Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
7
NPF
i
+
i
(6)
Dimana:
EFT = Skor Data Envelopment Analysis (DEA)
ASET = Ln Total Aset
JENIS = Jenis Bank, 1 untuk kelompok bank umum syariah (BUS)
asing dan 0
untuk kelompok unit usaha syariah (UUS).
ROA = Return On Asset
CAR = Capital Adequacy Ratio
19
NOI = Net Operating Income
NPF = Non-Performing Financing
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Analisa: First-Stage DEA Result
Hambatan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah jumlah bank
syariah yang relatif masih sedikit dan banyaknya bank syariah yang tidak
memiliki laporan keuangan yang lengkap selama periode penelitian 2008-
2010. Dari 34 bank syariah yang tercatat sampai Desember 2010, hanya
terdapat 24 bank syariah yang mempunyai data laporan keuangan yang
lengkap. Jumlah tersebut dapat memenuhi property penggunaan metode
data envelopment analysis (DEA) dimana dibutuhkan setidaknya 3 decision
management unit (DMU) untuk setiap variabel input dan output yang
digunakan dalam model agar supaya memastikan adanya degrees of freedom
untuk analisis yang bermanfaat. Dalam penelitian ini menggunakan variabel
input 3 dan output 2 (total DMU 15).
Efisiensi merupakan salah satu pencerminan kinerja perbankan, di
mana suatu bank dikatakan memiliki kinerja yang tinggi apabila dapat
meningkatkan efisiensinya dengan penggunaan variabel yang sesuai untuk
memberikan hasil yang maksimal. Metode DEA merupakan ukuran efisiensi
relatif yang mengukur efisiensi suatu unit pengambil keputusan (DMU)
yang tidak efisien dibandingkan dengan DMU lain yang paling efisien.
Dalam analisis DEA dimungkinkan ada beberapa DMU yang mempunyai
tingkat efisiensi 100%. Di samping mengukur tingkat efisiensi relatif suatu
DMU terhadap DMU dalam kelompoknya, DEA juga dapat melihat sumber
ketidakefisienan dengan ukuran peningkatan potensial (potential
improvement) dari masing-masing input dan output. Dalam penelitian
pengukuran efisiensi dilakukan setiap tahun selama periode 2007-2009
menggunakan software Banxia Frontier Analysis untuk mendapatkan skor
tingkat efisiensi masing-masing unit bank dari ke-24 bank syariah dengan
menggunakan pendekatan intermediasi output-oriented.
20
Tabel 2 menunjukkan perkembangan tingkat efisiensi teknis 24 bank
syariah selama periode 2008-2010. Secara keseluruhan rata-rata tingkat
efisiensi teknis 24 bank syariah selama periode 2008-2010 mengalami
fluktuasi dimana pada tahun 2009 rata-rata tingkat efisiensi teknis bank
syariah mengalami kenaikan menjadi 84,59% dibandingkann tahun 2008
sebesar 82,34%. Pada tahun 2010, rata-rata tingkat efisiensi teknis bank
syariah mengalami penurunan kembali menjadi 84,21%. Tetapi jika
mengacu pada tingkat efisiensi optimal 100%, perbankan syariah masih
belum efisien. Hal ini menjadi tantangan bagi pengelola dan regulator
perbankan syariah untuk terus memperbaiki kinerja meningkatkan tingkat
efisiensi teknisnya.
Jika dilihat dari tingkat efisiensi teknis individual bank syariah, pada
tahun 2008 terdapat 12 bank syariah yang mencapai tingkat efisiensi teknis
optimal dengan nilai DEA sebesar 1, sementara 12 bank syariah yang lain
mengalami kinerja in-efisiensi. Pada tahun 2009, walaupun secara rata-rata
tingkat efisiensi teknis mengalami peningkatan tetapi jumlah bank syariah
yang mencapai kinerja optimal 100% berkurang menjadi 9 bank, sementara
15 bank mengalami kinerja in-efisiensi. Untuk tahun 2010, jumlah bank
yang mencapai tingkat efisiensi teknis optimal 100% sebanyak 9 bank,
sementara 15 bank mengalami kinerja in-efisiensi walaupun rata-rata tingkat
efisiensi teknis bank syariah mengalami penurunan dibandingkan tahun
2009.
Jika bank syariah dikelompokkan atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit
Usaha Syariah (UUS), maka kelompok BUS memiliki rata-rata tingkat
efisiensi teknik lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok UUS. Selama
periode 2008-2010, rata-rata tingkat efisiensi teknis BUS sebesar 92,59%
dengan kecenderungan menurun dari tahun ke tahun tetapi masih diatas rata-
rata tingkat effisiensi UUS dan total keseluruhan bank syariah. Sementara,
rata-rata tingkat efisiensi teknis UUS selama periode 2008-2010 sebesar
80,06% yang cenderung mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun dan
dibawah rata-rata tingkat efisiensi teknik keseluruhan bank syariah. Kondisi
21
ini dapat mendorong UUS segera menjadi BUS untuk dapat mencapai
tingkat efisiensi optimal yang telah dicapai BUS selama ini.
Tabel 2
Hasil Perhitungan DEA VRS Output-Oriented 2008 2010
No Syariah Bank 2008 2009 2010
1 BMI 1 1 1
2 BSM 1 1 1
3 BSMI 1 0.7726 0.7352
4 BNI 1 0.9718 1.000
5 BRI 1 0.9975 0.9852
6 Bukopin 0.5118 0.7337 0.7628
7 BJB 1 1 0.9730
8 BTN 1 1 1
9 Danamon 0.7350 0.8054 0.7215
10 BII 0.6029 0.8632 0.6273
11 CIMB Niaga 0.8429 0.9312 0.5909
12 Permata 0.9460 0.783 1
13 BPD Sumut 0.5239 0.5694 0.5022
14 BPD Aceh 0.4295 1 1
15 BPD DKI 1 0.7863 0.7813
16 BPD Jateng 1 1 0.8123
17 BPD Jatim 1 1 1
18 BPD Nagari 0.5644 0.5303 1
19 BPD Riau 0.5667 0.4771 0.5210
20 BPD Sumsel&Bangka 0.4986 0.6149 0.7187
21 BPD Kalsel 0.8176 0.7219 0.7976
22 BPD Kalbar 1 1 1
23 BPD Kaltim 0.7232 0.7436 0.6805
24 BPD Sulsel 1 1 1
Rata-Rata 0.8234 0.8459 0.8421
Sumber: Data Diolah
Tabel 3
Perbandingan Efisiensi Teknis BUS, UUS dan BPD
Tahun 2008-2010
Tahun BUS UUS BPD Total Bank Syariah
2008 0.9303 0.7795 0.7788 0.8234
2009 0.9251 0.8133 0.8033 0.8459
2010 0.9223 0.8090 0.8297 0.8421
Rerata 0.9259 0.8006 0.8039 0.8371
Sumber: Tabel 2
22
Untuk kelompok UUS, sebagaian besar didominasi oleh Bank
Pembangunan Daerah (BPD) sebanyak 12 bank syariah. Jika dimasukkan
dengan BPD Jabar Banten yang telah dikonversi menjadi BUS, jumlahnya
mencapai separuh dari total 26 BPD seluruh Indonesia. Rata-rata tingkat
efisiensi teknis selama periode 2008-2010 sebesar 80.39% dengan
kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun dan sedikit di atas rata-rata
tingkat efisiensi total keseluruhan UUS. Khusus untuk bank BPD Jabar
Banten, setelah di konversi dari UUS menjadi BUS menunjukkan kinerja
efisiensi yang lebih baik bahkan mencapai tingkat efisiensi teknik optimal
100% pada tahun 2008-2009.
Analisa: Second-stage analysisTobit regressions
Hasil regresi Tobit untuk menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat efisiensi teknis bank syariah selama periode 2008-
2010 ditunjukkan dalam tabel 4. Koefisien dari faktor ukuran bank (Aset),
jenis bank (Type), net operating income (NOI), kualitas pembiayaan (NPF)
memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan. Sementara koefisien rasio
kecukupan modal (CAR) memiliki pengaruh negatif tetapi juga tidak
signifikan. Koefisien diterminasi (R
2
) yang hanya sebesar 11% yang
menunjukkan bahwa variasi perubahan dalam variabel efisiensi DEA dapat
dijelaskan oleh seluruh variabel independen dalam model regresi Tobit
sebesar 11%, sementara 89% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
termasuk dalam model Tobit.
23
Tabel 4
Hasil Regresi Tobit Determinan Efisiensi Bank Syariah
Periode 2008-2010
Dependent Variable: DEA
Method: ML - Censored Normal (TOBIT) (Quadratic hill climbing)
Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
C 0.292919 0.408119 0.717731 0.4729
ASET 0.032400 0.027429 1.181233 0.2375
JENIS 0.020062 0.085537 0.234545 0.8146
ROA 0.007994 0.019113 0.418271 0.6757
NOI 0.006228 0.011237 0.554237 0.5794
CAR -0.000119 0.004106 -0.029043 0.9768
NPF 0.011931 0.018010 0.662450 0.5077
Error Distribution
SCALE:C(8) 0.177857 0.015845 11.22498 0.0000
R-squared 0.106435 Mean dependent var 0.837587
Adjusted R-squared -0.007292 S.D. dependent var 0.189662
S.E. of regression 0.190353 Akaike info criterion -0.361710
Sum squared resid 1.992876 Schwarz criterion -0.089566
Log likelihood 19.39387 Hannan-Quinn criter. -0.254675
Avg. log likelihood 0.307839
Sumber: Data Diolah
Pembahasan
Temuan empiris penelitian ini kontradiksi dengan banyak penelitian
sebelumnya tetapi pada umumnya menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja efisiensi pada bank konvensional. Studi efisiensi di
Indonesia menunjukkan hubungan positif antara ukuran bank dengan tingkat
efisiensi, antara lain dikemukan oleh Mardanugraha (2005) dan Yudhistira
(2003). Bank-bank yang mempunyai aset lebih besar atau tingkat
kapitalisasinya besar mempunyai tingkat efisiensi yang lebih besar
dibandingkan dengan bank-bank asetnya kecil.
Jika dibandingkan tingkat efisiensi teknis antara BUS dan UUS dengan
menggunakan non-parametrik DEA menunjukkan bahwa BUS yang
memiliki aset lebih besar lebih efisien dibandingkan dengan UUS yang
24
memiliki aset lebih kecil. Artinya, bank dengan aset yang lebih besar dalam
kegiatan operasinya akan menghasilkan kinerja efisiensi yang lebih baik
dibandingkan dengan bank yang beraset kecil. Temuan empiris ini sejalan
dengan pandangan teori bahwa bank dengan aset yang lebih besar
cenderung menghasilkan kinerja efisiensi yang lebih baik. Hal ini
disebabkan karena bank yang beraset besar akan beroperasi pada skala
ekonomis (economies of scale), artinya bank dapat meningkatkan output
sebanyak mungkin dengan biaya yang lebih rendah (efisiensi biaya).
Disamping itu, temuan empiris penelitian ini konsiten dengan studi
Ascarya et al (2008) yang menemukan bahwa rata-rata efisiensi BUS relatif
lebih baik dibandingkan UUS maupun BPRS. Berbeda dengan studi Suseno
(2008) yang menunjukkan secara umum rata-rata tingkat efisiensi perbankan
syariah di Indonesia tahun 2000-2004 cukup efisien, tidak ada perbedaan
yang signifikan antara tingkat efisiensi BUS dan UUS, tingkat efisiensinya
terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dan tidak terdapat hubungan
tingkat efisiensi perbankan syariah dengan skala ekonomi.
Hasil empiris studi berkaitan pengaruh ROA terhadap efisiensi bank
kontras dengan banyak studi-studi sebelumnya. Mester (1996), Pastor et al.
(1997), dan Carbo et al. (1999) menemukan hubungan positif signifikan
antara ROA dan efisiensi. Berger, et al (2004) menemukan bank asing
mempunyai efisiensi laba yang lebih tinggi kemudian dikuti oleh bank
swasta domestik, dam kemudian bank milik pemerintah di 28 negara-negara
berkembang. Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Yudhistira (2003)
membuktikan adanya hubungan positif antara tingkat profitabilitas bank
dengan tingkat efisiensinya
Temuan empiris yang menyatakan bahwa margin bunga bersih (NIM)
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja efisiensi DEA,
yang berarti bank dengan NIM yang tinggi cenderung menghasilkan kinerja
efisiensi yang lebih baik. Hasil penelitian ini berbeda dengan studi Estrada
et al. (2006) dan Gelos (2006) yang menunjukkan bahwa bank yang lebih
efisien cenderung memiliki NIM yang rendah.
25
Hasil penelitian yang membuktikan CAR mempunyai pengaruh positif
dan signifikan terhadap efisiensi bank. Bank-bank yang mempunyai nilai
CAR yang tinggi mempunyai tingkat efisiensi yang lebih baik. CAR
merefleksikan kemampuan sebuah bank menghadapi kemungkinan risiko
kerugian tidak terduga. Karena itu tingkat CAR yang dimiliki oleh sebuah
bank dapat membentuk persepsi pasar terhadap tingkat keamanan bank yang
bersangkutan. Hal ini selanjutnya dapat mempengaruhi penerimaan pasar
terhadap bank tersebut yang tergambar antara lain dari borrowing rate yang
harus dibayarnya. CAR juga dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat efisiensi bank. Rasio dari modal terhadap total
aktiva, yang menggambarkan hubungan antara tingkat efisiensi dengan
tingkat risiko yang akan diambil oleh bank.
Hasil penelitian yang berkaitan dengan hubungan antara koefisien
tingkat NPL dan efisiensi bank berbeda dengan banyak studi-studi empiris
lainnya yang pada umumnya menemukan hubungan positif dengan
ketidakefisienan bank. Bank dengan beban risiko yang besar (yang
ditunjukkan dengan tingginya rasio NPL) cenderung tidak efisien (misalnya,
Carvallo dan Kasman, 2005; Casu dan Girardone, 2004; dan Yildirim,
2002). Bank dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi akan melakukan
evaluasi risiko kredit yang lebih baik (Mester, 1993; Berger dan DeYoung,
1997; dan Altunbas, Liu, Molyneux dan Seth, 1999). Bank yang
mengeluarkan biaya yang lebih besar dalam melakukan penjaminan dan
pengawasan atas portofolio pinjaman secara relatif dalam jangka pendek
menjadi tidak efisien, tetapi dalam jangka panjang menjadi lebih efisien
melalui biaya kredit macet yang rendah. McAllister dan McManus (1993)
mencatat bahwa bank besar mengikuti strategi bisnis dalam pengelolaan
risiko melalui pengeluaran yang lebih besar atas tenaga kerja untuk
mengawasi risiko pinjaman dan tingkat bunga yang tinggi untuk
mengkompensasi risiko gagal bayar kredtor bank.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
26
Penelitian ini melakukan evaluasi terhadap kinerja efisiensi teknis
perbankan syariah di Indonesia selama periode 2008-2010 menggunakan
two-stage data envelopment analysis, dimana langkah pertama adalah
mengukur kinerja efisiensi teknis bank menggunakan pendekatan data
envelopment analysis (DEA) dan langkah selanjutnya mengestimasi faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja efisiensi teknis dengan menggunakan
model regresi Tobit. Pastor (2002) mencatat keunggulan menggunakan
prosedur two-stage DEA: (i) mudah diimplementasikan, (ii) kemungkinan
mempertimbangkan banyak variabel lingkungan secara simultan, tanpa
meningkatkan jumlah unit efisien, (iii) tidak diperlukan untuk mengetahui
orientasi pengaruh dari setiap variabel lingkungan, (iv) dimungkinkan
menggunakan beberapa (atau keseluruhan) variabel lingkungan bersama
untuk menjadi bagian dari individual.
Berdasarkan pengukuran efisiensi teknis menggunakan metode DEA
menunjukkan bahwa ke-24 Bank Syariah selama periode 2008-2010 masih
belum efisien. Hal ini dapat ditunjukkan dari rata-rata angka relatifnya
dibawah 100%. Jika dibandingkan kelompok bank syariah antara BUS dan
UUS, menunjukkan bahwa tingkat efisiensi BUS yang memiliki aset lebih
besar jauh lebih tinggi dari UUS yang memiliki aset lebih kecil. Sementara,
pengujian tahap kedua menggunakan metode Tobit menunjukkan bahwa
faktor total aset, jenis bank BUS atau UUS, net operating income, kualitas
pembiayaan memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan. Sementara
koefisien rasio kecukupan modal memiliki pengaruh negatif tetapi juga
tidak signifikan.
Rekomendasi
a. Hasil perhitungan tingkat efisiensi menggunakan metode DEA dapat
dijadikan sebagai alternatif atau pembanding dalam menilai kinerja
operasional perbankan syariah disamping menggunakan analisis
rasio-rasio keuangan (CAMELS) yang telah digunakan selama ini
b. Penelitian ini juga dapat menjadi acuan bagi BI dalam
merekomendasikan perubahan status UUS menjadi BUS, karena
27
dalam temuan empiris dalam peneltian ini menunjukkan bahwa
tingkat efisiensi teknis BUS lebih baik dari UUS
c. Langkah ke depan juga perlu diidentifikasi secara bersama-sama,
baik oleh pelaku, regulator, akademisi maupun pengamat bank
syariah, dapat secara bersama-sama mendefinisikan fungsi dan peran
bank syariah di dalam perekonomian nasional sehingga spesifikasi
input-output yang digunakan dalam analisis dapat mencerminkan
karakteristik bank syariah yang sesungguhnya.
28
DAFTAR PUSTAKA
Aly, H.Y., Grabowski. R., Pasurka. C., dan N. Rangan. (1990). Technical,
Scale and Allocative Efficiencies in U.S. Banking: An Empirical
Investigation, Review of Economic and Statistics 72, 211-218.
Altunbas Y., Evans L., Molyneux P. (2001): Bank Ownership and
Efficiency, Journal of Money, Credit and Banking, vol.33. no. 4.
Ascarya, Diana Yumanita, Noer A. Achsani, dan Guruh S. Rokhimah
(2008). Measuring the Efficiency of Islamic Banks in Indonesia and
Malaysia using Parametric and Nonparametric Approaches, Islam
Research and Training Institute (IRTI-IDB) Konferensi
International ketiga Keuangan dan Perbankan Islam: Pengelolaan
Risiko, Pengaturan Dan Pengawasan, SBP-IRTI, Karachi,
Pakistan, Nopember, 2008
Ascarya dan Yumanita, Diana (2006). Analisis Efisiensi Perbankan Syariah
di Indonesia dengan Data Envelopment Analysis, TAZKIA Islamic
Finance and Business Review, Vol.1, No.2, pp. 1-32
Ataullah A, Cockerill T, Le H (2004) Financial liberalization and bank
efficiency: a comparative analysis of India and Pakistan. Appl Econ
36:19151924
Basher, Abdul Hamed. (2001) Assessing The Performance of Islamic Banks:
Some Evidence from the Middle East, American Economic
Association Annual Meeting, Lousiana
Berger, A.N. dan Humphrey, D.B. (1997). Efficiency of financial
institutions: International survey and directions for future research.
European Journal of Operational Research, 98, 175-212.
Berger, Allen N., Hancock, Diana, and Humphrey, David, 1993, Bank
Efficiency Derived from the Profit Function, Journal of Banking
and Finance, 17; 317-347
Berger, A.N. dan Mester, L. J. (1997). Inside the black box: What explains
differences in the efficiency of financial institutions? Journal of
Banking and Finance, 21, 895-947.
Bhattacharyya, A., Lovell, C., dan Sahay, P.(1997). The impact of
liberalization on the productive efficiency of indian commercial
banks. European Journal of Operational Research, 98; 332-345.
Bos, Jaap W dan Kolari, James (2005), Large Bank Efficiency in Europe
and the United States: Are There Economics Motivations for
Geographic Expansion in Financial Service?, the Journal of
Business, July; 78, 4 pg 1555
Brown, M. dan Skully, K. (2003). A Cross-Country Analysis of Islamic
Bank Performance. Paper presented at the International Banking
29
Conference 2003 From Money Lender to Banker: Evolutions of
Islamic Banking in Relation to Judeo-Christian and Oriental
Traditions, Prato, Italy.
Carvallo O, Kasman A (2005) Cost efficiency in the Latin American and
Caribbean banking systems. J Int Financ Market Institut Money
15:5572
Casu B, Girardone C, Molyneux P (2004) Productivity in European
banking-a comparison of parametric and non-parametric
approaches. J Bank Finance 28:25212540
Chang, T. -C., and Chiu, Y. -H. (2006). Affecting factors on risk-adjusted
efficiency in Taiwan's banking industry. Contemporary Economic
Policy, 24 (4), 634648.
Chen, X., Skully, M., & Brown, K. (2005). Banking efficiency in China:
Application of DEA to pre-and post-deregulation eras: 1993 2000.
China Economic Review, 16(3), 229245.
Coelli, T. (2004, August). Efficiency and productivity measurement: An
overview of concepts,terminology and methods. Paper presented at
the short course on Productivity and Efficiency Measurement
Methods with Applications to Infrastructure Industries, University
of Queensland, Brisbane.
Coelli, T., Prasada Rao, D. dan Battese, G. E. (2005). An introduction to
efficiency and productivity analysis. Massachusetts, USA: Kluwer
Academic Publishers.
DeYoung, R., dan Nolle, D. E. (1996). Foreign-owned banks in the US:
Earning market share or buying it? Journal of Money, Credit and
Banking, 28, 622636.
Demirguc-Kunt, A. and H. Huizinga (1999), Determinants of Commercial
Bank Interest Margins and Profitability: Some International
Evidence, World Bank Economic Review, Vol. 13, 379-408.
Estrada, Dario Esteban Gomez and Ines Orozco. (2006) Determinants of
Interest Rate Margins in Colombia. Borradores de Economia 393,
Banco de la Republica de Colombia.
Favero, C.A. and Papi, L. (1995), Technical efficiency and scale efficiency
in the Italian banking sector: a non-parametric approach, Applied
Economics 27, 385-395
Freixas, Xavier, and Jean-Charles Rochet (1997). The Microeconomics of
Banking. The MIT Press.Cambridge, Massachusetts. London,
England.
Gelos, Gaston R. (2006) Banking Spreads in Latin America. IMF
Working Paper, 06/44, International Monetary Fund
30
Girardone, C., Molyneux, P. & Gardener, E. P. M. (2004). Analysing the
determinants of bank efficiency: the case of Italian banks, Applied
Economics, 36 (3), 215-227
Hamim S. A Mokhtar, Naziruddin Abdullah, dan Syed M. Al Habshi. 2008.
Efficiency and Competition of Islamic Banking in Malaysia.
Journal Humanomics. Vol. 24. No. 1. Hal. 28-48. Emerald: Group
Publishing Limited.
Hassan, M.Kabir (2003). Cost, profit and x-efficiency of Islamic Banks in
Pakistan, Iran and Sudan. Paper presented at International
Conference on Islamic Banking: Risk Management, Regulation and
Supervision, Indonesia.
Hassan, M Kabir (2005). The Cost, Profit, and X-Efficiency of Islamic
Banks, 12
th
Annual Conference Economic Research Forum, Kairo
Hassan, M.K dan Hussein, K.A. (2003) Static and Dynamic Efficiency in
the Sudanese Banking System, Review of Islamic Economics 14, 5-
48.
Hauner D.(2005). Explaining efficiency differences among large German
and Austrian banks. Applied Economics; 37; 969-980
Havrylchyk O. (2006). Efficiency of the Polish banking industry: Foreign
versus domestic banks. Journal of Banking and Finance,
30(7):1975-1996.
Hussein, K.A. (2003) Operational Efficiency in Islamic Banking: The
Sudanese Experience, Working Paper No. 1, Islamic Research and
Training Institute (IRTI), Islamic Development Bank.
Isik, I. and Hasan, M.K., (2002), Technical, Scale, and Alloctive
Efficiencies of Turkish Banking Industry, Journal of Banking and
Finance, 26, 719-766.
Isik, I and Hassan, M. K. (2003). Efficiency, ownership and market
structure, corporate control and governance in the Turkish Banking
Industry. Journal of Business Finance & Accounting, 30(9) & (10),
1363-1421
Majid, M. A, Nor, N. G. M, and Said, F. F (2003): Efficiency of Banks in
Malaysia. In proceedings of the fifth International Conference on
Islamic Economics and Finance, Vol. II, pp. 405-6, Bahrain
Mardamugraha. Eugenia.(2005). Efisiensi Perbankan di Indonesia
dipelajari Melalui Pendekatan Fungsi Biaya Parametrik, Disertasi
dalam bidang Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi pada
Universitas Indonesia, Jakarta
31
McAllister, Patrick H. and Douglas McManus. (1993) Resolving the Scale
Efficiency Puzzle in Banking, Journal of Banking and Finance 17
(No. 2/3, April), 389-405.
Miller, S.M., and Naulas, A.G., (1996), The Technical Efficiency of Large
Bank Production, Journal of Banking and Finance, 20, 495-509.
Muharram, H. dan Pusvitasari, R. 2007. Analisis Perbandingan Efisiensi
Bank Syariah di Indonesia dengan Metode Data Envelopmet
Analysis (Periode Tahun 2005). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam,
Vol II, No. 3, Yogyakarta.
Mokhtar, Hamim A Ahmad, Abdullah, Naziruddin, dan Al-Habshi M, Syed
(2006). Efficiency of Islamic Banking in Malaysia: A Stochastic
Frontier Approach, Journal of Economic Corporation 22, 2, 37-70
Mokhtar, Hamim S. A, Naziruddin Abdullah, dan Syed M. Al Habshi.
(2008). Efficiency and Competition of Islamic Banking in
Malaysia, Journal Humanomics. Vol. 24. No. 1. Hal. 28-48.
Emerald: Group Publishing Limited.
Pastor J.M. (2002). Credit risk and efficiency in the European banking
system: A three-stage analysis. Applied Financial Economics; 12;
895-911
Purwantoro, Nugroho dan Ilham Reza Ferdian, 2006, Pengukuran Kinerja
Bank Syariah : Integrasi Pendekatan DEA dengan Analisis Rasio
Keuangan, Jurnal Manajemen Usahawan Indonesia No. 10 Th.
XXXV
Pi, Lynn and Timme, Stephen, (1993), Corporate Control and Bank
Efficiency Journal of Banking and Finance, 17; 515-530
Rangan, N., Grabowski, R., Aly, H.Y., and Pasurka, C. (1988), The
technical efficiency of US banks, Economics Letters 28, 169-175
Samad, A., dan M. K. Hassan (1999). The Performance of Malaysian
Islamic Bank During 1984-1997: An Exploratory Study,
International Journal of Islamic Financial Services, 1.
Sufian, F. (2007) The Efficiency of Islamic Banking Industry: A Non-
Parametric Analysis with Non-Discretionary Input Variable,
Islamic Economics Studies, 14 (2), 147-175.
Sufian, Fadzlan. 2006. The efficiency of Islamic Banking Industry in
Malaysia: Foreign Versus Domestic Banks. Paper INCEIF
Colloquium. Malaysia
Suseno, Priyonggo. 2008. Analisis Efisiensi dan Skala Ekonomi pada
Indsutri Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Ekonomi Islam.
Vol. 2. No. 1. Yogyakarta: Pusat pengkajian dan Pengembangan
Ekonomi Islam (P3EI) Fakultas Ekonomi UII.
32
Yudistira, Donsyah (2003), Eficiency in Islamic Banking; An Empirical
Analysis of 18 Banks, Paper, Loughborough University, United
Kingdom.
Yaumidin, Umi Karomah. (2007). Efficiency In Islamic Banking: A Non-
Parametric Approach, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan,
April 2007
Yildirim H. S. and Philippatos G. C.(2002), Efficiency of Banks: Recent
Evidence from the Transition Economies of Europe 1993-2000,
University of Tennessee