Você está na página 1de 13

I. PENDAHULUAN A. Judul Percobaan Test serebelum B.

Tujuan Percobaan Mengenal berbagai fungsi serebelum serta menyeldiki ada tidaknya gejalagejala-gejala kerusakan fungsi serebelum

II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 1. Uji Test Serebelum No. Uji Hasil 1 2 3 4 5 6 PPT TR TD TA TIT T. Rebound Keterangan + B. Pembahasan Menurut Novia (2010), otak adalah sumber dari semua sistem saraf yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup. Letaknya di dalam kepala, dilindungi oleh tulang tengkorak, serta dekat dengan sensor indra perasa seperti penglihatan, pendengaran, keseimbangan, rasa, dan bau. Otak adalah komponen tubuh yang paling kompleks dan berhubungan dengan semua sistem saraf manusia. Meskipun otak kita bekerja untuk keseluruhan tapi semua sistem saraf yang ada dapat bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing. Ada tiga bagian penting di dalam otak yaitu otak utama (center core), sistem limbic (limbic system), dan korteks serebrum (cerebral cortex),berikut gambar bagian-bagian otak : +/-

artinya mengalami kerusakan serebelum artinya tidak mengalami kerusakan serebelum

Gambar 1. Bagian-bagian Otak (Novia, 2010). Center core berguna untuk mengatur proses kehidupan dasar seperti bernapas, detak jantung, pergerakan, keseimbangan, tidur, serta tahap awal proses sensor informasi yang datang. Sistem limbic hanya ada di mamalia, termasuk manusia, berguna untuk menjadi media antara tingkah laku dan motivasi, tingkat emosi, serta ingatan. Sistem limbic juga mengatur suhu badan, tekanan darah, kadar gula dalam darah, dan aktivitas lainnya. Korteks serebrum berhubungan langsung dengan fungsi kognitif dan tingkat emosi, terbagi dalam dua bagian yang besarnya hampir sama. Di dalamnya terdiri dari sistem yang mengatur kesadaran, persepsi, emosi, pemikiran, perencanaan, dan semua proses kesadaran serta tingkat emosional (Novia, 2010). Fungsi biologis otak paling utama adalah mengendalikan perilaku yang muncul dalam diri setiap makhluk hidup. Otak mengontrol semua tingkah laku dengan mengakifkan otot atau dengan mengatur hormon, bahkan setiap sel terkecil juga mampu memberikan informasi kepada otak dan memberikan reaksi atas informasi tersebut. Pusat saraf yang seperti spons mampu mengatur kontraksi tubuh dan bereaksi terhadap semua aktivitas seperti berenang atau berjalan (Andri dan Sangkanparan, 2010). Bahkan kendali perilaku yang muncul pada setiap makhluk selalu berpusat dari otak utama. Otak juga mengatur dan membuat kita berpikir, bergerak, merasakan, melihat, mendengar, dan membaui sesuatu. Otak memproduksi sinyal elektrik yang bergabung dengan reaksi kimia sehingga

membuat semua bagian dari tubuh berkomunikasi. Dikarenakan sistem saraf dalam otak mengirim sinyal yang datang ke semua bagian tubuh (Andri dan Sangkanparan, 2010). Meskipun dilindungi oleh tulang tengkorak yang bertekstur keras dan tebal, otak tetap rentan terhadap kerusakan dan penyakit. Kerusakan fisik yang biasa terjadi adalah luka pada kepala seperti terbentur, stroke, atau keracunan karena bahan kimia yang bisa menjadi neurotoksin atau keracunan otak. Infeksi otak terhitung jarang karena ada penghalang, namun bisa terjadi maka dianggap serius. Penyakit umum pada otak adalah parkinson, multiple sclerosis, dan lainnya, depresi juga biasa ditemui akibat dari tidak berfungsinya otak. Otak terdiri dari cairan putih sebanyak 60% dan cairan abu-abu sebanyak 40% otak (Novia, 2010). Serebelum adalah bagian terbesar dari otak belakang. Serebelum menempati fosa kranialis posterior dan diatapi tentorium-serebeli, yang merupakan lipatan dura mater yang memisahkannya dart lobus oksipitalis serebri. Serebelum mempunyai hubungan dengan berbagai bagian lain sistem persarafan. Tetapi hubungannya yang terutama adalah dengan hemisfer serebri pada sisi yang lain dan dengan batang otak. Selain itu serebelum menerima serabut dari sumsum tulang belakang dan berhubungan dengan pusat-pusat refleks penglihatan pada atap otak tengah (diensefalon), dengan talamus, clan dengan serabut-serabut saraf pendengaran (Yuliani, 2005). Fungsi serebelum adalah mengatur sikap dan aktivitas sikap badan. Serebelum berperanan penting dalam koordinasi otot dan menjaga keseimbangan. Bila serabut kortiko-spinal yang melintas dart korteks serebri ke sumsum tulang belakang mengalami penyilangan. Mengendalikan gerakan sisi lain tubuh, hemisfer serebeli mengendalikan tonus otot dan sikap pada sisinya sendiri. Sebagai penghambat impuls yang datang ke serebelum dari korteks motorik dihambat (Yuliani, 2005). Cedera unilateral pada serebelum mengakibatkan gangguan pada sikap dan tonus otot. Gerakan sangat tidak terkoordinasi, seorang pasien yang menderita gangguan tersebut mungkin tidak sanggup memasukkan makanan ke dalam

mulutnya sendiri, dan bahkan mengotori mukanya akibat makanan yang tercecer; terombang-ambing sewaktu berjalan, dan cenderung jatuh ke arah sisi badan yang mendapat cedera. Semua gerakan sadar dan otot-otot anggota badan menjadi lemah, dan cara bicara pun lambat (Yuliani, 2005). Menurut Juwono (1990), ada beberapa test serebelum yaitu : 1. Past pointing test, orang yang normal dapat menyentuh sesuatu berulang kali dengan cepat dan tepat. Misalnya menyentuh jari, hidung, dan dagu, telinga, dan lainnya. Hasil uji positif jika pasien salah menunjuk sasaran, uji ini bertujuan untuk menyelidiki kerusakan serebelum sebagai penghambat. 2. Test rebound, pasien diminta supinasi lengan bawah kemudian pemeriksa melepaskan tarikan tersebut tetapi sebelumnya lengan yang lain harus menjaga muka dan badan pasien supaya tidak terpukul oleh lengan pasien sendiri. Jika orang yang mengalami kerusakan serebelum maka ketika tangannya dipukul, tangan dapat melayang dan memukul muka pasien sendiri. Hal ini dikarenakan kontraksi otot antagonis tidak berjalan karena kerusakan serebelum. Uji ini bertujuan untuk menyelidiki kerusakan serebelum yang berfungsi sebagai penghambat/pendamping. 3. Test romberg, kita bisa membedakan antara lesi serebelum dengan gangguan sensory ataxia. Test dilakukan dengan cara mata ditutup, kaki dirapatkan, dan tangan diluruskan ke depan. Test ini bertujuan untuk menyelidiki kerusakan serebelum yang berfungsi sebagai pengatur keseimbangan dan orientasi ruangan. 4. Test disartri, dengan cara mengucapkan kalimat yang hampir mirip berulang kali dan intensitas suara yang tidak tetap, kadang-kadang keras,kadang-kadang cepat, dan kadang-kadang lambat. Test ini bertujuan untuk menyelidiki kerusakan serebelum yang berfungsi sebagai pengkoordinasi gerakan dan alat-alat tubuh. 5. Test intensi tremor, dengan cara lengan pasien diluruskan ke depan sambil memegang buku. Kerusakan serebelum pada saat melakukan gerakan terutama pada saat hampir sampai ke tempat terjadi tremor

(gerakan halus dan cepat) dikarenakan fungsi samping serebelum yang hilang.Test ini bertujuan untuk menyelidiki kerusakan serebelum yang berfungsi sebagai penghambat/pendamping. 6. Test adiodokokinesis, pasien diminta mengerakkan kedua tangannya bergantian, pronasi dan supinasi dengan posisi siku diam. Pada orang yang normal maka bisa melakukan pronasi dan supinasi dengan sempurna (berulang kali dan cepat). Jika ada kerusakan pada serebelum maka kemampuan untuk mengetahui posisi dari bagian tubuhnya yang bergerak tidak ada, akibatnya gerakan tidak teratur. Test ini bertujuan untuk menyelidiki kerusakan serebelum yang berfungsi sebagai pengatur keseimbangan dan orientasi ruangan. Menurut Pearce (2009). berikut beberapa hal yang bisa menyebabkan kerusakan pada fungsi otak yaitu : 1. Polusi Udara Kita tahu bahwasannya segala jenis racun terdapat dalam polusi udara. Mengingat jaman sekarang yang dimana-mana udara telah terjadi pencemaran yang tinggi, maka hal ini akan bisa menjadi faktor pemicu terjadinya kerusakan pada fungsi syarat dan otak kita. Banyak menghirup udara yang berpolusi tinggi akan bisa menyebabkan penurunan efesiensi otak itu sendiri. 2. Kurang Istirahat Tidur Tidur adalah merupakan salah satu yang menjadi kebutuhan hidup dasar manusia pada umumnya. Otak dalam hal ini membutuhkan istirahat tidur dalam rangka untuk beristirahat dan memulihkan kemampuannya. Bila kurang tidur dalam jangka waktu lama dan berkepanjangan, maka hal ini akan mempercepat penurunan fungsi organ otak. 3. Kebiasaan Buruk Merokok Salah satu dampak negatif merokok bagi kesehatan adalah bahwasannya banyak fakta yang telah membuktikan kalau rokok mempunyai efek buruk pada otak yaitu menyusutnya volume otak secara berlahan-lahan.

Apalagi bila yang telah mempunyai kebiasaan merokok dalam jumlah yang banyak dan jangka waktu yang panjang. 4. Kurangnya Stimulasi Kerja Otak Belajar dan berfikir adalah merupakan cara efektif untuk melatih fungsi dan kinerja dari otak kita sendiri. Bila otak tidak banyak mendapat stimulasi untuk bekerja sebagaimana mestinya maka hal ini akan mempercepat proses pengerutan otak kita. Percobaan pertama adalah past pointing test yang bertujuan untuk menyelidiki kerusakan serebelum sebagai penghambat. Probandus diberi intuisi untuk menyentuh bagian muka berulang kali selama 30 detik dan diulang sebanyak tiga kali. Hasil dari percobaan untuk probandus laki-laki dan perempuan negatif hal ini berarti probandus laki-laki maupun perempuan tidak mengalami kerusakan serebelum sebagai penghambat. Jika probandus positif mengalami kerusakan serebelum, hal ini bisa dikarenakan kurang tidur, banyak menghirup polusi udara, merokok, dan kurangnya stimulasi kerja otak. Semua itu menyebabkan fungsi organ otak menurun dan lama dalam merespon perintah. Kemudian percobaan selanjutnya adalah test romberg yang bertujuan untuk menyelidiki kerusakan serebelum yang berfungsi sebagai pengatur keseimbangan dan orientasi ruangan. Pada percobaan ini mata dipejamkan, kaki dirapatkan, dan tangan lurus ke depan. Stopwatch dinyalakan selama 30 detik dan amati posisi probandus apakah tetap seperti semula atau berubah, hasil dari percobaan untuk probandus laki-laki dan perempuan negatif hal ini berarti probandus laki-laki maupun perempuan tidak mengalami kerusakan serebelum sebagai pengatur keseimbangan dan orientasi ruangan. Jika probandus positif mengalami kerusakan serebelum, hal ini bisa dikarenakan kurang tidur, banyak menghirup polusi udara, merokok, dan kurangnya stimulasi kerja otak. Semua itu menyebabkan fungsi organ otak menurun dan lama dalam merespon perintah. Test yang ketiga adalah test disarti yang bertujuan untuk menyelidiki kerusakan serebelum yang berfungsi sebagai pengkoordinasi gerakan dan alat-alat tubuh. Pada percobaan ini kalimat yang mirip diucapkan berulang kali secara lambat, cepat, dan keras selama 30 detik dengan tujuan untuk melihat apakah

kecepatan dalam pengucapan mempengaruhi koordinasi dengan serebelum, percobaan ini diulang sebanyak tiga kali. Hasil dari percobaan untuk probandus laki-laki dan perempuan negatif hal ini berarti probandus laki-laki maupun perempuan tidak mengalami kerusakan serebelum sebagai pengkoordinasi gerakan dan alat-alat tubuh. Jika probandus positif mengalami kerusakan serebelum, hal ini bisa dikarenakan kurang tidur, banyak menghirup polusi udara, merokok, dan kurangnya stimulasi kerja otak. Semua itu menyebabkan fungsi organ otak menurun dan lama dalam merespon perintah. Test yang keempat adalah test adiodokokinesis bertujuan untuk menyelidiki kerusakan serebelum yang berfungsi sebagai pengatur keseimbangan dan orientasi ruangan. Percobaan dimulai dengan probandus diberi perintah untuk melakukan gerakan pronasi dan supinasi selama 30 detik, lakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Hasil dari percobaan untuk probandus laki-laki dan perempuan negatif hal ini berarti probandus laki-laki maupun perempuan tidak mengalami kerusakan serebelum sebagai pengatur keseimbangan dan orientasi ruangan. Jika probandus positif mengalami kerusakan serebelum, hal ini bisa dikarenakan kurang tidur, banyak menghirup polusi udara, merokok, dan kurangnya stimulasi kerja otak. Semua itu menyebabkan fungsi organ otak menurun dan lama dalam merespon perintah. Test yang kelima adalah intensi tremor yang bertujuan untuk menyelidiki kerusakan serebelum yang berfungsi sebagai penghambat/pendamping. Percobaan dimulai dengan buku dipegang dan tangan diluruskan ke depan selama 30 detik dan amati yang terjadi. Hasil dari percobaan untuk probandus laki-laki dan perempuan negatif hal ini berarti probandus laki-laki maupun perempuan tidak mengalami kerusakan serebelum sebagai penghambat/pendamping. Jika

probandus positif mengalami kerusakan serebelum, hal ini bisa dikarenakan kurang tidur, banyak menghirup polusi udara, merokok, dan kurangnya stimulasi kerja otak. Semua itu menyebabkan fungsi organ otak menurun dan lama dalam merespon perintah. Test yang keenam adalah rebound untuk menyelidiki kerusakan serebelum yang berfungsi sebagai penghambat/pendamping, percobaan dimulai

dengan diinstruksikan untuk mengkonstruksi tangan dengan keras. Kemudian tangan probandus ditahan oleh yang lain dan kemudian dilepaskan dengan tibatiba, lalu amati yang terjadi. Hasil dari percobaan untuk probandus laki-laki dan perempuan negatif hal ini berarti probandus laki-laki maupun perempuan tidak mengalami kerusakan serebelum sebagai penghambat/pendamping. Jika

probandus positif mengalami kerusakan serebelum, hal ini bisa dikarenakan kurang tidur, banyak menghirup polusi udara, merokok, dan kurangnya stimulasi kerja otak. Semua itu menyebabkan fungsi organ otak menurun dan lama dalam merespon perintah.

III. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu : 1. Fungsi dari serebelum adalah koordinasi otot, menjaga keseimbangan tubuh, mengatur sikap dan aktivitas sikap badan, sebagai pendamping, dan sebagai penghambat. 2. Gejala-gejala ketidaknormalan serebelum dapat dilihat dengan berbagai tes yaitu past pointing test, test romberg, test disartri, test adiodokokinesis, test intensi tremor, dan tes rebound. 3. Dari hasil percobaan probandus laki-laki dan perempuan pada semua test hasilnya negatif artinya tidak terjadi kerusakan pada serebelum probandus laki-laki maupun perempuan.

DAFTAR PUSTAKA

Andri, A. dan Sangkanparan, H. 2010. Sinergi 3 Otak. Visimedia. Jakarta. hal 110. Juwono, T. 1990. Pemeriksaan Klinik Neurologik dalam Praktek. EGC. Jakarta. hal 78-82 Novia, A. 2010. Melatih Otak Setajam Silet. Pressindo. Yogyakarta. hal 1-5. Pearce, C. E. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta. hal 347-349. Yuliani. 2005. Anatomi dan Fungsi Serebelum. http://www.artikel.indonesianrehabequipment.com/2011/07/anatomi-danfungsi-serebelum.html. 20 November 2013.

LAMPIRAN

Gambar 1. Past Pointing Test (Dokumentasi Pribadi).

Gambar 2. Test Romberg (Dokumentasi Pribadi).

Gambar 3. Test Disartri (Dokumentasi Pribadi).

Gambar 4. Test Adiodokokinesis (Dokumentasi Pribadi).

Gambaf 5. Test Intensi Tremor (Dokumentasi Pribadi).

Gambar 6. Test Rebound (Dokumentasi Pribadi).

Você também pode gostar