Você está na página 1de 12

Bagaimana Menilai Rencana Pembangunan Daerah yang Baik Pendahuluan Dalam Permendagri No.

54 Tahun 2010 diatur tentang pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan daerah, di mana tujuannya adalah untuk mewujudkan : (a). Konsistensi antara kebijakan dengan pelaksanaan dan hasil rencana pembangunan daerah; (b). Konsistensi antara RPJPD dengan RPJPN dan RTRW nasional; (c). Konsistensi antara RPJMD dengan RPJPD dan RTRW daerah; (d). Konsistensi antara RKPD dengan RPJMD; dan (e). Kesesuaian antara capaian pembangunan daerah dengan indikator-indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pengendalian dan evaluasi dimaksud meliputi pengendalian dan evaluasi terhadap kebijakan perencanaan pembangunan daerah, terhadap pelaksanaan rencana pembangunan daerah, dan evaluasi terhadap hasil rencana pembangunan daerah. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengendalian dan evaluasi terhadap kebijakan perencanaan pembangunan daerah

Situs Megalitik Gunung Padang sebagai Obyek Wisata Yondri (2011) melaporkan hasil pengamatan pada contoh batuan berupa balok-balok batu berbentuk persegi panjang yang membentuk punden berundak Gunung Padang sebagai batuan vulkanik. Hasil pengamatan megakospik menyimpulkan bahwa batuan yang umumnya berbentuk balok-balok panjang tersebut berasal dari batuan beku andesit berwarna hitam, berkristal halus, masif, kompak, keras, dan sebagian permukaan batuannya telah mengalami pelapukan yang ditandai mineral berwarna kuning kecoklatan. Situs Gunung Padang berbentuk bangunan berundak terdiri dari lima teras yang masing-masingnya mempunyai ukuran terbesar pada teras pertama, secara berangsur mengecil, hingga ukuran terkecil pada teras kelima. Ketinggian situs ini dilaporkan secara berbeda-beda pada berbagai laporan. Pada Gambar 1. ketinggian pada setiap terasnya ditunjukkan dalam sketsa tampak atas situs Gunung Padang berdasarkan sebuah laporan yang ditulis kembali oleh Situngkir (2011). Terdapat cerita legenda yang berkembang di masyarakat sekitar Gunung Padang menyertai keberadaan situs Gunung Padang dengan teras-terasnya. Bappeda Kabupaten Cianjur (2004) pernah melaporkan cerita sebuah legenda yang menarik berkaitan dengan hal itu sebagai berikut : a. Legenda Eyang Pamuka Lawang, menunjuk pada susunan batu menyerupai gerbang atau pintu masuk yang letaknya di tingkat pertama bagian depan Kawasan Situs Gunung Padang sehingga dinamakan Pamuka Lawang. Susunan batuan yang terdapat di tempat ini termasuk batu berbaris (stone row) (Gambar 2.). Menurut legenda yang bersangkutan, dahulu tempat ini digunakan untuk menyambut tamu atau utusan dari kerajaan lain karenannya diletakkan di bagian depan dari kawasan situs. b. Legenda Gunung Masjid, dikaitkan dengan sebuah tempat yang berada di tingkat pertama bagian depan sebelah kanan setelah melewati Eyang Pamuka Lawang dan memiliki jenis batuan yang tersusun menyerupai ruang berbentuk persegi empat. Susunan batuan yang terdapat di tempat ini adalah batu ruang (chamber) (Gambar 3.). Legenda ini menggambarkan bahwa dahulu ruangan ini digunakan sebagai tempat pemujaan atau melakukan ritual kepercayaan.

c. Legenda Eyang Bonang, dikaitkan dengan tempat yang terletak di tingkat pertama bagian depan sebelah kiri setelah melewati Eyang Pamuka Lawang, memiliki jenis batuan yang tersusun menyerupai ruang berbentuk persegi empat serta didalamnya terdapat batu gamelan dimana batu tersebut dapat menimbulkan bunyi seperti gamelan. Susunan batuan yang terdapat di tempat ini termasuk batu berbaris (stone row) (Gambar 4.). Dalam legenda, ruangan ini dahulu digunakan untuk kegiatan kesenian sehingga dinamakan Eyang Bonang. d. Legenda Kutadunya, mengarah pada tempat yang terletak di tingkat kedua dari ruangruang yang ada didalam Kawasan Situs Gunung Padang. Susunan batuan yang terdapat di tempat ini termasuk batu ruang (chamber) (Gambar 5.). Bagian ini juga dapat dijadikan simbol dari keadaan pada saat itu karena posisinya yang berada diatas sehingga dapat melihat dengan jelas aktivitas yang dilakukan dibagian bawah yaitu ruang Eyang Pamuka Lawang, Eyang Bonang dan Gunung Masjid. e. Legenda Patilasan Prabu Siliwangi, dihubungkan pada tempat yang letaknya di tingkat ketiga dari ruang-ruang yang ada didalam Kawasan Situs Gunung Padang. Susunan batuan yang terdapat di tempat ini termasuk batu ruang (chamber) (Gambar 6.). Legenda menyebutkan bahwa ruangan ini digunakan oleh Prabu Siliwangi untuk beristirahat. f. Legenda Tapak Tangan Prabu Siliwangi, bercerita tentang tempat yang terletak di tingkat ketiga dari ruang-ruang yang ada didalam Kawasan Situs Gunung Padang, serta berhadapan dengan ruang Patilasan Prabu Siliwangi. Susunan batuan yang terdapat di tempat ini termasuk batu berbaris (stone row). g. Legenda Eyang Kadugalan, menunjuk pada tempat yang terletak di tingkat keempat dari ruang-ruang yang ada didalam Kawasan Situs Gunung Padang, didalamnya terdapat sebuah batu yang menurut mitos siapa orang yang memiliki keinginan atau cita-cita dan apabila dapat mengangkat batu tersebut maka keinginan tersebut akan tercapai. (Gambar 7.). h. Legenda Putri Bungsu, diasosiasikan dengan tempat yang terletak di tingkat kelima dari ruang-ruang yang ada didalam Kawasan Situs Gunung Padang. Susunan batuan yang terdapat di tempat ini termasuk batu ruang (chamber) (Gambar 8.). Legenda tersebut menceritakan bahwa ruangan ini digunakan oleh putri bungsu Prabu Siliwangi untuk beristirahat. Untuk lebih jelasnya mengenai tata letak ruangan-ruangan yang berada didalam Kawasan Situs Gunung Padang Kabupaten Cianjur dalam bentuk sketsa dapat dilihat pada Gambar 9. Selain obyek wisata yang terdapat di zona inti, kawasan sekitar Situs Gunung Padang juga memiliki beberapa obyek wisata, diantaranya adalah : a. Sumur Kahuripan. Terletak di depan atau lebih tepatnya di dekat tangga pintu masuk Situs Gunung Padang, saat ini dalam kondisi yang tidak terawat sehingga memerlukan perawatan agar kondisinya tidak menjadi lebih parah. b. Kampung Tradisional Sunda. Di sekitar Situs Gunung Padang terdapat perkampungan khas sunda diantaranya terdapat kolam ikan/balong dan areal persawahan di daerah lembah sedangkan tempat tinggal penduduknya berada di daerah yang lebih tinggi. c. Perkebunan Teh. Salah satu potensi yang dimiliki dan merupakan aset jalan berharga bagi pengembangan Situs Gunung Padang adalah kawasan perkebunan teh yang dilalui selama melakukan perjalanan menuju Situs Gunung Padang dari arah Stasiun Lampegan. Tampak di kiri dan kanan jalan terhampar areal perkebunan teh yang asri.

d. Jembatan atau Terowongan Lampegan. Salah satu potensi pariwisata yang coba

ditawarkan adalah jembatan atau terowongan yang berada di dekat Stasiun Lampegan, saat ini dalam kondisi baik setelah diperbaiki, di mana selama bertahun-tahun sebelum ini tertutup karena atap terowongan longsor. Saat ini keberadaan Situs Gunung Padang telah menjadi tujuan kunjungan oleh pengunjung dari berbagai daerah dengan berbagai maksud. Banyak diantaranya adalah untuk wisata, ada yang bermaksud untuk penelitian dari berbagai disiplin ilmu, dan ada pula yang berkunjung dengan maksud menyelenggarakan kegiatan spiritual yang menjadi kepercayaan pengunjung yang bersangkutan. Tercatat pada liburan hari Idul Fitri 1433 Hijriah yang lalu pengunjung dapat mencapai sekitar 7.000 orang dalam satu hari. Pemerintah Kabupaten Cianjur melalui anggaran dari beberapa sumber dana telah berupaya memperbaiki beberapa sarana penunjang untuk kenyamanan pengunjung. Hal tersebut meliputi perbaikan jalan, pembebasan tanah dan pembangunan lahan parkir, perbaikan tangga masuk/keluar baru selain tangga masuk yang asli menuju situs yang terbuat dari beton, pembangunan ruang informasi, dan penyediaan ruang yang disediakan bagi petugas pencatat tamu-tamu atau pengunjung, serta perbaikan tebing-tebing yang rawan longsor di areal sekitar tangga masuk. Kondisi fisik sekitar pintu masuk saat ini dibandingkan dengan kondisinya sekitar 10 tahun yang lalu dapat dilihat pada Gambar 10. Selain upaya pembangunan fisik, hal lain yang dibangun adalah pemberdayaan masyarakat sekitar situs Gunung Padang. Saat ini, pengelolaan lingkungan sekitar situs Gunung Padang dibantu oleh Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Situs Gunung Padang yang berkomitmen untuk mengembangkan pariwisata di situs Gunung Padang. Pada saat ini mereka telah juga membentuk sebuah forum yang dinamakan Forum Masyarakat Peduli Situs Megalitik Gunung Padang (FMPSM) yang telah berdiri paling tidak selama 2 tahun dengan anggota mencapai 61 orang. Forum ini telah mendampingi keberadaan sekitar 12 pegawai yang bertugas sebagai Juru Pelihara yang berasal dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Serang, Pemerintah Provinsi Jawa barat, serta Pemerintah Kabupaten Cianjur. Masyarakat sekitar Gunung Padang juga menyediakan homestay yang dapat digunakan pengunjung yang akan bermalam. Keberadaan homestay (Gambar 11) yang saat ini telah mencapai 10 buah juga tidak lepas dari pembinaan Pemerintah Kabupaten Cianjur melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur.

Kebutuhan Perencanaan Pengembangan Destinasi Wisata Situs Megalitik Gunung Padang Berkembangnya perdebatan yang cukup kuat diantara para ilmuwan yang telah melakukan penelitian Situs Gunung Padang seperti diberitakan pada majalah Tempo edisi 27 Agustus 2 September 2012 dapat menjadi kontra produktif terhadap upaya mewujudkan Situs Gunung Padang menjadi sebuah destinasi wisata unggulan Kabupaten Cianjur, bahkan diharapkan dapat juga menjadi salah satu destinasi wisata unggulan Indonesia. Hal ini dapat mengarah pada makin tidak jelasnya penanganan Situs Gunung Padang, dan wacana mengenai situs yang sangat berharga ini pada akhirnya hanya berujung pada lomba argumentasi teori-teori para ilmuwan yang tidak ada habisnya. Sementara itu, keterbatasan anggaran yang mungkin disediakan Pemerintah Kabupaten Cianjur dalam upaya mewujudkan kawasan ini sebagai sebuah destinasi wisata akan dihadapkan pada penanganan Situs Megalitik Gunung Padang sebagai obyek kunjungan

wisata oleh masyarakat setempat atau para spekulan dan pengusaha yang kurang bertanggungjawab dan tidak terencana secara terpadu dan sporadis, tetapi semata-mata mengharapkan keuntungan pribadi. Pada kenyataan saat ini, keadaan situs Gunung Padang seperti digambarkan di atas terdapat beberapa hal yang pantas diacungi jempol. Namun, kemajuan yang terlihat pada lokus situs Gunung Padang maupun perkembangan wilayah sekitarnya perlu juga diwaspadai untuk tidak beralih pada kondisi yang justru merusak kebesaran warisan sejarah ini. Bangkitnya kepedulian masyarakat sekitar situs tentu saja merupakan hal baik selama tidak mengarah pada pemanfaatan potensi wisata itu untuk kepentingan pribadi secara berlebihan. Perbaikan fisik areal sekitar situs ini untuk kenyamanan pengunjung juga dapat dipastikan bukan hal yang buruk. Tetapi jika pembangunan fisik ini tidak mengindahkan nilai-nilai preservasi yang seharusnya dijaga, maka warisan sejarah yang tak ternilai ini akan terkikis dan tertutupi oleh pembangunan yang diselenggarakan secara membabibuta. Dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur 2011-2031 telah ditetapkan beberapa kawasan strategis, salah satunya adalah Kawasan Zona Penyangga Situs Megalitik Gunung Padang. Kawasan strategis Situs Megalitik Gunung Padang diarahkan untuk pengembangan kawasan dari sudut kepentingan sosial budaya dengan rencana penanganan adalah pengembangan kawasan wisata berbasis pelestarian dan pembinaan budaya dengan tahapan berikut : Menyusun rencana pengembangan kawasan wisata sekitar zona inti situs megalitik Gunung Padang. Melengkapi objek-objek wisata dengan fasilitas penunjang wisata sesuai dengan karakter dari setiap objek wisata tersebut, serta keinginan pengunjung ketika mendatangi lokasi tersebut. Meningkatkan fungsi dan sistem transportasi yang menghubungkan pintu masuk Kabupaten Cianjur dengan objek-objek wisata, yaitu berupa pembangunan jaringan baru dan peningkatan jaringan jalan yang telah ada serta pengadaan angkutan umum dan jasa travel wisata menuju lokasi objek wisata. Pengembangan sistem jaringan listrik dan air bersih menuju ke objek wisata megalit. Seberapapun besarnya kebutuhan akan perencanaan pengembangan destinasi wisata ke situs megalitik Gunung Padang ini, tidak mungkin terwujud dengan baik jika berbagai perdebatan yang muncul tidak mengarah pada suatu solusi. Perbedaan secara teoritis mengenai berbagai hal menyangkut kepurbakalaan dan kemanfaatan situs di masa lalu, tentu saja tidak akan pernah berhenti. Perkembangan kecanggihan teknologi tentu diharapkan dapat membantu mengungkap misteri pada situs Gunung Padang ini. Bagaimanapun, kita tidak dapat memastikan kapan kesiapan kita dengan bantuan teknologi yang ada dapat mengungkapnya. Tetapi, perencanaan pengembangan situs ini sebagai destinasi wisata agaknya tidak dapat ditunda-tunda lagi. Rekomendasi untuk Perencanaan Skenario Pengembangan Destinasi Wisata Situs Megalitik Gunung Padang Skenario yang digunakan untuk pengembangan destinasi wisata situs Gunung Padang dapat membantu kita untuk menghubungkan ketidakpastian tentang masa depan yang harus kita kerjakan saat sekarang. Lindgren (2003) menyimpulkan bahwa perencanaan skenario adalah kombinasi dari analisis skenario untuk maksud strategis dan perencanaan strategis yang berdasar pada outcome dari tahapan dari skenario dimaksud. Terkadang skenario secara jelas digunakan untuk alasan-alasan perencanaan dengan tujuan eksplisit untuk

mengembangkan hasil praktis. Skenario mungkin berfungsi sebagai inspirasi untuk memunculkan gagasan dan sebagai penyaring gagasan baru. Dalam hal ini fungsi skenario termasuk dalam proses usaha baru. Tetapi, skenario tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi maksud yang dirumuskan, seperti untuk menguji konsep-konsep usaha, strategi yang ada, atau produk yang dihasilkan. Untuk maksud lain skenario dapat juga digunakan utnuk mempelajari atau mendorong perubahan. Langkah-langkah perencanaan skenariomenurut Joint Information Systems Committee InfoNet antara lain : 1. Menentukan ruang lingkup. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan atau isu yang akan dijawab atau diselesaikan. 2. Analisis kecenderungan. Dalam rangka untuk membuat prediksi dalam bentuk apapun akan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, penting bagi kita untuk memiliki pemahaman apayang terjadi saat ini baik secara sektoral, nasional, atau global. Hal ini dilakukan dengan memantau dan menganalisa kecenderungan dan menilai secara cepat lingkungan yang ada sekarang. 3. Membangun skenario. Skenario dibangun dengan mengenali kekuatan-kekuatan pendorong dibalik pengenalan kecenderungan dalam tahap analisis kecenderungan yang sudah diuraikan sebelumnya. Gambar berikut adalah salah satu gambaran bagaimana pembangunan skenario seuai konteks pengembangan destinasi wisata situs Gunung Padang dapat dilihat pada Gambar 12. 4. Mengembangkan pilihan-pilihan. Pada tahapan ini pilihan-pilihan untuk setiap skenario yang teridentifikasi dikembangkan. 5. Menguji pilihan-pilihan. Di sini dilakukan pengenalan dan diskusi mengenai implikasi dan dan dampak dari skenario-skenario yang dibangun. 6. Rencana tindak. Tahapan ini adalah menyusun rencana yang menjawab apa yang harus (atau tidak boleh) dilakukan untuk skenario yang ada.

Daftar Pustaka : JISC InfoNet, 2010, Scenario Planning, http://www.jiscinfonet.ac.uk Londgren, Mats and Hans Bandhold, 2003, Scenario Planning, the link between Future and Strategy, New York:Palgrave MacMillan. Situngkir, Hokky, 2011, Situs Megalitikum Gunung Padang : Perspektif untuk Studi Arkeo musikologi, Arkeo-geografi, dan Arkeo-astronomi, Makalah. Solihin, Dadang, 2007, Scenario Planning, http://www.slideshare.net/DadangSolihin/ scenario-planning Yondri, Lutfi, 2011, Punden Berundak Gunung Padang Maha Karya Nenek Moyang dan Kandungannya akan Nilai-nilai Kearifan Lingkungan di Masa Lalu di Tatar Sunda, Makalah.

Laporan Akhir, 2004, Kajian Awal Pemanfaatan Ruang Kawasan Pariwisata Sekitar Zona Inti Situs Gunung Padang Kabupaten Cianjur, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Cianjur.

Penulis : Elisabeth Yuniarti, Ir, MT NIP. 196306011989012001 Perencana Madya pada Bappeda Kabupaten Cianjur

Gambar 1. Sketsa Tampak Atas Bangunan Berundak Situs Gunung Padang

Gambar 2. Merupakan susunan batuan yang berada di paling depan dari Kawasan Situs Gunung Padang.

Gambar 3. Bagian kiri adalah Gunung Masjid yang letaknya saling berhadapan dengan Eyang Bonang.

Gambar 4. Batu gamelan yang dapat mengeluarkan bunyi seperti gamelan dan merupakan bagian dari Eyang Bonang.

Gambar 5. Kutadunya terletak pada tingkatan kedua dari Kawasan Situs Gunung Padang

Gambar 6. Patilasan Prabu Siliwangi terletak pada tingkatan ke tiga dalam kawasan Situs Gunung Padang.

Gambar 7. Eyang Kadugalan terletak pada tingkatan ke empat dalam kawasan Situs Gunung Padang

Gambar 8. Putri Bungsu terletak pada tingkatan ke lima dalam kawasan Situs Gunung Padang

Gambar 9. Sketsa Tata Letak Bagian Kawasan Situs Gunung Padang

Gambar 10. Kondisi fisik di sekitar areal pintu masuk Gunung Padang (Menuju pintu masuk/keluar situs saat ini, Bangunan pencatatan data pengunjung, Pintu masuk situs sekitar 10 tahun yang lalu)

Gambar 11. Hasil pemberdayaan masyarakat sekitar Gunung Padang ( Yuda, petugas BP3 Serang, Jenal Aripin, Wakil Ketua FMPSM, Cecep Soebandi, anggota FMPSM/Kompepar, Salah satu homestay dilihat dari areal pintu masuk, Ruang tamu homestay, Pasangan suami istri pemilik homestay).

Situs megalitik Gunung Padang redup & hening

tidak Para ilmuwan & pemerhati situs Gunung Padang memiliki pandangan sama menjadikan situs sebagai warisan sejarah dunia

Situs megalitik Gunung Padang bersinar & lestari

Situs sebagai obyek penelitian Sebagai obyek wisata, harus dikembangkan menjadi destinasi wisata Gagasan berkembang Tidak ada kepeduilian pada keberadaaan situs megalitik Gunung Padang Informasi kepurbakalaan situs perlu dibukukan Bertahan melawan pembangunan obyek wisata sporadis Berjuang untuk terjadinya preservasi

Warisan sejarah dunia Destinasi wisata unggulan Indonesia Situs menjadi kaya akan informasi Preservasi berlangsung berkesinambungan

Informasi tentang situs sangat divergen, dicatat Pembangunan destinasi wisata lebih didasarkan pada informasi legenda daripada sejarah.

Terdapat visi yang kuat untuk mewujudkan situs sebagai destinasi unggulan pariwisata Indonesia

Kembali menggali kemegahan Situs megalitik Gunung Padang

Perdebatan tentang teori kepurbakalaan dan kewenangan penelitian tidak pernah menghasilkan solusi

Situs megalitik Gunung Padang tampil sederhana

Gambar 12. Gambaran pembangunan skenario sesuai konteks pengembangan destinasi wisata situs Gunung Padang

Você também pode gostar