Você está na página 1de 13

Menikmati agroindustri Thailand di Hero Supermarket

Rabu, 5 Juni 2013 16:33 WIB

Ilustrasi/Foto: Istimewa

Sindonews.com - Agroindustri Thailand telah dikenal di seluruh dunia. Sebutan Bangkok di belakang hasil pertanian mereka, seperti Pepaya Bangkok, Jambu Bangkok dan sebagainya, meneguhkan Thailand sebagai negara pengekspor buah-buahan tropis utama di Indonesia. Agroindustri Thailand tumbuh pesat sehingga produk yang dihasilkan memiliki kualitas baik. Tak heran, potensi agroindustri Thailand menjadi daya tarik tersendiri bagi peritel di Indonesia. Salah satunya adalah Hero Supermarket. Sejalan dengan itu, Hero Supermarket Indonesia yang selalu berupaya memberikan jamiman kualitas barang sangat antusias menghadirkan beragam hasil bumi yang dikemas dalam berbagai program. Menandai kerja sama dengan Thailand, Hero Supermarket Indonesia mempersembahkan Thailand Fair yang digelar di semua Gerai Hero Supermarket di Indonesia, pada 27 Mei-30 Juni 2013. Gerai Hero Supermarket di Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat dipilih sebagai pembukaan Thailand Fair karena ramainya pengunjung di lokasi tersebut. Tidak heran, jika saat itu gerai Hero Supermarket di Mal Taman Anggrek terlihat meriah dan artistik. Pada acara itu, hadir Duta Besar Kerajaan Thailand untuk Republik Indonesia HE Paskorn Siriyaphan, Direktur Thai Trade Center Jakarta Vilasinee Nonsrichai, CEO PT Hero Supermarket Tbk Phlippe Broianigo dan para pelanggan Hero Supermarket. Di area Thailand Fair, pengunjung Hero Supermarket tidak hanya disuguhi ragam produk 'Negeri Gajah Putih', namun juga menyaksikan aksi sejumlah koki. Terdapat stan-stan demo masak Blue Elephant, Kanokwan yang memboyong Chef Piaw dari Thailand langsung. Ada juga stan Kafindo, Sarana Global, Sinar Abadi, Anugrah Indo Mandiri, serta stan mengukir buah.

Peranan Agroindustri Dalam Perekonomian Indonesia, Masa Lalu, Sekarang dan Masa Datang
April 29, 2012 Disimpan dalam Uncategorized

Definisi Agroindustri

Banyak definisi yang pernah dikemukakan tentang Agro Industri. Beberapa diantaranya:

1.

Agroindustri adalah industri yang memberi nilai tambah pada produk pertanian dalam arti luas termasuk hasil laut, hasilk hutan, peternakan dan perikanan (Handito Hadi Joewono)

2.

Agribisnis adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan subsistem input, subsistem produksi, subsistem pengolahan (agro-industri), subsistem pemasaran hasil dan sub sistem penunjang. Agro-industri adalah usaha yang berkaitan dengan pengolahan yang melibatkan kegiatan pengolahan, pengawetan, penyimpanan, dan pengepakan hasil pertanian

khususnya hasil budidaya pesisir dan laut (Ngangi, E.L.A. 2001)

Prinsip-prinsip Agroindustri

Wibowo (1997) mengemukakan perlunya pengembangan agroindustri di pedesaan dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar diantaranya:

1. 2.

Memacu keunggulan kompetitif produk/komoditi serta komparatif setiap wilayah, Memacu peningkatan kemampuan suberdaya manusia dan menumbuhkan agroindustri yang sesuai dan mampu dilakukan di wilayah yang dikembangkan,

3.

Memperluas wilayah sentra-sentra agribisnis komoditas unggulan yang nantinya akan berfungsi sebagai penyandang bahan baku yang berkelanjutan,

4.

Memacu agribisnis,

pertumbuhan

agribisnis

wilayah

dengan

menghadirkan

subsistem-subsitem

5.

Menghadirkan berbagai sarana pendukung berkembangnya industri pedesaan.

Pengembangan

agroindustri sebagai pilihan

model

modernisasi pedesaan

haruslah

dapat

meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan petani. Untuk itu perumusan perencanaan pembangunan pertanian, perlu disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan ketersediaan teknologi tepat guna. Sehingga alokasi sumberdaya dan dana yang terbatas, dapat menghasilkan output yang optimal, yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Agar model pembangunan pedesaan yang berkelanjutan dapat terwujud diperlukan pedoman pengelolaan sumberdaya melalui pemahaman wawasan agroekosistem secara bijak, yaitu pemanfaatan asset-aset untuk kegiatan ekonomi tanpa mengesampingkan aspek-aspek pelestarian lingkungan.

Tujuan & sasaran Agroindustri

Tujuan

yang

ingin

dicapai

dalam

pengembangan

agroindustri

perdesaan

adalah

untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan melalui upaya peningkatan nilai tambah dan daya saing hasil pertanian. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pengembangan agroindustri perdesaan diarahkan untuk:

1.

Mengembangkan kluster industri, yakni industri pengolahan yang terintegrasi dengan sentrasentra produksi bahan baku serta sarana penunjangnya,

2.

Mengembangkan industri pengolahan skala rumah tangga dan kecil yang didukung oleh industri pengolahan skala menengah dan besar, dan

3.

Mengembangkan industri pengolahan yang punya daya saing tinggi untuk meningkatkan ekspor dan memenuhi kebutuhan dalam negeri (www.litbang.deptan.go.id)

Ruang Lingkup Industri Pertanian (Agroindustri)

Pada saat terjadi krisis ekonomi tahun 1998, industri yang mengandalkan teknologi tinggi, didukung oleh investasi padat modal yang sebagian besar modalnya hutang dari luar negeri serta sebagian peralatan dan bahan bakunya impor ternya keadaannya sangat rapuh. Satu demi satu industri tersebut gulung tikar sehingga menimbulkan pengangguran tinggi serta pertumbuhan ekonomi yang negative. Keadaan sebaliknya terjadi pada industri yang berbasis sumberdaya alam, investasi padat karya, tidak tergantung impor dan tidak menggunakan hutang luar negeri. Industri ini masih hidup dan berkembang dan menghasilkan pertumbuhan yang positif meskipun kecil. Sektor tersebut adalah agroindustri (industri pertanian).

Agroindustri adalah industri yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik produk akhir (Finish Product) maupun produk antara (Intermediate Product). Sebenarnya agroindustri ada dua yaitu seperti pengertian tersebut di atas yang disebut agroindustri hilir dan agroindustri hulu yaitu industri yang menghasilkan produk-produk berupa alat dan mesin pertanian, sarana produksi pertanian dan bahan-bahan yang diperlukan oleh sector pertanian (Masyhuri, 2000). Agroindustri mencakup penanganan pasca panen, industri pengolahan makanan dan minuman, industri biofarma, industri bioenergi, industri pengolahan hasil ikutan (by-product) serta industri agrowisata. Dalam pembahasan selanjutnya pengertian agroindustri dibatasi dengan pengertian yang sempit yaitu agroindustri hilir.

Industri pengolahan hasil pertanian yang berkembang meliputi indistri hasil pertanian besar (pabrik), industri menengah dan kecil dan industri rumah tangga. Menurut Biro Pusat Statistik (2001) industri dikelompokkan menjadi 4 golongan yaitu:

1. 2. 3. 4.

Industri rumah tangga dengan tenaga kerja 1-4 orang Industri kecil dengan tenaga kerja 5-19 orang Industri sedang atau menengah dengan jumlah tenaga kerja 20-99 orang Industri besar jumlah tenaga kerjanya lebih dari 100 orang.

Jumlah perusahaan industri pengolahan hasil pertanian (makanan) pada tahun 2000 yang merupakan industri menengah dan besar sebanyak 5.612 unit, industri kecil sebanyak 82.430 unit dan yang merupakan industri rumah tangga sebanyak 828.140 unit. Hal ini menunjukkan bahwa industri pengolahan hasil pertanian sebagian besar termasuk dalam industri kecil dan industri rumah tangga. Pengembangan industri kecil dan rumah tangga harus diarahkan untuk

meningkatkan kemampuannya, sehingga mampu bersaing di pasar domestik, sesuai dengan ciriciri industri ini yaitu:

1. 2.

Kebanyakan mengolah bahan baku alam di sekitarnya, dan tidak terlalu tergantung impor Umumnya dikerjakan oleh keluarga dan kerabatnya dengan tidak ada pembagian tugas yang jelas

3.

Hasil produksinya dijual tidak dengan promosi yang dipasarkan dalam pasar lokal dalam radius yang sempit sehingga biaya distribusinya tidak mahal

Agroindustri Berkelanjutan

Konsep agroindustri berkelanjutan muncul bersamaan dengan adanya perusahaan agroindustri yang baru didirikan tetapi tidak berumur panjang. Banyak contoh menunjukkan adanya perusahaan agroindustri yang pada mulanya berkembang pesat, namun akhirnya tutup karena berbagai alasan, diantaranya karena kesalahan manajemen, kekurangan bahan baku atau kurangnya konsumen yang membeli produk agroindustri tersebut. Perusahaan agroindustri yang tutup juga tidak mengenal skala usaha, apakah perusahaan skala besar, menengah atau kecil.

Pembangunan agroindustri berkelanjutan adalah pembangunan agroindustri yang mendasarkandiri pada konsep berkelanjutan. Jadi egroindustri dibangun dan dikembangkan dengan

mempertimbangkan aspek-aspek manajemen dan konservasi sumber daya alam. Teknologi yang digunakan serta kelembagaab yang terlibat dalam proses pembangunan diarahkan untuk memenuhi kepentingan manusia masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Ciri-ciri agroindustri berkelanjutan yaitu :

1.

Produktivitas dan keuntungan dapat dipertahankan atau ditingkatkan dalam waktu yang relatif lama sehingga memenuhi kebutuhan manusia pada masa sekarang atau masa mendatang

2.

Sumberdaya alam khususnya sumber daya pertanian yang menghasilkan bahan baku agroindustri dapat dipelihara dengan baik bahkan dapat ditingkatkan, karena keberlanjutan agroindustri sangat tergantung dari tersedianya bahan baku.

3.

Dampak negatif dari adanya pemanfaatan sumber daya alam dan adanya agroindustri dapat diminimalkan.

Kontribusi Agroindustri

Dalam sistem agribisnis, agroindustri adalah salah satu sub sistem yang bersama-sama sub sistem lain membentuk sistem agribisnis. Sistem agribisnis terdiri dari sub sistem input (agroindustri hulu), usahatani (pertanian), output (agroindustri hilir), pemasaran dan penunjang. Dengan demikian pembicaraan mengenai agroindustri tidak dapat dilepaskan dari pembangunan agribisnis secara keseluruhan.

Pembangunan agroindustri di tanah air merupakan suatu keharusan dalam rangka menuju masyarakat industri yang berbasis pertanian. Hal ini disebabkan karena mayoritas masyarakat pedesaan menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian, adanya ketimpangan antara kota dan desa sehingga urbanisasi cukup tinggi dan tingkat pendapatan yang rendah, pengangguran yang tinggi , devisa yang kecil serta katahanan pangan yang lemah.

Pada sisi lain, kegiatan di sektor pertanian (on farm) saat ini merupakan sumber penghasilan sebagian besar masyarakat pedesaan, tetapi belum dapat memberikan kehidupan yang layak karena nilai tambah dari kegiatan on farmpada umumnya belum dapat dinikmati oleh masrarakat pedesaan. Hal ini antara lain disebabkan oleh belum mampunya produk-produk pertanian merespon perubahan tuntutan konsumen saat ini yang menuntut kualitas tinggi, kontinyuitas pasokan ketepatan waktu penyampaian, serta harga yang kompetitif.

Pengembangan agroindustri akan dapat meningkatkan permintaan hasil-hasil pertanian sehingga meningkatkan produksi, harga hasil pertanian dan pendapatan petani. Perkembangan sektor pertanian akan meningkatkan permintaan sektor agroindustri hulu, sektor pemasaran dan sektor penunjang (keuangan, asuransi, konsultasi dan Pendidikan). Dengan demikian pengembangan sector agroindustri mempunyai efek pengganda (multiplier effect) yang besar.

Paling sedikit ada lima alasan utama, mengapa agroindustri penting untuk menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional masa depan, yaitu :

1.

Industri

pengolahan

mampu

mentransformasikan

keunggulan

komparatif

menjadi

keunggulan kompatitif yang pada akhirnya memperkuat daya saing produk agribisnis Indonesia 2. Memiliki nilai tambah dan pangsa pasar yang besar sehingga kemajuan yang dicapai dapat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian nasional secara keseluruhan

3.

Memiliki keterkaitan yang besar baik ke hulu maupun ke hilir (forward and bacward linkages), sehingga mampu menarik kemajuan sektor-sektor lainnya

4.

Memiliki basis bahan baku lokal (keunggulan komparatif) yang dapat diperbaharui sehingga terjamin sustainabilitasnya

5.

Memiliki kemampuan untuk mentransformasikan struktur ekonomi nasional dari pertanian ke industri dengan agroindustri sebagai penggeraknya

Peluang dan Kendala Pengembangan Industri Pertanian (Agroindustri)

Agroindustri di Indonesia mempunyai peluang dan kelebihan untuk dapat dikembangkan karena banyak hal. Bahan bakunya seperti ketela pohon, sagu, buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman perkebunan, ikan laut dan hasil hutan mempunyai potensi berlimpah. Sebagian besar penduduk indonesia tergantung dari sektor pertanian. Kandungan bahan baku agroindustri yang berasal dari impor relatif rendah. Usaha agroindustri terutama sektor pertanian mempunyai keunggulan komparatif. Pada era perdagangan bebas, tidak ada lagi restriksi terutama restriksi non tarif sehingga pengembangan pasar ke luar negeri mempunyai peluang yang besar.

Meskupin mempunyai peluang dan kelebihan yang tinggi agroindustri masih dihadapkan pada berbagai permasalahan baik permasalahan yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri. Permasalahan di dalam negeri antara lain :

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Kurang tersedianya bahan baku secara kontinyu Kurang nyatanya peran agroindustri di pedesaan Kurang konsistennya kebijakan pemerintah terhadap agroindustri Kurangnya fasilitas permodalan Keterbatasan pasar Lemahnya infrastruktur Kurangnya penelitian dan pengembangan produk Lemahnya keterkaitan antara industri hulu dan industri hilir Kualitas produksi dan prosesing yang belum mampu bersaing

10. Lemahnya entrepreneurship

Permasalahan yang berasal dari luar negeri merupakan dampak dari adanya perdagangan bebas. Pada era perdagangan bebas semua negara mempunyai peluang yang sama sehingga masing-

masing negara akan bersaing memperebutkan pasar dunia. Tiap-tiap negara akan berusaha meningkatkan kualitas dan efisiensi produknya agar mempunyai keunggulan komparatif dan kempetitif, sehingga hanya negara majulah yang akan memenangkan persaingan terswebut. Negara-negara maju, dengan alasan melindungi kesehatan dan keselamatan konsumen telah menetapkan standar mutu internasional seperti ISO 9000, ISO 14.000, HACCP (Haazard Analysis and Critical Control Point),Nutritional Labelling and Education Act dan HAM (Hak Azasi Manusia). Standar mutu internasional tersebut dirasakan oleh Negara-negara berkembang sebagai suatu hambatan non tarif.

Prospek Pengembangan Sistem Agriindustri Di Indonesia

Dilihat

dari

berbagai

aspek,

seperti

potensi

sumberdaya

yang

dimiliki,

arah

kebijakan

pembangunan nasional, potensi pasar domestik dan internasional produk-produk agroindustri, dan peta kompetisi dunia, Indonesia memiliki prospek untuk mengembangkan sistem agroindustri. Prospek ini secara aktual dan faktual ini didukung oleh hal-hal sebagai berikut:

Pertama, pembangunan sistem agroindustri di Indonesia telah menjadi keputusan politik. Rakyat melalui MPR telah memberi arah pembangunan ekonomi sebagaimana dimuat dalam GBHN 19992004 yang antara lain mengamanatkan pembangunan keunggulan komparatif Indonesia sebagai negara agraris dan maritim. Arahan GBHN tersebut tidak lain adalah pembangunan sistem agroindustri.

Kedua, pembangunan sistem agroindustri juga searah dengan amanat konstitusi yakni No. 22 tahun 1999, UU No. 25 tahun 1999 dan PP 25 tahun 2000 tentang pelaksanaan Otonomi Daaerah. Dari segi ekonomi, esensi Otonomi Daerah adalah mempercepat pembangunan ekonomi daerah dengan mendayagunakan sumberdaya yang tersedia di setiap daerah, yang tidak lain adalah sumberdaya di bidang agroindustri. Selain itu, pada saat ini hampir seluruh daerah struktur perekonomiannya (pembentukan PDRB, penyerapan tenagakerja, kesempatan berusaha, eskpor) sebagian besar (sekitar 80 persen) disumbang oleh agroindustri (agribinsis).

Ketiga, Indonesia memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) dalam agroindustri. Kita memiliki kekayaan keragaman hayati (biodivercity) daratan dan perairan yang terbesar di dunia, lahan yang relatif luas dan subur. Dari kekayaan sumberdaya yang kita miliki hampir tak terbatas produk-produk agroindustri yang dapat dihasilkan dari bumi Indoensia. Selain itu, Indonesia saat ini memiliki sumberdaya manusia (SDM) agroindustri, modal sosial (kelembagaan

petani, local wisdom, indegenous technologies) yang kuat dan infrastruktur agroindustri / agribisnis yang relatif lengkap untuk membangun sistem agroindustri / agribisnis.

Keempat, pembangunan sistem agroindustri / agribisnis yang berbasis pada sumberdaya domestik (domestic resources based, high local content) tidak memerlukan impor dan pembiayaan eksternal (utang luar negeri) yang besar. Hal ini sesuai dengan tuntutan pembangunan ke depan yang menghendaki tidak lagi menambah utang luar negeri karena utang luar negeri Indonesia yang sudah terlalu besar.

Kelima, dalam menghadapi persaingan ekonomi global, Indonesia tidak mungkin mampu bersaing pada produk-produk yang sudah dikuasai negara maju. Indonesia tidak mampu bersaing dalam industri otomotif, eletronika, dll dengan negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, Jerman atau Perancis. Karena itu, Indonesia harus memilih produk-produk yang memungkinkan Indonesia memiliki keunggulan bersaing di mana negara-negara maju kurang memiliki keunggulan pada produk-produk yang bersangkutan. Produk yang mungkin Indonesia memiliki keunggulan bersaing adalah produk-produk agribisnis, seperti barangbarang dari karet, produk turunan CPO (detergen, sabun, palmoil, dll). Biarlah Jepang menghasilkan mobil, tetapi Indonesia menghasilkan ban-nya, bahan bakar (palmoil diesel), palmoil-lubricant

Pandangan Terhadap Agroindustri Indonesia


OPINI | 13 May 2012 | 10:08 Dibaca: 1091 Komentar: 0 0

Agroindustri merupakan salah satu subsistem yang melengkapi rangkaian sistem agribisnis, subsistem ini berfokus pada kegiatan berbasis pengolahan sumberdaya hasil pertanian dan peningkatan nilai tambah. Agroindustri memiliki peranan yang penting terkait upaya pemenuhan kebutuhan pokok, penyerapan tenaga kerja, perolehan devisa, serta peningkatan perekonomian masyarakat di pedesaan. Kemudian, agroindustri diharapkan menjadi magnet bagi pembangunan pertanian Indonesia dengan membuka pasar yang baru terkait hasil pengolahan produk pertanian karena hasil turunan produk pertanian yang dapat menjadi beragam kegunaan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Adapun agroindustri yang ideal adalah subsistem yang dibangun dari wilayah pedesaaan sebagai basis utama pengembangan, karena aksesibilitas yang baik terhadap bahan baku pertanian, pemenuhan masyarakat pedesaan terhadap hasil produk agroindustri yang relatif potensial dan menciptakan integrasi sistem agribisnis, dimana subsistem on farm, agroindustri dan pemasaran menjadi satu dalam wilayah pedesaan.

Dibalik keunggulan dan idealnya agroindustri dalam pemahaman teoritis, agroindustri yang ada di Indonesia dapat dikatakan belum berhasil berjalan sesuai harapan masyarakat Indonesia yaitu dengan fakta bahwa Indonesia memiliki banyak potensi pertanian yang secara logika dapat dengan baik subsistem tersebut berjalan karena melimpahnya bahan baku industri tersebut. Fakta berikutnya adalah apabila dibandingkan negara tetangga seperti malaysia ataupun vietnam, agroindustri masih belum dapat leading di regional ASEAN padahal negara-negara tersebut dahulunya belajar pertanian di Indonesia. Diliat dari fakta bahwa agroindustri Indonesia belum berjalan dengan baik, terbentuk opini bahwa masalah agroindustri di Indonesia cukup kompleks. Adapun masalah-masalah yang dihadapi pengembangan agroindustri Indonesia yaitu pertama, adanya keterbatasan bahan baku yang memiliki kualitas yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan agroindustri. Adapun faktanya adalah bahan baku untuk kegiatan agroindustri yang memiliki kriteria yang runut dan kualitas yang tinggi ini, akan tetapi petani Indonesia belum mampu memenuhi kriteria tersebut disebabkan masih sulitnya pendanaan dan teknologi usahatani yang sesuai requirement bahan baku industri. Permasalahan kedua yaitu kapabilitas sumberdaya manusia yang belum baik terkait kemampuan menggunakan teknologi agroindustri. Masalah tersebut berdampak kepada efisiensi industri menjadi lebih rendah dari negara pesaing. Adapun penyebab masalah tersebut adalah lemahnya pemberdayaan sumberdaya manusia berbasis riset dan sosialisasi hasil riset tersebut yang belum optimal terhadap masyarakat pertanian. Ketiga, investasi agroindustri yang belum booming akibat iklim invastasi, kepastian hukum dan politik, dan insentif yang diberikan kepada investor yang akan berkecimpung di sektor agroindustri. Adapun salah satu contoh yaitu kebijakan agroindustri yang ditetapkan pemerintah kerap tumpang tindih dan saling melakukan kanibalisme, sehingga investor dan pengusaha yang ingin berkontribusi di sektor agroindustri menjadi takut untuk melakukan pengembangan agroindustri di Indonesia. Selanjutnya masalah keempat adalah adanya penerapan suku bunga kredit usaha yang sama ditetapkan antara sektor agribisnis dan non agribisnis. Adapun sektor agirbisnis memiliki karakteristik yang lebih berisiko dari sektor non agribisnis sehingga penetapan suku bunga pinjaman usaha yang disama ratakan adalah tindakan yang kurang proposional. Masalah kelima dalam pengembangan agroindustri di Indonesia adalah rendahnya peningkatan kualitas dan mutu riset dari kalangan akademisi terkait pembaharuan teknologi di sektor agroindustri, sehingga Indonesia masih tergantung kepada tren teknologi yang ada di dunia tanpa melakukan inovasi guna memunculkan kekuatan diferensiasi produk dan teknologi agroindustri Indonesia. Masalah keenam yaitu ketersediaan saran dan prasarana yang mendukung pengembangan agroindustri di Indonesia masih belum berjalan sesuai harapan yang diinginkan investor dan pengusaha. Hal ini berkaitan erat dengan biaya yang harus dikeluarkan pengusaha untuk mendapatkan bahan baku industri dan mendistribusikan produk hasil pengolahannya. Keenam masalah tersebut merupakan sebagian kecil masalah yang didapat untuk mengurai penyebab lambatnya pengembangan agroindustri di Indonesia. Adapun solusi yang dapat diberikan adalah pemerintah harus dapat merencanakan arahan yang jelas terkait sektor agroindustri Indonesia dan dapat merangkul stakeholder terkait pengembangan agroindustri agar mendapatkan keselarasan antara tren yang berlaku, kebijakan yang ditetapkan, dan keinginan para investor serta pengusaha yang akan terjun di sektor agroindustri.

Penerapan Agroindustri dalam Bingkai Kedaulatan Pangan sebagai Jalan Menuju Swasembada Berkelanjutan Indonesia 2014
Pemerintah dalam Program Prioritas Pembangunan di sektor pertanian telah menargetkan pada tahun 2014 Indonesia mencapai swasembada berkelanjutan terhadap lima komoditas pangan Indonesia meliputi komoditas beras, jagung, kedelai, gula pasir, dan daging sapi. Target ini tidak muncul secara tiba-tiba, namun dilatarbelakangi oleh produksi pangan domestik yang belum optimal. Menyikapi target ini, pemerintah merasa yakin akan mencapai keberhasilan. Hal ini mengingat sektor pertanian merupakan sektor dengan sumber daya yang dapat diperbaharui dan menjanjikan, selain itu, latar belakang Indonesia sebagai Negara Agraris pun menjadi alasan keyakinan pemerintah akan keberhasilan kebijakan ini. Dalam mencapai target ini, pemerintah akan memfokuskan pembangunan di sektor pertanian pada perbaikan infrastruktur dan peningkatan teknologi pertanian, pembukaan dan intensifikasi lahan pertanian, serta pelaksanaan politik anggaran untuk sektor pertanian yang terencana. Kebijakan baru pemerintah di atas seperti bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah pada tahun 2011 dalam sebuah pertemuan tingkat internasional KTT Asean dan World Economic Forum di mana pada saat itu pemerintah Indonesia memberi kesempatan besar kepada para investor asing dan pengusaha untuk membuka bisnis dan industri mereka di Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas dalam rangka memenuhi ketahanan pangan nasional. Faktanya, kebijakan tersebut justru berdampak negatif terhadap perkembangan industri di Indonesia, khususnya di sini adalah agroindustri. Adanya industri-industri besar dan asing di Indonesia semakin menekan industri kecil menengah yang ada hampir di seluruh wilayah Indonesia yang sebagian besar dari mereka adalah masyarakat lokal. Secara teoritis, Indonesia yang memiliki luas lahan pertanian tidak kurang dari 7,75 juta hektar dan letaknya yang strategis di daerah tropis seharusnya memang mampu memproduksi bahan pangan secara mandiri dan bahkan mampu untuk mengekspornya ke luar negeri. Jika kita berbicara tentang agroindustri tentu tidak akan pernah terlepas dari kegiatan di sektor pertanian itu sendiri. Hal ini disebabkan karena jalur transformasi dari sebuah agroindustri berakar dari adanya suatu mayoritas penduduk yang mengolah dan menghasilkan hasil pertanian yang merupakan bahan baku dari agroindustri. Selain itu, konsep agroindustri memiliki cakupan yang luas, mulai dari agroindustri hulu yang meliputi ketersediaan infrastruktur pertanian sampai hilir yang merupakan agroindustri dalam pengolahan hasil pertanian. Teori tersebut menunjuk pada kesimpulan bahwa kemajuan dan perkembangan agroindustri di Indonesia sejalan dengan kemajuan dan perkembangan sektor pertanian. Dalam hal ini kemajuan dan perkembangan agroindustri dapat menjadi indikator keberhasilan dari kebijakan swasembada berkelanjutan yang dicanangkan oleh pemerintah. Namun faktanya, sektor pertanian kita masih rapuh dan terombang-ambing. Berbagai kasus yang mencuat seputar sektor pertanian akhir-akhir ini menjadi gambaran bahwa sektor pertanian Indonesia masih belum stabil. Apabila sektor pertanian di Indonesia masih belum dapat dikendalikan dengan baik, maka keinginan untuk menerapkan agroindustri yang baik dan berkualitas dalam usaha

untuk mencapai swasembada berkelanjutan di Indonesia masih merupakan sebuah perjalanan panjang. Pemahaman prinsip ketahanan pangan yang salah dan hanya menuntut pada pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat tanpa memperhatikan aspek-aspek ekonomi, sosial, dan budaya dari masyarakat Indonesia menjadi salah satu akar masalah yang menyebabkan masih belum maksimalnya pengembangan agroindustri di Indonesia. Oleh sebab itu, perlu adanya sebuah prinsip dasar baru yang dikembangkan dan menjadi pedoman serta fokus tujuan dari pemerintah dalam rangka mengembangkan agroindustri di Indonesia yang berkelanjutan. Prinsip tersebut dapat diperoleh dari prinsip kedaulatan pangan yang tidak hanya menuntut pada pemenuhan hasil pangan untuk kebutuhan rakyat tapi juga kemampuan rakyat untuk memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri. Beberapa karakteristik kelebihan dari prinsip kedaulatan pangan adalah dalam mengambil kebijakan pemerintah juga dituntut untuk memperhatikan kearifan lokal dan keanekaragaman hayati serta mengutamakan kepentingan rakyat Indonesia. Hal ini penting sebagai salah satu cara untuk meningkatkan peran dan kinerja dari industri-industri menengah ke bawah yang saat ini masih kalah dalam bersaing dengan industri besar dan asing. Selain itu, dengan prinsip kedaulatan pangan, pemerintah diharapkan dapat fokus untuk memperhatikan industri lokal Indonesia. Hal ini berhubungan dengan tingginya kebutuhan dari industri lokal kita yang masih minim dan terkendala oleh buruknya infrastruktur dan teknologi yang digunakan. Dengan penerapan konsep kedaulatan pangan dalam menjalankan kegiatan agroindustri di Indonesia diharapkan kebijakan mikro maupun makro yang dikeluarkan oleh pemerintah dapat lebih pro rakyat. Satu hal yang juga sangat penting adalah sektor pertanian itu sendiri. Sektor pertanian yang baik dan mandiri akan dapat mengantarkan Indonesia menuju negara agroindustri yang baik dan mandiri pula. Namun dalam kenyataannya di lapangan sektor pertanian kita masih jauh dari kemandirian. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat petani sebagai pelaku kegiatan pertanian dan belum optimalnya hasil produksi pertanian Indonesia yang berbuntut pada tingginya tingkat impor bahan pangan di Indonesia. Selain itu, berbagai masalah umum yang terkait dengan agroindustri juga perlu diperhatikan. Sifat dari bahan baku agroindustri yang tidak tahan lama dan musiman dapat mempengaruhi keberlanjutan dari kegiatan industri. Padahal, sebagaimana kita ketahui agroindustri adalah kegiatan yang arus keberlanjutannya sangat penting. Di sinilah diperlukan adanya pengolahan sektor pertanian yang baik dari pra sampai pasca panennya. Selain itu, pemilihan komoditas yang akan digunakan sebagai bahan utama dari agroindustri juga harus diperhatikan dengan seksama. Dalam hal ini, lima komoditas yang telah direncanakan oleh pemerintah di atas harus memenuhi kriteria sebagai komoditas yang strategis dan berkelanjutan untuk dikembangkan. Pada akhirnya, dengan penerapan prinsip kedaulatan pangan dalam kegiatan agroindustri, kita dapat mengembalikan prinsip dasar dari konsep Hak Menguasai Negara pada UUPA sebagaimana tercantum pada pasal 33 Undang- Undang Dasar 1945 yang berbunyi Air, tanah dan udara adalah milik negara dan dimanfaatkan seluas-luasnya oleh negara bagi kepentingan rakyat banyak. Konsep dan target agroindustri dengan menerapkan prinsip kedaulatan pangan ini diharapkan mampu mewujudkan kebijakan swasembada berkelanjutan yang direncanakan oleh pemerintah sehingga dapat benar-benar terealisasikan pada tahun 2014 dan menjadi sebuah awal baru dari kebangkitan agroindustri di Indonesia.

Tentunya dalam pelaksanaan kebijakan ini diperlukan kerja sama dari semua komponen masyarakat Indonesia. Selain itu, dalam mencapai target ini juga dibutuhkan semangat nasioalisme tinggi mengingat bahwa agroindustri bukanlah sesuatu yang dapat dicapai secara instan, namun perlu usaha sungguh-sungguh dan maksimal secara bertahap dan berkelanjutan. Di sinilah, kita sebagai sebuah negara yang berdaulat harus mampu membuktikan etos kerja yang tinggi dalam menghadapi segala rintangan dalam usaha mencapai kedaulatan pangan Indonesia yang masih merupakan sebuah perjalanan panjang. Mari, bersama-sama kita sukseskan program swasembada berkelanjutan Indonesia melalui kegiatan agroindustri mandiri!

Você também pode gostar