Você está na página 1de 23

TUGAS MANDIRI SKENARIO 1, BLOK RESPIRASI NAMA NPM : LUTHFIA ROZANAH : 1102011145

SASARAN BELAJAR LO.1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN SALURAN NAFAS ATAS LI.1.1 MAKROSKOPIS LI.1.2 MIKROSKOPIS LO.2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MEKANISME PERNAFASAN LO.3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN RHINITIS ALERGI LI.3.1 DEFINISI LI.3.2 ETIOLOGI LI.3.3 KLASIFIKASI LI.3.4 PATOFISIOLOGI LI.3.5 MANIFESTASI KLINIK .3.6 DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING LI.3.7 TATALAKSANA LI.3.8 KOMPLIKASI LI.3.9 PENCEGAHAN LI.3.10 PROGNOSIS LO.4. PERNAFASAN MENURUT PANDANGAN ISLAM

LO.1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN SALURAN NAFAS ATAS LI.1.1 MAKROSKOPIS

Sistem respirasi dibedakan menjadi dua saluran yaitu, saluran nafas bagian atas dan saluran nafas bagian bawah. Saluran nafas bagian atas terdiri dari: rongga hidung, faring dan laring. Saluran nafas bagias bawah terdiri dari trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru-paru.

1. Saluran Nafas Bagian Atas

a. Hidung Hidung atau naso adalah saluran pernafasan yang pertama. Ketika proses pernafasan berlangsung, udara yang diinspirasi melalui rongga hidung akan menjalani tiga proses yaitu penyaringan (filtrasi), penghangatan, dan pelembaban. Hidung terdiri atas bagianbagian sebagai berikut: Bagian luar dinding terdiri dari kulit.

Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan. Lapisan dalam terdiri dari selaput lender yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung ( konka nasalis ), yang berjumlah 3 buah yaitu: konka nasalis inferior, konka nasalis media, dan konka nasalis superior.

Diantara konka nasalis terdapat 3 buah lekukan meatus, yaitu: meatus superior, meatus inferior dan meatus media. Meatus-meatus ini yang dilewati oleh udara pernafasan , sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak yang disebut koana.

Dasar rongga hidung dibentuk oleh rahang atas ke atas rongga hidung berhubungan dengan rongga yang disebut sinus paranasalis yaitu sinus maksilaris pada rahang atas, sinus frontalis pada tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji, dan sinus etmoidalis pada rongga tulang tapis.

Pada sinus etmoidalis keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke konka nasalis . Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman , sel tersebut terutama terdapat pada di bagian atas. Pada hidung di bagian mukosa terdapat serabut saraf atau reseptor dari saraf penciuman ( nervus olfaktorius ).

Di sebelah konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah . Saluran ini disebut tuba auditiva eustachi yang menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata atau tuba lakrimalis.

Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir di sekresi secara terus-menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.

b. Faring Merupakan pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius). Nasofaring terletak tepat di belakang cavum nasi , di bawah basis crania dan di depan vertebrae cervicalis I dan II. Nasofaring membuka bagian depan ke dalam cavum nasi dan ke bawah ke dalam orofaring. Tuba eusthacius membuka ke dalam didnding

lateralnya pada setiap sisi. Pharyngeal tonsil (tonsil nasofaring) adalah bantalan jaringan limfe pada dinding posteriosuperior nasofaring. Orofaring Merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal lidah). Orofaring adalah gabungan sistem respirasi dan pencernaan , makanan masuk dari mulut dan udara masuk dari nasofaring dan paru. Laringofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan) Laringofaring merupakan bagian dari faring yang terletak tepat di belakang laring, dan dengan ujung atas esofagus. c. Laring (tenggorok) Saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara. Pada bagian pangkal ditutup oleh sebuanh empang tenggorok yang disebut epiglottis, yang terdiri dari tulang-tulanng rawan yang berfungsi ketika menelan makanan dengan menutup laring. Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus. Cartilago / tulang rawan pada laring ada 5 buah, terdiri dari sebagai berikut: Cartilago thyroidea 1 buah di depan jakun ( Adams apple) dan sangat jelas terlihat pada pria. Berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago cricoidea. Cartilago epiglottis 1 buah. Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang V cartilago thyroideum. Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring. Cartilago cricoidea 1 buah yang berbentuk cincin. Cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak dibawah cartilago tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane cricotyroidea. Cornu inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea pada setiap sisi. Membrana cricottracheale menghubungkan batas bawahnya dengan cincin trachea I.

Cartilago arytenoidea 2 buah yang berbentuk beker. Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea. Plica vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang menonjol kedepan

Laring dilapisi oleh selaput lender , kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi olehsel epithelium berlapis.

2. Saluran Nafas Bagian Bawah

a.

Trachea atau Batang tenggorok Merupakan tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi).

Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.

b. Bronchus Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran yaitu alveolus. gas paru-paru.

c. Paru-Paru Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri atas gelembung-

gelembung kecil ( alveoli ). Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli

pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn. Paru-paru dibagi menjadi dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari 3 lobus ( lobus pulmo dekstra superior, lobus pulmo dekstra media, lobus pulmo dekstra inferior) dan paru-paru kiri yang terdiri dari 2 lobus ( lobus sinistra superior dan lobus sinistra inferior). Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil yang bernama segmen. Paru-paru kiri memiliki 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior dan lima lobus inferior. Paru-paru kiri juga memiliki 10 segmen, yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 segmen pada lobus inferior. Tiaptiap segmen masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus. Letak paru-paru di rongga dada datarnya menghadap ke tengah rongga dada / kavum mediastinum.. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selapus tipis yang pernama pleura . Pleura dibagi menjadi dua yaitu pleura visceral ( selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru dan pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua lapisan ini terdapat rongga kavum yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum/ hampa udara. Suplai Darah Setiap arteria pulmonalis, membawa darah deoksigenasi dari ventrikel kanan jantung, memecah bersama dengan setiap bronkus menjadi cabang-cabang untuk lobus, segmen dan lobules. Cabang-cabang terminal berakhir dalam sebuah jaringan kapiler pada permukaan setiap alveolus. Jaringan kapiler ini mengalir ke dalam vena yang secara progresif makin besar, yang akhirnya membentuk vena pulmonalis, dua pada setiap sisi, yang dilalui oleh darah yang teroksigenasi ke dalam atrium kiri jantung. Artheria bronchiale yang lebih kecil dari aorta menyuplai jaringan paru dengan darah yang teoksigenasi.

LI.1.2 MIKROSKOPIS Rongga hidung Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada vestibulum di sekitar nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di dalam vestibulum merupakan epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis. Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi dua oleh septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior, media, inferior) pada masing-masing dinding lateralnya. Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi, sedangkan konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk fungsi menghidu/membaui. Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler, sel olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di permukaan epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan memiliki akson yang bersinaps dengan neuron olfaktorius otak), sel basal (berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria. Kelenjar Bowman menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga memudahkan akses neuron untuk membaui zat-zat. Adanya vibrisa, konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga hidung membuat setiap udara yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan dan penghangatan sebelum masuk lebih jauh.

Silia berfungsi untuk mendorong lendir ke arah nasofaring untuk tertelan atau dikeluarkan (batuk) .Sel goblet dan kelenjar campur di lamina propria mnghasilkan sekret, untuk menjaga kelembaban hidung dan menangkap partikel debu halus . Di bawah epitel chonca inferior terdapat swell bodies, merupakan fleksus vonosus untuk menghangatkan udara inspirasi

epitel olfaktori, khas pada konka superior Sinus paranasalis Terdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan sinus sphenoid, semuanya berhubungan langsung dengan rongga hidung. Sinus-sinus tersebut dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan mengandung sel goblet yang lebih sedikit serta lamina propria yang mengandung sedikit kelenjar kecil penghasil mukus yang menyatu dengan periosteum. Aktivitas silia mendorong mukus ke rongga hidung. Faring Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak dengan palatum mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe skuamosa/gepeng. Terdiri dari : Nasofaring (epitel bertingkat torak bersilia, dengan sel goblet)

Orofaring (epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk) Laringofaring (epitel bervariasi)

Laring Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea. Pada lamina propria laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup yang mencegah masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi fonasi. Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan memiliki permukaan lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan permukaan laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat bersilindris bersilia. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa. Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen laring: pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang berbeda-beda.

Tulang rawan yang lebih besar (tulang rawan hyalin): Thyroid Cricoid Arytenoid Tulang rawan yang kecil (tulang rawan elastis): Epiglottis Cuneiform Corniculata Ujung arytenoid

epitel epiglotis, pada pars lingual berupa epitel gepeng berlapis dan para pars laringeal berupa epitel respiratori Epiglottis Memiliki permukaan lingual dan laringeal Seluruh permukaan laringeal ditutupi oleh epitel berlapis gepeng, mendekati basis epiglottis pada sisi laringeal, epitel ini mengalami peralihan menjadi epitel bertingkat silindris bersilia

Trakea Permukaan trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Terdapat kelenjar serosa pada lamina propria dan tulang rawan hialin berbentuk C (tapal kuda), yang mana ujung bebasnya berada di bagian posterior trakea. Cairan mukosa yang dihasilkan oleh sel goblet dan sel kelenjar membentuk lapisan yang memungkinkan pergerakan silia untuk mendorong partikel asing. Sedangkan tulang rawan hialin berfungsi untuk menjaga lumen trakea tetap terbuka. Pada ujung terbuka (ujung bebas) tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda tersebut terdapat ligamentum fibroelastis dan berkas otot polos yang memungkinkan pengaturan lumen dan mencegah distensi berlebihan.

epitel trakea dipotong memanjang

epitel trakea, khas berupa adanya tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda ("cshaped")

LO.2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MEKANISME PERNAFASAN Respirasi dibagi menjadi 2 bagian , yaitu respirasi eksternal dimana proses pertukaran O2 & CO2 ke dan dari paru ke dalam O2 masuk ke dalam darah dan CO2 + H2O masuk ke paru paru darah. kemudian dikeluarkan dari tubuh dan respirasi internal/respirasi sel dimana proses pertukaran O2 & peristiwaCO2 di tingkat sel biokimiawi untuk proses kehidupan.

Proses pernafasan terdiri dari 2 bagian, yaitu sebagai berikut : Ventilasi pulmonal yaitu masuk dan keluarnya aliran udara antara atmosfir dan alveoli paru yang terjadi melalui proses bernafas (inspirasi dan ekspirasi) sehingga terjadi disfusi gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveoli dan kapiler pulmonal serta ransport O2 & CO2 melalui darah ke dan dari sel jaringan. Mekanik pernafasan

Masuk dan keluarnya udara dari atmosfir ke dalam paru-paru dimungkinkan olen peristiwa mekanik pernafasan yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi (inhalasi) adalah masuknya O2 dari atmosfir & CO2 ke dlm jalan nafas. Dalam inspirasi pernafasan perut, otot difragma akan berkontraksi dan kubah difragma turun ( posisi diafragma datar ), selanjutnya ruang otot intercostalis externa menarik dinding dada agak keluar, sehingga volume paru-paru membesar, tekanan dalam paru-paru akan menurun dan lebih rendah dari lingkungan luar sehingga udara dari luar akan masuk ke dalam paru-paru. Ekspirasi (exhalasi) adalah keluarnya CO2 dari paru ke atmosfir melalui jalan nafas. Apabila terjadi

pernafasan perut, otot difragma naik kembali ke posisi semula ( melengkung ) dan muskulus intercotalis interna relaksasi. Akibatnya tekanan dan ruang didalam dada mengecil sehingga dinding dada masuk ke dalam udara keluar dari paru-paru karena tekanan paru-paru meningkat.

Transportasi gas pernafasan a. Ventilasi

Selama inspirasi udara mengalir dari atmosfir ke alveoli. Selama ekspirasi sebaliknya yaitu udara keluar dari paru-paru. Udara yg masuk ke dalam alveoli mempunyai suhu dan kelembaban atmosfir. Udara yg dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu sama dengan tubuh. b. Difusi Yaitu proses dimana terjadi pertukaran O2 dan CO2 pada pertemuan udara dengan darah. Tempat difusi yg ideal yaitu di membran alveolar-kapilar karena permukaannya luas dan tipis. Pertukaran gas antara alveoli dan darah terjadi secara difusi. Tekanan parsial O2 (PaO2) dalam alveolus lebih tinggi dari pada dalam darah O2 dari alveolus ke dalam darah. Sebaliknya (PaCO2) darah > (PaCO2) alveolus sehingga perpindahan gas tergantung pada luas permukaan dan ketebalan dinding alveolus. Transportasi gas dalam darah O2 perlu ditrasport dari paru-paru ke jaringan dan CO2 harus ditransport kembali dari jaringan ke paru-paru. Beberapa faktor yg mempengaruhi dari paru ke jaringan , yaitu: o Cardiac out put. o Jumlah eritrosit. o Exercise o Hematokrot darah, akan meningkatkan vikositas darah mengurangi transport O2 menurunkan CO. c. Perfusi pulmonal Merupakan aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal dimana O2 diangkut dalam darah membentuk ikatan (oksi Hb) / Oksihaemoglobin (98,5%) sedangkan dalam eritrosit bergabung dgn Hb dalam plasma sbg O2 yg larut dlm plasma (1,5%). CO2 dalam darah ditrasportasikan sebagai bikarbonat, alam eritosit sebagai natrium bikarbonat, dalam plasma sebagai kalium bikarbonat , dalam larutan bergabung dengan Hb dan protein plasma. C02 larut dalam plasma sebesar 5 7 % , HbNHCO3 Carbamoni Hb (carbamate) sebesar 15 20 % , Hb + CO2 HbC0 bikarbonat sebesar 60 80% .

Pengukuran volume paru

Fungsi paru, yg mencerminkan mekanisme ventilasi disebut volume paru dan kapasitas paru. Volume paru dibagi menjadi : o Volume tidal (TV) yaitu volume udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali bernafas. o Volume cadangan inspirasi (IRV) , yaitu volume udara maksimal yg dapat dihirup setelah inhalasi normal. o Volume Cadangan Ekspirasi (ERV), volume udara maksimal yang dapat dihembuskan dengan kuat setelah exhalasi normal. o Volume residual (RV) volume udara yg tersisa dalam paru-paru setelah ekhalasi maksimal Kapasitas Paru o Kapasitas vital (VC), volume udara maksimal dari poin inspirasi maksimal. o Kapasitas inspirasi (IC) Volume udara maksimal yg dihirup setelah ekspirasi normal. o Kapasitas residual fungsiunal (FRC), volume udara yang tersisa dalam paru-paru setelah ekspirasi normal. o Kapasitas total paru (TLC) volume udara dalam paru setelah inspirasi maksimal.

Pengaturan pernafasan

Sistem kendali memiliki 2 mekanismne saraf yang terpisah yang mengatur pernafasan. Satu system berperan mengatur pernafasan volunter dan system yang lain berperan mengatur pernafasan otomatis. 1. Pengendalian Oleh saraf Pusat ritminitas di medula oblongata langsung mengatur otot otot pernafasan. Aktivitas medulla dipengaruhi pusat apneuistik dan pnemotaksis. Kesadaran bernafas dikontrol oleh korteks serebri. Pusat Respirasi terdapat pada Medullary Rhythmicity Area yaitu area inspirasi & ekspirasi, mengatur ritme dasar respirasi , Pneumotaxic Area terletak di bagian atas pons dan berfungsi untuk membantu koordinasi transisi antara inspirasi & ekspirasi, mengirim impuls inhibisi ke area inspirasi paru-paru terlalu

mengembang, dan Apneustic Area yang berfungsi membantu koordinasi transisi antara inspirasi & ekspirasi dan mengirim impuls ekshibisi ke area inspirasi. 2. Pengendalian secara kimia pernafasan dipengaruhi oleh : PaO2, pH, dan PaCO2. Pusat khemoreseptor : medula, bersepon terhadap perubahan kimia pd CSF akibat perub kimia dalam darah. Kemoreseptor perifer : pada arkus aortik dan arteri karotis

LO.3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN RHINITIS ALERGI LI.3.1 DEFINISI Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis ans Its Impact on Asthma) tahun 2001, rhinitis alergi adalah kelainan pada gejala hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar allergen yang diperantai oleh IgE. Rhinitis juga merupakan Penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan allergen spesifik tersebut. LI.3.2 ETIOLOGI Penyebab terjadinya dibagi dalam 2 golongan, yaitu : 1. Spesifik : debu rumah atau di tempat pekerjaan, bulu binatang, asap rokok, kabut, tepung sari, makanan 2. Non spesifik disebabkan oleh gangguan metabolic, gangguan saraf autonomy yang terpusat di thalamus, hipotalamus dan nucleus basalis LI.3.3 KLASIFIKASI Gejala yang timbul pada reaksi alergi tergantung dari organ sasaran yang terkena, misalkan mukosa hidung, kulit, bronkus dan lain lain Berdasarkan cara masuknya ,allergen terbagi menjadi : 1. Allergen inhalan, lewat udara pernapasan misalkan debu rumah, tungau, serpihan kulit, dan lain lain 2. Allergen ingestan, masuk lewat makanan misalnya udang, kepiting, telur dan lain lain. 3. Alergen injektan, masuk lewat suntikan atau tusukan misalnya penisilin, gigitan serangga 4. Alergen kontaktan, masuk lewat kulit, misalkan obat kosmetik atau salep Berdasarkan terjadinya, rhinitis alergi dibedakan menjadi :

1. Rhinitis alergi musiman (seasonal), karena benang sari bunga tertentu (pollen) 2. Rhintis alergi sepanjang tahun (perennial), terjadi sepanjang tahun tidak dan dipengaruhi musiman LI.3.4 PATOFISIOLOGI Alergen diingesti oleh makrofag, sel dendrit dan limfosit B (sel pembawa antigen atau APC). Alergen kemudian diproses dan dibawa ke permukaan sel tersebut untuk berinteraksi dengan limfosit T helper (sel CD4) Pada pasien alergi, jumlah sel dendrit dan limfosit B di mukosa saluran pernapasan meningkat, yang memungkinkan stimulasi imunitas humoral Pada alergi, interleukin-4 secara istimewa dilepaskan oleh sel CD4 (fase TH2 pad produksi sitokin) menghasilkan proliferasi limfosit B. Sel B mengalami perubahan isotope sedemikan rupa sehingga mereka berubah dari memproduksi IgM menjadi sejumlah besar IgE IgE berikatan dengan sel mast via reseptor Fc berafinitas tinggi dengan hasil degranulasi sel mast dan pelepasan mediator vasoaktif (mis, histamine), kemotaktik, dan inflamasi (mis,leukotrien) Interleukin lain (IL-8, IL-5) juga dilepaskan dan mengaktivasi neutrophil (PMN) dan eosinophil (EOS). Tingginya tingkat aktivitas IL-5 mungkin merupakan tahap penting dalam perpindahan dari sensitisasi ke gejala penyakit actual IL-4 dan IL-5 juga mendorong ekspresi adhesi molekul pada sel endotel dan epitel mengakibatkan semakin banyak migrasi sel inflamasi, terutama netrofil dan eosinophil Respon alergu merupakan respon vascular dan selular yang menyebabkan inflamasi. Proses ini terjadi secara episodic sebagai respon terhadap pajanan allergen, tetapi dapat mengakibatkan perubahan kronis dalam mukosa pernapasan dengan gejala menetap Berbagai efek klinis yang terjadi bergantung pada allergen, individu, dan jaringan yang terutama menjadi sasaran untuk respon alergi. Pada rhinitis alergi : Mukosa nasal mengalami edema dengan peningkatan produksi mucus Upaya insplrasi dengan tekanan jalan napas nasal negate mengakibatkan kolaps nasal dan obstruksi jalan napas. Penyumbatan tubu eustachius dapat mengakibatkan otitis serosa dan dapat mengakibatkan otitis media Inflamasi pernpasan atas berhubungan dengan respons inflmasi jalan napas bawah dan dapat dihubungkan dengan asma Sering terjadi respon fase lambat yang dimediasi oleh memori sel T dan eosinophil dengan gejala berulang 4 sampai 12 jam setelah pajanan awal

LI.3.5 MANIFESTASI KLINIK Kongesti nasal Rinorea

Cairan pascanasal Sakit tenggorokan Batuk (terutama bila baring) Serak Bersin Hidung gatal Mata berair Sakit kepala Nyeri telinga Kehilangan penciuman dan pengecapan Fatik Somnolen di siang hari

Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan & Manajemen .2007. Valentina L.Brashers. Jakarta : EGC LI.3.6 DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING Diagnosis rhinitis alergi melalui: 1. Anamnesis berupa bersin, rinore, dan obstruksi nasi yang sering didahului oleh rasa gatal pada hidung , mata, langit langit ataupun tenggorok 2. Pada pemeriksaan terlihat mukosa pucat kebiruan, dan ditemukan secret encer. Tetapi jika tidak ada serangan, secret tidak ditemukan 3. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan secret hidung yang akan menunjukan peningkatan eosinophil. Selain itu juga dapat dilengkapi dengan pemerikasaan eosinophil darah tepi, yang jumlahnya juga meningkat. Perlu pula diperiksa kadar IgE total seru, yang hasi;nya a>400mg/dLn(normal 200mg/dL) 4. Secara in vivo dapat dilakukan tes kulit yaitu Prick test (paling praktis , efisien, dan efektif ) , uji gores (scratch test) atau uji intrakutan (intradermal) Diagnosis banding Obstruksi Nasi Bersin Rinore Rhinitis hiperemi +++ + + Rhinitis vasomotor ++ ++ ++ Rhinitis alergi + +++ +++ Buku ajar Ilmu penyakit telinga Hidung Tenggorok dr. sri herawati JPB,SpTHT dr. Sri Rukmini, SpTHT : EGC LI.3.7 TATALAKSANA Penghindaran allergen

Lakukan dekontaminasi lantai dengan larutan pemutih yang diencerkan 1:10, sarungi bantal dan kasur Sediakan daerah bebas hewan (terutama di kamar tidur) Gunakan dehumidifier dan kenakan masker saat menyedot debu Antihistamin Secara umum, gunakan antihistamin tunggal untuk rhinitis musiman dan dalam kombinasi dengan dekongestan (pseudoefedrin, naphazoline, oxymetazoline) untuk rhinitis umum. Antihistamin generasi pertama (misalnya, diphenhydramine) dapat menyebabkan iritabilitas, insomnia, hipertensi, aritmia, dan kejang Antihistamin generasi kedua (azelastine, cetirizine, fexofenadine, loratadine) lebih efektif dengan lebih sedikit efek samping dan dapat menurunkan gejala asma penyerta Anti Inflamasi Steroid nasal memberikan pengurangan gejala sampai 90% pasien dan lebih baik dari antihistamin dalam mengurangi gejala nasal Cromolyn nasal lebih dianjurkan untuk anak Antagonis leukotriene (misalnya, Montelukast) dapat juga efektif untuk mengurangi gejala Steroid oral hanya boleh digunakan untuk gejala yang tidak dapat ditoleransi, seperti obstruksi nasal total dan gangguan tidur; ledakan steroid (misalnya 30 mg x 3 hari) atau injeksi aksi panjang merupakan pilihan selama periode gejala berat Imunoterapi Menurunkan histamine dan IgE, menginduksi anergi sel T, menghasilkan antibody yang menghambat aktivitas IgE, dan menyebabkan perpindahan dari produksi antibody Jadwal pemberian dosis memerlukan beberapa injeksi per minggu selama beberapa minggu, kemudian injeksi per minggu atau per dua minggu selama durasi musim ( atau terus menerus untuk rhinitis umum); dilanjutkan paling tidak 2 tahun Memberikan control alergi jangka panjang yang sempurna pada kebanyakan pasien dan dapat mencegah asma di masa depan Secara umum aman, 3% akan mengalami reaksi sistemik (50% dikarenakan kesalahan dosis); pantau pasien selama 20 menit setelah injeksi Imunoterapi nasal yang baru dapat dilakukan di rumah dengan aman dan efektif Anti kolinergis Ipratropium intranasal dapat mengurangi rinorea tetapi tidak mengatasi inflamasi Terapi di masa depan

Antibodi monoclonal manusia terhadap IgE Antibodi monoclonal manusia terhadap IL-4 dan IL-5 Vaksin DNA yang spesifik terhadap allergen Injeksi protein dari saliva kutu yang dapat menghambat histamine Penyakit reseptor CCR3 : mencegah kemotaksis eosinofil

LI.3.8 KOMPLIKASI 1. Polip hidung yang memiliki tanda patognomonis : inspired mucous glands, akumulasi sel-sel inflamasi yang luar biasa banyaknya (lebih eosinophil dan limfosit T CD4+), hyperplasia epitel, hyperplasia goblet, dan metaplasian skuamosa 2. Otitis media yang sering residitif, terutama pada anak-anak 3. Sinusitis paranasal merupakan inflamasi mukosa satu atau lebih sinus para nasal. Terjadi akibat edema ostia sinus oleh proses alergi dalam mukosa yang menyebabkan sumbatan ostia sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan tekanan udara rongga sinus. Hal tersebut akan menyuburkan pertumbuhan bakteri terutama bakteri anaerob dan akan menyebabkan rusaknya fungsi barrier epitel antara lain akibat destruksi mukosa oleh mediator protein basa yang dilepas sel eosinophil (MBP) dengan akibat sinusitis akan semakin parah 4. Masalah ortodonti dan efek penyakit lain dari pernapasan mulut yang lama khususnya pada anak-anak 5. Asma bronkial. Pasien alergi hidung memiliki resiko 4 kali lebih besar mendapat asma bronkial LI.3.9 PENCEGAHAN Cara terbaik untuk mencegah timbulnya alergi adalah dengan menghindari allergen. Ada 3 tipe pencegahan : 1. Mencegah terjadinya tahap sensitasi; menghindari paparan terhadap allergen inhalan selama hamil, menunda pemberian susu formula dan makanan padat 2. Mencegah gejala timbul dengan cara terapi medikamentosa 3. Pencegahan melalui edukasi LI.3.10 PROGNOSIS Prognosis baik jika penderita tidak terpajan dengan allergen dan belum terjadi komplikasi serta tidak memiliki predisposisi seperti asma dan riwayat keluarga

LO.4. PERNAFASAN MENURUT PANDANGAN ISLAM Al-Maidah:45 Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (attaurat) bahwasanya jiwa dibalas dengan jiwa, mata dengfan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka pun ada qisasnya. Penyebutan beberapa anggota tubuh yang penting di atas dan penyamaannya dengan jiwa itu sendiri menunjukkan adanya kesamaan kepentingan dan fungsi yang esensial bagi seseorang, sehingga jika terjadi kekerasan atau penganiayaan terhadap salah satu anggota tubuh tersebut diharuskan untuk memberlakukan hukum qisas (selain jiwa). Kesehatan rohani mempengaruhi kesehatan jasmani. Islam memberikan jawaban bagi kehausan jiwa manusia terhadap ketenangan batin yaitu mengukuhkan iman dan taqwa dengan mendekatkan diri kepada. Jika iman dan taqwa kita kukuh maka menjalankan perintah Allah akan terasa sangat mudah, kita akan semakin dekat kepada Allah dan kita akan dianugrahi rohani yang kuat dan jasmani yang sehat. Karena itu mengamalkan iman dan taqwa kita merupakan solusi pemeliharaan kesehatan yang paling jitu. Adapun pengamalan itu dapat kita lakukan dengan :

a. Menjaga kebersihan, 1. Tubuh: Islam memerintahkan mandi bagi umatnya karena 23 alasan dimana 7 alasan merupakan mandi wajib dan 16 alasan lainnya bersifat sunah. 2. Tangan: Nabi Muhammad SAW bersabda: Cucilah kedua tanganmu sebelum dan sesudah makan ", dan " Cucilah kedua tanganmu setelah bangun tidur. Tidak seorang pun tahu dimana tangannya berada di saat tidur." 3. Islam memerintahkan kita untuk mengenakan pakaian yang bersih dan rapi. 4. Makanan dan minuman: Lindungilah makanan dari debu dan serangga, Rasulullah SAW sersabda: "Tutuplah bejana air dan tempat minummu " 5. Rumah: "Bersihkanlah rumah dan halaman rumahmu" sebagaimana dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan keamanan jalan: "Menyingkirkan duri dari jalan adalah ibadah." 6. Perlindungan sumber air, misalnya sumur, sungai dan pantai. Rasulullah melarang umatnya buang kotoran di tempat-tempat sembarangan. Dalam islam diantaranya dengan mandi, wudzu, menjaga kebersihan pakaian. Adapun wudzu merupakan upaya membersihkan diri dari hadast besar maupun hadast kecil sebelum melaksanakan sholat.

Karena seseorang yang akan menjalankan sholat harus bersih dari hadast kecil maupun hadast besar, sehingga apabila ia berhadas kecil ia harus berwudlu, namun jika ia berhadast besar (junub) maka ia harus mandi. Sebagaimana firman-firman Allah : Jika kamu junub maka mandilah. (QS.Al-maidah:6) Wahai orang-orang yang beriman ! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. (Q.S Al-maidah:6) Dan bersihkanlah pakaianmu.(QS.Al-Muddatsir:4)

Você também pode gostar