Gramedia Jakarta 2001. Uraian dalam artikel ini hanyalah sekedar perbandingan dengan pengertian dan analisis Gaya Hidup dari sisi kesehatan atau Gaya Hidup Sehat.

Gaya hidup - dari penglihatan kesehatan Dalam health promotion glossary ( WHO 1998) , dirumuskan pengertian sebagai berikut : Lyfestyle is a way of living based on identifiable patterns of behaviour which are determined by the interplay between an individuals personal characteristics, social interactions, and socioeconomicand environmental living condition. Pola pola perilaku (behavioral patterns) akan selalu berbeda dalam situasi atau lingkungan social yang berbeda, dan senantiasa berubah, tidak ada yang menetap (fixed). Gaya hidup individu, yang dicirikan dengan pola perilaku individu, akan memberi dampak pada kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang lain. Dalam kesehatan gaya hidup seseorang dapat diubah dengan cara memberdayakan individu agar merubah gaya hidupnya, tetapi merubahnya bukan pada si individu saja, tetapi juga merubah lingkungan social dan kondisi kehidupan yang mempengaruhi pola perilakunya. Harus disadari bahwa tidak ada aturan ketentuan baku tentang gaya hidup yang sama dan cocok yang berlaku untuk semua orang. Budaya, pendapatan, struktur keluarga, umur, kemampuan fisik, lingkungan rumah dan lingkungan tempat kerja, menciptakan berbagai gaya dan kondisi kehidupan lebih menarik, dapat diterapkan dan diterima.

Senjata sama : maksud beda Para marketer melihat gaya hidup dengan analisis AIO, dengan maksud agar tepat dalam penetrasi barang dan jasa yang ditawarkannya Para promosi kesehatan melihat gaya hidup dengan analisis AIO, agar lebih mengenal khalayak dan dapat mengembangkan promosi gaya hidup sehat yang berorientasi khalayak atau klien. Bedanya dengan para marketer ialah, para promotor membandingkan gaya hidup khalayak dengan standar standar kesehatan, merubahnya bila tidak sesuai. Lalu, apa maksud kedua penampakan gaya hidup dari sisi pemasaran dan promosi diuraikan dalam tulisan ini? Cuma satu : saling memperkaya. Kita sepakat, dalam hal gaya hidup, penyebab dan penampakkan ( hal hal yang dapat diidentifikasi) pada setiap orang dan kelompok, pasti berbeda. Aktivitas (A) interast (I) dan Opini (O) masing masing orang dan kelompok saling berbeda, jadi intervensi yang dilakukan pun harus berbeda.

Dan Vientiane berdeklarasi Antara lain ditanda tangani oleh Dr Achmad Sujudi, Menteri Kesehatan Indonesia, di Republik Laos 15 Maret 2002, di ibu kota Vientiane, lahirlah Deklarasi Vientiane tentang Gaya Hidup Sehat Asean ditanda tangani oleh sepuluh menteri kesehatan negara negara ASEAN. Deklarasi ini mengartikan gaya hidup sebagai praktek perilaku dan prakek social yang mendukung kesehatan dan merupakan cerminan dari nilai nilai dan jatidiri dari kelompok dan masyarakat dimana penduduk hidup dan menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk memenuhi kehidupan ekonomi , social dan lingkungan fisik. Sedemikian pentingnya gaya hidup sehat itu sehingga para menteri kesehatan menetapkan visi pada tahun 2000 semua penduduk ASEAN akan menuju gaya hidup sehat, sesuai dengan nilai hidup, kepercayaan dan budaya ASEAN, dalam lingkungan yang mendukung. Selanjutnya dirumuskan berbagai area prioriotas, tergantung kondisi kesehatan masing masing negara.

ARTIKEL: Promosi Kesehatan dengan Tatanan Penulis: Dari pelayanan kesehatan kuratif ke promotif dan preventif Kesehatan adalah kebutuhan dasar bagi semua orang dimanapun berada. Dahulu kala pelayanan kesehatan lebih perhatian kepada masalah sakit atau penyakit yang dialami oleh penderita untuk dilakukan penyembuhan sampai penderita menjadi sehat kembali. Tanpa memperhatikan lagi bahwa penyakit tersebut dapat kambuh kembali dikemudian hari. Konsep pencegahan dan pemeliharaan yang ada kurang diperhatikan oleh petugas kesehatan, hal ini diserahkan kepada teman sejawat yang peduli akan pencegahan yang mana profesionalisme, keadaan sosialnya masih rendah untuk meningkatkan pengadaan air bersih dan sanitasi, pemberian vaksin dalam mencegah penyakit dan penyuluhan ke masyarakat apa yang mereka harus lakukan dan apa yang tidak perlu dilakukan agar menjadi lebih sehat. Sebetulnya kesehatan dapat dipromosikan secara baik di manapun. Tempat pelayanan kesehatan, petugas kesehatan dan peralatan yang canggih dan mahal dengan majunya perkembangan teknologi saat ini untuk menjalankan prosedur pemeriksaan kesehatan mengakibatkan takutnya masyarakat ataupun yang membutuhkan untuk berobat terutama untuk sosial ekonomi yang rendah atau paspasan. Sementara pelayanan kesehatan yang bersifat pencegahan dengan teknologi yang sederhana masih dibutuhkan, untuk mengurangi kematian. Dengan adanya perbedaan biaya kesehatan yang mahal dan murah dibandingkan dengan hasilnya maka menjadi tidak jelas.

Penyebab kematian sering tidak begitu jelas tapi ada hubungan dengan yang erat dengan kemiskinan, ketidaktahuan, kurang gizi, lingkungan yang kotor atau berpolusi, pemakaian NAPZA termasuk rokok dan gaya hidup yang tidak sehat sering mempengaruhi kesehatan masyarakat samapai menimbulkan penyakit yang berbahaya dan kematian. Di Indonesia yang terdiri dari beribu pulau dengan jumlah penduduk yang sangat banyak dengan beraneka ragam budaya, sehingga hal ini penanganan yang terintegrasi. Jumlah penduduk Indonesia masih banyak di pedesaan dan perkotaan yang kurang mendukung dari segi kebersihan dan kesehatan lingkungannya. Masih banyak juga masyarakat kurang mampu menjangkau pelayanan kesehatan karena hambatan geografis dan transportasi sehingga hal ini menyebabkan keterlambatan dalam penotongan. Dengan kemajuan teknologi kedokteran saat ini seharusnya semua masyarakat Indonesia merasakan kemajuan tersebut, tetapi karena keterbatasan biaya dan pemerataan pelayanan maka teknologi tersebut baru dapat dirasakan sebagian kecil saja. Keadaan tersebut di atas merupakan gambaran pembangunan kesehatan di Indonesia, untuk itu sebaiknya kesehatan harus menjadi kebutuhan dasar dan merupakan juga hak azazi manusia dalam mencapai Indonesia Sehat 2010. Prinsip ini merupakan visi dari pembangunan kesehatan Indonesia dimana semua masyarakat hendaknya derajat kesehatanya memungkinkan untuk produktif dalam bekerja dan berpartisipasi secara aktif dalam pencegahan dan pemeliharaan kesehatannya. Hal tersebut diatas tidak mungkin dapat dicapai melalui kesehatan saja tetapi juga harus melibatkan semua sektor yang terkait. (jms)
ARTIKEL: PROMOSI KESEHATAN DI TEMPAT KERJA Penulis: Jame's Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman merupakan hal yang di inginkan oleh semua pekerja. Lingkungan fisik tempat kerja dan lingkungan organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi sosial,mental dan phisik dalam kehidupan pekerja. Kesehatan suatu lingkungan tempat kerja dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan pekerja, seperti peningkatan moral pekerja, penurunan absensi dan peningkatan produktifitas. Sebaliknya tempat kerja yang kurang sehat atau tidak sehat (sering terpapar zat yang bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka kesakitan dan kecelakaan, rendahnya kualitas kesehatan pekerja, meningkatnya biaya kesehatan dan banyak lagi dampak negatif lainnya. Pada umumnya kesehatan tenaga pekerja sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional. Hal ini dapat dilihat pada negara-negara yang sudah maju. Secara umum bahwa kesehatan dan lingkungan dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi.

Dimana industrilisasi banyak memberikan dampak positif terhadap kesehatan, seperti meningkatnya penghasilan pekerja, kondisi tempat tinggal yang lebih baik dan meningkatkan pelayanan, tetapi kegiatan industrilisasi juga memberikan dampak yang tidak baik juga terhadap kesehatan di tempat kerja dan masyarakat pada umumnya. Dengan makin meningkatnya perkembangan industri dan perubahan secara global dibidang pembangunan secara umum di dunia, Indonesia juga melakukan perubahan-perubahan dalam pembangunan baik dalam bidang tehnologi maupun industri. Dengan adanya perubahan tersebut maka konsekuensinya terjadi perubahan pola penyakit / kasus-kasus penyakit karena hubungan dengan pekerjaan. Seperti faktor mekanik (proses kerja, peralatan) , faktor fisik (panas , Bising, radiasi) dan faktor kimia. Masalah gizi pekerja juga merupakan hal yang sangat penting yang perlu diperhatikan, stress, penyakit Jantung, tekanan darah tinggi dan lain-lainnya. Perubahan ini banyak tidak disadari oleh pengelola tempat kerja atau diremehkan. Atau walaupun mengetahui pendekatan pemecahan masalahnya hanya dari segi kuratif dan rehabilitatif saja tanpa memperhatikan akan pentingnya promosi dan pencegahan. Promosi kesehatan ini dikembangkan dengan adanya Deklarasi Jakarta hasil dari konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Jakarta bulan juli 1997. Dengan komitmen yang tinggi Indonesia ikut berperan dalam melakukan kegiatan tersebut terutama melalui program perilaku hidup bersih yang dilakukan di beberapa tatanan diantaranya adalah tatanan tempat kerja. Masih sangat sedikit sekali pekerja dari perusahaan mendapatkan pelayanan kesehatan keselamatan kerja yang memuaskan, karena banyak para pimpinan perusahaan kurang menghubungkan antara tempat kerja, kesehatan dan pembangunan. Padahal kita ketahui bahwa pekerja yang sehat akan menjadikan pekerja yang produktif, yang mana sangat penting untuk keberhasilan bisnis perusahaan dan pembangunan nasional. Untuk itu promosi kesehatan di tempat kerja merupakan bagian yang sangat penting di tempat kerja.

Você também pode gostar