Você está na página 1de 30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

Kgscs Blog
JA NUA RI 2 7 , 2 0 1 2 5 :4 7 PM

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH


ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Kusnu Goesniadhie S.

ABSTRACT The paradigm that is contained in the policy of decentralization is very good, but still require a comprehensive preconditions for running optimally. Some of these preconditions, decentralization must be supported by sound planning and sustained ability or capacity to run it, either at the individual level, organization, or system. This study is about to present a presentation on the correlation between decentralization and regional autonomy, this paper will outline the basic concepts of decentralization and its likely impacts; decentralization as a model of bureaucratic reform, the development of central and regional synergies through decentralization; concept and development of autonomy in I ndonesia. This study concluded that decentralization is manifest in two forms of positive and negative. I n terms of usefulness, decentralization can be more appropriate to increase efficiency and responsiveness of government through the fulfillment of public service that better suit peoples preferences. Decentralization can evoke the spirit of competition and innovation among local governments to achieve a higher public satisfaction. On the other hand, the quality of public services often become victims because of the transfer of authority is often misunderstood or misused. Keywords: decentralization, local autonomy.

Pendahuluan Pada hakekatny a desentralisasi adalah otonom isasi suatu m asy arakat y ang berada dalam teritoir tertentu. Sebagai pancaran paham kedaulatan raky at, tentu otonom i diberikan oleh Pem erintah kepada m asy arakat dan sam a sekali bukan kepada daerah ataupun Pem erintah Daerah. Ketegasan perny ataan otonom i m ilik m asy arakat dan m asy arakat sebagai subjek dan bukan objek otonom i perlu dicanangkan dalam peny elenggaraan otonom i daerah.

http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/

1/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

Perwujudan desentralisasi adalah otonom i daerah dan daerah otonom . Secara y uridis, dalam konsep daerah otonom dan otonom i daerah m engandung elem en wewenang m engatur dan m engurus. Wewenang m engatur dan m engurus m erupakan substansi otonom i daerah. Aspek spasial dan m asy arakat y ang m em iliki dan terliput dalam otonom i daerah telah jelas sejak pem bentukan daerah otonom . Yang perlu kejelasan lebih lanjut adalah m ateri wewenang y ang tercakup dalam otonom i daerah. Oleh karena itu, di sam ping pem bentukan daerah otonom tercakup dalam konsep desentralisasi adalah peny erahan m ateri wewenang urusan pem erintahan.[1 ] Dengan peny erahan urusan pem erintahan oleh Pem erintah kepada daerah otonom berarti terjadi distribusi urusan pem erintahan y ang secara im plisit distribusi wewenang antara Pem erintah dan daerah otonom . Perubahan y ang dikehendaki dalam reform asi tata pem erintahan dapat disim ak dari pergeseran sejum lah m odel dan paradigm a pem erintahan daerah y ang terjadi. Structural efficiency model y ang m enekankan efisiensi dan keseragam an pem erintahan lokal ditinggalkan dan dianut local democracy model y ang m enekankan, nilai dem okrasi dan keberagam an dalam peny elenggaraan pem erintahan daerah. Seiring dengan pergeseran m odel tersebut terjadi pula pergeseran dari pengutam aan dekonsentrasi ke pengutam aan desentralisasi. Dilakukan pula pem angkasan dan pelangsingan struktur organisasi dalam rangka m enggeser m odel organisasi y ang hirarkis dan gem uk ke m odel organisasi y ang datar dan langsing. Hubungan antara kabupaten/kota dengan prov insi y ang sem ula dependent dan subordinate kini hubungan antara Kabupaten/Kota dengan Prov insi m enjadi independent dan coordinate. Pola hubungan tersebut tercipta sebagai konsekuensi perubahan dari dianutny a integrated prefectoral system y ang utuh ke integrated prefectural system y ang parsial hany a pada tataran prov insi. Dianutny a integrated prefectoral system pada prov insi dengan peran ganda Gubem ur sebagai kepala daerah dan wakil Pem erintah dim aksudkan untuk m engintegrasikan kem bali daerah otonom y ang secara desentral m em iliki karakteristik keterpisahan. Distribusi urusan pem erintahan kepada daerah otonom y ang sem ula dianut ultra-vires doctrine dengan m erinci urusan pem erintahan y ang m enjadi kom petensi daerah otonom diganti dengan general competence atau open and arrangement y ang m erinci fungsi pem erintahan y ang m enjadi kom petensi Pem erintah dan Prov insi. Pengawasan Pem erintah terhadap daerah otonom y ang sernula cenderung koersif bergeser ke persuasif agar diskresi dan prakarsa daerah otonom lebih tersalurkan. Konsekuensiny a, pengawasan Pem erintah terhadap kebijakan Daerah y ang sem ula secara prev entif dan represif, kini hany a secara represif. Secara teoritis-em piris, urusan pem erintahan y ang m enjadi kom petensi daerah otonom dim anifestasikan dalam pelay anan publik bagi m asy arakat setem pat dalam sem angat kesejahteraan (welfare state) sesuai arahan dan am anat UUD 1 9 4 5. Suara dan pilihan m asy arakat setem pat akan dijadikan orientasi daerah otonom . Lowndes, secara filosofis m engem ukakan bahwa: I deas of locality and community are fundamental to the rationale for local government. Such ideas have a practical and a moral dimension. Practically, local government is suited to the provision of basic-level services consumed by individuals, households and communities. Morally, it can be argued that the local community constitutes the wellspring of citizenship and democracy and is fundamental building block for any government system. [2 ] Dalam kerangka good governance perlu dibangun saluran-saluran untuk m em ungkinkan terciptany a participatory democracy , baik dalam proses pem buatan kebijakan m aupun im plem entasiny a. Sesuai dengan paradigm a reinventing government kini berkem bang bergeserny a peran Pem erintah Daerah dari services provider ke services enabler untuk m engakom odasi pergeseran paradigm a dari rowing the boat ke steering the
http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/ 2/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

boat y ang terkandung dalam konsep good governance. Permasalahan Reform asi telah m enandai perubahan besar sistem politik y ang sentralistik dalam negara. Sebagai pilihan politik, desentralisasi m erupakan kebutuhan untuk m engatasi m asalah-m asalah kenegaraan. Meskipun paradigm a y ang terkandung dalam kebijakan desentralisasi sangat baik, nam un tetap m em butuhkan prakondisi y ang kom prehensif agar berjalan optim al. Beberapa prakondisi di antarany a, desentralisasi harus didukung perencanaan y ang m atang dan ditopang kem am puan atau kapasitas daerah untuk m enjalankanny a, baik pada tataran indiv idu, organisasi, m aupun sistem . Dengan dem ikian kebijakan desentralisasi m enghadapi tantangan, oleh karenany a butuh kom itm en dari seluruh kom ponen di daerah untuk m em buktikan bahwa otonom i daerah benar-benar m em bawa m anfaat bagi seluruh lapisan m asy arakat. Satu hal y ang pasti adalah bahwa desentralisasi dan otonom i daerah tidak dapat ditarik m undur. Satu-satuny a pilihan adalah bekerja keras untuk m ensukseskan otonom i daerah dem i tercapainy a peningkatan kualitas hidup bagi seluruh m asy arakat di daerah. Desentralisasi tidak m udah untuk didefinisikan, karena m eny angkut berbagai bentuk dan dim ensi y ang beragam , terutam a m eny angkut aspek politik, fiskal, perubahan adm inistrasi dan sistem pem erintahan, dan pem bangunan sosial dan ekonom i. Bertitik tolak dari uraian latar belakang m asalah di atas, pokok pem bahasan dalam studi ini m endeskripsikan konsep pem ikiran teoritis-y uridis korelasi antara desentralisasi dan otonom i daerah, beserta kem ungkinan dam pak positif dan negatif y ang ditim bulkanny a. Pokok-pokok m asalah tersebut dirum uskan sebagai, analisis m ewujudkan desentralisasi dan otonom i daerah agar dapat m em bangkitkan sem angat kom petisi dan inov asi antar pem erintah daerah untuk m encapai kualitas pelay anan m asy arakat dan tidak disalahartikan atau disalahgunakan. Pengert ian Desent ralisasi Desentralisasi m erupakan sebuah alat untuk m encapai salah satu tujuan bernegara, y aitu terutam a m em berikan pelay anan publik y ang lebih baik dan m enciptakan proses pengam bilan keputusan publik y ang lebih dem okratis. Dengan desentralisasi akan diwujudkan dalam pelim pahan kewenangan kepada tingkat pem erintahan untuk m elakukan pem belanjaan, kewenangan untuk m em ungut pajak (taxing power) , terbentukny a Dewan y ang dipilih oleh raky at, Kepala Daerah y ang dipilih oleh Raky at Daerah, dan adany a bantuan dalam bentuk transfer dari Pem erintah Pusat. Dorongan desentralisasi y ang terjadi di berbagai negara di dunia terutam a di negara-negara berkem bang, dipengaruhi oleh beberapa faktor, m isalny a, latar belakang atau pengalam an suatu negara, perananny a dalam globalisasi dunia, kem unduran dalam pem bangunan ekonom i, tuntutan terhadap perubahan tingkat pelay anan m asy arakat, tanda-tanda adany a disintegrasi di beberapa negara, dan y ang terakhir, bany akny a kegagalan y ang dialam i oleh pem erintahan sentralistis dalam m em berikan pelay anan m asy arakat y ang efektif. Desentralisasi tidak m udah untuk didefinisikan, karena m eny angkut berbagai bentuk dan dim ensi y ang beragam , terutam a m eny angkut aspek fiskal, politik, perubahan adm inistrasi dan sistem pem erintahan dan pem bangunan sosial dan ekonom i. Secara konseptual desentralisasi terdiri atas: Desentralisasi Politik (Political Decentralization) ; Desentralisasi Adm inistratif (Administrative Decentralization) ; Desentralisasi Fiskal (Fiscal
http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/ 3/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

Decentralization) ; dan Desentralisasi Ekonom i (Economic or Market Decentralization) . Desentralisasi Adm initratif, y aitu pelim pahan wewenang y ang dim aksudkan untuk m endistribusikan kewenangan, tanggungjawab, dan sum ber-sum ber keuangan untuk m eny ediakan pelay anan publik. Pelim pahan tanggungjawab tersebut terutam a m eny angkut perencanaan, pendanaan, dan pelim pahan m anajem en fungsifungsi pem erintahan dari Pem erintah Pusat kepada aparatny a di Daerah, tingkat pem erintahan y ang lebih rendah, badan otoritas tertentu, atau perusahaan tertentu. Desentralisasi adm inistratif pada dasarny a dapat dikelom pokkan m enjadi tiga bentuk, y aitu: 1) Dekonsentrasi (deconcentration), y aitu pelim pahan wewenang dari Pem erintah Pusat kepada pejabat

y ang berada dalam garis hirarki dengan Pem erintah Pusat di Daerah. 2) Dev olusi (devolution) , y aitu pelim pahan wewenang kepada tingkat pem erintahan y ang lebih rendah

dalam bidang keuangan atau tugas pem erintahan dan pihak Pem erintah Daerah m endapat discretion y ang tidak dikontrol oleh Pem erintah Pusat. Dalam hal tertentu dim ana Pem erintah Daerah belum sepenuhny a m am pu m elaksanakan tugasny a, Pem erintah Pusat akan m em berikan superv isi secara tidak langsung atas pelaksanaan tugas tersebut. Dalam m elaksanakan tugasny a, Pem erintah Daerah m em iliki wilay ah adm inistratif y ang jelas dan legal dan diberikan kewenangan sepenuhny a untuk m elaksanakan fungsi publik, m enggali sum ber-sum ber penerim aan serta m engatur penggunaanny a. Dekonsentrasi dan dev olusi dilihat dari sudut konsepsi pem ikiran hirarki organisasi dikenal sebagai distributed institutional monopoly of administrative decentralization. 3) Pendelegasian (delegation or institutional pluralism), y aitu pelim pahan wewenang untuk tugas tertentu

kepada organisasi y ang berada di luar struktur birokrasi reguler y ang dikontrol secara tidak langsung oleh Pem erintah Pusat. Pendelegasian wewenang ini biasany a diatur dengan ketentuan perundang-undangan. Pihak y ang m enerim a wewenang m em puny ai keleluasaan (discretion) dalam peny elenggaraan pendelegasian tersebut, walaupun wewenang terakhir tetap pada pihak pem beri wewenang (sovereign-authority) . Berbagai argum en y ang m endukung desentralisasi antara lain dikem ukakan oleh Charles Tiebout, dalam A Pure Theory of Local Expenditures ,[3 ] Wallace Oates, dalam Fiscal Federalism ,[4 ] Richard Tresch, dalam Public Finance ,[5] Barry Weingast, dalam The Economic Role of Political I nstitutions: Market-Preserving Federalism and Economic Development ,[6 ] Albert Breton, dalam Decentralization and Subsidiarity: Toward a Theoretical Reconciliation ,[7 ] bahwa pelay anan publik y ang paling efisien seharusny a diselenggarakan oleh wilay ah y ang m em iliki kontrol geografis y ang paling m inim um karena:[8] pem erintah lokal sangat m enghay ati kebutuhan m asy arakatny a; keputusan pem erintah lokal sangat responsif terhadap kebutuhan m asy arakat, sehingga m endorong pem erintah lokal untuk m elakukan efisiensi dalam penggunaan dana y ang berasal dari m asy arakat; persaingan antar daerah dalam m em berikan pelay anan kepada m asy arakatny a akan m endorong pem erintah lokal untuk m eningkatkan inov asiny a. Suatu analogi argum en lainny a y ang dikenal sebagai The Tiebout Model y ang terkenal dengan ungkapanny a love it or leave it . Tiebout m enekankan bahwa tingkat dan kom binasi pem biay aan barang publik bertaraf lokal dan pajak y ang dibay ar oleh m asy arakat m erupakan kepentingan politisi m asy akarat lokal dengan Pem erintah Daerah-ny a.[9 ] Masy arakat akan m em ilih untuk tinggal di lingkungan y ang
http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/ 4/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

anggaran daerahny a m em enuhi preferensi y ang paling tinggi antara pelay anan publik dari Pem erintah Daerah-ny a dengan pajak y ang dibay ar oleh m asy arakat. Ketika m asy arakat tidak senang pada kebijakan pem erintah lokal dalam pem bebanan pajak untuk pem biay aan barang publik bersifat lokal, m aka hany a ada dua pilihan bagi warga m asy arakat, y aitu m eninggalkan wilay ah tersebut atau tetap tinggal di wilay ah tersebut dengan berusaha m engubah kebijakan pem erintah lokal m elalui DPRD-ny a.[1 0] Hipotesis tersebut m em berikan petunjuk bahwa terdapat potensi untuk m encapai efisiensi ekonom i (maximizing social welfare) dalam peny ediaan barang publik pada tingkat lokal. Model Charles Tiebout ini m enunjukkan kondisi y ang diperlukan untuk m encapai efisiensi ekonom i dalam peny ediaan barang publik y ang bersifat lokal y ang pada giliranny a akan m enciptakan kondisi y ang dikenal sebagai the market for local services would be perfectly competitive (Richard Tresch, dalam Public Finance ,[1 1 ] J. Richard Aronson, dalam Public Finance ,[1 2 ] Stiglitz, dalam Economics of Public Sector ).[1 3 ] Di sinilah arti penting desentralisasi dalam pengam bilan keputusan publik y ang diperdebatkan antara pem erintah lokal dengan DPRD-ny a. Mendukung perny ataan Charles Tiebout dan para ahli lainny a y ang disebut di atas, Om ar Azfar, et all, m em berikan istilah desentralisasi adm inistrasi y ang terkait dengan tugas-tugas pem erintahan sebagai decentralization is often thought to bring government closer to the people . [1 4 ] Keberhasilan pelaksanaan desentralisasi akan sangat tergantung pada desain, proses im plem entasi, dukungan politis baik pada tingkat pengam bilan keputusan di m asing-m asing tingkat pem erintahan, m aupun m asy arakat secara keseluruhan, kesiapan adm inistrasi pem erintahan, pengem bangan kelem bagaan dan sum ber day a m anusia, m ekanism e koordinasi untuk m eningkatkan kinerja aparat birokrasi, perubahan sistem nilai dan perilaku birokrasi dalam m em enuhi keinginan m asy arakat khususny a dalam pelay anan sektor publik. Tujuan politis untuk m eningkatkan tingkat responsifitas birokrasi terhadap keinginan m asy arakat dalam pem enuhan pelay anan publik dikaitkan dengan partisipasi m asy arakat dalam peny ediaan pelay anan tersebut, m em erlukan persy aratan instrum en desentralisasi terutam a y ang m eny angkut aspek ketentuan perundangan, kelem bagaan, struktur pelay anan y ang m enjadi tugas Pem erintah Daerah, m aka m ekanism e kontrol dan dukungan pem biay aan harus didesain sedem ikian rupa sehingga m am pu untuk m endukung keinginan politis dari m asy arakat. Konsep Dasar Desent ralisasi Desentralisasi m engacu pada tren global dalam pem indahan tanggungjawab pem erintah pusat kepada pem erintah daerah atau lokal. Pengertian dan penafsiran terhadap desentralisasi sangat beragam antar negara, antar ilm uwan, m aupun antar praktisi pem erintahan. Istilah desentralisasi m em iliki m akna y ang berbeda untuk orang y ang berbeda, dan pendekatan terhadap desentralisasipun sangat berv ariasi dari negara y ang satu ke negara y ang lain (the term decentralization means different things to different people, and the approach to decentralization has varied widely between countries) .[1 5] Meskipun dem ikian, pem aham an um um tentang definisi dan ruang lingkup desentralisasi bany ak m engacu kepada pendapat Rondinelli dan Bank Dunia (1 9 9 9 ), desentralisasi adalah transfer kewenangan dan tanggungjawab fungsi-fungsi pem erintahan dari pem erintah pusat kepada pem erintah daerah, lem baga sem i-pem erintah, m aupun kepada swasta (decentralization is the transfer of authority and responsibility for public functions from the central government to subordinate or quasi-independent government organizations and/or private sector) . Desentralisasi terdiri atas em pat jenis, y akni desentralisasi politik, desentralisasi adm inistratif, desentralisasi fiskal, serta desentralisasi pasar.[1 6 ]
http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/ 5/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

Definisi serupa dikem ukakan Turner dan Hulm e, bahwa desentralisasi dalam sebuah negara m encakup pelim pahan kewenangan dalam rangka peny elenggaraan pelay anan kepada m asy arakat, dari pejabat atau lem baga pem erintahan di tingkat pusat kepada pejabat atau lem baga pem erintahan y ang lebih dekat kepada m asy arakat y ang harus dilay ani (a transfer of authority to perform some service to the public from an individual or an agency in central government to some other individual or agency which is closer to the public to be served) . [1 7 ] Pengalam an internasional m enunjukkan bahwa desentralisasi terny ata berdam pak secara positif terhadap kinerja pem bangunan. Telaah literatur m engindikasikan bany akny a kontribusi signifikan dari desentralisasi di berbagai sektor, m isalny a dalam pencegahan dan pem berantasan korupsi,[1 8] pengurangan kem iskinan, [1 9 ] peningkatan kualitas pelay anan,[2 0] m em perkuat akuntabilitas,[2 1 ] resolusi konflik,[2 2 ] ataupun pem berday aan m asy arakat.[2 3 ] Di sisi lain, desentralisasi juga dapat m enim bulkan persoalan anggaran, m eningkatkan instabilitas m akro ekonom i dan disparitas regional, m em unculkan egoism e kedaerahan dan klientilism e, atau m em bengkakkan struktur birokrasi.[2 4 ] Dengan dem ikian, desentralisasi m em iliki dua wajah, positif dan negatif, y ang dalam bahasa Alex Brillantes Jr. dikatakan sebagai pedang berm ata dua (two edged of sword) .[2 5] Dua wajah desentralisasi juga diungkapkan oleh Burki, Perry dan Dillinger, bahwa dari sisi kem anfaatan, desentralisasi dapat lebih tepat m eningkatkan efisiensi dan day a tanggap pem erintah m elalui pem enuhan lay anan publik y ang lebih sesuai dengan preferensi raky at. Selain itu, desentralisasi dapat m em bangkitkan sem angat kom petisi dan inov asi antar pem erintah daerah untuk m encapai kepuasan m asy arakat y ang lebih tinggi. Nam un di sisi lain, kualitas pelay anan publik sering m enjadi korban karena transfer kewenangan sering disalahartikan atau disalahgunakan oleh elit lokal y ang relatif kurang m em enuhi standar kom petensi y ang dibutuhkan.[2 6 ] Di Indonesia, desentralisasi juga m enjelm a dalam dua bentukny a y ang positif dan negatif. Hasil kajian I ndonesian Rapid Decentralization Appraisal (IRDA) m enem ukan bukti bahwa desentralisasi berhasil m endorong terwujudny a tiga kondisi penting, y aitu: 1 ) m eningkatny a kepedulian dan penghargaan terhadap partisipasi m asy arakat dalam proses politik di tingkat lokal; 2 ) perangkat pem erintahan daerah m em iliki kom itm en y ang m akin kuat dalam pem berian lay anan serta m erasakan adany a tekanan y ang berat dari m asy arakat agar m ereka m eningkatkan kualitas pelay anan publik; dan 3 ) pem erintah daerah saling bekerjasam a dan berbagi inform asi untuk m eny elesaikan persoalan y ang sam a-sam a m ereka hadapi. [2 7 ] Walaupun dem ikian, beberapa dam pak negatif nam pakny a tidak dapat dihindari. Dalam laporan penelitianny a, SMERU (2 002 ) m engungkap fakta bany akny a daerah y ang m em berlakukan berbagai pungutan baru y ang berpotensi m engham bat iklim inv estasi dan gairah bisnis lokal.[2 8] Keseimbangan Desent ralisasi dan Dekonsent rasi Dari definisi y ang dikem ukakan oleh Rondinelli m aupun Turner and Hulm e di atas, dapat dipaham i bahwa desentralisasi selalu berkaitan dengan hubungan antara pem erintah pusat dan pem erintah daerah, baik di bidang politik m aupun sosial ekonom i. Dari perspektif politik, desentralisasi adalah bagian dari proses dem okratisasi di m ana rezim autokrasi digantikan oleh pem erintahan y ang dipilih oleh raky at berdasarkan konstitusi y ang lebih dem okratis.[2 9 ] Sedangkan dari perspektif ekonom i, desentralisasi dapat dilihat sebagai kebutuhan intrinsik bagi pem erintah. Kebutuhan ini lahir sebagai akibat kegagalan pasar (market failures) y ang pada giliranny a m erangsang tim bulny a ide sentralisasi dalam pem erintahan.[3 0]

http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/

6/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

Oleh karena desentralisasi sem ata tidak selalu m em bawa hasil positif, m aka m unculny a konsep dekonsentrasi dilakukan ketika terjadi peningkatan fungsi dan aktiv itas pem erintahan y ang m em perlihatkan adany a gejala kesenjangan (gap) y ang sem akin m elebar antara pem erintah pusat dan daerah. Dekonsentrasi m uncul terhadap kebutuhan publik untuk berinteraksi secara intensif dengan pem erintah pusat. Mark Turner m encatat adany a beberapa kelebihan dari dekonsentrasi y ang lazim ny a bany ak m eny entuh aspek m anajerial. Manfaat y ang paling dirasakan adalah penggunaan sum ber day a y ang lebih efisien.[3 1 ] Meskipun dem ikian, Turner juga m engingatkan bahwa dekonsentrasi juga m em iliki potensi m enim bulkan dam pak y ang sebalikny a. Ketergantungan terhadap pedom an dari atas sehingga kurang responsif terhadap kondisi riil dalam m asy arakat, adalah salah satu kem ungkinan negatif y ang perlu diantisipasi.[3 2 ] Kecenderungan lain, para pejabat lokal lebih m eny ukai pola kerja lam a berupa m em erintah dan m engontrol, dari pada terlibat langsung dalam kerjasam a y ang bersifat partisipatif. Persoalan inov asi y ang kurang berkem bang akibat kualitas rata-rata para pejabat di daerah, juga dapat m enjadi kendala. Selain itu, kom unikasi dengan pejabat di tingkat pusat seringkali juga kurang lancar, sem entara m asy arakat terkondisi pada alam berpikir lam a bahwa pejabat daerah tidak kapabel. Mengingat desentralisasi dan dekonsentrasi m em iliki kelebihan dan kekurangan m asing-m asing, m aka sangat wajar jika keduany a bukan m enjadi pilihan y ang bersifat alternatif m elainkan kom plem enter. Dengan dem ikian, desentralisasi dan dekonsentrasi bekerja bersam a-sam a untuk m ewujudkan efektiv itas dan efisiensi tertinggi peny elenggaraan pem erintahan daerah. Sinergi hubungan seperti inilah y ang dim aksud pengertian desentralisasi dan dekonsentrasi sebagai sebuah kontinuum , atau sebuah bandul. Garis kontinuum ini m enunjukkan luas atau besaran peran dan interv ensi pem erintah pusat, serta luas dan besaran kekuasaan/kewenangan y ang ditransfer kepada pem erintah daerah. Dengan kata lain, dev olusi (desentralisasi dalam arti sem pit) dengan dekonsentrasi m em iliki hubungan atau keterkaitan y ang erat, ibarat dua sisi y ang berbeda pada koin y ang sam a. Atau, desentralisasi dengan dekonsentrasi bukanlah dua kutub y ang saling bertentangan secara dikotom is. Desentralisasi bukanlah alternatif dari sentralisasi,[3 3 ] terdapat penegasan bahwa deconcentration and decentralization, far from replacing each other, have always been considered as complimentary by political decision makers .[3 4 ] Perny ataan ini m eny iratkan bahwa desentralisasi dan dekonsentrasi dilaksanakan secara sim ultan dengan kadar y ang berbeda. Sentralisasi dan desentralisasi adalah dua hal y ang tidak bersifat dikotom is. Artiny a, dalam satu negara tidak m ungkin dianut hany a asas sentralisasi saja untuk sem ua urusan, dan dem ikian pula sebalikny a. Desentralisasi dan dekonsentrasi sam a-sam a m erupakan instrum en untuk m em perkuat derajat otonom i dalam sebuah negara.[3 5] Seperti telah dikem ukakan bahwa desentralisasi adalah peny erahan kewenangan dari pem erintah pusat kepada pem erintah daerah untuk m engurusi urusan rum ah tanggany a sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari raky atny a dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. Dengan adany a desentralisasi m aka m uncul otonom i bagi suatu pem erintahan daerah. Desentralisasi sebenarny a adalah istilah dalam keorganisasian y ang secara sederhana di definisikan sebagai peny erahan kewenangan. Dalam kaitanny a dengan sistem pem erintahan Indonesia, desentralisasi seringkali dikaitkan dengan sistem pem erintahan karena dengan adany a desentralisasi sekarang m eny ebabkan perubahan paradigm a pem erintahan di Indonesia. Seperti y ang telah dijelaskan di atas, bahwa desentralisasi berhubungan dengan otonom i daerah. Sebab, otonom i daerah m erupakan kewenangan suatu daerah untuk m eny usun, m engatur, dan m engurus daerahny a sendiri tanpa ada cam pur tangan serta bantuan dari pem erintah pusat. Dengan adany a
http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/ 7/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

desentralisasi, m aka akan berdam pak positif pada pem bangunan daerah-daerah y ang tertinggal dalam suatu negara. Agar daerah tersebut dapat m andiri dan secara otom atis dapat m em ajukan pem bangunan nasional. Dari penjelasan di atas dapat diam bil pem aham an bahwa pelaksanaan otonom i daerah dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia harus dihindarkan adany a eksklusiv ism e dan isolasionism e kedaerahan. Pem erintah Pusat dan Pem erintah Daerah (prov insi dan kabupaten/kota) adalah satu kesatuan politik (political unity) y ang harus saling m em perkuat. Dengan dem ikian, pem berian desentralisasi tidak boleh m enim bulkan kelem ahan pada Pem erintah Pusat atau m enim bulkan egoism e teritorial y ang sem pit. Dem ikian pula, fungsi dekonsentrasi y ang dijalankan oleh perangkat Pusat di Daerah hendakny a tidak dicurigai sebagai upay a m elakukan resentralisasi. Hal ini berarti pula bahwa hubungan antara Pusat dan Daerah bukan relasi y ang bersifat trade-off atau zero-sum , m elainkan synergistic win-win. Perluny a Pemerint ahan Terdesent ralisasi Seperti telah dikem ukakan, pengertian dan penafsiran terhadap desentralisasi sangat beragam antar negara, antar ilm uwan, m aupun antar praktisi pem erintahan. Istilah desentralisasi m em iliki m akna y ang berbeda untuk orang y ang berbeda, dan pendekatan terhadap desentralisasipun sangat berv ariasi dari negara y ang satu ke negara y ang lain (the term decentralization means different things to different people, and the approach to decentralization has varied widely between countries) .[3 6 ] Turner dan Hulm e m engungkapkan bahwa berbagai penulis m engajukan pengertian y ang sangat berbeda tentang desentralisasi sehingga m uncul am biguitas y ang begitu besar disekitar konsep tersebut.[3 7 ] Meskipun dem ikian, terdapat sebuah kesepakatan um um bahwa desentralisasi sangat diperlukan untuk m em prom osikan wujud pem erintahan y ang lebih baik, lebih efektif, dan lebih dem okratis. Baik di negara m aju m aupun berkem bang, desentralisasi m erupakan salah satu elem en kunci terhadap agenda reform asi y ang dijalankan.[3 8] Sebagai sebuah konsep, Dennis Rondinelli m endefinisikan desentralisasi sebagai transfer kewenangan dan tanggungjawab fungsi-fungsi publik dari pem erintah pusat kepada unit dibawahny a atau organisasi pem erintahan sem i independen (the transfer of authority and responsibility of public functions from the central government to subordinate or quasi-independent government organizations) .[3 9 ] Sem entara itu, Marck Turner dan Dav id Hulm e berpendapat bahwa desentralisasi di dalam sebuah negara m encakup pelim pahan kewenangan dalam rangka peny elenggaraan pelay anan kepada m asy arakat, dari pejabat atau lem baga pem erintahan di tingkat pusat kepada pejabat atau lem baga pem erintahan y ang lebih dekat kepada m asy arakat y ang harus dilay ani (a transfer of authority to perform some service to the public from an individual or an agency in central government to some other individual or agency which is closer to the public to be served) . [4 0] Dengan dem ikian jelaslah bahwa desentralisasi selalu berkaitan dengan hubungan antara pem erintah pusat dan pem erintah daerah, baik di bidang politik m aupun sosial ekonom i. Dengan kata lain, desentralisasi y ang m uncul di sebagian besar negara di dunia lebih bany ak dipicu oleh alasan-alasan politik dan ekonom i. Dari perspektif politik, Jam es Ford dan Aser B. Jav ier m em berikan ilustrasi tentang pertim bangan politis perluny a desentralisasi di beberapa negara. Jam es Ford dan Aser B. Jav ier m engungkapkan tem uan bahwa di Am erika Latin, desentralisasi adalah bagian dari proses dem okratisasi di m ana rezim autokrasi digantikan oleh pem erintahan y ang dipilih oleh raky at berdasarkan konstitusi y ang baru. Di Afrika, peny ebaran sistem politik m ulti partai telah m engakibatkan tuntutan diakom odasikanny a suara raky at dalam pengam bilan keputusan. Sedangkan di beberapa negara seperti Ethiopia, desentralisasi ditem puh sebagai reaksi terhadap tuntutan dari daerah atau kelom pok-kelom pok etnik terhadap sebuah kontrol partisipasi y ang lebih besar
http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/ 8/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

dalam proses politik. Dalam bentukny a y ang lebih ekstrim , desentralisasi m enggam barkan suatu upay a y ang serius agar sebuah negara m am pu m engelola berbagai tekanan dan tuntutan secara lebih baik m elalui pem berian otonom i y ang lebih besar.[4 1 ] Dari perspektif ekonom i, desentralisasi dapat dilihat sebagai kebutuhan intrinsik bagi pem erintah. Kebutuhan ini lahir sebagai akibat kegagalan pasar (market failures) y ang pada giliranny a m erangsang tim bulny a ide sentralisasi dalam pem erintahan. Dalam hubungan ini, terdapat dua alasan ekonom is y ang kuat tentang perluny a desentralisasi. Pertama, adany a v ariasi dalam preferensi indiv idual tentang barang (dan jasa) priv at dan publik, serta kem anfaatanny a y ang secara um um dicirikan oleh keterbatasan spasial. [4 2 ] Jam es Ford m enam bahkan alasan ekonom is y ang m endukung desentralisasi, y akni pertim bangan efisiensi dalam alokasi sum ber-sum ber ekonom i. Desentralisasi penting untuk m eningkatkan day a saing (competitiveness) pem erintah dan m em acu inov asi usaha, sehingga pem erintah dapat berbuat sesuatu untuk m em uaskan harapan m asy arakat.[4 3 ] Berbagai argum en y ang m endukung upay a negara untuk m em percepat kebijakan desentralisasi, m isalny a Jennie Litv ack, Junaid Ahm ad dan Richard Bird m em berikan uraian tentang alasan-alasan ekonom i politik atas kebijakan desentralisasi.[4 4 ] Dem ikian halny a Dennis Rondinelli dan G. Shabbir Cheem a, m engem ukakan keuntungan spesifik y ang dapat diperoleh dari kebijakan desentralisasi, y akni:[4 5] Decentralization can be a means of overcoming the severe limitations of centrally controlled national planning. Decentralization can cut through the enormous amounts of red tape and the highly structured procedures. Officials knowledge of and sensitivity to local problems and needs can be increased. Decentralization can allow better political and administrative penetration of national government policies into areas remote from the national capital. Decentralization might allow greater representation for various political, religious, ethnic, and tribal groups in development decision making that lead to greater equity in the allocation of resources. Decentralization could expand local governments and private institutions capacity to take over functions that are not usually performed well by central ministries. The efficiency of the central government could be increased. Decentralization can provide a structure through which activities of various central government ministries and agencies could be coordinated more effectively. Decentralization is needed to institutionalize participation of citizens in development planning and management. Decentralization might offset the influence or control over development activities by entrenched local elites. Decentralization can lead to more flexible, innovative, and creative administration. Decentralization allows local leaders to locate services and facilities more effectively within communities. Decentralization can increase political stability and national unity by giving groups the ability to participate more directly in development decision-making. Decentralization can increase the number of public goods and services and the efficiency with which they are delivered at lower cost. Seiring dengan alasan tentang perluny a desentralisasi tersebut, m aka desentralisasi secara um um dapat dikelom pokkan m enjadi em pat tipologi, y aitu (a) desentralisasi politik, (b) desentralisasi adm inistratif, (c) desentralisasi fiskal dan (d) desentralisasi pasar atau desentralisasi ekonom i. Desentralisasi politik bertujuan untuk m em berikan kepada raky at akses terhadap pengam bilan keputusan
http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/ 9/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

publik,

sedangkan

desentralisasi

adm inistratif

lebih

berfokus pada

redistribusi

kewenangan

dan

tanggungjawab dalam peny ediaan jasa lay anan um um antara jenjang pem erintahan y ang berbeda. Dalam hal ini, desentralisasi adm inistratif m em iliki tiga bentuk utam a, y akni dekonsentrasi, delegasi dan dev olusi. Selanjutny a, desentralisasi fiskal bertujuan untuk m em beri kewenangan kepada lem baga-lem baga lokal untuk m enjalankan fungsi-fungsi y ang telah diserahkan/dilim pahkan, sekaligus m erum uskan keputusan tentang pengeluaran anggaran, serta kewenangan untuk m enggali sum ber-sum ber pendapatanny a sendiri. Adapun desentralisasi ekonom i atau pasar diarahkan pada terjadiny a alih tanggungjawab dalam peny elenggaraan fungsi-fungsi pem erintah dari sektor publik kepada sektor priv at. Desentralisasi pasar ini m erupakan bentuk sem purna dari desentralisasi, y ang secara konkrit dapat berupa kebijakan priv atisasi atau deregulasi.[4 6 ] Pada tataran global, trend desentralisasi ini tidak hany a bany ak diterapkan oleh negara m aju, nam un juga ham pir diseluruh negara berkem bang di dunia. Dan trend ini sejalan dengan trend besar lain, y akni perubahan dari konsepsi government kepada governance. Pada konsep government , pem erintah (baik Pusat m aupun Daerah) ditem patkan sebagai pelaku utam a pem bangunan, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, serta ev aluasi. Pem erintah juga m enjadi peny andang dana terbesar sekaligus sebagai penerim a benefit (beneficiary) terbesar. Dengan berkem bangny a paradigm a governance, pola hubungan antar sektor (publik-priv at) dan juga hubungan Pusat-Daerah berubah m enjadi lebih sejajar (egaliter) dan dem okratis. Pada pola seperti itu, peny elenggaraan jasa lay anan atau fungsi pem erintahan tertentu tidak lagi di dom inasi oleh satu pihak (Pem erintah). Hal ini berarti pula bahwa proses kem itraan dan kerjasam a harus lebih digalakkan m elalui pengurangan peran pem erintah pada satu sisi, dan penguatan peran swasta pada sisi lain. Desent ralisasi Perspekt if Global Desentralisasi terny ata berdam pak secara positif terhadap kinerja y ang lebih tinggi pada suatu bidang pem bangunan tertentu. Keith McLean dan Elizabeth King m elakukan penelitian tentang dam pak desentralisasi di bidang pendidikan. Bukti awal y ang ditem ukan m engindikasikan bahwa desentralisasi telah m eningkatkan kem andirian m asy arakat dan aktor sekolah sekaligus m eningkatkan kualitas pem belajaran. [4 7 ] Sejalan dengan hal tersebut, Anne Mills juga m enem ukan dam pak positif desentralisasi di bidang kesehatan.[4 8] Sem entara itu dalam bidang infrastruktur, Jessica Seddon telah m elakukan studi y ang m enunjukkan bahwa desentralisasi m enghasilkan efek y ang cukup berv ariasi di bidang infrastruktur.[4 9 ] Pada beberapa hal, desentralisasi juga m em beri kinerja y ang lebih baik di bidang pertum buhan ekonom i. Dengan m engutip beberapa sum ber, Jessica Seddon m engem ukakan bahwa desentralisasi m em iliki dam pak positif dan signifikan terhadap pertum buhan ekonom i regional di India. Nam un, beberapa m asalah m etodologis m elahirkan hasil y ang lebih beragam , sehingga bany ak hal y ang harus diteliti lebih jauh untuk m ey akinkan adany a hubungan y ang terukur antara desentralisasi dengan pertum buhan. Dalam hal ini, kurangny a bukti em piris y ang kuat m endorong para peneliti untuk m enetapkan tiga hipotesis antara desentralisasi dengan pertum buhan. Dalam setiap hipotesis, pertum buhan hany a m erupakan hubungan sekunder terhadap desentralisasi; sem entara bentuk-bentuk hubungan, apakah itu m eningkatkan pertum buhan, m engham bat pertum buhan, atau m ensy aratkan pertum buhan, sangat tergantung kepada v ariabel y ang dikelom pokkan sebagai hubungan prim er terhadap desentralisasi.[50] Ketiga hipotesis tersebut adalah: 1 ) desentralisasi m eningkatkan efisiensi ekonom i di sector pengeluaran pem erintah, sehingga efek dinam isny a berbentuk percepatan terhadap Sign me uppertum buhan (growth-enhancing) ; 2 )
http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/ 10/30

Ikuti

Follow Kgsc's Blog

Get every new post delivered to your Inbox. Enter your email address

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

desentralisasi dapat m engantarkan pada instabilitas m akro ekonom i, y ang pada giliranny a akan m em perlam bat pertum buhan; dan 3 ) negara berkem bang m em iliki kelem bagaan dan lingkungan ekonom i Pow ered by WordPress.com y ang sangat berbeda dibanding negara-negara m aju, sehingga negara-negara berkem bang ini tidak akan m eraih keuntungan y ang bany ak tetapi tidak pula akan m enderita sebaga i akibat dari kebijakan desentralisasi.[51 ] Ringkasan tentang dam pak pem erintahan y ang terdesentralisasi terhadap pelay anan um um untuk raky at m iskin di sem bilan negara telah didokum entasikan oleh Robertson Work. Robertson Work m elaporkan bahwa desentralisasi m em bawa dam pak berupa peningkatan lay anan kesehatan (di Belo Horizonte, Brazil), peningkatan lay anan perkotaan (di Sinuapa, Honduras; keberhasilan pelaksanaan berbagai proy ek di Jam unia Tank Gram Panchay at, India), peningkatan lay anan pendidikan (di Man dan Irbid, Jordan), perbaikan kualitas pem ukim an (di Pakistan), peningkatan lay anan kesehatan (di tiga kota Pilipina), m enggerakkan pem bangunan ekonom i lokal (di tiga kota Polis), peningkatan pendapatan rum ah tangga (di Iv ory Park, South Africa), serta peningkatan jasa-jasa pasar m elalui kem itraan dengan sektor swasta (di Jinja, Uganda).[52 ] Dam pak desentralisasi terhadap studi y ang dikem bangkan Mick Moore dan Jam es Putzel m engungkapkan bahwa desentralisasi adalah obat y ang populer untuk m engatasi m asalah-m asalah pem erintahan, khususny a di negara berkem bang. Desentralisasi juga dipercay a sebagai kebijakan y ang pro penduduk m iskin. Argum en paling um um adalah, karena definisi desentralisasi berarti m em bawa pem erintah lebih dekat kepada m asy arakat baik dalam pengertian spasial m aupun institutional, m aka pem erintah akan m enjadi lebih paham dan lebih responsif terhadap kebutuhan m asy arakat.[53 ] Dalam m eny im pulkan dam pak desentralisasi, UNDP dalam Poverty Report 2000 m enuliskan, bahwa: Decentralized governance, when carefully planned, effectively implemented, and appropriately managed, can lead to significant improvement in the welfare of people at the local level, the cumulative effect of which can lead to enhanced human development. I n addition, if decentralization involves real devolution of power to local levels, the enabling environment for poverty reduction is likely to be stronger. On the contrary, badly planned decentralization can worsen regional inequalities. Left to their own devices, richer regions are likely to develop faster than poor ones. And a system of matching grants, intended by central government to motivate local government to raise funds, typically exacerbates regional disparities. The richer regions can raise more funds and thus receive more in matching grants . [54 ] Di bidang politik, Vedi R. Hadiz m engem ukakan hubungan langsung antara desentralisasi dan dem okrasi. Vedi R. Hadiz berasum si bahwa desentralisasi m encitakan m eningkatny a lev el transparansi dan akuntabilitas serta berkem bangny a praktek good governance. Inti gagasanny a adalah bahwa kebutuhan daerah akan terpenuhi secara lebih baik sebagai akibat diberikanny a otonom i, dan bahwa para penguasa akan dapat diawasi secara langsung oleh m asy arakat setem pat. Selain itu, inisiatif penduduk lokal dan kreativ itas publik akan berkem bang bebas karena m engendorny a pengawasan Pusat y ang terlalu kuat pada berbagai aspek kehidupan m asy arakat.[55] Desent ralisasi Dalam Perspekt if Regional Dalam konteks desentralisasi di Indonesia, I ndonesian Rapid Decentralization Appraisal (I RDA) m enem ukan bukti bahwa desentralisasi berhasil m endorong terwujudny a tiga kondisi sebagai berikut:[56 ] Pertama, m eningkatny a kepedulian dan penghargaan terhadap partisipasi m asy arakat dalam proses politik di
http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/ 11/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

tingkat lokal. Di wilay ah y ang di surv ey , terdapat indikasi kuat m enguatny a partisipasi, transparansi dan akuntabilitas publik. Masy arakat m akin m enuntut kinerja pem erintah y ang sem akin baik, dan dalam m erespon tuntutan m asy arakat ini, bany ak Pem erintah Daerah y ang m enjadi berorientasi pada m asy arakat (customer oriented) serta m em buka dialog publik tentang kinerja pem erintahan dan upay a m ewujudkanny a. [57 ] Kedua, perangkat pem erintahan daerah m em iliki kom itm en y ang m akin kuat dalam pem berian lay anan serta m erasakan adany a tekanan y ang berat dari m asy arakat agar m ereka m eningkatkan kualitas pelay anan publik. Oleh karena fungsi pelay anan berada di tangan pem erintah daerah y ang secara spasial lebih dekat dan m udah diakses oleh m asy arakat, m aka adalah hal y ang wajar ketika m asy arakat m enjadi lebih m udah untuk m engekspresikan perasaan dan tuntutanny a terhadap pelay anan publik ini. Di bidang pelay anan ini, ditem ukan fakta bahwa kualitas dan kuantitas pelay anan m akin m eningkat di beberapa daerah, dan ada pula y ang m enurun di sebagian daerah lainny a. Meskipun dem ikian, secara um um dapat dikatakan bahwa pem erintah daerah m am pu m enjaga tingkat kualitas pelay anan m inim al sam a seperti pada saat pelay anan itu diberikan oleh pem erintah pusat.[58] Ketiga, berkaitan dengan prospek kerjasam a regional adalah bahwa antar pem erintah Kabupaten/Kota dan antara Kabupaten/Kota dengan pem erintah Propinsi saling bekerjasam a dan berbagi inform asi untuk m eny elesaikan persoalan y ang sam a-sam a m ereka hadapi. Adany a kepentingan bersam a untuk m eningkatkan pelay anan publik dan pendapatan daerah, serta hasrat untuk m eny elesaikan konflik y ang m uncul dari kebijakan desentralisasi, telah m endorong pem erintah daerah untuk saling m em bantu. Walaupun dem ikian, beberapa dam pak negatif terlihat tidak dapat dihindari. Dalam laporan penelitian berjudul Regional Autonomy and the Business Climate: Three Kabupaten Case from West Java , SMERU m engungkap fakta bahwa Kabupaten Cirebon tengah m eny iapkan kebijakan tentang pem berlakuan 1 8 jenis pajak dan retribusi baru; sem entara Kabupatenn Garut telah m engeluarkan 2 4 pajak dan retribusi baru. Kondisi serupa ditem ukan di Ciam is y ang m em iliki 3 5 jenis pendapatan daerah, terdiri atas 6 pajak, 2 7 retribusi, dan 2 sum bangan pihak ketiga.[59 ] Seiring dengan hal di atas, Verdi R. Hadiz m elakukan pengam atan bahwa desentralisasi di Indonesia telah m em bawa dam pak berupa korupsi y ang terdesentralisasi dan tersebar, aturan y ang dijalankan oleh pejabat y ang berjiwa predator (predatory local officials) , serta m erebakny a money politics dan konsolidasi politik gangster. Dalam konteks ini, pertany aan pokokny a adalah siapa y ang m endapat m anfaat terbesar dari desentralisasi? dan siapa y ang m enjadi penerim a m anfaat terbesar dari m unculny a sistem dem okrasi y ang pada hakikatny a didasari oleh logika money politics dan politik kekerasan?[6 0] Menurut Adrian Leftwich, persy aratan y ang harus dipenuhi dalam m eningkatkan daerah y ang dem okratis dan m em bangun (democratic developmental regime) , ialah A dedicated developmental elite; relative autonomy for the state apparatus; a competent and insulated economic bureaucracy; an empowered civil society; a capacity to manage effectively local and foreign economic interest; and a varying balance of repression, legitimacy and performance .[6 1 ] Hirotsune Kim ura m enawarkan enam poin kunci untuk m em bangun kapasitas pem erintah daerah (local government capacity building) . Keenam hal tersebut adalah: Establishing nation-wide minimum standard of services, improving policy formulation capacity, modernizing bureaucracy, reorganizing boundary between LGUs, promoting check and balance system in local level, and strengthening financial basis (standarisasi pelay anan pem erintah secara nasional, kapasitas kebijakan pem bangunan dan proses im plem entasiny a, m odernisasi
http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/ 12/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

birokrasi dalam rangka reform asi adm inistrasi, reorganisasi batas wilay ah pem erintah daerah, sistem check and balance dalam pem erintah daerah serta penguatan basis keuangan).[6 2 ] Dalam kondisi seperti ini, dapat dibangun sebuah hipotesis bahwa sem akin efektif im plem entasi keenam prinsip pengem bangan kapasitas tersebut, sem akin kuat kapasitas suatu pem erintah daerah dalam m erealisasikan program pem bangunan, sehingga sem kin besar pula peluangny a untuk m enjadi rejim lokal y ang dem okratis. Dengan dem ikian, kapasitas daerah adalah kunci keberhasilan desentralisasi. Sebab, tanpa ditopang oleh kapasitas y ang m em adai, desentralisasi justru akan dapat m enjadi sum ber kegagalan proses pem bangunan di daerah. Ditinjau dari sudut hukum adm inistrasi negara, negara adalah suatu organisasi dari serangkaian tata kerja perangkat alat perlengkapan negara y ang bekerja sam a dalam suatu hubungan dan kesatuan y ang utuh. Masing-m asing alat perlengkapan negara tersebut m em puny ai tugas dan lapangan kerja y ang m ungkin berbeda y ang satu dengan lainny a. Tetapi perbedaan itu hany a m erupakan pem bagian tugas dan kewajiban sem ata. Di antara alat perlengkapan negara selalu ada koordinasi dan hubungan organisatoris. Desent ralisasi Dalam Perspekt if Birokrasi Meskipun m em iliki dua sisi m anfaat dan kelem ahan, nam un terdapat sebuah kesepakatan um um bahwa desentralisasi sangat diperlukan untuk m em prom osikan m odel pem erintahan y ang lebih baik, lebih efektif, dan lebih dem okratis (good governance) . Baik di negara m aju m aupun negara berkem bang, desentralisasi m erupakan salah satu elem en kunci terhadap agenda reform asi y ang dijalankan di negara y ang bersangkutan.[6 3 ] Secara konkret, kebijakan baru desentralisasi y ang dim ulai tahun 1 9 9 9 adalah salah satu bentuk reform asi politik dan pem erintahan di sam ping perubahan UUD 1 9 4 5, dan pem berantasan korupsi, kolusi dan nepotism e. Sebagai bentuk reform asi, di m ana kerangka desentralisasi y ang baru telah m erom bak secara sistem ik relasi Pusat dan Daerah. Dengan kebijakan desentralisasi, terjadi transfer kewenangan Pusat kepada Daerah, term asuk transfer personalia serta sum ber-sum ber pendapatan dan anggaran. Desentralisasi juga telah m em beri penguatan dem okrasi akar rum put dengan pem berlakuan sistem pem ilihan kepala daerah secara langsung. Desentralisasi di Indonesia berdam pak pada terjadiny a reform asi secara fundam ental. Dikem ukakan oleh Mera Koichi decentralization taken by I ndonesia is notable for its scale and speed. I t was a Big Bang .[6 4 ] Dalam bahasa y ang berbeda, Pranap Bardhan and Dilip Mookherjee m engem ukakan Some of these countries witnessed an unprecedented big bang shift toward comprehensive political and economic decentralization: Bolivia in 1995 and I ndonesia after the fall of Suharto in 1998 .[6 5] Lahirny a Undang-undang Nom or 2 2 Tahun 1 9 9 9 , tentang Pem erintahan Daerah y ang telah digantikan dengan Undang-undang Nom or 3 2 Tahun 2 004 , tentang Pem erintahan Daerah, di Indonesia adalah desentralisasi y ang paling berani di antara negara berkem bang (the most daring decentralization policy in developing countries) .[6 6 ] Sebagai sebuah reform asi, desentralisasi tidak akan dapat berhasil tanpa diikuti oleh langkah-langkah lanjutanny a. Dengan kata lain, desentralisasi harus disikapi dan ditindaklanjuti dengan reform asi birokrasi sebagai unsur peny elenggara desentralisasi. Dalam kaitan ini, reform asi birokrasi diarahkan pada terciptany a tata kelola pem erintahan y ang baik pada m asa y ang akan datang. Ot onomi Daerah di Indonesia
http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/ 13/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

Secara konseptual, paradigm a y ang terkandung dalam kebijakan desentralisasi adalah sangat baik. Nam un, im plem entasi desentralisasi ini m em butuhkan prakondisi untuk dapat berhasil dengan baik, di antarany a harus didukung oleh perencanaan y ang m atang dan ditopang oleh kem am puan atau kapasitas daerah untuk m enjalankanny a. Negara Kesatuan Republik Indonesia pada dasarny a telah m enetapkan pilihanny a secara form al dianutny a asas desentralisasi dalam peny elenggaraan pem erintahan, dengan m em berikan kesem patan dan keleluasaan kepada daerah untuk m eny elenggarakan otonom i daerah. Dalam Pasal 1 8 UUD 1 9 4 5 sebelum perubahan, antara lain diny atakan bahwa pem bagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk dan susunan pem erintahanny a ditetapkan dengan undangundang. Sem entara, dalam penjelasan Pasal tersebut antara lain dijelaskan bahwa: oleh karena negara Indonesia itu suatu eenheidsstaat , m aka Indonesia tak akan m em puny ai daerah di dalam lingkunganny a y ang bersifat staat juga. Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah propinsi dan daerah y ang lebih kecil. Daerah itu bersifat otonom (streck dan locale rechtsgemeenchappen) atau bersifat daerah adm inistrasi belaka, sem uany a m enurut aturan y ang akan ditetapkan dengan undang-undang. Dalam am andem en kedua UUD 1 9 4 5, ketentuan tersebut m engalam i perubahan. Perubahan tersebut tidak m erubah esensiny a, tetapi lebih bersifat m em pertegas, m em perjelas dan m elengkapi. Disebutkan, m isalny a, Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah prov insi dan daerah prov insi itu dibagi atas kabupaten dan kota, y ang tiap-tiap prov insi, kabupaten, dan kota itu m em puny ai pem erintahan daerah [Pasal 1 8 ay at (1 )]. Pem erintah daerah tersebut m engatur dan m engurus sendiri urusan pem erintahan m enurut asas otonom i dan tugas pem bantuan [Pasal 1 8 ay at (9 2 )]. Selanjutny a, dikatakan bahwa pem erintahan daerah m enjalankan otonom i seluas-luasny a, kecuali urusan pem erintahan y ang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pem erintah Pusat (Pasal 1 8 ay at (5) UUD 1 9 4 5). Secara etim ologis, perkataan otonom i berasal dari bahasa latin autos y ang berarti sendiri dan nomos aturan. Dengan dem ikian, m ula-m ula otonom i berarti m em puny ai peraturan sendiri atau m em puny ai hak/kekuasaan/ kewenangan untuk m em buat peraturan sendiri. Kem udian arti ini berkem bang m enjadi pem erintahan sendiri. Pem erintahan sendiri ini m eliputi pengaturan atau perundang-undangan sendiri, pelaksanaan sendiri, dan dalam batas-batas tertentu juga pengadilan dan kepolisian sendiri. Sem entara itu, dalam Undang-undang Nom or 3 2 Tahun 2 004 , tentang Pem erintah Daerah ditegaskan bahwa otonom i daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk m engatur dan m engurus sendiri urusan pem erintahan dan kepentingan m asy arakat setem pat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, y ang berarti urusan pem erintahan dan kepentingan m asy arakat setem pat y ang diatur dan diurus tersebut m eliputi kewenangan-kewenangan y ang diserahkan oleh pem erintah pusat kepada daerah-daerah untuk diselenggarakan m enurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi m asy arakat. Berbagai teknik untuk m enetapkan bidang m ana y ang m enjadi urusan pem erintah pusat dan m ana y ang m erupakan wewenang pem erintah daerah, y aitu (a) sistem residu, (b) sistem m aterial, (c) sistem form al, (d) sistem otonom i riil, dan (e) prinsip otonom i y ang ny ata, dinam is dan bertanggungjawab. Dalam sistem residu, secara um um telah ditentukan lebih dahulu tugas-tugas y ang m enjadi wewenang pem erintah pusat, sedangkan sisany a m enjadi urusan rum ah tangga daerah. Kebaikanny a terutam a terletak pada saat tim bulny a keperluan-keperluan baru, pem erintah daerah dapat dengan cepat m engam bil keputusan dan tindakan y ang dipandang perlu, tanpa m enunggu perintah dari pusat. Sebalikny a, sistem ini dapat pula m enim bulkan kesulitan m engingat kem am puan daerah y ang satu dengan y ang lainny a tidak sam a dalam pelbagai lapangan atau bidang. Akibatny a, bidang atau tugas y ang dirum uskan secara um um ini dapat m enjadi terlalu sem pit bagi daerah y ang kem am puanny a terbatas.
http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/ 14/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

Dalam sistem m aterial, tugas pem erintah daerah ditetapkan satu persatu secara lim itatif atau terinci. Di luar tugas y ang telah ditentukan, m erupakan urusan pem erintah pusat. Kelem ah anny a, sistem ini kurang fleksibel karena setiap perubahan tugas dan wewenang daerah harus dilakukanny a m elalui prosedur y ang lam a dan berbelit-belit. Akibatny a, m em gham bat kem ajuan daerah, karena m ereka harus m enunggu peny erahan y ang ny ata bagi setiap urusan. Dapat terjadi suatu urusan m enjadi terbengkelai, tidak diurus oleh pem erintah pusat dan tidak pula oleh pem erintah daerah. Sedangkan dalam sistem form al, daerah boleh m engatur dan m engurus segala sesuatu y ang dianggap penting bagi daerahny a, asal saja tidak m encakup urusan y ang telah diatur dan diurus oleh pem erintah pusat atau pem erintah daerah y ang lebih tinggi tingkatanny a. Dengan kata lain, urusan rum ah tangga daerah dibatasi oleh peraturan perundangundangan y ang lebih tinggi tingkatanny a. Dalam sistem otonom i riil, peny erahan urusan atau tugas dan kewenangan kepada daerah didasarkan pada faktor y ang ny ata atau riil, sesuai dengan kebutuhan dan kem am puan y ang riil dari daerah m aupun pem erintah pusat serta pertum buhan kehidupan m asy arakat y ang terjadi. Karena pem berian tugas dan kewajiban serta wewenang ini didasarkan pada keadaan riil di dalam m asy arakat, m aka kem ungkinan y ang dapat ditim bulkanny a ialah bahwa tugas atau urusan y ang selam a ini m enjadi wewenang pem erintah pusat dapat diserahkan kepada pem erintah daerah dengan m elihat kepada kem am puan dan keperluanny a untuk diatur dan diurus sendiri. Sebalikny a, tugas y ang kini m enjadi wewenang daerah, pada suatu ketika, bilam ana dipandang perlu dapat diserahkan kem bali kepada pem erintah pusat atau ditarik kem bali dari daerah. Prinsip otonom i y ang ny ata, dinam is dan bertanggungjawab dikenal dalam Undang-undang Nom or 5 Tahun 1 9 7 4 sebagai salah satu v ariasi dari sistem otonom i riil. Undang-undang Nom or 2 2 Tahun 1 9 9 9 , tentang Pem erintah Daerah, otonom i daerah dilaksanakan dengan m em berikan kewenangan y ang luas, ny ata dan bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional y ang diwujudkan dengan pengaturan, pem bagian dan pem anfaatan sum ber day a nasional y ang berkeadilan, serta perim bangan keuangan pusat dan daerah. Kewenangan otonom i luas adalah keleluasaan daerah untuk m eny elenggarakan pem erintahan m encakup sem ua bidang pem erintahan, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keam anan, peradilan, m oneter dan fiskal, agam a, serta kewenangan bidang lainny a y ang akan ditetapkan dengan peraturan pem erintah. Di sam ping itu, keleluasaan otonom i m encakup pula kewenangan y ang utuh dan bulat dalam peny elenggaraanny a m ulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan ev aluasi. Dim aksudkan dengan otonom i ny ata adalah keleluasaan daerah untuk m eny elenggarakan kewenangan pem erintahan di bidang tertentu y ang secara ny ata ada dan diperlukan serta tum buh, hidup dan berkem bang di daerah. Sedangkan otonom i y ang bertanggungjawab adalah berupa perwujudan pertanggungjawaban sebagai konsekuensi pem berian hak dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban y ang harus dipikul oleh daerah dalam m encapai tujuan pem berian otonom i, berupa peningkatan pelay anan dan kesejahteraan m asy arakat y ang lebih baik, pengem bangan kehidupan dem okrasi, keadilan dan pem erataan serta pem eliharaan hubungan y ang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka m enjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sem entara itu, dalam Undang-undang Nom or 3 2 tahun 2 004 , tentang Pem erintahan Daerah, disebutkan bahwa prinsip otonom i daerah m enggunakan prinsip otonom i seluas-luasny a, ny ata dan bertanggungjawab. Prinsip otonom i seluas-luasny a adalah bahwa daerah diberi kewenangan m engurus dan m engatur sem ua urusan pem erintahan di luar y ang m enjadi urusan Pem erintah Pusat. Daerah m em iliki kewenangan m em buat kebijakan daerah untuk m em beri pelay anan, peningkatan peran serta, prakarsa dan
15/30

http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

pem berday aan m asy arakat y ang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan raky at. Sedangkan prinsip otonom i ny ata, adalah suatu prinsip bahwa untuk m enangani urusan pem erintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban y ang seny atany a telah ada dan berpotensi untuk tum buh, hidup dan berkem bang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan dem ikian isi dan jenis otonom i bagi setiap daerah tidak selalu sam a dengan daerah lainny a. Otonom i y ang bertanggungjawab adalah otonom i y ang dalam peny elenggaraanny a harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan m aksud pem berian otonom i, y ang pada dasarny a untuk m em berday akan daerah kesejahteraan raky at y ang m erupakan bagian utam a dari tujuan nasional. Seiring dengan prinsip tersebut, peny elenggaraan otonom i daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan m asy arakat dengan selalu m em perhatikan kepentingan dan aspirasi y ang tum buh dalam m asy arakat. Selain itu, peny elenggaraan otonom i daerah juga harus m enjam in keserasian hubungan antara daerah dengan daerah lainny a, artiny a m am pu m em bangun kerjasam a antar daerah untuk m eningkatkan kesejahteraan bersam a dan m encegah ketim pangan antara daerah. Hal y ang penting adalah bahwa otonom i daerah juga harus m am pu m enjam in hubungan y ang serasi antar daerah dengan Pem erintah, artiny a harus m am pu m em elihara dan m enjaga keutuhan wilay ah negara dan tetap tegakny a negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka m ewujudkan tujuan negara. Agar otonom i daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan y ang hendak dicapai, Pem erintah wajib m elakukan pem binaan y ang berupa pem berian pedom an seperti dalam penelitian, pengem bangan, perencanaan dan pengawasan. Di sam ping itu diberikan pula standar, arahan, bim bingan, pelatihan, superv isi, pengendalian, koordinasi, pem antauan dan ev aluasi. Bersam aan dengan itu, Pem erintah wajib m em berikan fasilitasi berupa pem berian peluang, kem udahan, bantuan, dan dorongan kepada daerah agar dalam m elaksanakan otonom i dapat dilakukan secara efisien dan efektif sesuai dengan peraturan perundangundangan. Desent ralisasi dan Ot onomi Daerah Konsensus nasional m engenai keberadaan desentralisasi dalam Negara Kesatuan Indonesia m engandung arti bahwa peny elenggaraan organisasi dan adm inistrasi negara Indonesia tidak hany a sem ata-m ata atas dasar asas tersebut, tetapi juga atas dasar desentralisasi dengan otonom i daerah sebagai perwujudanny a. Dengan dem ikian, setidak-tidakny a peny elenggara organisasi negara Indonesia telah m enerim a pem ikiran m endasar bahwa sentralisasi dan desentralisasi m asing-m asing sebagai asas organisasi tidak ditem patkan pada kutub y ang berlawanan (dichotomy), tetapi kedua asas tersebut m erupakan suatu rangkaian kesatuan (continuum). Kedua asas ini m em iliki fungsi y ang berlainan, tetapi saling m elengkapi bagi keutuhan organisasi negara. Sentralisasi berfungsi m enciptakan keseragam an, sedangkan desentralisasi m enciptakan keberagam an dalam peny elenggaraan pem erintahan. Desentralisasi bukan tujuan tetapi sebagai sarana untuk m encapai tujuan. Kebijakan otonom i daerah diarahkan kepada pencapaian peningkatan pelay anan publik dan pengem bangan kreativ itas pem erintah daerah, keselerasan hubungan antara Pem erintah dengan Daerah dan antar Daerah dalam kewenangan dan keuangan, untuk m enjam in peningkatan rasa kebangsaan, dem okrasi dan kesejahteraan m asy arakat, dan m enciptakan ruang y ang lebih luas bagi kem andirian Daerah. Pada hakikatny a desentralisasi adalah otonom isasi suatu m asy arakat y ang berada dalam teritoir tertentu. Sebagai pancaran paham kedaulatan raky at, tentu otonom i diberikan oleh Pem erintah kepada m asy arakat dan sam a sekali bukan kepada daerah ataupun Pem erintah Daerah.
http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/ 16/30

term asuk m eningkatkan

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

Pengejawantahan desentralisasi adalah otonom i daerah dan daerah otonom . Secara y uridis, dalam konsep daerah otonom dan otonom i daerah m engandung elem en wewenang m engatur dan m engurus. Wewenang m engatur dan m engurus m erupakan substansi otonom i daerah. Aspek spasial dan m asy arakat y ang m em iliki dan terliput dalam otonom i daerah telah jelas sejak pem bentukan daerah otonom . Di sam ping pem bentukan daerah otonom tercakup dalam konsep desentralisasi adalah peny erahan m ateri wewenang y ang dalam Pasal 1 8 UUD 1 9 4 5 disebut urusan pem erintahan. Dengan peny erahan urusan pem erintahan oleh Pem erintah kepada daerah otonom berarti terjadi distribusi urusan pem erintahan y ang secara im plisit distribusi wewenang antara Pem erintah dan daerah otonom . Dalam organisasi negara bangsa selalu terdapat sejum lah urusan pem erintahan y ang sepenuhny a diselenggarakan secara sentralisasi beserta penghalusanny a dekonsentrasi. Tetapi tidak pernah terdapat suatu urusan pem erintahan apapun y ang diselenggarakan sepenuhny a secara desentralisasi. Urusan pem erintahan y ang m eny angkut kepentingan dan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara lazim ny a diselenggarakan secara sentralisasi dan dekonsentrasi. Urusan pem erintahan y ang m engandung dan m eny angkut kepentingan m asy arakat setem pat (lokalitas) diselenggarakan secara desentralisasi. Tujuan utam a kebijakakan otonom i daerah adalah, pertam a, m em bebaskan pem erintah pusat dari bebanbeban y ang tidak perlu dalam m enangani urusan dom estik, sehingga berkesem patan untuk m em pelajari, m em aham i, m erespon berbagai kecenderungan global dan m engam bil m am faat daripadany a. Pem erintah pusat diharapkan lebih m am pu berkonsentrasi pada perum usan kebijakan m akro nasional y ang bersifat strategis. Kedua, dengan adany a otonom i daerah, pem erintah daerah m endapat kewenangan lebih dari pem erintah pusat, m aka daerah akan m engalam i proses pem belajaran dan pem berday aan y ang signifikan. Kem am puan prakarsa dan kreativ itas akan terpacu, sehingga kapabilitas dalam m engatasi berbagai m asalah dom estik akan sem akin kuat. Istilah otonom i m em puny ai arti kebebasan atau kem andirian, tetapi bukan kem erdekaan, sehingga daerah otonom i itu diberi kebebasan atau kem andirian sebagai wujud pem berian kesem patan y ang harus dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu, usaha m em bangun keseim bangan harus diperhatikan dalam konteks hubungan kekuasaan antara pusat dan daerah. Artiny a, daerah harus dipandang dalam dua kedudukan, y akni (a) sebagai organ daerah untuk m elaksanakan tugas-tugas otonom i; dan (b) sebagai agen pem erintah pusat untuk m eny elenggarakan urusan pusat di daerah. Secara teoritis, hubungan kekuasaan antara pem erintah dengan pem erintah daerah berdasarkan atas tiga asas, y aitu: (a) asas desentralisasi; (b) asas dekonsentrasi; dan (c) asas tugas pem bantuan. Dalam asas desentralisasi adalah peny erahan wewenang sepenuhny a dari pem erintah pusat kepada pem erintah daerah tentang urusan tertentu, sehingga pem erintah daerah dapat m engam bil prakarsa sepenuhny a baik m eny angkut kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, dan pem biay aan. Pada asas dekonsentrasi y ang terjadi adalah pelim pahan wewenang kepada aparatur pem erintah pusat di daerah untuk m elaksanakan urusan pem erintah pusat di daerah dalam arti bahwa kebijakan, perencanaan dan biay a m enjadi tanggungjawab pem erintah pusat, sedangkan aparatur pem erintah pusat di daerah bertugas m elaksanakan. Sem entra asas pem bantuan berarti keikutsertaan pem erintah daerah untuk m elaksanakan urusan pem erintah pusat di daerah itu, dalam arti bahwa organisasi pem erintah daerah m em peroleh tugas dan kewenangan untuk m em bantu m elaksanakan urusan-urusan pem erintah pusat. Desentralisasi telah m enjadi asas peny elenggaraan pem erintahan y ang diterim a secara univ ersal dengan berbagai m acam bentuk aplikasi di setiap negara. Tidak sem ua urusan pem erintahan dapat diselenggarakan secara sentralisasi, m engingat kondisi geografis, kom pleksitas perkem bangan m asy arakat, kem ajem ukan
http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/ 17/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

struktur

sosial

dan buday a

lokal, serta adany a

tuntutan dem okratisasi

dalam

peny elenggaraan

pem erintahan. Desentralisasi m em iliki berbagai m acam tujuan. Secara um um tujuan tersebut dapat diklasifikasi ke dalam dua v ariabel penting: pertam a, peningkatan efisiensi dan efektiv itas peny elenggaraan pem erintahan, y ang m erupakan pendekatan m odel efisiensi struktural (structural efficiency model) ; dan kedua, peningkatan partisipasi m asy arakat dalam pem erintahan dan pem bangunan, y ang m erupakan pendekatan m odel partisipasi (participatory model) . Setiap negara pada dasarny a m em iliki titikberat y ang berbeda dalam tujuan-tujuan desentralisasiny a, tergantung pada kesepakatan dalam konstitusi terhadap arah pertum buhan (direction of growth) y ang akan dicapai m elalui desentralisasi. Desentralisasi m erupakan sim bol trust dari pem erintrah pusat y ang sentralistik kepada pem erintah daerah. Undang-undang Nom or 3 2 Tahun 2 004 , tentang Pem erintahan Daerah, dalam Pasal 1 butir 7 m eny ebutkan, desentralisasi adalah peny erahan wewenang pem erintahan oleh pem erintah kepada daerah otonom untuk m engatur dan m engurus urusan pem erintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Definisi desentralisasi m enurut para pakar berbeda redaksionalny a, tetapi pada dasarny a m em puny ai arti y ang sam a. Joeniarto m eny ebut bahwa desentralisasi adalah m eberikan wewenang dari negara kepada pem erintah lokal untuk m engatur dan m engurus urusan tertentu sebagai urusan rum ah tanggany a sendiri. Sedangkan Am rah Muslim in, m engartikan desentralisasi adalah pelim pahan wewenang pada badan-badan dan golongan-golongan dalam m asy arakat dalam daerah tertentu untuk m engurus rum ah tanggany a. Desentralisasi sebagai pelim pahan kewenangan pem erintah kepada pihak lain untuk dilaksanakan. Desentralisasi adalah asas peny elenggaraan pem erintahan y ang dipertentangkan dengan sentralisasi. Desentralisasi m enghasilkan pem erintah lokal (local government) , adany a pem bagian kewenangan serta terjadiny a ruang gerak y ang ditandai untuk m em aknai kewenangan y ang diberikan kepada pem erintah y ang lebih rendah, hal inilah y ang m erupakan hal terpenting perbedaan antara desentralisasi dengan sentralisasi. Desentralisasi dalam arti peny erahan urusan pem erintah hany a dilakukan oleh pem erintah kepada daerah otonom . Oleh karena itu tidak terjadi peny erahan wewenang legislasi dari lem baga legIslatif dan wewenang y udikatif dari lem baga y udikatif kepada daerah otonom . Daerah otonom hany a m em puny ai wewenang untuk m em bentuk peraturan daerah (local ordinance) , bukan undang-undang. Prinsip Ot onomi Daerah Berdasarkan ketentuan UUD 1 9 4 5 dan Undang-undang, sistem pem erintahan telah m em berikan keleluasaan y ang sangat luas kepada daerah untuk m eny elenggarakan otonom i daerah. Peny elenggaraan otonom i daerah m enekankan pentingny a prinsip-prinsip dem okrasi, peningkatan peranserta m asy arakat, dan pem erataan keadilan dengan m em perhitungkan berbagai aspek y ang berkenaan dengan potensi dan keanekaragam an antar daerah. Pelaksanaan otonom i daerah ini dianggap sangat penting, karena tantangan perkem bangan lokal, nasional, regional, dan internasional di berbagai bidang ekonom i, politik dan kebuday aan terus m eningkat dan m engharuskan diselenggarakanny a otonom i daerah y ang luas, ny ata dan bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional. Pelaksanaan otonom i daerah diwujudkan dengan pengaturan, pem bagian, dan pem anfaatan sum berday a m asing-m asing serta perim bangan keuangan pusat dan daerah, sesuai prinsip-prinsip dem okrasi, peranserta m asy arakat, pem erataan dan keadilan, serta potensi dan
http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/ 18/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

keanekaragam an antar daerah. Sesuai dengan am anat UUD 1 9 4 5, Pem erintah Daerah y ang m engatur dan m engurus sendiri urusan pem erintahan m enurut asas otonom i dan tugas pem bantuan bertujuan untuk m em percepat terwujudny a kesejahteraan m asy arakat m elalui peningkatan pelay anan pem berday aan, serta peningkatan day a saing daerah dengan m em perhatikan prinsip dem okrasi, pem erataan, keadilan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan Republik Indonesia. Dengan m em perhatikan pengalam an peny elenggaraan otonom i daerah pada m asa lam pau y ang m enganut prinsip otonom i y ang ny ata dan bertanggungjawab dengan penekanan pada otonom i y ang lebih m erupakan kewajiban daripada hak, m aka dalam Undang-undang Nom or 3 2 Tahun 2 004 , tentang pem erintahan daerah sebagai pengganti dari Undang-undang Nom or 2 2 Tahun 1 9 9 9 , pem berian otonom i kepada daerah didasarkan kepada asas desentralisasi dalam wujud otonom i y ang luas, ny ata dan bertanggungjawab. Asas y ang dianut dalam peny elenggaraan pem erintahan daerah berdasar Undang-undang Nom or 3 2 Tahun 2 004 , adalah: asas desentralisasi, y aitu peny erahan wewenang pem erintah oleh pem erintah kepada daerah otonom untuk m engatur dan m engurus urusan pem erintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. asas dekonsentrasi adalah pelim pahan wewenang pem erintahan, oleh pem erintah kepada Gubernur sebagai wakil pem erintah dan/atau kepada instansi v ertikal di wilay ah tertentu. tugas pem bantuan adalah penugasan pem erintah kepada daerah dan/atau desa dari pem erintah Prov insi kepada Kabupaten/Kota dan/atau Desa serta dari pem erintah Kabupaten/Kota kepada desa untuk m elaksanakan tugas tertentu. Undang-undang Nom or 3 2 Tahun 2 004 sebagai pengganti Undang-undang Nom or 2 2 Tahun 1 9 9 9 m enganut sistem open end arrangement atau general competence. Dalam sistem ini daerah otonom boleh m eny elenggarakan sem ua urusan di luar y ang dim iliki Pusat. Artiny a Pusat m eny erahkan kewenangan pem erintahan kepada Daerah untuk m eny elenggarakan kewenangan berdasarkan kebutuhan dan inisiatifny a sendiri di luar kewenangan y ang dim iliki Pusat. Kewenangan Daerah m encakup kewenangan dalam seluruh bidang pem erintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keam anan, peradilan, m oneter dan fiskal, agam a, serta kewenangan lain. Menurut Undang-undang Nom or 3 2 Tahun 2 004 , tentang Pem erintahan Daerah, y ang dim aksud dengan Pem erintahan Daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pem erintahan Daerah y ang dilakukan oleh lem baga pem erintahan daerah y aitu: Pem erintah Daerah dan Dewan Perwakilan Raky at Daerah (DPRD). Pem erintah Daerah adalah Kepala Daerah terdiri atas kepala daerah dan wakil kepala daerah beserta perangkat daerah, secara um um perangkat daerah terdiri atas: unsur staf y ang m em bantu peny usunan kebijakan dan koordinasi diwadahi dalam lem baga sekretariat; unsur pendukung tugas Kepala Daerah dalam peny usunan dan pelaksanaan kebijakan daerah y ang bersifat spesifik,diwadahi dalam lem baga teknis daerah; dan unsur pelaksanaan urusan daerah y ang diwadahi dalam dinas daerah. Kesimpulan Desentralisasi tidak m udah untuk didefinisikan, karena m eny angkut berbagai bentuk dan dim ensi y ang beragam , terutam a m eny angkut aspek politik, fiskal, perubahan adm inistrasi dan sistem pem erintahan, dan
http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/ 19/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

pem bangunan sosial dan ekonom i. Secara konseptual, desentralisasi terdiri atas desentralisasi politik (political decentralization) ; desentralisasi adm inistratif (administrative decentralization) ; desentralisasi fiskal (fiscal decentralization) ; dan desentralisasi ekonom i (economic or market decentralization) . Desentralisasi m enjelm a dalam dua bentukny a y ang positif dan negatif. Dari sisi kem anfaatan, desentralisasi dapat lebih tepat m eningkatkan efisiensi dan day a tanggap pem erintah m elalui pem enuhan lay anan publik y ang lebih sesuai dengan preferensi raky at. Desentralisasi dapat m em bangkitkan sem angat kom petisi dan inov asi antar pem erintah daerah untuk m encapai kepuasan m asy arakat y ang lebih tinggi. Di sisi lain, kualitas pelay anan publik sering m enjadi korban karena transfer kewenangan sering disalahartikan atau disalahgunakan. Desentralisasi bukan tujuan tetapi sebagai sarana untuk m encapai tujuan. Pengejawantahan desentralisasi adalah otonom i daerah dan daerah otonom . Secara y uridis, dalam konsep daerah otonom dan otonom i daerah m engandung elem en wewenang m engatur dan m engurus. Wewenang m engatur dan m engurus m erupakan substansi otonom i daerah. Dengan peny erahan urusan pem erintahan oleh Pem erintah kepada daerah otonom berarti terjadi distribusi urusan pem erintahan y ang secara im plisit distribusi wewenang antara Pem erintah dan daerah otonom . Istilah otonom i m em puny ai arti kebebasan atau kem andirian, tetapi bukan kem erdekaan, sehingga daerah otonom i diberi kebebasan atau kem andirian sebagai wujud pem berian kesem patan y ang harus dipertanggungjawabkan. Rekomendasi Pesan utam a dari paparan di atas adalah bahwa pelaksanaan otonom i daerah dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia harus dihindarkan adany a eksklusiv ism e dan isolasionism e kedaerahan. Pem erintah Pusat dan Pem erintah Daerah (prov insi dan kabupaten/kota) adalah satu kesatuan politik (political unity) y ang harus saling m em perkuat. Dengan dem ikian, pem berian desentralisasi tidak boleh m enim bulkan kelem ahan pada Pem erintah Pusat atau m enim bulkan egoism e teritorial y ang sem pit. Dem ikian pula, fungsi dekonsentrasi y ang dijalankan oleh perangkat Pusat di Daerah hendakny a tidak

dicurigai sebagai upay a m elakukan resentralisasi. Hal ini berarti pula bahwa hubungan antara Pusat dan Daerah bukan relasi y ang bersifat trade-off atau zero-sum , m elainkan synergistic win-win. Daft ar Pust aka Arikan, GG., 2 004 , Fiscal decentralization: A remedy for corruption? , International Tax and Public Finance 1 1 (2 ): 1 7 5-1 9 5. Aronson, J. Richard, 1 9 85, Public Finance, New York: McGraw-Hill Book Com pany . Azfar, Om ar, S. Kahkonen, A. Lany i, P. Meagher, and D. Rutherford, 1 9 9 9 , Decentralization, Governance and Public Services, the I mpact of I nstitutional Arrangements: A Review of the Literature, IRIS Centre, Mary land: Univ ersity of Mary land. Breton, Albert, 1 9 9 6 , Competitive Governments, Cam bridge: Cam bridge Univ ersity Press. Bardhan, Pranab and Dilip Mookherjee (ed.), 2 006 , Decentralization And Local Governance in Developing
http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/ 20/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

Countries: A Comparative Perspective, Cam bridge: MIT Press. Braathen, Einar, 2 008, Decentralisation and Poverty Reduction, A Review of the Linkages in Tanzania and the I nternational Literature, Norad Report 2 2 b/2 008 Discussion, Norwegian Agency for Dev elopm ent Cooperation, http://www.norad.no/items/Decentralisation/ Breton, Albert, and Anthony Scott, 1 9 7 8, The Economic Constitution of Federal States. Toronto: Univ ersity of Toronto Press. Breton, Albert, Alberto Cassone, and Angela Fraschini, 1 9 9 8, Decentralization and Subsidiarity : Toward a Theoretical Reconciliation, University of Pennsylvania Journal of I nternational Economic Law 1 9 (1 ): 2 1 51 . Brilantes Jr., Alex, 2 004 , Decentralization I mperatives, Lessons from Some Asian Countries , Journal of International Cooperation Studies, Vo.1 2 No.1 , August. Brinkerhoff, Derick W. and Om ar Azfar, 2 006 , Decentralization and Community Empowerment: Does community empowerment deepen democracy and improve service delivery?, U.S. Agency for International Dev elopm ent Office of Dem ocracy and Gov ernance. Burki, S.J., G. Perry , and W. Dillinger, 1 9 9 9 , Bey ond The Center: Decentralizing The State, World Bank Latin Am erican and Caribbean Studies, Washington DC: World Bank. Crook R, Sv errisson A., 2 001 , Decentralization and Poverty Alleviation in Developing Countries: A Comparative Analysis, or I s West Bengal Unique?, Institute of Dev elopm ent Studies: Brighton. Dev as, Nick, I ndonesia: what do we mean by decentralization? , Public Adm inistration and Dev elopm ent Journal, Vol.1 7 , 1 9 9 7 , h.3 51 -3 6 7 . Dillinger, William , 1 9 9 4 , Decentralization and I ts I mplications for Urban Service Delivery. Urban Management Program Discussion Paper 16 (Washington, DC: World Bank), dalam Richard C. Crook and Jam es Manor, 1 9 9 8, Democracy and Decentralization in South-East Asia and West Africa: Participation, Accountability, and Performance, Cam bridge: Cam bridge Univ ersity Press. Falleti, Tulia G., A Sequential Theory of Decentralization and I ts Effects on the I ntergovernmental Balance of Power: Latin American Cases In Comparative Perspective, Working Paper #3 1 4 , July , 2 004 , http://www.ciaonet.org/ FAO, 2 006 , Understand, Analyse and Manage a Decentralization Process , Institutions For Rural Dev elopm ent, Rom e. Fism an R, Gatti R., Decentralization and corruption: ev idence across countries, Journal of Public Econom ics, 2 002 , 83 (3 ): 3 2 5-3 4 5. Fjeldstad O.H., 2 004 , Decentralization and Corruption: A Review of the Literature, Bergen: Chr. Michelson Institute. Ford, Jam es, 1 9 9 9 , Rationale for Decentralization, dalam Jennie Litv ack and Jessica Seddon (ed.), Decentralization Briefing Notes , World Bank Institute. http://www.worldbank.org/

http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/

21/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

Gera, Weena JS., Central Bureaucratic Supervision and Capacity Development in Decentralization: Rethinking the Relevance of the Department of I nterior and Local Government of the Philippines , Forum of International Dev elopm ent Studies No.3 7 , Septem ber, 2 008, Nagoy a Univ ersity : Graduate School of International Dev elopm ent, http://www.gsid.nagoya-u.ac.jp/bpub/research/ Gie, The Liang, 1 9 9 3 , Pertumbuhan Pemerintahan Daerah di Negara Republik I ndonesia, Yogy akarta: Liberty . Hadiz, Vedi R., 2 003 , Decentralization and Democracy in I ndonesia: A Critique of Neo-I nstitutionalist Perspectives , Working Papers Series No. 4 7 , City Univ ersity of Hong Kong: Southeast Asia Research Center, http://www.gtzsfdm.or.id/documents/ Hy m an, Dav id N., 1 9 9 3 , Public Finance: A Contemporary Application of Theory to Policy, Fourth Edition, Boston: Irwin. Indonesian Rapid Decentralization Appraisal, 2 002 , Decentralization and Local Governance in I ndonesia: First and Second Report on the I ndonesian Rapid Decentralization Appraisal (I RDA) , Jakarta: Asia Foundation. Jav ier, Aser B., 2 000, New Politics and Governance in an Era of Decentralized Polity: the Local Government of The Philippines , dalam The Decentralization Training Program for Trainers of the Indonesian Public Adm inistration Agency di GSID Nagoy a Univ ersity , 2 0 Septem ber-1 2 Oktober. Jennie Litv ack and Jessica Seddon (ed.), Decentralization Briefing Notes , World Bank Institute,

http://www.worldbank.org/ Kim ura, Hirotsune, Desentralisasi: Bentuk Baru I ntegrasi Nasional?, Jurnal Ketahanan Nasional, UGM, Nom or IV (3 ), Desem ber 1 9 9 9 , h.3 7 -50. Koesoem ahatm adja, RDH., 1 9 7 9 , Pengantar ke Arah Sistem Pemerintahan Daerah di I ndonesia, Jakarta: Binacipta. Koichi, Mera, 2 004 , The Big Bang Decentralization in I ndonesia and the Lessons Learned, Paper Presented at the I nternational Workshop Urban Governance in Global Perspective, Septem ber 1 7 -1 8, Univ ersity of South California. Kolehm ainen-Aitken, Riitta-Liissa, 1 9 9 9 , Decentralization of the Health Sector , in World Bank Institute (ed.), Decentralization Briefing Notes , World Bank Institute Working Papers, http://www.worldbank.org/ Kusnardi, Moh., dan Harm aily Ibrahim , 1 9 7 8, Pengantar Hukum Tata Negara I ndonesia, Jakarta: FH Univ ersitas Indonesia. Leftwich, Adrian, 2 000, States of Development: On The Primacy of Polictics in Development, Cam bridge: Polity Press. Litv ack, Jennie, Junaid Ahm ad, Richard Bird, 1 9 9 8, Rethinking Decentralization in Developing Countries , Washington DC: The World Bank. Litv ack, Jennie, 1 9 9 4 , Regional Dem ands and Fiscal Federalism , In Christine Wallich, ed., Russia and the Challenge of Fiscal Federalism, A Regional and Sectoral Study , Washington, DC: World Bank.

http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/

22/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

Litv ack, Jennie, Jessica Seddon, at al, 1 9 9 8, Decentralization Briefing Notes, Washington DC: The World Bank. Litv ack, Jennie, and Claude Bodart, 1 9 9 3 , User Fees Plus Quality Equals Im prov ed Access to Health Care: Results of a Field Experim ent in Cam eroon, Social Science and Medicine 3 7 (3 ): 3 6 9 -83 . Lubis, M Solly , 1 9 7 8, Asas-asas Hukum Tata Negara, Bandung: Alum ni. Manan, Bagir, 1 9 9 3 , Perjalanan Historis Pasal 18 UUD 1945 (Perumusan dan Undang-undang Pelaksanaannya) , Karawang: UNSIKA. McBeath, Gerald A. and Andrea R. C. Helm s, 1 9 83 , Alternate Routes to Autonomy in Federal and Quasi-Federal Systems , in Publius, Vol. 1 3 , No. 4 (Autum n), Oxford Univ ersity Press. McLean, Keith and Elizabeth King, 1 9 9 9 , Decentralization of the Education Sector, dalam Jennie Litv ack and Jessica Seddon (ed.), Decentralization Briefing Notes, WBI Working Papers, World Bank Institute. Moore, Mick and Jam es Putzel, 1 9 9 9 , Politics and Poverty: A Background Paper For The World Development Report 2000/1 , http://www.worldbank.org/poverty/ Muslim in, Am rah, 1 9 82 , Beberapa Azas-azas dan Pengertian-Pengertian Pokok tentang Adm inistrasi, Bandung: Alum ni. ______, 1 9 6 0, I chtisar Perkembangan Otonomi Daerah 1903-1908, Jakarta: Jam batan. Oates, Wallace, 1 9 7 2 , Fiscal Federalism, New York: Harcourt Brace Jov anov ich. Owens, Jeffrey and Giorgio Panella (ed.), 1 9 9 1 , Local Government: An I nternational Perspective, North-Holland. Rondinelli, Dennis, 1 9 9 9 , What is Decentralization? , in World Bank, Decentralization Briefing Notes , WBI Working Papers. Rondinelli, Dennis and G. Shabbir Cheem a, 1 9 83 , Im plem enting Decentralization Policies: An Introduction dalam Cheem a and Rondinelli (ed.), Decentralization and Development, Policy I mplementation in Developing Countries , California, Sage Publication in cooperation with UNCRD. Sasaoka, Yuichi, 2 007 , Decentralization and Conflict, The 889th Wilton Park Conference, Japan International Cooperation Agency . Seddon, Jessica, 1 9 9 9 , Decentralization of Infrastructure, dalam World Bank Institute (ed.), Decentralization Briefing Notes, WBI Working Papers , http://www.worldbank.org/ Siegle, Joseph and Patrick OMahony , Assessing the Merits of Decentralization as a Conflict Mitigation Strategy, http://www.dai.com/pdf/decentralization/ Silv erm an, Jerry M., Public Sctor Decentralization, Vision Study Paper No.1 Public Sector Management Division, Africa Technical Departm ent, Nov em ber 1 9 9 0. SMERU, Regional Autonomy and I nvestment Opportunity: the Case in Three Districts in West Java Province, (I ndonesian version) , Laporan Penelitian, Jakarta, 2 002 , www.smeru.or.id/report/field/

http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/

23/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

Stev e, Leach, Dav is Horward and Associates, 1 9 9 6 , Enabling or Disabling Local Government: Choices for the future, Buckingham Philadelphia: Open Univ ersity Press. Stiglitz, J. E. and H. Uzawa (ed.), 1 9 6 9 , Readings in Modern Theory of Economic Growth, MIT Press. Stiglitz, 1 9 86 , Economics of Public Sector, New York: Norton. Suradinata, Erm ay a, 1 9 9 3 , Kebijaksanaan Pembangunan Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Perkembangan Teori dan Penerapan, Bandung: Ram adan. Surianingrat, Bay u, 1 9 81 , Desentralisasi dan Dekonsentrasi Pemerintahan di I ndonesia Suatu Analisa, Jakarta: Dewaruci Press. Sy afrudin, Ateng, 1 9 7 3 , Pemerintah Daerah dan Pembangunan, Bandung: Sum ur Bandung. Tiebout, Charles, 1 9 56 , A Pure Theory of Local Expenditures, Journal of Political Economy, 6 4 (5): 4 1 6 2 4 . Tresch, Richard, 1 9 81 , Public Finance, Plano, Texas: Business Publications. Turner, Mark and Dav id Hulm e, 1 9 9 7 , Governance, Administration and Development: Making the State Work , London: Macm illan Press Ltd. Turner, Mark, Whatever happened to deconcentration: Recent I nitiatives in Cambodia , Public Adm inistration and Dev elopm ent Journal, Vol.2 2 , 3 53 3 6 4 , Canberra, 2 002 . UNDP, 2 000, Overcoming Human Poverty, UNDP Pov erty Report, http://www.undp.org/povertyreport/ Weingast, Barry , 1 9 9 5, The Econom ic Role of Political Institutions: Market-Preserv ing Federalism and Econom ic Dev elopm ent, Journal of Law, Economics, and Organization 1 1 (1 ): 1 3 1 . World Bank, 2 000, Helping Countries to Combat Corruption: Progress at the World Bank since 1997 , Washington DC. World Bank, Decentralization and Governance: Does Decentralization I mprove Public Service Delivery? , Prem Notes No.55, June 2 001 , http://www1.worldbank.org/ Work, Robertson, (ed.), 2 002 , The Role of Participation and Partnership in Decentralized Governance: A Brief Synthesis of Policy Lessons and Recommendations of Nine Country Case Studies on Service Delivery for the Poor, New York: UNDP, http://www.undp.org/governance/ Peraturan Perundang-undangan: Ketetapan MPR Nom or IV/MPR/1 9 7 3 , tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Ketetapan MPR Nom or XV/MPR/1 9 9 8, tentang Peny elenggaraan Otonom i Daerah. Ketetapan MPRS Nom or XXI/MPR/1 9 6 6 , tentang Pem berian Otonom i Seluas-luasny a Kepada Daerah. Undang-undang Nom or 1 Tahun 1 9 4 5, tentang Pem bentukan Kom ite Nasional Daerah.

http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/

24/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

Undang-undang Nom or 2 2 Tahun 1 9 4 8, tentang Pokok Pem erintahan Daerah. Undang-undang Nom or 3 2 Tahun 1 9 56 , tentang Perim bangan Keuangan antara Negara dengan DaerahDaerah y ang Berhak Mengurus Rum ah Tanggany a Sendiri. Undang-undang Nom or 1 Tahun 1 9 57 , tentang Pokok-Pokok Pem erintahan Daerah. Undang-undang Nom or 1 8 Tahun 1 9 6 5, tentang Pokok-Pokok Pem erintahan Daerah. Undang-undang Nom or 5 Tahun 1 9 7 4 , tentang Pokok-Pokok Pem erintahan Daerah. Undang-undang Nom or 2 2 Tahun 1 9 9 9 , tentang Pem erintahan Daerah. Undang-undang Nom or 2 5 Tahun 1 9 9 9 , tentang Perim bangan Keuangan antara Pem erintahan Pusat dan Daerah. Undang-undang Nom or 3 2 Tahun 2 004 , tentang Pem erintahan Daerah, jo. Undang-undang Nom or 3 Tahun 2 005, tentang Perubahan Atas Undang-undang Nom or 3 2 Tahun 2 004 , tentang Pem erintahan Daerah. Undang-undang Nom or 3 3 Tahun 2 004 , tentang Perim bangan Keuangan Pusat dan Daerah. Peraturan Pem erintah Nom or 3 9 Tahun 2 001 , tentang Peny elenggaraan Dekosentrasi. Peraturan Pem erintah Nom or 52 Tahun 2 001 , tentang Peny elenggaraan Tugas Pem bantuan. Peraturan Presiden Nom or 7 Tahun 2 005, tentang Rencana Pem bangunan Jangka Menengah Nasional. Penetapan Presiden Nom or 6 Tahun 1 9 59 , tentang Pem erintah Daerah. ooo 0 ooo Dalam Jurnal Hukum Maksigama, Fakult as Hukum Universit as Wisnuwardhana Malang, Vol. XXXIII, No.1, Mei 2009, ISSN: 1410-87 63, hal. 1-27 . [1 ] Lihat Pasal 1 8 UUD 1 9 4 5. [2 ] Viv ien Lowndees, Locality and community: Choices for Local Government , dalam Leach Stev e, Dav is Horward and Associates, 1 9 9 6 , Enabling or Disabling Local Government: Choices for the future, Buckingham Philadelphia: Open Univ ersity Press. [3 ] Charles Tiebout, 1 9 56 , A Pure Theory of Local Expenditures, Journal of Political Economy 6 4 (5): 4 1 6 2 4 . [4 ] Wallace Oates, 1 9 7 2 , Fiscal Federalism, New York: Harcourt Brace Jov anov ich. [5] Richard Tresch, 1 9 81 , Public Finance, Plano, Texas: Business Publications. [6 ] Litv ack, Jennie, and Claude Bodart, 1 9 9 3 , User Fees Plus Quality Equals Im prov ed Access to Health Care: Results of a Field Experim ent in Cam eroon, Social Science and Medicine 3 7 (3 ): 3 6 9 83 . [7 ] Albert Breton, 1 9 9 6 , Competitive Governments, Cam bridge: Cam bridge Univ ersity Press; Lihat juga Albert
http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/ 25/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

Breton, and Alberto Cassone Barry Weingast, 1 9 9 5, The Econom ic Role of Political Institutions: MarketPreserv ing Federalism and Econom ic Dev elopm ent, Journal of Law, Economics, and Organization 1 1 (1 ): 1 3 1 , and Angela Fraschini, 1 9 9 8, Decentralization and Subsidiarity : Toward a Theoretical Reconciliation, University of Pennsylvania Journal of I nternational Economic Law 1 9 (1 ): 2 1 51 . [8] Sebagaim ana dikutip oleh Jennie Litv ack and Jessica Seddon, at al, 1 9 9 8, Decentralization Briefing Notes, Washington DC: The World Bank; lihat juga Jennie Litv ack, Jundid Ahm ad and Richard Bird, at al, 1 9 9 8, Decentralization in Developing Country, Washington DC: The World Bank. [9 ] Charles Tiebout, 1 9 56 , Loc. Cit. [1 0] Dav id N. Hy m an, 1 9 9 3 , Public Finance: A Contem porary Application of Theory to Policy , Fourth Edition, Boston: Irwin. [1 1 ] Richard Tresch, 1 9 81 , Public Finance, Plano, Texas: Business Publications, h.57 6 -57 7 . [1 2 ] J. Richard Aronson, 1 9 85, Public Finance, New York: McGraw-Hill Book Com pany , h.1 53 -1 6 1 . [1 3 ] Stiglitz, 1 9 86 , Economics of Public Sector, New York: Norton, h.6 3 6 -6 3 7 . [1 4 ] Om ar Azfar, S. Kahkonen, A. Lany i, P. Meagher, and D. Rutherford, 1 9 9 9 , Decentralization, Governance and Public Services, the I mpact of I nstitutional Arrangements: A Review of the Literature, Univ ersity of Mary land: IRIS Centre. [1 5] Nick Dev as, Indonesia: What do we m ean by Decentralization?, Public Administration and Development Journal, Vol.1 7 , 1 9 9 7 , h.3 51 -3 52 . [1 6 ] Dennis Rondinelli, 1 9 9 9 , What is Decentralization? , in World Bank, Decentralization Briefing Notes, WBI Working Papers. [1 7 ] Mark Turner and Dav id Hulm e, 1 9 9 7 , Governance, Administration and Development: Making the State Work , London: Macm illan Press Ltd., h.1 52 . [1 8] Arikan GG., 2 004 , Fiscal decentralization: A remedy for corruption? , International Tax and Public Finance 1 1 (2 ): 1 7 5-1 9 5; O.H. Fjeldstad, 2 004 , Decentralization and Corruption: A Review of the Literature, Chr. Michelson Institute: Bergen; Gatti R. Fism an, 2 002 , Decentralization and corruption: ev idence across countries , Public Economics Journal 83 (3 ): 3 2 5-3 4 5. [1 9 ] Einar Braathen, 2 008, Decentralisation and Poverty Reduction, A Review of the Linkages in Tanzania and the I nternational Literature, Norad Report 2 2 b/2 008 Discussion, Norwegian Agency for Dev elopm ent Cooperation, h ttp://www.norad.no/items/14184/38/2084279701/Decentralisation; Sv errisson A. Crook R, 2 001 , Decentralization and Poverty Alleviation in Developing Countries: A Comparative Analysis, or I s West Bengal Unique?, Institute of Dev elopm ent Studies: Brighton; Mick Moore and Jam es Putzel, 1 9 9 9 , Politics and Poverty: A Background Paper For The World Development Report 2000/1 , http://www.worldbank.org/poverty/ [2 0] World Bank, Decentralization and Governance: Does Decentralization I mprove Public Service Delivery? , in Prem Notes No.55, June 2 001 , http://www1.worldbank.org/prem/PREMNotes/ ; Aitken Kolehm ainen, RiittaLiissa, 1 9 9 9 , Decentralization of the Health Sector , World Bank Institute (ed.), Decentralization Briefing Notes , WBI Working Papers, http://www.worldbank.org/ ; Keith McLean and Elizabeth King, 1 9 9 9 , Decentralization
http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/ 26/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

of the Education Sector , in World Bank Institute (ed.), Decentralization Briefing Notes, WBI Working Papers, http://www.worldbank.org/ ; William Dillinger, 1 9 9 4 , Decentralization and I ts I mplications for Urban Service Delivery, Urban Managem ent Program Discussion Paper 1 6 (Washington, DC: World Bank), dalam Richard C. Crook and Jam es Manor, 1 9 9 8, Democracy and Decentralization in South-East Asia and West Africa: Participation, Accountability, and Performance, Cam bridge: Cam bridge Univ ersity Press. [2 1 ] World Bank, 2 000, Helping Countries to Combat Corruption: Progress at the World Bank since 1997 , Washington DC: World Bank. [2 2 ] Yuichi Sasaoka, 2 007 , Decentralization and Conflict, The 889 th Wilton Park Conference, Japan International Cooperation Agency ; Joseph Siegle, and Patrick OMahony , Assessing the Merits of Decentralization as a Conflict Mitigation Strategy, http://www.dai.com/pdf/Decentralization [2 3 ] Derick W. Brinkerhoff, and Om ar Azfar, 2 006 , Decentralization and Community Empowerment: Does community empowerment deepen democracy and improve service delivery?, U.S. Agency for International Dev elopm ent Office of Dem ocracy and Gov ernance. [2 4 ] Cornelius 1 9 9 9 ; Fox and Aranda 1 9 9 6 ; Rodden 2 000; Rodden and Wibbels 2 002 ; Stein 1 9 9 8, dikutip dari Tulia G. Falleti, A Sequential Theory of Decentralization and I ts Effects on the I ntergovernmental Balance of Power: Latin American Cases In Comparative Perspective, Working Paper #3 1 4 , July 2 004 , http://www.ciaonet.org/ [2 5] Brilantes Jr., Decentralization I mperatives, Lessons from Some Asian Countries , Journal of International Cooperation Studies, Vo.1 2 No.1 , August 2 004 , h.3 9 . [2 6 ] S.J. Burki, G. Perry , and W. Dillinger, 1 9 9 9 , Beyond The Center: Decentralizing The State , World Bank Latin American and Caribbean Studies , Washington DC: World Bank, h.3 . [2 7 ] Indonesian Rapid Decentralization Appraisal, 2 002 , Decentralization and Local Governance in I ndonesia: First and Second Report on the I ndonesian Rapid Decentralization Appraisal (I RDA) , Jakarta: Asia Foundation. [2 8] SMERU, 2 002 , Regional Autonomy and I nvestment Opportunity: the Case in Three Districts in West Java Province, (I ndonesian version) , Laporan Penelitian, Jakarta, h.2 1 -2 2 ; http://www.smeru.or.id/report/field/ [2 9 ] Jam es Ford, 1 9 9 9 , Rationale for Decentralization, dalam Jennie Litv ack and Jessica Seddon (ed.), Decentralization Briefing Notes , World Bank Institute, h.6 -8, http://www.worldbank.org/ [3 0] Jeffrey Owens and Giorgio Panella (ed.), 1 9 9 1 , Local Gov ernm ent: An International Perspectiv e, NorthHolland, h.6 . [3 1 ] Mark Turner, 2 002 , Whatev er happened to deconcentration: Recent Initiativ es in Cam bodia, Public Administration and Development Journal, Vol 2 2 , 3 53 3 6 4 , Canberra, h.3 54 . [3 2 ] I bid., h.3 55. [3 3 ] Weena JS. Gera, 2 008, Central Bureaucratic Supervision and Capacity Development in Decentralization: Rethinking the Relevance of the Department of I nterior and Local Government of the Philippines , dalam Forum of International Dev elopm ent Studies No.3 7 , Septem ber, Nagoy a Univ ersity : Graduate School of International Dev elopm ent, h.1 03 , http://www.gsid.nagoya-u.ac.jp/bpub/research/
http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/ 27/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

[3 4 ] FAO, 2 006 , Understand, Analyse and Manage a Decentralization Process , Institutions For Rural Dev elopm ent, Rom e, h.3 1 . [3 5] Gerald A. McBeath and Andrea R. C. Helm s, 1 9 83 , Alternate Routes to Autonomy in Federal and QuasiFederal Systems , in Publius, Vol. 1 3 , No. 4 (Autum n), Oxford Univ ersity Press, h.3 4 . [3 6 ] Nick Dev as, 1 9 9 7 , Indonesia: what do we m ean by decentralization?, dalam Public Administration and Development Journal, Vol.1 7 , h.3 51 -3 6 7 . [3 7 ] Mark Turner and Dav id Hulm e, 1 9 9 7 , Governance, Administration and Deve lopment: Making the State Work , London: Macm illan Press Ltd., h.1 52 -1 53 . [3 8] Lihat: JLGG Newsletter, Decentralization: New Legislation Boosts Japans Local Authorities , Issue No.3 1 , Sum m er 1 9 9 9 . [3 9 ] Dennis Rondinelli, 1 9 9 9 , What is Decentralization?, dalam Jennie Litv ack and Jessica Seddon (ed.), Decentralization Briefing Notes , World Bank Institute, h.2 , http://www.worldbank.org/ [4 0] Mark Turner and Dav id Hulm e, 1 9 9 7 , Governance, Administration and Deve lopment: Making the State Work , London: Macm illan Press Ltd., h.1 52 . [4 1 ] Aser B. Jav ier, 2 000, New Politics and Governance in an Era of Decentralized Polity: the Local Government of The Philippines , dalam The Decentralization Training Program for Trainers of the Indonesian Public Adm inistration Agency , GSID Nagoy a Univ ersity , 2 0 Septem ber-1 2 Oktober, h.2 -3 ; Jam es Ford, 1 9 9 9 , Rationale for Decentralization, dalam Jennie Litv ack and Jessica Seddon (ed.), Decentralization Briefing Notes , World Bank Institute, http://www.worldbank.org/ [4 2 ] Jeffrey Owens and Giorgio Panella (ed.), 1 9 9 1 , Local Government: An I nternational Perspective, NorthHolland, h.6 . [4 3 ] Jam es Ford, 1 9 9 9 , Op. Cit., h.6 . [4 4 ] Jennie Litv ack, Junaid Ahm ad, Richard Bird, 1 9 9 8, Rethinking Decentralization in Developing Countries , The World Bank, Washington DC., h.5; Lihat juga Jennie Litv ack, 1 9 9 4 , Regional Dem ands and Fiscal Federalism , In Christine Wallich, ed., Russia and the Challenge of Fiscal Federalism, A Regional and Sectoral Study , Washington, D.C.: World Bank. [4 5] Dennis Rondinelli and G. Shabbir Cheem a, 1 9 83 , Im plem enting Decentralization Policies: An Introduction dalam Cheem a and Rondinelli (ed.), Decentralization and Development, Policy I mplementation in Developing Countries , California: Sage Publication in cooperation with UNCRD, h.1 5-1 6 . [4 6 ] Dennis Rondinelli, 1 9 9 9 , Op. Cit., h.2 -4 . [4 7 ] Lihat Keith McLean and Elizabeth King, 1 9 9 9 , Decentralization of the Education Sector, dalam Jennie Litv ack and Jessica Seddon (ed.), Decentralization Briefing Notes, World Bank Institute, h.55. [4 8] Anne Mills dalam Kolehm ainen-Aitken, Riitta-Liissa, 1 9 9 9 , Decenttralization of the Health Sector, dalam Jennie Litv ack and Jessica Seddon (ed.), Decentralization Briefing Notes, World Bank Institute, h.57 ; beberapa m anfaat ny ata desentralisasi di bidang kesehatan adalah: More rational and unified health service
http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/ 28/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

that caters to local preferences. I mprovement of health programs implementation. Lessened duplication of services as the target of populations is defined more specifically. Reduction of inequalities between rural and urban areas. Cost containment from moving to streamlined, targeted programs. Greater community financing and involvement of local communities. Greater integration of activities of different public and private agencies. I mprovement of intersectoral coordination, particularly in local government and rural development activities. [4 9 ] Jessica Seddon, 1 9 9 9 , Decentralization of Infrastructure, dalam World Bank Institute (ed.), Decentralization Briefing Notes, WBI Working Papers, h.7 0; Sebagai contoh, pengeluaran untuk infrastruktur m eningkat seiring dengan pem berian desentralisasi, khususny a di negara berkem bang. Hal ini sekaligus dapat m engindikasikan bahwa pem erintah daerah lebih suka m elaksanakan sendiri program pem bangunan infrastruktur dari pada disediakan langsung oleh pem erintah pusat. Di sam ping itu, secara um um indikator kinerja sedikit m engalam i peningkatan atau tetap m anakala sektor infrastruktur ini diserahkan ke pem erintah daerah; http://www.worldbank.org/ [50] I bid., h.9 3 . [51 ] I bid., h.9 3 -9 5. [52 ] Robertson Work, ed., 2 002 , The Role of Participation and Partnership in Decentralized Governance: A Brief Synthesis of Policy Lessons and Recommendations of Nine Country Case Studies on Service Delivery for the Poor, New York: UNDP, http://www.undp.org/governance/ [53 ] Mick Moore and Jam es Putzel, 1 9 9 9 , Politics And Poverty: A Background Paper For The World Development Report 2000/1 , Paper tidak dipublikasikan, h.1 2 ; http://www.worldbank.org/poverty/ [54 ] UNDP, 2 000, Overcoming Human Poverty, UNDP Pov erty Report, h.6 0-6 1 .

http://www.undp.org/pov erty report/ [55] Vedi R. Hadiz, 2 003 , Decentralization and Democracy in I ndonesia: A Critique of Neo-I nstitutionalist Perspectives , Working Papers Series No.4 7 , City Univ ersity of Hong Kong: Southeast Asia Research Center, h.1 6 ; http://www.gtzsfdm.or.id/documents/ [56 ] Indonesian Rapid Decentralization Appraisal, 2 002 a, Mei, Decentralization and Local Governance in I ndonesia: First Report on the I ndonesian Rapid Decentralization Appraisal (I RDA) , Jakarta: Asia Foundation, h.1 0. [57 ] I bid. [58] I bid., h.1 4 . [59 ] SMERU, 2 002 , Regional Autonomy and I nvestment Opportunity: the Case in Three Districts in West Java Province, (Indonesian v ersion), Laporan Penelitian, Jakarta, h.2 1 -2 2 , http://www.smeru.or.id/report/field/ [6 0] Vedi R. Hadiz, 2 003 , Op. Cit., h.1 6 . [6 1 ] Adrian Leftwich, 2 000, States of Development: On The Primacy of Polictics in Development, Cam bridge: Polity Press, h1 6 0-1 6 7 . [6 2 ] Hirotsune Kim ura, Desentralisasi: Bentuk Baru I ntegrasi Nasional?, Jurnal Ketahanan Nasional, UGM,
http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/ 29/30

2/5/2014

ANALISIS MEWUJUDKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH | Kgsc's Blog

Nom or IV (3 ), Desem ber 1 9 9 9 , h.3 7 -50. [6 3 ] Di Jepang, m isalny a, desentralisasi dipandang sebagai reform asi besar ke-3 (the third major reform) di era m odern, setelah Restorasi Meiji pada pertengahan abad XIX dan reform asi adm inistratif setelah berakhirny a PD II. Lihat: JLGG Newsletter, Decentralization: New Legislation Boosts Japans Local Authorities , Issue No. 3 1 , Sum m er 1 9 9 9 , h.1 . [6 4 ] Mera Koichi, 2 004 , The Big Bang Decentralization in I ndonesia and the Lessons Learned, Paper Presented at the I nternational Workshop Urban Governance in Global Perspective, Septem ber 1 7 -1 8, Univ ersity of South California, h.2 . [6 5] Pranab Bardhan and Dilip Mookherjee (ed.), 2 006 , Decentralization And Local Governance in Developing Countries: A Comparative Perspective, Cam bridge: MIT Press. [6 6 ] Indonesian Rapid Decentralization Appraisal, 2 002 , Loc. Cit.

Suka Memuat...

http://kgsc.wordpress.com/2012/01/27/analisis-mewujudkan-desentralisasi-dan-otonomi-daerah/

30/30

Você também pode gostar