Você está na página 1de 12

MEKANISME RASA PAHIT DI LIDAH SEBAGAI AKIBAT DARI ADANYA GASTRO-ESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD)

THE MECHANISM OF BITTER TASTE IN TONGUE AS A RESULT OF THE PRESENCE OF GASTRO-ESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD)
Nuraini Indrastie Student, Faculty of Dentistry, Airlangga University Surabaya-Indonesia

ABSTRACT
Background Human oral cavity is a part of the digestive system that has areas with specific functions and materials, such as the tongue. The tongue consists of skeletal muscles and smooth muscle, with a percentage of the smooth muscles is bigger than the skeletal muscles. The thuman ongue can taste 5 flavors, including a bitter taste. Bitter taste can be felt by humans for several reasons, such as fever or because of a disease, such as Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD). Purpose This lesson aims to explain the mechanism of bitter taste on the tongue as a result of the presence of GERD. Reviews The mechanism of bitter taste due to GERD involves multiple ions in the body, including the Ca2+ ion. Conclusion The return of the acid fluid from the stomach into the esophagus can increase the concentration of Ca2+ bitter receptor cells, resulting in a bitter taste. Keywords : taste-bitter, acid fluid, LES.

ABSTRAK
Latar Belakang Rongga mulut manusia merupakan bagian dari sistem pencernaan yang mempunyai area dengan fungsi dan bahan secara spesifik, seperti lidah. Lidah terdiri atas otot skelet dan otot polos dengan presentase otot polos yang lebih banyak dibanding dengan otot skelet. Lidah dapat merasakan 5 maacam rasa, termasuk rasa pahit. Rasa pahit dapat dirasakan oleh manusia karena beberapa hal, seperti ketika demam ataupun karena adanya suatu penyakit, seperti Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD). Tujuan Pembelajaran ini bertujuan untuk menjelaskan mekanisme rasa pahit di lidah sebagai akibat dari adanya GERD. Hasil Mekanisme terjadinya rasa pahit karena GERD melibatkan beberapa ion di dalam tubuh, termasuk ion Ca2+. Kesimpulan Kembalinya cairan dari lambung ke esofagus dapat menyebabkan konsentrasi Ca2+ didalam sel reseptor pengecap rasa pahit meningkat, sehingga terjadi rasa pahit. Kata kunci : taste-pahit, asam lambung, LES.!

"! !

PENDAHULUAN Rongga mulut adalah bagian dari sistem pencernaan berbagai manusia macam yang area mempunyai

meningkatkan area permukaan, yang sering disebut sebagai papilla (Watson, 2002). Lidah dapat merasakan 5 macam rasa, yaitu asin, asam, manis, pahit, dan umami. Dalam perjalanannya menuju deskripsi rasa, rasa asin dan asam melalui reseptor ionotropik, rasa manis dan pahit melalui reseptor metabotropik, dan rasa umami melalui reseptor campuran. Rasa pahit yang dapat dideskripsikan pada manusia tidak lepas dari adanya ion ion pembawa pesan (messenger), seperti Ca2+ yang berperan dalam semua signalling dan gustducin sebagai protein 2nd messenger untuk indera rasa pengecap (Sunariani, 2013). Normalnya, rasa pahit yang dapat dirasakan oleh manusia dapat disebabkan oleh bahan pahit, keadaan demam, terlalu keras berolahraga, atau karena adanya penyakit, salah satunya adalah Gastro Esophagaeal Reflux Disease atau yang dapat disingkat dengan GERD. GERD merupakan suatu kondisi kembalinya cairan lambung ke esofagus yang disebabkan oleh karena otot Lower Esophagus Spinchter tidak bekerja secara normal (Mutaqqin & Sari, 2011). GERD dapat

dengan fungsi sangat spesifik. Adanya berbagai macam fungsi pada rongga mulut tersebut dapat disebabkan oleh adanya berbagai komponen dan struktur yang terdapat dalam rongga mulut, salah satu contohnya adalah lidah (Sunariani, 2013). Lidah merupakan organ muskular yang melekat pada tulang hyoid dan mandibula. Terdiri atas 2 macam otot, otot polos pada lidah mempunyai jumlah yang lebih banyak daripada otot skelet pada lidah (Sunariani, 2013). Lidah sebagai indera pengecap mempunyai beberapa fungsi yaitu membantu proses pengecapan dan perasa, mengatur letak makanan ketika dikunyah, membantu menelan, mendorong makanan ke dalam faring pada waktu menelan, pembersihan mulut, dan memainkan peranan yang penting sebagai alat bantu dalam berbicara (Guyton, 2001). Lidah ditutup pada area tertentu oleh modifikasi membran mukosa yang tampak seperti tonjolan untuk

#! !

menyebabkan penderitanya merasakan berbagai hal, dan salah satu gejala dari GERD adalah timbulnya rasa pahit yang dirasakan oleh lidah. Pada artikel ini, penulis akan menjelaskan bagaimana mekanisme timbulnya rasa pahit pada lidah yang disebabkan komponen signalling. TINJAUAN PUSTAKA Rasa Pahit Lidah merupakan kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang ditutup oleh membran mukosa (selaput lendir). Selaput lendir ini tampak kasar karena adanya tonjolan-tonjolan yang disebut papila yang merupakan akhiran-akhiran saraf pengecap dan terletak pada seluruh permukaan lidah (Pearce, 2008). Organ pengecapan bagian perifer disebut taste buds (caliculus gustatorious) yang meliputi seluruh permukaan lidah yang mempunyai garis tengah sekitar 1/30 milimeter dan panjang sekitar 1/16 milimeter. Taste bud merupakan sel epitel yang telah dimodifikasi, beberapa diantaranya oleh terkait GERD, hingga dari proses

disebut sebagai sel sustentakular dan lainnya disebut sebagai sel reseptor (Guyton & Hall, 2009). Kekhasan dari sel reseptor gustatori ini ditentukan oleh papila dimana taste buds berada bukan oleh nervus yang menginervasi (Leopold, 2012). Taste bud memiliki beberapa tipe reseptor rasa yang memiliki silia. Setiap tipe ini akan mendeteksi satu jenis rasa dari 5 rasa dasar yaitu, asam, asin, manis, pahit dan umami. Seluruh rasa ini dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah, tetapi satu jenis rasa akan lebih sensitif pada daerah tertentu (Jacewicz, 2008). Seluruh rasa dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah, tetapi satu jenis rasa akan lebih sensitif pada daerah tertentu. Rasa manis lebih sensitif dirasakan pada daerah ujung depan lidah, rasa asin paling baik diapresiasi pada pinggir depan lidah, rasa asam paling baik diterima di sepanjang samping/tepi lidah dan sensasi pahit dapat dideteksi dengan sangat baik pada sepertiga belakang lidah. Keempat rasa ini dikenal dengan istilah sensasi rasa primer. Selain itu, ada rasa kelima yang telah

$! !

teridentifikasi (Marya, 2002).

yakni

umami

yang

circumvallata.

Papila

circumvalata

dominan ditemukan pada L-glutamat Rasa pahit tidak disebabkan satu jenis agen kimia, tetapi zat-zat yang memberikan rasa pahit semata-mata hampir merupakan zat organik. Pembagian kelas zat yang sering menyebabkan rasa pahit adalah: (1) Zat organik rantai panjang yang berisi nitrogen, dan (2) alkaloid. Alkaloid terdiri dari banyak obat yang digunakan dalam kedokteran seperti kuinin, kafein, striknin, dan nikotin (Guyton, 2009).

terletak pada pangkal dorsum lidah di depan sulcus terminalis linguae yang tersusun seperti huruf V. Papila ini sensitif terhadap rasa asam dan pahit di 1/3 posterior lidah yang diinervasi oleh nervus glossopharyngeal (IX). Setiap lidah manusia memiliki dengan juga papila. yang papila parit dikenal Papila dapat foliata. Jumlahnya circumvallata, serangkaian gundukan melingkar sekitarnya. sebagai empat lidah ujung ditandai Mereka vallate jenis

circumvallata adalah salah satu dari papilla ditemukan di lidah. Pada bagaian sisi terdapat lidah dan papila sisi. Sedangkan papila filiform terletak di berkisar 3-13 papila di setiap lidah dengan jumlah taste buds 252 di setiap papila sehingga total 2200 taste buds yang terdapat di papila circumvalata pada setiap lidah. Dalam jumlah besar taste buds ini terletak mengelilingi papila circumvalata yang membentuk

Gambar 1. Papilla lidah

garis seperti huruf V ke arah posterior lidah (Jacob, 2009). dari Papila Ebner, circumvallata atau kelenjar biasanya gustatory.

Seperti pangkal

yang lidah

bisa

dilihat

Gambar 1, papilla yang terletak pada adalah papilla

berhubungan dengan kelenjar Von

%! !

Dinamakan seperti penemunya, Anton Gilbert Victor von Ebner dan Ritter von Rosenstein, kelenjar ini dapat ditemukan di sekitar papila. Kelenjar von Ebner berfungsi untuk mengeluarkan enzim pencernaan yang disebut enzim lingual lipase. Ketika dilepaskan, lingual lipase memasuki parit dari papila circumvallata dan membersihkan mereka untuk menginduksi respon rangsangan lebih cepat. Enzim kelenjar Von Ebner yang juga berperan dalam hidrolisis, atau dekomposisi dengan air, trigliserida menjadi monogliserida dan asam lemak bebas. Reseptor T2R dipercaya melekat secara genetik dan berperan bagi terjadinya rasa pahit. Pada manusia, reseptor T2R terdapat pada taste bud yang terletak di papilla circumvallata dan papilla foliata. Selain itu, terdapat Gprotein dan enzim efektor-bernama Gustducin (Margolskee, 2002) Mekanisme transmisi rasa dari masuknya makanan hingga persepsi ke otak sebenarnya merupakan suatu hal yang kompleks. Ujung saraf pengecap berada di taste buds pada seluruh permukaan lidah. Dengan demikian

zat-zat kimia yang terlarut dalam saliva akan mengadakan kontak dan merangsang ujung-ujung serabut saraf pengecap kemudian timbul impuls yang akan menjalar ke nervus facial (VII) dan nervus glossopharyngeal (IX). Impuls dari daerah lain selain lidah berjalan melalui nervus vagus (X). Impuls di ketiga saraf tersebut menyatu di medula oblongata untuk masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon berjalan membawa sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan disalurkan ke daerah insula. Impuls diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di postcentral gyrus kemudian dihantar ke thalamus dan sebagai hasilnya kita dapat mengecap makanan yang masuk ke dalam mulut kita (Khurana, 2007). Tiap rasa utama tersebut tidak mutlak sebagai proses spesifik, artinya rasa oleh masing-masing ion atau molekul zat tersebut dapat bereaksi pada saat yang berlainan dengan setiap epitel neuron ujung serabut syaraf pengecapan. Jadi setiap taste buds dapat bereaksi untuk semua rasa walau dengan intensitas berbeda (Guyton, 2009)

&! !

Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD) GERD adalah gejala kronis atau kerusakan mukosa yang diproduksi oleh refluks abnormal dari isi lambung menuju esofagus. Pasien yang telah di endoskopi dan terdapat kerusakan mukosa esofagus dikatakan memiliki GERD (Schmitz & Martin, 2008).
Gambar 3. LES yang terbuka (A.D.A.M Inc, 2013)

Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3, kondisi abnormal pada GERD dapat disebabkan oleh tidak optimalnya mekanisme 1. satu atau lebih dari protektif fungsi berikut (relaksasi LES)

(Mutaqqin & Sari, 2011):


Gambar 2. Letak Esofagus (A.D.A.M Inc, 2013)

Gangguan (penurunan

sementara LES) atau mekanikal tekanan adanya 2. maupun menyebabkan adanya GERD. Komponen makanan (misal: kafein, alkohol), obat-obatan (seperti kalsium, beta), (seperti penghambat nitrat, atau salura penghambat dapat

GERD gastric,

muncul baik

akibat

terkompromisasi penghalang esofagosementara permanen. Pasien dengan tanda-tanda umum dari GERD banyak mengalami kerusakan penghalang dari lambung ke esofagus, yang disebut dengan Lower Esophagus Spinchter (LES) (Schmitz & Martin, 2008). '! !

hormon-hormon

progesteron)

menurunkan tekanan LES.

3.

Kegemukan merupakan faktor penting adanya peningkatan abdomen. yang mengontribusi yang intra GERD tekanan

Pencegahan terhadap munculnya GERD dapat dilakukan melalui 3 hal, yaitu melalui modifikasi gaya hidup, terapi medis, dan terapi bedah. diet Menurut membantu cairan Menghindari kandungan beberapa penelitian,

berhubungan dengan adanya

dapat dijadikan salah satu cara untuk mengontrol ke yang makanan lemak kembalinya esofagus. dengan tinggi, usia, namun lambung

4.

Walaupun GERD dapat terjadi pada semua peningkatan prevalensi GERD seiring dengan meningkatnya usia.

terutama oleh tempat makan siap saji, menjadi salah satu cara diet yang otot yang duduk antara paling ampuh. Makanan mengandung lemak yang tinggal lama di dalam perut dapat menyebabkan perut lebih banyak mensekresi cairan asam. Selain itu, Penderita GERD dilarang makan terlalu banyak. Makan terlalu banyak tidak dapat hanya menimbulkan cairan itu, mengakibatkan muntah asam yang dengan lambung GERD kembalinya cairan asam, tapi juga mekanismenya kembalinya Selain sama

LES sebagai

adalah

penghalang

kerongkongan dan lambung. Ketika terjadi proses menelan makanan, LES terbuka akan agar makanan mencapai dan lambung. Setelah itu berlalu, otot LES berkontraksi kembali menutup. Saat otot LES menjadi lemah atau longgar, kontraksi tidak dapat dilakukan dengan benar. Akibatnya, asam yang terdapat dalam perut menemukan cara untuk bergerak ke atas ke dalam pipa makanan, atau yang dikenal dengan esofagus. Kembalinya asam ke daerah esofagus inilah yang disebut Reflux dengan Gastro-Esophageal (GERD) Disease

(Schmitz & Martin, 2008). penderita dianjurkan untuk makan beberapa kali dalam sehari daripada 3 porsi besar makan per hari. Dianjurkan untuk menghindari menyebabkan makanan perut yang menghasilkan

(wisegeek.com).

(! !

asam dalam jumlah besar, seperti alkohol, lemak, kue, permen, saus tomat, makanan yang mengandung kafein, dan buah-buahan asam. Lebih baik mengonsumsi karbohidrat kompleks seperti roti, nasi merah, dan pasta daripada makanan manis. Selain memberi karbohidrat vitamin dan mineral, dapat kompleks

Yang ketiga adalah terapi dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk memulihkan solusi penghalang Hal ini mekanik adalah gastroesophageal untuk memberikan kuratif. laparoskopi, prosedur bedah minimal invasif yang melibatkan rekonstruksi dari hiatus diafragmatik dan penguatan LES oleh fundoplication. Pola penyembuhan seperti ini cocok untuk pasien muda yang telah terdiagnosa dengan GERD, mempunyai respon yang baik untuk PPI tapi ragu tentang mengambil pengobatan jangka panjang dan pasien dan dengan regurgitasi paru nokturnal komplikasi

mengontrol kembalinya cairan asam lambung. Tidak lepas dari semua kontrol makanan, olahraga yang ringan namun rutin juga membantu mengontrol berat badan. Bersepeda, jalan cepat, dan latihan yoga dapat jika berat badan terkontrol maka resiko adanya penyakit GERD dapat di minimalkan (Mader, 2008). Lalu ada terapi medis. Tujuannya adalah untuk mengurangi sekresi asam lambung untuk meminimalkan cedera mukosa pada esofagus. Oleh karena itu, terapi penekanan asam mukosa sejajar adalah GERDdan gejala. dengan pengobatan menyembuhkan membantu Tingkat succcess andalan menghilangkan

(Schmitz & Martin, 2008). KERANGKA KONSEP Adanya penderitanya penyakit GERD pada adanya menyebabkan

aliran retrogard dan tidak adekuatnya relaksasi LES. Hal ini akan membuat tekanan abdomen meningkat, sehingga LES tetap terbuka dan cairan di lambung Kembalinya kembali cairan ke esofagus. akan esofagus

tingkat penekanan asam (Schmitz & Martin, 2008).

membawa bahan kimia yang nantinya menstimulus pelepasan gustducin oleh Gprotein. Lalu akan ada aktivasi enzim,

)! !

Gambar 4. Kerangka Konsep

tertutupnya saluran K+, dan akan ada pembentukan dan pada otak. PEMBAHASAN Seperti yang telah diketahui, mekanisme adanya rasa, khususnya rasa pahit merupakan suatu hal yang kompleks. Secara umum, mekanisme IP3. Lalu akan berhubungan dengan konsentrasi Ca2+

timbulnya deskripsi rasa pada manusia adalah karena adanya bahan kimia yang menempel pada ujung saraf pengecap, yang berada pada taste buds yang terletak di seluruh permukaan lidah. Bahan kimia yang menempel pada ujung saraf pengecap ini diawali dengan larutnya bahan kimia terkait pada saliva.

*! !

Adanya rangsangan pada ujung serabut saraf di lidah akan menimbulkan impuls yang selanjutnya menjalar ke 2nd messenger masingmasing rasa, ditangkap oleh reseptor, hingga pada timbulnya depolarisasi. Adanya facial depolarisasi (VII) dan ini akan nervus membawa impuls tersebut ke nervus glossopharyngeal (IX). Impuls dari daerah lain selain lidah akan berjalan melalui nervus vagus (X). Impuls di ketiga saraf tersebut menyatu di medula oblongata untuk masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon berjalan membawa sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan disalurkan ke daerah insula. Impuls akan diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di postcentral gyrus, lalu kemudian akan diteruskan ke thalamus dan sebagai hasilnya kita dapat mengecap makanan yang masuk ke dalam mulut kita. Penderita dengan GERD mengalami aliran retrogard dalam lambung dan relaksasi LES yang tidak adekuat, sehingga LES tetap terbuka. Terbukanya LES ini akan menyebabkan cairan yang ada didalam

lambung akan kembali ke esofagus. Cairan lambung, yang bersifat asam karena berbagai melewati membawa telah bercampur enzim, bahan dengan kembali dan kimia. macam mukosa beberapa

esofagus

Bahan kimia yang kembali ke esofagus dan lidah otomatis akan terlarut dalam saliva, dan akan mengadakan kontak dan merangsang ujung-ujung serabut saraf pengecap. Kontak dengan serabut saraf ini akan mengakibatkan Gprotein, sebagai 2nd messenger rasa pahit akan melepaskan unit !. Unit ! yang pada reseptor indera rasa pengecap pahit dikenal dengan nama gustducin, akan mengaktifasi enzim yang selanjutnya menyebabkan tertutupnya saluran K+ dan akan merangsang PLC untuk mengaktifasi Terbentuknya PIP IP3 menjadi ini IP3. akan

menyebabkan Ca2+ dikeluarkan dari retikulum endoplasma dan mitokondria sehingga menimbulkan depolarisasi. Adanya depolarisasi ini akan menyebabkan adanya impuls yang akan menjalar ke nervus facial (VII) dan nervus glossopharyngeal (IX). Lalu impuls akan menyatu pada

"+! !

medula oblongata untuk masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon berjalan membawa sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan disalurkan ke daerah insula. Impuls diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di postcentral gyrus kemudian dihantar ke thalamus. Selain itu, struktur papilla circumvallata yang berbentuk seperti parit memungkinkan ion masuk ke dalamnya dan sensasi rasa pahit akan cepat terasa dan lama tinggal pada lidah. Sebagai hasilnya, manusia penderita GERD dapat merasakan rasa pahit akibat adanya cairan lambung yang kembali ke esofagus. REFERENSI
Anonymous. A.D.AM. Inc, 2013. Diakses dari adameducation.com pada 17 April 2013 pukul 20.52 Guyton A C. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. pp. 841-846. Guyton AC, Hall JE. 2009. Text book of medical physiology. 11th ed. Mississippi: Elsevier Book Aid International. pp. 663667 Jacewicz M. 2008. Smell and Taste disorders (Merck Manual Hand Books) diakses dari http://www.merckmanuals.com/home/print

/ear_nose_and_throatdisorders/ nose_sinus_and_taste_disorders/ smell_and_taste_disorders.html#index pada 12 April 2013 Jacob T. A tutorial on the Sense of Taste. General Lecture at November 10th 2009. Cardiff 2013 Khurana Indu. 2007. Textbook of human physiology for dental students (Sense of taste). New Delhi: Reed Elsevier India Pvt. Ltd., pp. 767-70 Leopold D. Disorders of Taste and Smell. Medscape Refference, article overview, 2012 Margolskee, Robert F. 2002. Molecular Mechanisms of Bitter and Sweet Taste Transduction. The Journal of Molecular Biochemistry. vol. 277, No. 1. USA Marya R K. 2002. A Text Book of Phisiology for Dental Students (Taste and Smell). New Delhi: CBS Publishers & Distributors. pp. 256-259 Mutaqqin, Arif & Sari, Kumala. 2011. Gangguan Asuhan 285-293 Pearce E. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. pp.310-313 Schmitz, PG & Martin, KJ. 2008. Internal Medicine : Just the Facts. New York : McGraw Hill Medical. pp. 306-308 Gastrointestinal : Aplikasi Bedah. Keperawatan Medikal University, UK). From http://www.cf.ac.uk/, accessed April 27th

Jakarta: Penerbit Salemba Medika. pp.

""! !

Sunariani, Jenny. 2013. Taste. General Lecture at April 9th 2013. Sylvia, S. 2008. Human Biology. 10th ed. New York: McGraw Hill Higher Ed. p. 148 Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. 10th ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. p. 318 diakses dari books.google.co.id pada 27 April 2013

"#! !

Você também pode gostar