Você está na página 1de 5

ANALISIS HUKUM Dalam pelaksanaan ospek di universitas trunojoyo sangatlah jelas telah tidak sesuai dengan rule/aturan-aturan yang

telah ada (inkonstitisional), dan melanggar hak-hak asasi manusia. Aturan-aturan yang dilanggar antara lain: Undang-Undang Dasar 1945 1. Pasal 28B ayat 2 (setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi); Dalam undang-undang no 39 tahun 1999 tentang HAM pasal 1 point 5 mendefinisikan anak adalah manusia yang berusia dibawah 18 tahun dan belum menikah; 2. Pasal 28E ayat 2 (setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran, dan sikap sesuai dengan hati nuraninya); 3. Pasal 28 G ayat 1 (setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaaanya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi); 4. Pasal 28J ayat 1 (setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara). Undang-Undang No. 39 tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia 1. Pasal 1 point 1 (Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia); 2. Pasal 3 ayat 1 (Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama dan sederajat serta dikaruniai akal dan hati murni untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam semangat persaudaraan); 3. Pasal 3 ayat 3 (Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia, tanpa diskriminasi); 4. Pasal 4 (Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun); 5. Pasal 9 ayat 2 (Setiap orang berhak tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin);

6. Pasal 11 (Setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan berkembang secara layak); 7. Pasal 12 (Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggung jawab, berakhlak mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia); 8. Pasal 29 ayat 1 (Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan hak miliknya); 9. Pasal 30 (Setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu); 10. Pasal 33 ayat 1 (Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan yang kejam, tidak manusiawi, merendahkan derajat dan martabat kemanusiaannya); 11. Pasal 67 (Setiap orang yang ada diwilayah negara Republik Indonesia wajib patuh pada peraturan perundang-undangan, hukum tak tertulis, dan hukum internasional mengenai hak asasi manusia yang telah diterima oleh negara Republik Indonesia); 12. Pasal 69 ayat 1 (Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain, moral, etika, dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, bebangsa, dan bernegara); 13. Pasal 74 (Tidak satu ketentuanpun dalam Undang-undang ini boleh diartikan bahwa Pemerintah, partai, golongan atau pihak manapun dibenarkan mengurangi, merusak, atau menghapuskan hak asasi manusia atau kebebasan dasar yang diatur dalam Undang-undang ini). Apabila terjadi suatu penganiayaan/kekerasan fisik maka telah diatur dalam KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana)------[berarti mempunyai konsekuensi pidana] Pasal 351 Ayat 1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan. Ayat 2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun; Ayat 3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun; Ayat 4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan. Pasal 352

Penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan. Sebagai bahan referensi, bahwa di universitas-universitas lain yang sudah mapan ambil contoh di UNAIR, UNHAS, UNIBRAW, UI, UNPAD dll. sudah tidak lagi menjalankan konsep orientasi mahasiswa seperti di trunojoyo. Akhirnya saya menjadi heran, apa yang dijadikan dasar untuk panitia ospek melakukan perpeloncoan ini yang tidak sesuai dengan kehidupan kampus sebagaimana mestinya. ----

Kepanitiaan OSPEK terkadang Inkonstitusional, karena telah nyata-nyata tidak sesuai atau melanggar ketentuan-ketentuan mengenai ospek, yaitu dalam Surat Edaran DIRJEN DIKTI No. 5/1995. Dalam surat edaran tersebut menyatakan dengan jelas bahwa kegiatan ospek haruslah bersifat akademis dan mendidik, dan tidak boleh mengandung unsur kekerasan dalam bentuk apapun. Sehingga segala kegiatan ospek yang berbau perpeloncoan tidak boleh dilakukan. MENDIKNAS bambang sudibyo pada tanggal 13 april lalu menegaskan pelarangan perpeloncoan itu, Menurut Mendiknas, kekerasan tidak hanya bertentangan dengan hak asasi manusia, tetapi juga menafikan tujuan mulia pendidikan untuk membentuk generasi muda dan pemimpin bangsa yang cerdas, intelektual, emosional, dan spiritual. Sementara itu, Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Departemen Pendidikan Nasional Satryo Soemantri Brodjonegoro menegaskan tidak ada lagi tempat untuk mengenalkan kampus kepada mahasiswa baru melalui perpeloncoan. Pelarangan itu bukan semata-mata karena adanya korban, tetapi lebih dari itu, tak banyak manfaatnya, katanya. Satrio mencontohkan pemberian tugas yang kelewat banyak dan aneh, pemberian hukuman fisik, atau perlakuan kasar seperti membentak, mencaci maki mahasiswa baru, sama sekali tidak dibenarkan. Dia menjelaskan, pengenalan kampus atau Ospek bukan hal yang wajib dilakukan. (http://www.sinarharapan.co.id/berita/0704/14/nas05.html) Hal senada juga disampaikan oleh Anggota Komisi X DPR Anwar Arifin, beliau mengimbau para rektor di perguruan tinggi mengawasi secara ketat kegiatan masa orientasi penerimaan mahasiswa baru di kampus mereka. "Biar semua kegiatan terpantau. Kalau ada tindakan kekerasan terhadap mahasiswa baru yang dilakukan mahasiswa senior, bisa langsung dicegah atau ditangani," kata Anwar kepada okezone saat dihubungi melalui telepon, Selasa (22/7/2008). Anwar melanjutkan, aturan pengawasan ketat yang dilakukan oleh rektor pada dasarnya sudah diatur dalam Undang Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. "Sehingga kalau dosen tidak melakukan pengawasan, jatuh korban, tetap mereka yang bertanggung jawab secara hukum. Mereka kena pidana," kata Anwar. (okezone.com)

LEGAL ANALYSIS In the implementation of the university ospek Trunojoyo is clearly incompatible with the rule / rules that already exist (inkonstitisional), and the violation of human rights. The rules are violated, among others:

Act of 1945 1. Paragraph 2 of Article 28B (every child the right to survival, growth and development, as well as the right to protection from violence and discrimination); In law no 39 of 1999 on Human Rights Article 1 point 5 defines human child is under 18 years old and unmarried; 2. Article 28E Paragraph 2 (every person has the right to freedom of belief to believe, express thoughts, and attitudes in accordance with his conscience); 3. G Article 28 paragraph 1 (every person has the right to protection of self, family, honor, dignity, and property under kekuasaaanya, as well as the right to security and protection from threats to do or not do something that is a human rights); 4. Paragraph 1 of Article 28J (each person must respect the human rights of others in an orderly society, nation, and state).

Law No.. 39 of 1999 on Human Rights 1. Article 1 point 1 (Human Rights is a set of rights attached to nature and human existence as a creature of God Almighty and it is His grace that must be respected, upheld and protected by the state, law, government, and every man of honor and protection of human dignity); 2. Article 3, paragraph 1 (Every person is born free with the human dignity of the same and equal and endowed with reason and a pure heart to live in a society, nation and state in the spirit of brotherhood); 3. Article 3, paragraph 3 (Every person has the right to the protection of human rights and fundamental human freedoms, without discrimination); 4. Article 4 (right to life, the right not to be tortured, the right of personal freedom, thought and conscience, freedom of religion, the right not to be enslaved, the right to recognition as a person before the law and equality, and the right not to be prosecuted based on retroactive laws is a human right that can not be reduced under any circumstances and by anyone); 5. Article 9, paragraph 2 (Every person is entitled to peaceful, safe, peaceful, happy, prosperous and unseen); 6. Article 11 (Every person has the right to the fulfillment of basic needs to grow and develop properly); 7. Article 12 (Every person has the right to protection of personal development, to education, to educate himself, and improving the quality of human life in order to be faithful, devoted, responsible, noble, happy, and prosperous in accordance with human rights); 8. Article 29, paragraph 1 (Everyone has the right to protection of self, family, honor, dignity, and his property); 9. Article 30 (Every person has the right to security and peace, and protection against the threat of fear to do or not do something); 10. Article 33 paragraph 1 (Everyone has the right to be free from torture, punishment or cruel, inhuman, and degrading human dignity); 11. Article 67 (Each person that is the territory of the Republic of Indonesia shall abide by the laws, unwritten law, and international law on human rights ratified by the Republic of Indonesia); 12. Article 69 paragraph 1 (Each person must respect the human rights of others, moral, ethical, and order of society, bebangsa, and state); 13. Article 74 (Not one ketentuanpun in this Act shall be construed that the Government, party, or any

party faction justified reduce, destroy, or abolish human rights or fundamental freedoms stipulated in this Law).

In the event of a torture / physical abuse that has been set out in the Criminal Code (Code of Criminal Procedure Law) ------ [mean having criminal consequences] Article 351 Paragraph 1. Persecution punishable by a maximum imprisonment of two years and eight months .... Paragraph 2. If the act resulted in serious injuries, the guilty shall be punished by imprisonment of five years; Paragraph 3. If death results, shall be punished by a maximum imprisonment of seven years; Paragraph 4. Equated with persecution deliberately damage health. Article 352 Persecution does not cause disease or an obstacle to running position or job searches, threatened, as minor assault, with a maximum imprisonment of three months.

As a reference material, that at other universities that are "established" grab sample at Airlangga University, UNHAS, UB, UI, ubuntu etc.. is no longer running concept freshman orientation as in Trunojoyo. Eventually I began to wonder what was used as the basis for the committee ospek do this hazing that does not conform to college life as it should be. ----Committee OSPEK sometimes unconstitutional, because it was manifestly inappropriate or violate provisions on ospek, the Director General of Higher Education in Circular Letter No.. 5/1995. In the circular clearly states that the activities must be ospek academic and educational, and should not contain elements of violence in any form. So everything that smells ospek hazing activities should not be done. Education Minister Bambang Sudibyo on the 13th april and confirms the prohibition of hazing that, according to the minister, the violence is not only contrary to human rights, but also deny the noble cause of education to shape the nation's youth and leaders who are intelligent, intellectual, emotional, and spiritual. Meanwhile, Director General of Higher Education (Higher Education) Ministry of National Education Satryo Soemantri Brodjonegoro insists there is no longer a place to introduce the campus to new students through hazing. "Prohibition was not solely because of the victim, but more than that, not a lot of benefits," he said. Satrio exemplifies giving too many tasks and strange, physical punishment, or harsh treatment such as yelling, berating freshman, not at all justified. He explained that the introduction of the campus or Ospek not a must do. (Http://www.sinarharapan.co.id/berita/0704/14/nas05.html) Similar feelings were expressed by the Members of the House of Representatives Commission X Anwar Arifin, he appealed to the provost at the college for close monitoring of the orientation activities for new students admission in their campus. "Let all the activities observed. If any act of violence against a new student who was a senior, could directly be prevented or treated," said Anwar to Legal when contacted by phone on Tuesday (22/07/2008). Anwar continued scrutiny rules undertaken by the president basically is regulated in Law Number 14 of 2005 on Teachers and Lecturers. "So if a lecturer does not conduct surveillance, fall victim, they remain legally responsible. They hit the criminal," said Anwar. (Okezone.com

Você também pode gostar