Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Jika Golongan Karya (Golkar) sudah menjadi partai politik (parpol). Namun, syukurlah Golongan Putih (Golput) tidak menjadi parpol. Andaikan Golput menjadi parpol, maka: Pertama, Golput menjadi parpol pemenang pada setiap pemilu di era reformasi. Golput (baca:pemilih yang tidak memilih) memperoleh suara terbanyak pada pemilu 2009 dan 2004. Pemilu 2009 memperoleh 49.677.076 suara (29,01%)i. Pemilu 2004 memperoleh 23.551.321 suara (15,91%)ii. Kedua, Golput akan menghabiskan bantuan negara sebesar Rp. 5,4 milyar. Setiap 1 suara dihargai Rp. 108iii dikalikan dengan 49.677.076 suara yang diperoleh dari Pemilu 2009. Ketiga, Golput melewati ambang batas parlemen sebesar 2,5% dari jumlah suara pada pemilu 2009.
Sejarah Golput Menurut Bertens (2009), istilah dan gerakan "golongan putih" pertama kali muncul di Indonesia menjelang pemilu tahun 1971. Istilah itu dengan jelas muncul sebagai protes. Waktu itu, Arief Budiman dan kawan-kawannya tidak puas dengan dibatasinya kesempatan untuk menyalurkan aspirasi politik mereka. Karena itu, mereka menganjurkan untuk tidak ikut dalam pemilu. Kalau ikut juga, mencoblos bagian putih saja, di antara sepuluh tanda gambar yang
Email: josua_ps@yahoo.com
tersedia pada waktu itu. Istilah ini tentu dimaksudkan untuk bertentangan dengan golongan lain, yaitu Golkar. Saat itu, Golkar merupakan peserta pemilu tapi bukan merupakan partai. Golput tahun 2004 berbeda dengan 1971. Pada 2004, Golput tumbuh karena kegagalan masyarakat politik (baca: partai) untuk memberikan alternatif pemimpin yang berbobot. Sedangkan Golput di tahun 1971, merupakan protes terhadap UU Pemilu yang tidak demokratis. Kita dipaksa memilih partai yang "diizinkan hidup" pemerintah. Pada 1971, Golput lahir karena kegagalan pemerintah untuk memberikan demokrasi (Budiman, 2006). Memberikan suara dalam pemilihan umum merupakan salah satu bentuk partisipasi politik. Partisipasi politik merupakan kegiatan sukarela dari warga negara. Kegiatan tersebut untuk berpartisipasi dalam mempengaruhi pengambilan keputusan politik dan proses pembentukan kebijakan umum. Tren partisipasi pemilih pada pemilu cenderung menurun. Partisipasi pemilih pada pemilu 1999 (92%), pemilu 2004 (84%) dan pemilu 2009 (71%). Karena itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menargetkan jumlah partisipasi pemilih dalam menggunakan hak suaranya pada pemilu 2014 sebesar 75%. Apakah Golput memperoleh suara terbanyak pada pemilu 2014? Apakah tren partisipasi pemilih akan menurun lagi? Kita tunggu pemilu 2014.
i ii
iii
http://www.kpu.go.id/dmdocuments/angka_26_30.pdf http://www.kpu.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=5340
http://nasional.kompas.com/read/2014/01/27/1801037/PKS.Tak.Tergesa.Terima.Dana.APBN.untuk.Biayai.Saksi.di. TPS