Você está na página 1de 18

EPIDEMIOLOGI NAPZA

Oleh :
AAG. Adi Parathama
9910128

SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2006

BAB I
PENDAHULUAN
Penyalahgunaan Napza merupakan suatu pola penggunaan yang bersifat
patologik, berlangsung dalam jangka waktu tertentu dan menimbulkan gangguan fungsi
sosial dan okupasional. Istilah Napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya)
lebih tepat dibandingkan dengan istilah Narkoba karena di dalarn singkatan tersebut
tercantum juga psikotropika, yaitu obat yang biasanya digunakan untuk gangguan
kesehatan jiwa namun termasuk yang sering disalahgunakan dan dapat menimbulkan
adiksi.1
Napza pada awalnya adalah sejenis obat-obatan tertentu yang digunakan oleh
kalangan kedokteran untuk terapi misalnya untuk menghilangkan rasa nyeri. Namun pada
perkembangannya obat-obatan itu disalahgunakan (abuse) sehingga menimbulkan
ketergantungan (adiksi). 1
Ada banyak alasan mengapa orang menggunakan Napza; pada awalnya ada yang
hanya

mencoba-coba

atau

sekedar

ingin

tahu;

lama-kelamaan

mengalami

ketergantungan;sehingga akan muncul berbagai masalah dan persoalan. Persoalan yang


dapat muncul antara lain : Kepribadian adiksi, terinfeksi berbagai penyakit (HIV/AIDS,
Hepatitis B, C); reaksi putus obat (sakaw), pengobatan yang mahal, overdosis (OD), dan
lainlain. Selain itu seorang pengguna NAPZA akan banyak mengalami kesulitan di masa
depan serta dalam kehidupan sosialnya. 1

BAB II
ISI
I.

Sejarah Awal
Kurang lebih tahun 2000 SM di Samaria dikenal sari bunga Papaver somniferum

yang kemudian dikenal sebagai opium (candu). Bunga ini tumbuh subur di daerah dengan
ketinggian 500 meter di atas permukaan laut Penyebaran selanjutnya adalah ke arah
India, Cina dan wilayah-wilayah Asia lainnya. 1
Cina kemudian menjadi tempat yang sangat subur dalam penyebaran candu ini
(dimungkinkan karena iklim dan keadaan negeri). Memasuki abad ke XVII masalah
candu ini bagi Cina telah menjadi masalah nasional; bahkan di abad XIX terjadi perang
Candu yang berakhir dengan penaklukan Cina oleh Inggris dan harus merelakan Hong
Kong. 1
Tahun 1806 seorang dokter dari Westphalia bernama Friedrich WiIhelm
Serturner. menemukan modifikasi candu yang dicampur amoniak yang kemudian dikenal
sebagai Morfin (diambil dari nama dewa mimpi Yunani yang bernama Morpheus). 1
Tahun 1856 waktu pecah perang saudara di Amerika, morfin ini sangat populer
sebagai penghilang rasa sakit akibat luka-luka perang, menyebabkan sebagian tahanan
perang tersebut ketagihan (adiksi), sehingga disebut sebagai penyakit tentara. 1
Tahun 1874 seorang ahli kimia bernama Alder Wright dari London, merebus
cairan morfin dengan asam anhidrat (asam yang ada pada sejenis jamur), campuran ini
ketika diuji coba pada anjing menyebabkan anjing tersebut tiarap, ketakutan, mengantuk
dan muntah-muntah. Namun tahun 1898 pabrik obat Bayer memproduksinya sebagai
obat dengan nama Heroin, sebagai obat resmi penghilang sakit (pain killer).

Efek

adiksi/ketergantungan heroin jauh melebihi efek analgesiknya, karena itu penggunaan


heroin telah dilarang oleh WHO sejak tahun 1954. 1
Tahun 1960-70-an pusat penyebaran candu dunia berada pada daerah Golden
Triangle yaitu Myanmar, Thailand, dan Laos, dengan produksi 700 ribu ton setiap tahun.

Juga pada daerah Golden Crescent yaitu Pakistan, Iran, dan Afganistan. Kemudian
menuju Afrika dan Amerika. 1
Selain morfin dan heroin masih ada lagi jenis lain yaitu kokain, berasal dari
tumbuhan coca (Erythroxylon coca) yang tumbuh di Peru dan Bolivia. Kokain ini pernah
digunakan untuk penyembuhan asma dan TBC. 1

II.

Epidemiologi NAPZA

Berdasarkan Laporan Narkoba Dunia (World Drug Report) dari UNODC (2005)
jumlah penyalahguna narkoba di dunia sebesar 200 juta orang (5% dari populasi dunia)
yang terdiri dari : 160,9 juta orang (penyalahguna ganja), 34,1 juta (ATS), 13,7 juta orang
(kokain), 15,9 juta orang (opiat) dan 10,6 juta orang (heroin). Bianchi (2004) melaporkan
peningkatan jumlah penyalahguna narkoba, dari 180 juta tahun 2000 menjadi 185 juta
tahun 2002, atau 4,2% penduduk usia 15-64 tahun. 2
Grafik 2.1 Presentase Penyalahgunaan Narkoba di Dunia ( 2005 ) 2

Dewasa ini, penyalahgunaan ketergantungan narkoba di Indonesia telah sampai


pada titik yang mengkhawatirkan. Berdasarkan data yang dihimpun Badan Narkotika
Nasional, jumlah kasus narkoba meningkat dari sebanyak 3.478 kasus pada tahun 2000

menjadi 8.401 pada tahun 2004, atau meningkat rata-rata 28,9% pertahun. Jumlah
tersangka tindak kejahatan Narkoba pun meningkat dari 4.955 orang pada tahun 2000
menjadi 11.315 kasus pada tahun 2004, atau meningkat rata-rata 28,6% pertahun. Data
baru sampai Juni 2005 saja, menunjukkan kasus itu meningkat tajam. (Mabes Polri, Juni
2005). 2
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Puslitbang Info BNN, menyebutkan
jumlah penyalahguna narkoba yang teratur pakai dan pecandu di Indonesia tahun 2004
sekitar 3,2 juta orang dengan kisaran 2,9 sampai 3,6 juta orang. 2
Tabel 2.2 Kasus Tindak Pidana Narkoba di Indonesia 2
Tahun 2000 - 2005

Tabel 2.3 Data dari Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat (BNP Jabar)
menunjukkan, peningkatan kasus penggunaan NAPZA 3
Tahun
2001

Jumlah Pengguna Narkotika


187

Jumlah Pengguna Psikotropika


127

2002

285

125

2003

380

199

2004

334

354

2005

871

399

Tingginya angka penyalahguna narkoba kemungkinan disebabkan karena


produksi narkoba yang terus meningkat sehingga mudah didapat, jaringan komunikasi
yang semakin canggih dan faktor sosial ekonomi Berbagai hasil penelitian
mengungkapkan bahwa pemakai narkoba kebanyakan dari mereka adalah kaum
muda/remaja. Hukom (2003), memperkirakan jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia

pada tahun 2001 mencapai 3,4 juta orang dan 80 persen dari mereka adalah kaum
muda/remaja. Pada usia remaja biasanya terjadi perubahan fisik, emosional, intelektual
dan sosial. Pada usia tersebut faktor lingkungan sangat mempengaruhi perilaku mereka,
sehingga sering kali menimbulkan terjadinya penyalahgunaan narkoba walaupun
pengetahuan mereka tentang bahaya dari narkoba sangat kurang. Secara ekonomis,
penyalahgunaan narkoba akan menimbulkan biaya yang sangat besar. Dari sisi
penyalahguna, kebutuhan ekonomi untuk membiayai pemakaian narkoba yang berharga
mahal dan mendorong mereka melakukan tindak kejahatan seperti pencurian dan
perampokan Penyalahguna narkoba cenderung terjadi pada :
1) Kelompok yang orang tuanya berpisah, tetapi belum cerai
2) Kelompok yang tidak pernah berbincang-bincang dengan orang tua mereka.
3) Kelompok yang tidak tinggal bersama keluarga sedikit lebih banyak dari pada yang
tinggal dengan keluarga.
4) Kelompok yang sebagian anggota keluarganya mempunyai kebiasaan merokok.
5) Kelompok yang semua anggota keluarganya mempunyai kebiasaan minum-minuman
keras. 2
Tiga alasan yang paling banyak dikemukakan penyalahguna narkoba ketika
menyalahgunakan narkoba pertama kali adalah : ingin tahu/coba-coba (49,7%), diberi
teman/famili (13,8%) dan untuk melupakan masalah (11,1%). 2
Ada dugaan jumlah laki-laki pengguna narkoba yang lebih besar dari perempuan
berkaitan dengan konstruksi sosial yang berlaku di masyarakat. Laki-laki, di banyak
kelompok masyarakat, ditempatkan sebagai pihak yang lebih banyak beraktivitas di luar
rumah. Kesempatan mereka untuk bersinggungan dengan faktor-faktor eksternal jauh
lebih besar dibandingkan dengan perempuan yang lebih banyak berperan di wilayah
domestik. 3

III.

NAPZA

A. Narkotik.

Kata narkotics berasal dari kata narcosis yang berarti narkose atau menidurkan
yaitu obat obat yang dapat membiuskan. 4
Menurut Undang Undang No 9 Tahun 1976 tentang jenis jenis Narkotika,
yang termasuk Narkotika adalah :
1. Candu
Salah satu jenis narkotika adalah candu atau opium. Dari candu ini dapat
dihasilkan morphine, heroin dan codein. Candu sudah dikenal di Indonesia yang
dipergunakan oleh orang orang tua terutama keturunan cina dengan cara menghisap
atau madat. Candu adalah getah dari tanaman Papaver Somniferum. Tanaman ini dapat
dipelihara dan diperkebunkan. Termasuk tumbuhan semak, tingginya antara 70 110cm
berbunga merah putih dan ungu. Dalam waktu 10 -15 hari setelah berbunga, bunga
papaver akan berjatuhan dan akan tinggal buahnya saja. Kemudian buah ini digores atau
disadap dari pangkal hingga ujung buah. Getah yang keluar dari bekas goresan itu
dibiarkan mengalir dan mengering diatas kulit buah. Getah inilah sebagai bahan mentah
candu ( raw opium ) berwarna coklat tua, baunya tidak enak, dan rasanya pahit. 4
2. Morphine
Nama morphine diambil dari dewa bangsa yunani yang bernama Dewa Morpheus
atau Dewa Mimpi. Daya kerja morphine lebih kuat 5 10 kali dari opium. Morphine
adalah sebagai zat utama yang berkasiat narkotik yang terdapat pada candu mentah, yang
didapat dengan mengolah candu mentah dengan cara kimiawi. Dalam dunia pengobatan
morphine digunakan untuk obat penenang, dan menghilangkan sakit. 4
3. Heroin
Heroin 4 kali lebih addicting dari pada morphine, oleh karena itu di Amerika
heroin merupakan obat yang terlarang, tidak diperbolehkan dalam pengobatan, diimpor
maupun diproduksi. 4

4. Ganja

Tanaman coca dapat tumbuh di wilayah beriklim tropis. Nama lain tanaman ini
adalah Erythroxylon Coca. Ia termasuk tanaman perdu, tidak berduri dan dapat mencapai
ketinggian 2 meter. Cocain merupakan tumbuh tumbuhan yang dapat dijadikan obat
perangsang. Daunnya dapat dipanen yang mengandung zat narkotis. Daun coca yang
masih muda dapat dipetik lalu dikeringkan, kemudian diolah secara kimia untuk
dijadikan obat perangsang. 4
B. Obat obat berbahaya Psikotropik dan zat zat Adiktif lainnya
Pada umumnya dibagi atas 3 golongan, yaitu Depresant, Stimulant, dan
Hallucinogen. 4
1. Depresant
Pada umumnya membuat saraf pusat menjadi pasif. Obat- obatan tersebut bekerja
sangat mempengaruhi aktivitas otak dan saraf sentral. Obat ini terkenal dengan sebutan
obat penenang atau obat tidur.
Yang termasuk golongan ini antara lain :
1. Barbiturat
2. Benzodiazepin
3. Methaqualon
4. Chloral Hydrat
Pada umumnya obat obatan tersebut dapat berguna untuk mengurangi cemas,
ketegangan jiwa, merangsang untuk tidur. 4
2. Stimulant.
Pada umumnya membuat saraf pusat menjadi aktif. Obat ini terkenal sebagai obat
perangsang. Yang termasuk dalam golongan ini adalah :
1. Amphetamin
2. Methyl Phenidat
3. Kokain4
Dalam golongan ini yang sering di salah gunakan adalah golongan Amphetamin.

Didalam dunia pengobatan amphetamin digunakan sebagai obat untuk menghilangkan


rasa lelah, menambah nafsu makan. 4

3. Hallucinogen
Obat obatan ini menimbulkan halusinasi atau daya khayal yang kuat yaitu salah
persepsi tentang lingkungan dan dirinya, baik pendengaran, penglihatan, maupun
perasaan. Termasuk jenis ini antara lain LSD ( Lysegenic Acid Diethylamide ). Obat ini
memberi daya khayal yang kuat. Jenis lainnya adalah Phencyclidine ( PCP ). Dalam
dunia kedokteran dipergunakan untuk anestesi. 4

TABEL 3.1. Jenis, Bentuk Fisik, Cara Umum Pemakaian dan Efek Klinis
NARKOBA1

IV.

TANDA TANDA KEMUNGKINAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

a. Fisik
- berat badan turun drastis
- mata terlihat cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman
- tangan penuh dengan bintik-bintik merah, seperti bekas gigitan nyamuk dan ada tanda
bekas luka sayatan. Goresan dan perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan
- buang air besar dan kecil kurang lancar
- sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas
b. Emosi
- sangat sensitif dan cepat bosan
- bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukkan sikap membangkang
- emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara kasar terhadap
anggota keluarga atau orang di sekitarnya
- nafsu makan tidak menentu
c. Perilaku
- malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya
- menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga
- sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal, pergi tanpa pamit dan pulang lewat
tengah malam
- suka mencuri uang di rumah, sekolah ataupun tempat pekerjaan dan menggadaikan
barang-barang berharga di rumah. Begitupun dengan barang-barang berharga miliknya,
banyak yang hilang
- selalu kehabisan uang
- waktunya di rumah kerapkali dihabiskan di kamar tidur, kloset, gudang, ruang yang
gelap, kamar mandi, atau tempat-tempat sepi lainnya
- takut air. Jika terkena akan terasa sakit - karena itu mereka jadi malas mandi
- sering batuk-batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat gejala "putus
zat"
- sikapnya cenderung manipulatif dan tiba-tiba tampak manis bila ada maunya, seperti
saat membutuhkan uang untuk beli obat
- sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan
- jantung berdebar-debar

- sering menguap
- mengeluarkan air mata berlebihan
- mengeluarkan keringat berlebihan
- sering mengalami mimpi buruk
- nyeri kepala
- nyeri/ngilu sendi-sendi

V.

PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN NAPZA

Dalam pencegahan penyalahgunaan Napza, yang perlu dilakukan adalah :


- memperkuat keimanan
- memilih lingkungan pergaulan yang sehat
- komunikasi keluarga yang baik
- hindari pintu masuk Napza yaitu rokok1
Pengobatan NAPZA :
1) Detoksifikasi
2) Habilitasi
3) Rehabilitasi
Detoksifikasi
Detoksifikasi adalah proses menghilangkan racun (narkotika dan/atau zat adiktif
lain) dari tubuh dengan cara menghentikan total pemakaian semua zat adiktif atau dengan
penurunan dosis obat pengganti. Detoksifikasi bisa dilakukan dengan berobat jalan atau
dirawat di rumah sakit. Biasanya proses detoksifikasi dilakukan terus menerus selama
satu sampai tiga minggu, sampai hasil tes urin menjadi negatif dari zat adiktif. 1
Habilitasi
Perawatan ini ditujukan terutama untuk stabilisasi keadaan mental dan emosi
pasien sehingga gangguan jiwa yang sering mendasari ketergantungan napza dapat
dihilangkan atau diatasi. Keadaan ini merupakan langkah yang sangat panting, sebab

usaha rehabilitasi dan resosialisasi banyak tergantung dari berhasil atau tidaknya tahap
ini.
Pada tahap ini kadang masih ditemukan juga keadaan yang kita sebut slip yang artinya
episode penggunaan kembali napza setelah berhenti menggunakan selama kurun waktu
tertentu. Atau dapat juga mereka terjatuh kembali menggunakan napza secara tidak
terkontrol setelah berhenti menggunakan napza selama kurun waktu tertentu yang dikenal
dengan istilah relaps. Oleh sebab itu pada tahap ini perlu dilakukan berbagai bentuk
terapi atau kegiatan yang sesuai dengan individu/ keadaan pasien tersebut. Jadi
penanganan pada setiap pasien tidak bisa disamaratakan, sangat personal. Pada tahap ini
tidak jarang farmakoterapi masih diperlukan untuk mengobati gangguan jiwa yang
mendasari ketergantungan napzanya. Dalam hal ini yang biasa dipakai adalah golongan
anti-anxietas, anti-depresi atau anti-psikotik. Motivasi pasien untuk sembuh memang
merupakan kunci keberhasilan pada tahap ini. Pasien yang baik, dapat bekerjasama
dengan terapisnya tanpa pengaruh napza lagi. Sikap ini akan mempercepat tahap
habilitasi, walaupun memang perlu waktu untuk dapat bersikap seperti itu. Selain itu,
efek pemakaian napza di otak juga tidak dapat pulih dengan cepat karena berdasarkan
penelitian, zat yang dipakai tersebut berkaitan dengan neurotransmitter dalam otak.
Untuk mernpercepat habilitasi ini, peran lingkungan, terapis dan pendamping yang
mendukung proses penyembuhan pasien sangat diharapkan. Habilitasi dapat berupa
berbagai bentuk terapi atau kegiatan yang dapat diberikan kepada pasien sesuai dengan
indikasi yang ada. Jadi tidak semua bentuk terapi dan kegiatan harus diberikan kepada
setiap pasien. Bentuk terapi/kegiatan tersebut antara lain :
Latihan Jasmani : misalnya lari-lari pagi; karena menurut penelitian, dapat
meningkatkan kadar endorfin.
Akupunktur : dapat meningkatkan kadar andorfin sehingga mengurangi keadaan
depresi.
Terapi Relaksasi : karena banyak pasien yang susah untuk relaks.
Terapi Tingkah Laku : teknik terapi yang dikembangkan berdasarkan teori belajar.
Hukuman diberikan apabila pasien berperilaku yang tidak diinginkan (menggunakan
napza) dan hadiah diberikan bila pasien berperilaku yang diinginkan (tidak

Terapi Disulfiram (Antabuse) : merupakan terapi aversif pada ketergantungan alkohol;


jadi merupakan suatu bentuk terapi tingkah laku. Disulfiram menghambat metabalisme
alkohol dalam darah sehingga kadar asetaldehida dalam plasma meningkat. Jadi bila
minum Disulfiram, lalu kemudian meminum juga alknhol, maka akan timbul suatu
perasaan yang tidak enak misalnya mual, muntah, rasa penuh di kepala dan leher, nyeri
kepala, muka merah, wajah berkeringat, berdebar- debar, rasa napas pendek, rasa tak
enak di dada, vertigo, penglihatan kabur, dan kebingungan. Kontra indikasi pemberian
disulfiram ialah penyakit jantung. Dosis 250 mg setiap hari atau 509 mg tiga kali
seminggu selama satu tahun. Disulfiram sebaiknya diberikan bersama-lama dengan terapi
lain seperti psikoterapi individual atau kelompok, konseling individual atau mengikuti
pertemuan alkohol anonimus. Perlu pengawasan dari anggata kaluarga agar terjamin
bahwa disulfiram tetap dimakan secara teratur.
Terapi antagonis opioida : misalnya neltrexon; kerjanya menghambat efek euforia dari
opioida sehingga pasien akan merasa percuma menggunakan opioida karena tidak
mengalami euforia. Di sini perlu sekali pengertian dari pasien, karena bila pasien tidak
serius ingin berhenti memakai opioida, maka bila dia menggunakan naltrexon, dan juga
menggunakan opioida, maka dapat terjadi overdosis opioida. Naltrexon diberikan
sebanyak 50 mg perhari atau disesuaikan dengan dosis pemakaian opioida; sebaiknya
diberikanm selama minimal 6-12 bulan.
Kontra indikasinya :
1. Pasien yang mendapat pengobatan dengan analgesik
opioida.
2. Pasien yang kadang-kadang masih menggunakan opioida.
3. Pasien yang test urin untuk opioidanya masih positif.
4. Pasien dengan hepatitis akut atau fungsi hepar buruk.
Psikoterapi individual : untuk mengatasi konflik intrapsikik dan gangguan mental yang
terdapat pada pasien, termasuk gangguan kepribadian.
Konseling : dapat membantu pasien untuk rnengerti dan memecahkan masalah
penyesuaian dirinya dengan lingkungan.
Terapi Keluarga : sangat diperlukan karena pada umumnya keluarga mempunyai andil
dalam terjadinya ketergantung napza pada pasien. Terapi ini juga mempersiapkan

keluarga beradaptasi dengan pasien setelah yang bersangkutan tidak menggunakan napza
lagi. 1
Rehabilitasi
Setelah menjalani detoksifikasi hingga tuntas (tes urin sudah negatif), tubuh
secara fisik memang tidak "ketagihan" lagi, namun secara psikis ada rasa rindu dan
kangen terhadap zat tersebut masih terus membuntuti alam pikiran dan perasaan sang
pecandu; sehingga rentan dan sangat besar kemungkinan kembali mencandu dan
terjerumus lagi. Untuk itu setelah detoksifikasi perlu dilakukan proteksi lingkungan dan
pergaulan yang bebas dari lingkungan pecandu, misalnya dengan memasukkan mantan
pecandu ke pusat rehabilitasi. Dalam pengobatan ketergantungan napza perlu dilakukan
hingga tingkat rehabilitasi. Alasannya, selain menimbulkan gangguan fisik dan kesehatan
jiwa, ketergantungan napza juga memberi dampak sosial bagi pasien, lingkungan
keluarga maupun masyarakat sekitarnya. Rehabilitasi pada hakikatnya bertujuan agar
penderita bisa melakukan perbuatan secara normal, bisa melanjutkan pendidikan sesuai
kemampuannya, bisa bekerja lagi sesuai dengan bakat dan minatnya, dan yang
terpemting bisa hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga maupun
masyarakat sekitarnya. Satu hal lagi yang banyak diharapkan setelah mengikuti
rehabilitasi, pasien dapat menghayati agamanya secara baik. Itulah sebabnya banyak
lembaga rehabilitasi yang didirikan berdasarkan kepercayaan/agama.
Terapi rehabilitasl ini meliputi beberapa hal :
Rehabilitasi Sosial : meliputi segala usaha yang bertujuan memupuk, membimbing, dan
meningkatkan rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial bagi keluarga dan masyarakat.
Rehabilitasi Edukasional : bertujuan untuk memelihara dan maningkatkan pengetahuan
dan mengusahakan agar pasien dapat mengikuti pendidikan lagi, jika mungkin memberi
bimbingan dalam memilih sekolah yang sesuai dengan kemampuan intelegensia dan
bakatnya.
- Rehabilitasi Vokasional : bertujuan menentukan kemampuan kerja pasien serta cara
mengatasi penghalang atau rintangan untuk penempatan dalam pekerjaan yang sesuai.
Juga memberikan keterampilan yang belum dimiliki pasien agar dapat bermanfaat bagi
pasien untuk mencari nafkah.

Rehabilitasi Kehidupan Beragama : bertujuan membangkitkan kesadaran pasien akan


kedudukan manusia di tengah-tengah mahluk hidup ciptaan Tuhan; menyadarkan
kelemahan yang dimiliki manusia, arti agama bagi manusia, membangkitkan optimisme
berdasarkan sifat-sifat Tuhan yang Mahabijaksana, Mahatahu, Maha pengasih, dan Maha
pengampun. 1

BAB IV
KESIMPULAN
Penyalahgunaan Napza tiap tahun semakin meningkat, disebabkan karena
produksi narkoba yang terus meningkat sehingga mudah didapat, jaringan komunikasi
yang semakin canggih dan faktor sosial ekonomi. Pengguna Napza kebanyakan anak
muda. Kebanyakan mereka mencoba pertama kali karena ingin coba coba, dikasih
teman dan karena ada masalah.
Penyalahgunaan Napza dapat dicegah dengan cara memperkuat keimanan,
memilih lingkungan pergaulan yang sehat, komunikasi keluarga yang baik, hindari pintu
masuk Napza yaitu rokok. Pengobatan penyalahgunaan tidak hanya dengan
mengeluarkan racun dari tubuh pengguna tetapi juga dengan cara habilitasi dan
rehabilitasi.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/cdk_135_napza.pdf
2. http://www.bnn.go.id/file/statistik/Himpunan
3. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0504/12/0309.htm
4. Mandagi Jeanne, Wresniwiro, Masalah NARKOTIKA dan Zat Adiktif Lainnya
serta Penanggulangannya, Hal :3-12.

Você também pode gostar