Você está na página 1de 3

JURNAL

KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GAGAL


JANTUNG KONGESTIF DI RSUP DR. SARDJITO
YOGYAKARTA TAHUN 2005

DI ANALISA OLEH :
NAMA
NPM

: ANDRIANSYAH
: 110065 B S-1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN
2013

ANALISA JURNAL
A. Judul Jurnal

Kajian Interaksi Obat Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di RSUP dr. Sardjito
Yogyakarta Tahun 2005
B. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif.
C. Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien terdiri 130 pasien laki- laki (%) dan 107
pasien perempuan (%) . Berdasarkan distribusi umur terdapat 63 pasien (%) berusia
15-65 tahun dan 174 pasien (%) berusia diatas 65 tahun. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa interaksi obat potensial terjadi pada 99 (90%) pasien rawat
inap dan 126 (99,26%) pasien rawat jalan. Pada pasien rawat inap ditemukan interaksi
farmakokinetika sebanyak 20 jenis (50%), interaksi farmakodinamik sebanyak 6 jenis
(15%), dan interaksi dengan mekanisme yang tidak diketahui sebanyak 14 jenis
(35%). Pada pasien rawat jalan ditemukan interaksi farmakokinetika sebanyak 25
jenis (36%), interaksi farmakodinamik sebanyak 11 jenis (32%), dan interaksi
dengan mekanisme yang tidak diketahui sebanyak 8 jenis (32%).
Jenis interaksi yang memiliki insidensi kejadian paling tinggi pada pasien rawat
inap secara berurutan adalah furosemid dengan ACE inhibitor yang terjadi pada 84
pasien (76,36%), furosemid dengan asetosal pada 66 pasien (60%), dan ACE inhibitor
dengan asetosal pada 57 pasien (51,82%) (tabel 2). Jenis interaksi yang memiliki
insidensi kejadian paling tinggi pada pasien rawat jalan secara berurutan adalah
asetosal dengan ACE inhibitor yang terjadi pada 90 pasien (70,87%), furosemid
dengan ACE inhibitor pada 85 pasien (66,93%), dan ACE inhibitor
dengan
suplemen kalium pada 85 pasien (66,93%) (tabel 3). Interaksi antara Penghambat
ACE dan asetosal maupun suplemen kalium menempati level signifikansi 4 yang
kemungkinan belum terjadi dan belum perlu manajemen terapi.
D. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi obat potensial terjadi pada 99 (90%)
pasien rawat inap dan 126 (99,26%) pasien rawat jalan. Pada pasien rawat
inap ditemukan interaksi farmakokinetika sebanyak 20 jenis (50%), interaksi
farmakodinamik sebanyak 6 jenis (15%), dan interaksi dengan mekanisme yang tidak
diketahui sebanyak 14 jenis (35%). Jenis interaksi yang memiliki insidensi
kejadian
paling
tinggi
secara berurutan adalah furosemid dengan ACE
inhibitor yang terjadi pada 84 pasien (76,36%), furosemid dengan asetosal pada 66
pasien (60%), dan ACE inhibitor dengan asetosal pada 57 pasien (51,82%).
Pada pasien rawat jalan ditemukan interaksi farmakokinetika sebanyak 25 jenis
(36%), interaksi farmakodinamik sebanyak 11 jenis (32%), dan interaksi dengan
mekanisme yang tidak diketahui sebanyak 8 jenis (32%). Jenis interaksi yang
memiliki insidensi kejadian
paling
tinggi
secara berurutan
adalah
asetosal
ACE inhibitor yang terjadi pada 90 pasien (70,87%),
furosemid
dengan ACE inhibitor pada 85 pasien (66,93%), dan ACE inhibitor dengan
suplemen kalium pada 85 pasien (66,93%).

E. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan
Penelitian ini mengambil sampel baik yang pasien rawat inap dan rawat jalan.
Kekurangan
Analisis data dilakukan deskripsi. Tidak di ketahui apa kriteria ekslusi dari penelitian ini.
F. Implikasi Keperawatan
Penelitian ini dapat di gunakan perawat untuk membantu memberikan penkes pada pasien

gagal jantung kongestif

Você também pode gostar