Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kata Pengantar
Puji syukur patut kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, penyertaan dan bimbinganNya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul EXTERNAL FORCED CONVECTION ini dengan baik. Kami juga berterimakasih kepada semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah kami. Makalah ini memuat dan membahas tentang karakteristik dan analisa mengenai salah satu komponen penting dalam perpindahan panas atau kalor dalam termodinamika, yaitu perpindahan panas secara konveksi. Konveksi yang dimaksud adalah konveksi paksa. Semoga makalah Transfer Panas ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Terima kasih.
Penulis
Daftar Isi
Halaman Judul .......................................................................................................................... 1 Nama Anggota Kelompok .................................................................................................... 2 Kata Pengantar ........................................................................................................................ 3 Daftar Isi ...................................................................................................................................... 4 Bab 1 : Gaya Hambat .............................................................................................................. 5 Bab 2 : Aliran Paralel Pada Plat Rata .............................................................................. 8 Bab 3 : Aliran yang Melewati Silinder dan Bola ....................................................... 15 Bab 4 : Aliran yang Melewati Susunan Pipa............................................................... 23
sebuah angka tak berdimensi yang disebut koefisien hambat atau drag coefficient.
di mana A adalah luas frontal (luas yang diproyeksikan pada sebuah bidang dengan arah normal terhadap arah aliran fluida) pada benda tumpul yang menghalangi aliran. Koefisien hambat juga merupakan total dari koefisien hambat tekanan dan koefisien hambat friksi.
Ketika sebuah fluida terpencar akibat bertumbukan dengan sebuah benda, hal itu akan menciptakan sebuah area separasi antara benda dan aliran fluida. Area bertekanan rendah pada bagian belakang benda dimana terjadi sirkulasi dan backflow dinamakan separated region. Semakin besar separation regionnya, maka semakin besar pressure dragnya.
TRANSFER PANAS
Fenomena yang mempengaruhi gaya hambat juga mempengaruhi perpindahan panas. Koefisien lokal drag dan koefisien konveksi bervariasi sepanjang permukaan benda sebagai hasil perubahan kecepatan batas lapisan pada arah aliran. Jika terdapat hubungan antara koefisien konveksi dan koefisien friksi lokal, maka rata-rata koefisien friksi dan koefisien konveksi dapat ditentukan dengan bentuk integral berikut
Jika terdapat hubungan antara koefisien konveksi dan koefisien friksi lokal, maka nilai gaya hambat dapat ditentukan berdasarkan koefisien hambatnya dan laju perpindahan panas dari atau menuju permukaan isothermal dapat ditentukan dari persamaan berikut. ( )
di mana As merupakan luas permukaan, Ts merupakan temperatur pada permukaan, dan T merupakan temperatur pada ujung luar batas lapisan.
Aliran pada lapisan batas kecepatan bermula sebagai aliran laminar, tetapi jika plat tersebut cukup panjang maka aliran tersebut akan berubah menjadi aliran turbulen pada jarak xcr dari pangkal di mana nilai bilangan Reynolds mencapai nilai kritis transisi aliran. Transisi aliran fluida dari laminar ke turbulen pada plat rata dipengaruhi oleh geometri permukaan, kekasaran permukaan, kecepatan upstream, temperatur permukaan, dan jenis fluida; dan yang paling utama dicirikan dengan bilangan Reynolds. Bilangan Reynolds pada jarak x dari bagian pangkal pada sebuah plat rata dinyatakan sebagai:
Perlu diketahui bahwa nilai bilangan Reynolds bervariasi untuk sebuah plat rata sepanjang aliran, mendekati ReL = VL/v pada ujung plat. Untuk aliran yang melewati plat rata, transisi dari laminar menuju turbulen dimulai saat bilangan Reynolds Re 5000 tetapi tidak akan sampai menjadi aliran turbulen sepenuhnya sebelum bilangan Reynolds mencapai nilai yang lebih tinggi, tepatnya sekitar 3 106. Untuk analisis keteknikan, nilai kritis bilangan Reynolds yang diterima secara umum adalah
Nilai sejati dari bilangan kritis Reynolds dapat bervariasi antara 105 sampai 3 106, tergantung dari kekasaran permukaan, tingkat turbulensinya, dan variasi tekanan sepanjang permukaan.
KOEFISIEN FRIKSI
Berdasarkan analisis tersebut, ketebalan lapisan batas dan koefisien friksi lokal pada titik x untuk aliran laminar dan turbulen pada sebuah plat rata ditentukan sebagai berikut Laminar dan 0 Re 5 0
Turbulen 0 dan 0 05 5 0 Re 0
Untuk menentukan koefisien friksi rata-rata pada seluruh bagian plat rata tersebut, maka dilakukanlah substitusi hubungan persamaan di atas dengan persamaan umum koefisien friksi sehingga didapatkan:
10
Laminar Re 5 0
Turbulen 00 5 0 Re 0
Hubungan pertama memberikan koefisien friksi rata-rata untuk seluruh bagian plat rata ketika aliran fluidanya laminar melewati seluruh bagian plat. Hubungan kedua memberikan koefisien friksi rata-rata untuk seluruh bagian plat rata ketika aliran fluidanya turbulen melewati seluruh bagian plat, atau ketika daerah aliran laminar pada plat relatif terlalu kecil daripada daerah turbulennya. (xcr << L). Dalam beberapa kasus, sebuah plat rata cukup panjang untuk alirannya menjadi turbulen, namun tidak cukup panjang untuk mengesampingkan daerah laminarnya. Oleh karena itu, koefisien friksi rata-rata untuk seluruh bagian plat ratanya ditentukan dengan mengintegralkan persamaan umum Cf dalam dua bagian sedemikian rupa menjadi: ( )
11
Ingat bahwa kita menyertakan daerah transisi dengan daerah turbulen, karena itu ambil nilai kritis bilangan Reynolds Recr = 5 105 dan melakukan integrasi persamaan di atas setelah mensubstitusikan pernyataan tersebut sehingga koefisien friksi rata-rata untuk seluruh bagian plat rata menjadi: 00 5 0 Re 0
12
Untuk menentukan bilangan Nusselt rata-rata pada seluruh bagian plat rata tersebut, maka dilakukanlah substitusi hubungan persamaan di atas dengan persamaan umum koefisien konveksi sehingga didapatkan: Laminar 0 Turbulen 00 5 0 Re 0 0 r 0 r 0 Re 5 0
Dalam beberapa kasus, sebuah plat rata cukup panjang untuk alirannya menjadi turbulen, namun tidak cukup panjang untuk mengesampingkan daerah laminarnya. Oleh karena itu, koefisien perpindahan panas rata-rata untuk seluruh bagian plat ratanya ditentukan dengan mengintegralkan persamaan umum hf dalam dua bagian sedemikian rupa menjadi: ( )
Ingat bahwa kita menyertakan daerah transisi dengan daerah turbulen, karena itu ambil nilai kritis bilangan Reynolds Recr = 5 105 dan
13
melakukan integrasi persamaan di atas setelah mensubstitusikan pernyataan tersebut sehingga bilangan Nusselt rata-rata untuk seluruh bagian plat rata menjadi: 0 5 5( ) 05 5
Hubungan-hubungan ini memberikan nilai 36% lebih tinggi untuk aliran laminar dan 4% lebih tinggi untuk aliran turbulen yang relati terhadap plat yang isothermal.
14
15
Cross-flow yang terjadi di bagian atas silinder menunjukkan pola aliran yang kompleks, seperti yang terlihat pada gambar di atas. Fluida yang mencapai silinder kemudian terpisah dan mengitari silinder tersebut kemudian membentuk sebuah batas lapisan yang membungkus sekitar silinder tersebut. Pada kecepatan upstream yang sangat kecil (Re 1), fluida tersebut seluruhnya membungkus sekeliling silinder dan kedua lengan fluida tersebut bertemu pada bagian belakang silinder dengan teratur, sehingga fluida akan mengikuti lengkungan silinder. Pada kecepatan upstream yang lebih tinggi, fluida tersebut masih mengitari silinder hanya pada bagian depan (frontal) saja, tetapi fluida itu tidak cukup cepat untuk tetap melekat pada permukaan ketika pada saat yang bersamaan juga fluida mencapat bagian atas (atau bagian bawah) silinder. Akibatnya, batas lapisannya terlepas dari permukaan, membentuk
16
separated region di belakang silinder. Aliran pada daerah tersebut dicirikan dengan adanya formasi berupa pusaran (vortex) secara periodik dan tekanannya yang rendah. Sifat aliran yang melewati silinder maupun bola sangat mempengaruhi koefisien hambat total CD. Friction drag dan pressure drag dapat menjadi signifikan. Gaya hambat pada dasarnya berhubungan dengan friction drag pada bilangan Reynolds rendah (Re < 10) dan pressure drag pada bilangan Reynolds tinggi (Re > 5000). Kedua pengaruh tersebut akan signifikan pada bilangan Reynolds sedang. Dari analisis dimensional dapat ditunjukkan bahwa koefisien hambat rata-rata CD untuk silinder dan bola merupakan fungsi dari bilangan Reynolds, seperti yang terlihat pada grafik di bawah ini.
17
Kurva-kurva tersebut menunjukkan perilaku berbeda pada nilai bilangan Reynolds yang berbeda pula. Re 1 : Aliran yang terbentuk adalah aliran yang pelan, dan koefisien hambat berkurang seiring dengan kenaikan bilangan Reynolds. Re 10, 90 : Pemisahan fluida mulai terjadi pada bagian belakang benda dengan munculnya pusaran. Separation region membesar seiring dengan kenaikan bilangan Reynolds sampai sekitar 103. Pada saat ini, 95% drag yang terjadi merupakan pressure drag dan akan terus berlangsung turun seiring dengan kenaikan bilangan Reynolds pada interval 10 < Re < 103. 103 < Re < 105 : Koefisien hambatnya relatif konstan. Perilaku ini khas pada benda tumpul. Aliran pada batas lapisan adalah laminar, tetapi aliran pada sepatared region di belakang silinder atau bola adalah turbulen dengan area yang luas. 105 < Re < 106 : Terjadi penurunan tiba-tiba pada nilai koefisien hambat pada interval ini (biasanya pada 2 105). Reduksi besar ini berhubungan dengan aliran yang pada batas lapisannya menjadi turbulen, yang bergerak pada titik separasi lebuh jauh pada
18
belakang benda mengurangi ukuran dari wake dan dan juga besarnya pressure drag.
19
Hal ini dilakukan dengan menyandungkan lapisan batas ke dalam turbulen pada bilangan Reynolds yang rendah, dan menyebabkan fluida mendekat di belakang benda padd area wake dan menurunkan pressure drag.
bilangan Nusselt lokal Nu di sekitar batas luar silinder yang diterapkan pada crossflow udara seperti yang diberikan pada grafik di samping.
20
: Nu berkurang seiring dengan kenaikan sebagai hasil dari penebalan batas lapisan laminar : Nu mencapai nilai minimum. Untuk bilangan Reynolds rendah, Nu berhubungan dengan titik separasi pada aliran laminar, sedangkan untuk bilangan Reynolds yang tinggi, Nu berhubungan dengan transisi menuju aliran turbulen.
> 90
: Nu meningkat seiring dengan kenaikan yang berhubungan dengan perpaduan yang intens pada zona separasi. (aliran yang terjadi adalah laminar)
: Nu meningkat seiring dengan penebalan batas lapisan. (aliran yang terjadi adalah turbulen) : Nu mencapai nilai minimum kedua sehubungan dengan titik separasi yang terjadi pada aliran turbulen.
21
22
Aliran di dalam pipa-pipa dapat dianalisis dengan menganggap aliran fluida tersebut menuju satu pipa, kemudian dikalikan hasilnya dengan jumlah pipa yang ada. Untuk aliran fluida di luar pipa dipengaruhi oleh pola aliran dan tingkat turbulensi downstreamnya, dan juga perpindahan panas dari atau menuju susunan pipa. Bagaimanapun juga, ketika kita menganalisis perpindahan panas dari susunan pipa dalam sebuah aliran crossflow, kita harus menganggap semua pipa ini merupakan satu bundel.
23
Susunan pipa yang ada biasanya disusun secara in-line (satu garis) maupun bertumpuk (staggered) dalam arah aliran seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah.
24
Pengaturan
susunan
pipa
tersebut
dicirikan
dengan
puncak
transversal ST, puncak longitudinal SL, dan puncak diagonal SD di antara pusat pipa. Puncak diagonal dapat ditentukan dengan:
Saat fluida memasuki susunan pipa tersebut, luas area aliran berkurang dari A = STL menjadi AT = (ST D)L antara masing-masing pipa dan kecepatan aliran meningkat. Pada penyusunan bertumpuk, kecepatannya dapat meningkat lebih jauh di bagian diagonal jika barisan pipanya sangat dekat satu sama lain. Dalam susunan pipa, karakteristik aliran didominasi oleh kecepatan maksimum Vmax yang terjadi di dalam susunan pipa dibandingkan dengan kecepatan datangnya fluida (V). Oleh karena itu, bilangan Reynolds didefinisikan pada dasar kecepatan maksimumnya sebagai:
Kecepatan maksimum ditentukan dari persyaratan konservasi massa untuk aliran steady inkompresibel. Untuk penyusunan secara in-line, kecepatan maksimum terjadi pada area aliran minimum antarpipa, dan konservasi massanya dapat
25
dinyatakan sebagai VA1 = VmaxAT atau VST = Vmax(ST D). Jadi, kecepatan maksimumnya menjadi
Untuk penyusunan secara bertumpuk, fluida mendekati area A1 melewati area AT dan kemudian area 2AD ketika saat itu juga fluida membungkus sekeliling pipa pada baris berikutnya. Jika 2AD > AT, kecepatan maksimumnya tetap terjadi pada AT antarpipa dan juga hubungan persamaan Vmax di atas dapat juga digunakan untuk penyusunan secara bertumpuk. Akan tetapi, jika 2AD < AT atau jika 2(SD D) < (ST D), kecepatan maksimum terjadi pada bagian diagonal potongnya, dan kecepatan maksimumnya menjadi
Sifat aliran fluida yang melewati susunan pipa pada baris pertama menyerupai aliran yang melewati satu pipa seperti yang telah dijelaskan pada bab 3, khusunya ketika pipa-pipa tersebut jaraknya tidak terlalu dekat satu sama lain. Sifat aliran fluida yang melewati susunan pipa pada baris kedua dan seterusnya adalah sangat berbeda, karena pembentukan wake dan turbulensi yang disebabkan pada pipa-pipa baris pertama. Tingkat turbulensi dan juga koefisien transfer panas meningkat seiring dengan jumlah baris karena efek kombinasi dari baris pertama, tetapi tidak ada
26
perubahan yang signifikan pada tingkat turbulensi setelah beberapa baris pertama dan juga koefisien transfer panasnya konstan. Aliran yang melewati susunan pipa dipelajari secara eksperimental mengingat sangat kompleks untuk dilakukan secara analitik. Yang mungkin kita bisa analisis adalah pada koefisien transfer panas rata-rata untuk seluruh susunan pipa, yang bergantung pada jumlah baris pipa sepanjang aliran maupun penyusunan dan ukuran pipa-pipa tersebut. Beberapa korelasi yang ada, seluruhnya berdasarkan data eksperimen, telah diusulkan untuk bilangan Nusselt rata-rata untuk crossflow melewati susunan pipa. ZUKAUSKAS telah mengusulkan suatu korelasi yang bentuk umumnya adalah sebagai berikut. ( )
dimana nilai untuk konstanta C, m, dan, n bergantung pada bilanga Reynolds. Penentuan korelasi bilangan Nusselt tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini (untuk susunan pipa dengan jumlah baris di atas 16).
27
Hubungan tersebut dapat juga digunakan untuk susunan pipa dengan jumlah baris di bawah 16 dengan dimodifikasi menjadi
dimana F adalah faktor koreksi yang nilainya diberikan pada tabel berikut. Untuk ReD > 1000, faktor koreksi tidak bergantung pada bilangan Reynolds.
28