Você está na página 1de 43

Askep ARTRITIS REUMATOID A.

Defenisi Arthritis rheumatoid adalah suatu penyakit inflamasi progresif, sistemik dan kronis (Pusdinakes, 1995) synovial.. Arthritis rheumatoid merupakan peradangan yang kronis dan sistemik pada sendi B. Etiologi Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti, namun factor predisposisinya adalah: mekanisme imunitas (antigen-antibodi) factor metabolic infeksi virus

C. Patofisiologi Inflamasi awal mengenai sendi-sendi synovial disertai edema, kongestif vascular, eksudat fibrin, dan infiltrasi selular. Peradanagn kronis synovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian terjadi granulasi membentuk panus. Jaringan granulasi menguat karena radang

menimbulkan gangguan nutrisi kartilago artikular, sehingga terjadi nekrotik. Jika kerusakan kartilago sangat luas, akan terjadi ankilosis. Kerusakan kartilago dan tulang menimbulkan dislokasi. Invasi tulang subkondria menimbulkan osteoporosis setempat

Penyimpangan KDM

Mekanisme imunitas Factor metabolik Invasi virus

Pada sendi synovial

Penyebaran yg hematogen

Reaksi antigen-antibodi

Pengaktifan mediator kimiawi

Inflamasi/arthritis reumatoid

Transduksi

peningkatan vaskularisasi

Transmisi

edema

Modulasi sendi synovial mjd tebal

Nyeri dipersepsikan

terjdi granulasi

Nyeri membentuk panus G3 nutrisi pada sendi

nekrotik

kelelahan osteoporosis local

pembatasan aktivitas klemahan fisik Perubahan status kesehatan

intoleransi aktivitas

Imobilitas fisik

Informasi kurang terpajang

Kurang pengetahuan perubahan penampilan

G3 citra tubuh

Potensial cedera

g3 konsep diri

D. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis arthritis rheumatoid: 1. Setempat: a. Sakit pada persendian disertai kaku dan gerakan terbatas. b. Lambat laun membengkak, panas, merah, dan lemah. c. Perubahan bentuk tangan, jari tangan seperti leher angsa, deviasi ulna. d. Semua sendi dapat terserang (panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, bahu, rahang). 2. Sistemik: a. Mudah capek, lemah, dan lesu b. Demam c. Takikardia d. Berat badan turun

e. Anemia E. Pemeriksaan diagnostic Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan meliputi: 1. Tes serologi 2. Pemeriksaan radiologi 3. Aspirasi sendi F. Penatalaksanaan Penatalaksanaan arthritis rheumatoid: 1. Istirahat mutlak pada tingkat akut atau memakai bidai sendi. 2. Terapi fisik, bantu latihan ROM, dan kompres 3. Pembedahan rekonstruksi jika perlu atau sesuai program 4. Pengobatan dengan obat-obat antiinflamasi nonsteroid dan kortikosteroid. G. Pengkajian 1. Riwayat kesehatan 2. Pemeriksaan fisik: a. Inspeksi dan palpasi untuk masing-masing sendi, amati warna kulit, ukuran, dan pembengkakan. b. Lakukan pengukuran ROM pada sendi-sendi synovial: Catat jika ada deviasi Catat jika ada krepitus Catat jika terjadi nyeri saat sendi digerakkan

c. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot: Catat jika ada atrofi Catat jika ada tonus yang berkurang Ukur kekuatan otot

3. Kaji tingkat nyeri, derajat, dan mulainya. 4. Kaji aktivitas sehari-hari 5. Kaji riwayat psikososial. 6. Kaji konsep citra tubuh dan harga diri H. Diagnosis Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada kasus ini : 1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses inflamasi 2. Potensial cedera berhubungan dengan keterbatasan fisik 3. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan penampilan 4. Kurang pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan 5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan fungsi sendi 6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kondisi & penanganannya I. Intervensi & Implementasi Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses inflamasi. 1) Kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10),untuk memudahkan intervensi selanjutnya 2) Hindari gerakan yang cepat dan tiba-tiba, untuk mengurangi pembengkakan dan nyeri yang terjadi 3) Ajarkan tehnik relaksasi, sehingga mengurangi persepsi nyeri 4) Kolaborasi dalam pemberian analgesic sesuai program terapi,untuk membantu dalam menurunkan rasa nyeri Potensial cedera berhubungan dengan keterbatasan fisik 1) Gunakan sepatu yang menyokong,untuk membantu dalam melakukan aktivitas 2) Hindarkan lantai yang licin,agar mengurangi resiko cedera yang mungkin terjadi karena terpeleset

3) Ajarkan aktivitas secara bertahap sesuai kemempuan klien,agar resiko cedera dapat di hindari 4) Kurangi aktivitas yang berlebihan, karena dapat menyebabkan kelelahan 5) Libatkan keluarga dalam proses perawatan, untuk membantu aktivitas klien Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan penampilan 1) Kaji penyebab gangguan citra tubuh karena dapat membantu dalam evaluasi kebutuhan dan keefektifan intervensi. 2) Identifikasi orang terdekat dari siapa pasien memperoleh kenyamanan agar dapat memungkinkan privasi untuk hubungan personal khusus dan menyediakan kebutuhan dan dukungan bagi pasien. 3) Dorong pengunkapan perasaan, menerima apa yang dikatakannya yang dapat membantu pasien/orang terdekat untuk memulai menerima perubahan dan mengurangi ansietas mengenai perubahan fungsi atau gaya hidup. 4) Dengarkan dengan aktif masalah dan ketakutan pasien karena menyampaikan perhatian dan dapat denga lebih efektif mengidentifikasi kebutuhan dan masalah dan juga strategi koping pasien. 5) Dorong diskusi akan kebutuhan fisik dalam cara yang sederhana, langsung,dan factual. Berikan umpan balik yang realistis. Menyediakan kesempatan untuk memulai penggaabunagn perubahan aktubunagn perubahan actual dalam suasana yang saling menerima dan penuh harapan Kurang pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan 1) Bantu melakukan mobilisasi dengan menggunakan bidai karena sendi akan lemah akibat proses infeksi 2) Jelaskan penggunaan alat bantu jika akan melakukan aktivitas, untuk menghindari stress pada tulang akibat tumpuan beban berat badan

3) Jelaskan pada pasien pentingnya pembatasan aktivitas untuk mengurangi rasa nyeri saat berakitivitas 4) Anjurkan partisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari sesuai kemampuan agar dapat mempertahankan rasa sehat secara umum Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan fungsi sendi 1) Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi. Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik actual, memerlukan informasi/intervensi untuk

meningkatkan kemajuan kesehatan 2) Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik.pertahankan rangsang

lingkungan,contoh radio,TV,Koran dll. Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energy, memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa control diri dan menurunkan isolasi social. 3) Instruksi pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasien/aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit. Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi , mencegah kontraktur. 4) Berikan/bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat, sesegera mungkin. Instruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas. Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring dan meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi organ. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kondisi & penanganannya 1) Kaji tingkat pemahaman pasien dan keluarga akan penyakit dan perawatannya 2) Beri penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit dan perawatannya 3) Jelaskan program pengobatan yang akan dilakukan dan efek samping obat yang mungkin timbul

4) Jelaskan perlunya latihan gerak sendi (ROM) J. Evaluasi Setelah dilakukan intervensi keperawatn di harapkan: 1. Nyeri berkurang atau hilang 2. Tidak terjadi cedera 3. Mobilitas meningkat 4. Mampu melakukan kebutuhan sehari-hari 5. Menunjukkan perilaku yang adaptif 6. Memahami cara perawatan di rumah

ARTHRITIS GOUT/PIRAI
A. Defenisi Artritis pirai adalah arthritis akut dan atau kronis pada sendi yang disebabkan oleh gangguan pembentukan asam urat (Tucker et al, 1998). Gout adalah peradangan akibat adanya endapan Kristal asam urat pada sendi (Pusdiknakes, 1993). B. Etiologi

Etiologi dari arthritis Gout meliputi: 1. Kelainan metabolic dalam pembentukan purin 2. Ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal C. Patofisiologi Patofisiologi terjadinya arthritis Gout adalah dimana adanya gangguan metabolisme purin yang menyebabkan terjadinya akumulasi asam urat yang berlebihan dalam darah sehinggan asam urat menumpuk dalam tubuh yang kemudian menimbulkan iritasi local pada sendi sehingga proses inilah yang menimbulkan respon inflamasi

Adanya g3 metabolisme purin Eskresi asam urat yg kurang dari ginjal

Akumulasi asam urat yang berlebiahan dlm darah

krisatal asam urat menumpuk dlm tubuh

menimbulkan iritasi lokal pada sendi

menimbulkan respon Inflamasi arthritis Gout

Transduksi

peningkatan vaskularisasi

Transmisi

edema

Modulasi

Nyeri dipersepsikan

Nyeri

kelelahan pembatasan aktivitas Perubahan status kesehatan Sakit

hambatan mobilitas fisik

Informasi kurang terpajang Mis interpretasi

Kurang pengetahuan
. D. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis dari artritis Gout adalah: 1. Akut : Nyeri hebat Bengkak Berlangsung cepat pada sendi yang terserang Sakit kepala Demam Gejala ini berkurang 10-14 hari

2. Kronis: Riwayat serangan akut Hiperurisemia yang tidak diobati Terdapat nyeri Kaku Pegal Serta pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi (penumpukan monosodiuurat dalam jaringan). E. Pemeriksaan Diagnostic Pemeriksaan diagnostic meliputi:

1. Pemeriksaan darah (asam urat meningkat, sel darah putih meningkat selama fase akut). 2. Pada aspirasi sendi ditemukan asam urat. 3. Pemeriksaan urine ditemukan adanya Kristal asam urat. 4. Pemeriksaan rontgen pada daerah yang terkena pirai. F. Penatalaksanaan Penatalaksanaan dari arthritis Gout adalah: 1. Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian oral), Colchine 1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena), Phenilbutazone (Butazolidin), Indomethacin (Indocin). 2. Sendi diistirahatkan 3. Kompres dingin 4. Diet rendah purin 5. Analgesic dan Antipiretik 6. Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat menggunakan Probenecid (Benemid) 0,5 g/hari atau Sulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak tahan terhadap Benemid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan Allopurinol (Zyloprim) 100 mg 2 kali/ hari. G. Pengkajian 1. Data subjektif: a. Tanyakan keluhan nyeri, lokasi dan derajatnya b. Bagaimana gejala awalnya dan cara penanggulangannya c. Adakah riwayat Gout di keluarga d. Obat-obatan yang diperoleh e. Anoreksia

f. Sakit kepala 2. Data objektif: palpasi apakah ada nyeri tekan atau nyeri saat digerakkan, pembengkakan/nodul dan kemerahan pada sendi. Periksa adanya demam. 3. Riwayat psikososial. Adanya nyeri pada persendian, pasien merasa cemas dan takut untuk melakukan aktivitas seperti sebelum sakit. H. Diagnosis Diagnosis keperawatan yang berlaku untuk gangguan ini adalah: 1. Gangguan rasa nyaman atau nyeri yang berhubungan dengan infeksi sendi 2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri persendian dan imobilitas 3. Kuranng pengetahuan berhubungan dengan tentang penyakit dan penanganannya I. Intervensi dan Implementasi Gangguan rasa nyaman atau nyeri yang berhubungan dengan infeksi sendi 1) Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien 2) Jelaskan penyebab nyeri. Dengan demikian, pasien dapat mengontrol nyeri 3) Ajurkan latihan relaksasi dengan menghirup udara dari hidung, tahan beberapa detik dan hembuskan dari mulut dengan bibir terkatup 4) Alihkan perhatian pasien denagn member bahan bacaan, menonton TV, mendengarkan radio dll 5) Pasang bidai pada sendi yang inflamasi. Ini bertujuan menyokong atatu mengimobilisasi sendi, sehingga dapat mengurangi nyeri. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri persendian dan imobilitas 1) Kaji tingkat mobilitas fisik, apakah sebagian atau total 2) Anjurkan latihan ROM secara teratur jika infeksi telah hilang atau nyeri hilang

3) Ajarkan pasien untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara bertahap. Hal ini dimaksudkan untuk memandirikan pasien dan meningkatkan kepercayaan diri 4) Dekatkan alat-alat yang diperlukan, sehingga mudah dijangkau oleh pasien. 5) Anjurkan kepada pasien untuk menggunakan alat bantu berjalan jika akan

melakukan aktivitas di luar tempat tidur Kurang pengetahuan berhubungan dengan tentang penyakit dan penanganannya 1) Kaji tingkat pemahaman pasien dan keluarga akan penyakit dan perawatannya 2) Beri penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit dan perawatannya 3) Jelaskan program pengobatan yang akan dilakukan dan efek samping obat yang mungkin timbul 4) Jelaskan perlunya latihan gerak sendi (ROM)

J. Evaluasi Setelah dilakukan intervensi keperawatan, di harapkan: 1. Nyeri berkurang atau hilang a. Mengatakan nyeri berkurang b. Nampak rileks dan tenang c. Menunjukkan edema berkurang 2. Mobilitas fisik normal a. Melakukan latihan rentang gerak sendi (ROM) secara adekuat pada sendi yang sakit b. Melakukan ambulasi dengan walker atau tongkat tanpa rasa nyeri 3. Memahami program pengobatan dan perawatan penyakitnya a. Mengekspresikan kesadaran dan pengetahuan tentang jadwal pengobatan dan efek samping b. Mengungkapkan pentingnya diet, aktivitas, dan program latihan

c. Menepati jadwal control ulang ke dokter.

I.

TUMOR TULANG BENIGNA,terdiri dari: Osteoma (ivory exostosis) Osteoma Osteblastoma jinak (osteoma osteoid raksasa) Osteokondroma Kondroblastoma Fibroma kondromisoid Kondroma

1. OSTEOMA (ivory exostosis) Osteoma tumor jinak paling sering ditemukan 93,3 % dari seluruh tumor jinak tulang. Terjadi pada usia 20-40 tahun. Bentuk kecil tetapi dapat menjadi besar paling banyang di tempurung kepala, maksila, mandibula, paltum kadang pada tulang panjang. 2. OSTEOMA Osteoma berasal dari jaringan tulang sejati yang relative jarang terjadi, biasanya timbul pada tulang membranosa tengkorak. 3. KONDROMA Kondroma sering terjadi pada tulang panjang, misalnya pada lengan, kadangkadang terdapat pada tulang datar seperti tulang ilium. Kondroma Jinak biasanya

terjadi

pada

usia

10-30

tahun,

timbul

di

bagian

tengah

tulang.

Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri. Jika tidak menimbulkan nyeri, tidak perlu diangkat atau diobati. Untuk memantau perkembangannya, dilakukan foto rontgen. Jika tumor tidak dapat didiagnosis melalui foto rontgen atau jika menyebabkan nyeri, mungkin perlu dilakukan biopsi untuk menentukan apakah tumor tersebut bisa berkembang menjadi kanker atau tidak 4. OSTEOKONDROMA Osteokondroma bukan neoplasma sejati dan berasal dari sel-sel yang tetinggal pada permukaan tulang. Osteokondroma (Eksostosis Osteokartilaginous) merupakan tumor tulang jinak yang paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10-20 tahun. Tumor ini tumbuh pada permukaan tulang sebagai benjolan yang keras. Penderita dapat memiliki satu atau beberapa benjolan. 10% dari penderita yang memiliki beberapa osteokondroma, akan mengalami kelaganasan tulang yang disebut kondrosarkoma, tetapi penderita yang hanya memiliki satu osterokondroma, tidak akan menderita kondrosarkoma.

4.

KONDROBLASTOMA

Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang tumbuh pada ujung tulang. Biasanya timbul pada usia 10-20 tahun. Tumor ini dapat menimbulkan nyeri, yang merupakan petunjuk adanya penyakit ini. Pengobatan terdiri dari pengangkatan melalui pembedahan; kadang setelah dilakukan pembedahan, tumor bisa tumbuh kembali.

5.

FIBROMA KONDROMIKSOID

Fibroma Kondromiksoid merupakan tumor yang sangat jarang, yang terjadi pada usia kurang dari 30 tahun. Nyeri merupakan gejala yang biasa dikeluhkan. Tumor ini akan memberikan gambaran yang khas pada foto rontgen. Pengobatannya adalah pengangkatan melalui pembedahan.

6.

OSTEOID OSTEOMA

Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya tumbuh di lengan atau tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang. Biasanya akan menimbulkan nyeri yang memburuk pada malam hari dan berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah. Kadang otot di sekitar tumor akan mengecil (atrofi) dan keadaan ini akan membaik setelah tumor diangkat. Skening tulang menggunakan pelacak radioaktif bisa membantu menentukan lokasi yang tepat dari tumor tersebut. Kadang-kadang tumor sulit ditentukan lokasinya dan perlu dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT scan dan foto rontgen dengan teknik yang khusus. Pengangkatan tumor melalui pembedahan merupakan satu-satunya cara untuk mengurangi nyeri secara permanen. Bila penderita enggan menjalani pembedahan, untuk mengurangi nyeri bisa diberikan aspirin.

TUMOR SEL RAKSASA

Tumor Sel Raksasa biasanya terjadi pada usia 20 tahun dan 30 tahun. Tumor ini umumnya tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke jaringan di sekitarnya. Biasanya menimbulkan nyeri. Pengobatan tergantung dari ukuran tumor. Tumor dapat diangkat melalui pembedahan dan lubang yang terbentuk bisa diisi dengan cangkokan tulang atau semen tulang buatan agar struktur tulang tetap terjaga. Pada tumor yang sangat luas kadang perlu dilakukan pengangkatan satu segmen tulang yang terkena. Sekitar 10 % tumor akan muncul kembali setelah pembedahan. Walaupun jarang, tumor ini bisa tumbuh menjadi kanker.

II.

TUMOR TULANG MALIGNA, terdiri dari: Mioloma multiple Osteo sarcoma Fibro sarcoma dan histiositoma fibrosa maligna Tumor wing Kondro sarkoma

Limfoma tulang maligna

1. MIOLOMA MULTIPLE Merupakan kanker tulang yg pling sering di temukan, yg berasal dari sum-sum tulang yg menghasilkan sel-sel darah. Umumnya terjadi pd orang dewasa.tumor ini dapat mengenai satu atau lebih tulang sehingga nyeri dapat muncul pada satu tempat atau lebih. pengobatannya rumit, yaitu meliputi kemoterapi,terapi penyinaran dan terapi pembedahan 2. OSTEO SARKOMA Adalah merupakan tumor tulang ganas yg biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada remaja. Di temukan p[ada anak-anak atau rata-rata terdiagnosis pada umur 15 thn. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama tetapi pd akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak-anak laki-laki.penyebab yg pasti tidak diketahui. Bukti-bukti yg mendukung bahwa osteo sarcoma merupakan penyakit yang di turunkan. Ostoe sarcoma cenderung tumbuh di tulang paha(ujung bawah), tulang lengan atas(ujung atas), dan tulang kering(ujung atas). Ujung- ujung tulang terseburt merupakan daerah dmn terjadi perubahan dan kecep[atan pertumbuhan yg terbesar. Meskip[un demikian, osteo sarcoma bias tumbuh di tulaang lainnya. Gejala yg pling sering ditemukan adalah nyeri, udem, dan pergerakan yang tebatas. Tumor di tungkai menyebabkan penderita berjalkan timpang.sedangkan tumor di lengan menimbulkan nyeri ktk lengan dipake untuk mengangkat sesuatu benda.pembengkakan tumor mgk teraba hangat dan agak memerah. Tanda awal dari penyakit ini bisa merupakan patah tulang karena tumor biasa menyebabkan tulang menjadi lemah yg disebut fraktur patologis. Pemeriksaan yg biasa dilakukan roentgen tulang yg terkena, CT

scan tulang, pemeriksaan darah(kimia serum), CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru, biopsy terbuka, scanning tulang untuk melihat penyebaran tumor. Sebelum dilakukan pembedahan, di berikan kemoterapi yg biasanya akan menyebabkan tumor mengecil, kemoterapi juga penting karena akan membunuh sel tumor yang sudah mulai menyebar. Kemoterapi yg sering dipakai: metotreksat dosis tinggi dgn leukoforin, doxorubicin, ciplatin,

cyclophosphamide,bleomycin. Jika blm terjadi penyebaran ke paru-paru maka angka harapan hidup mencapai 60%, sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 thn setelah penyakitnya terdiagnosis.

3. FIBROSA SARCOMA Berasal dari kjaringan lunak(jaringan ikat selai tulang, yaitu ligament, tendon, lemak dan otot dan jarang berawal dari tulang).kanker ini biasanya di temukan pada usia lanjut dan pertengahan. Tulang yg paling sering terkena adalah tulang pada tungkai, lengan dan rahang. Fibrosa sarcoma mirip dgn osteo sarcoma dlm bentuk, lokasi,dan gejala-gejalanyaserta pengobatannyapun juga sama. 4. KONDRO SARKOMA Merupakan tumor yg terdiri dari sel-sel kartilago(tulang rawan ) yg ganas. Kebanyakan tumbuh lambat atau merupakan tumor derajat rendah yg sering dapat di sembuhkan dengan pembedahan. Tetapi beberapa di antaranya adalah tumor derajat tinggi yang cenderung untuk menyebar. Untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsy. Kondro sarcoma harus di angkat seluruhnya melalui pembedahan karena tdk bereaksi terhadap kemoterapi atau penyinaran. Amputasi tungkai dan

lengan jarang di lakukan. Jika tumor di angkat seluruhnya lebih dari 75% penderita bertahan hidup. 5. TUMOR EWING Tumot ewing(sarko0ma ewing) muncul pada masa pubertas dimanaang tumbuh secara sangat cepat. Jarang di temukan pada anak-anak dibawah umur 10

thn,tumor biasa tumbuh di tubuh bagian manapun, paling sering di tulang panjang anggota gerak, panggul, dada. Biasa juga di tulang tengkorak atau tulang pipih lainnya. Gejala nyeri dan kadang bengkak pada bagian yg terkena penderita mungkin juga mengalami demam. Tumor mudah mengalami penyebaran, sering kali menyebatr ke paru-paru dan tulang lainnya. Pada saat terdiagnosis , penyebaran telah terjdi pada 30% penderita. Jika di duga suatu tumor maka dilakukan rontgen tulang, roentgen dada, CT scan dada, scanning tulang, biposi tumor. Pengobatan kombinasi dari: kempoterapi(siklofosfmide, penyinaran vinkristin, tumor, terapi

daktinomicin,doksorubicin,ifosfamid,etoposit).terapi

pemebedahan untuk mengangkat tumor. Prognosis tergantung pada penyebaran tumor.

lokasi dan

6. LIMFOMA MALIGNA Limfoma tulang maligna (sarcoma sel reticulum)biasanya timbul pd usia 40 sampai 50thn. Biasa berasal dari tulang manapun atau berasal dari tempat lain di tubuh menyebar ke tulang. Biasanya tumor ini menimbulkan nyeri, pembengkakan, dan tulang yg rusak lebih mudah patah. Pengobatan terdiri dari kemoterapi dan penyinaran yg sama efektifnya dgn pengangkatan tumor.amputasi jarang dilakukan.

ASKEP Artritis Reumatoid

A. Definisi Reumatoid 1248).

arthritis

adalah

gangguan

autoimun

kronik

yang

menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006). Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.( Susan Martin Tucker.1998 ) Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan.( Diane C. Baughman. 2000 ) Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. ( Arif Mansjour. 2001 ). Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999). Jadi Artritis Reumatoid merupakan penyakit autoimun yang dapat menyebabkan inflamasi pada sendi sehingga menyebabkan nyeri terutama mengenai membrane kaku sendi, penurunan synovial pada sendi dan mengarah pada destruksi kartilago sendi persendian, mobilitas dan keletihan. Dapat terjadi pada semua jenjang umur. Klasifikasi Artritis Rematoid ( RA ) RA Tangan Gejala awal yang khas dan RA pada tangan ialah pembengkakan sendi PIP yang membentuk gambaran fusiform atau spindle-shape. Keadaan ini kemudian diikuti dengan pembengkakan sendi

metakarpofalangeal (MCP) yang simetrik. Proses peradangan yang lama akan menyebabkan kelemahan dari jaringan lunak disertai pula dengan subluksasi falang proksimal sehingga menyebabkan deviasi jari-jari tangan kearah ulnar (ulnar aeviation). Deviasi ulnar ini selalu disertai dengan deviasi radial dan sendi radiocarpalis, sehingga akan memberikan gambaran deformitas zig-zag . Pada kasus lanjut dapat terjadi deformitas leher angsa (swan-neck) , sebagai akibat kombinasi dan hiper ekstensi sendi PIP dan fleksi sendi DIP. Kombinasi dari fleksi sendi PIP dan ekstensi sendi DIP akan menyebabkan deformitas boutonniere. Akibat dan semua ini akan mengakibatkan tangan tidak dapat berfungsi dengan sempurna. RA Pergelangan tangan RA hampir selalu menyerang pengelangan tangan, pada awalnya berupa sinovitis yang dapat diraba, dan pada keadaan lanjut terjadi deformitas sehingga gerakan dorsofleksi pergelangan tangan terbatas (kurang dan 180o). Proliferasi sinovia kearah palmar akan menyebabkan penekanan pada nervus medianus sehingga mengakibatkan terjadinya sindrom carpal-tunnel, berupa parestesi pada aspek palmar ibujari, jari kedua dan ketiga dan aspek radial jari keempat. RA Siku RA siku menyebabkan pembengkakan dan kontraktur fleksi. Keadaan ini sering dijumpai dan menyebabkan kerusanan melakukan aktivitas sehari-hari. RA Bahu RA bahu biasanya terjadi pada tahap lanjut penyakit ini, akibatnya terjadi keterbatasan gerak dan rasa nyeri pada prosesus coracoid bagian bawah dan lateral. RA Cervikal RA cervical menyebabkan nyeri dan kaku tengkuk. Biasanya sendi yang terserang ialah Cl dan C2. Pada keadaan lanjut dapat terjadi subluksasi atlanto-oksipital yang mengakibatkan penekanan pada syaraf spinal dan menyebabkan gangguan neurologik.

RA Panggul Gejala RA panggul yang dapat dilihat ialah gangguan jalan dan keterbatasan gerakan sendi, sedangkan pembengkakan dan nyeri sendi sulit diobservasi, penderita hanya merasa tidak enak di lipat paha yang menjalar ke pantat, pinggang bawah dan lutut. RA Lutut Gejala yang sering terlihat ialah hipertrofi sinovia dan efusi sendi. RA Pergelangan kaki dan kaki RA didaerah ini memberikan gambaran yang tidak berbeda dengan RA tangan. Subluksasi dari ibu jari kaki menyebabkan terjadinya deformitas hammer toe. Disertai dengan deformitas lainnya akan menyebabkan kesukaran dalam menggunakan sepatu normal, sehingga diperlukan sepatu khusus. B. Epidemologi Penyakit Artritis Rematoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar diseluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik. Artritis rheumatoid sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita denga pria sebesar 3: 1. kecenderungan wanita untuk menderita Artritis rheumatoid dan sering dijumpai remisi pada wanita yang sedang hamil, hal ini menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini. AR terjadi antara usia 30 tahun dan 50 tahun dengan puncak insiden antara usia 40 tahun dan 60 tahun. Wanita terkena dua sampai tiga kali lebih sering dari pada pria. Insidensi penderita arthritis rheumatoid di seluruh dunia telah mencapai angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita rheumatoid. Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan (http://www.tempo.co.id). Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa 20%, penduduk dunia terserang penyakit arthritis rheumatoid. Dimana 5-10%

adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun (Jaja, 1996) Wanita tiga kali lebih sering menderita reumatoid artritis (radang sendi) dibanding dengan laki-laki. Penyakit ini menyerang semua etnis, dengan insiden pada orang berusia di atas 18 tahun berkisar 0,1 persen sampai 0,3 persen, sedangkan pada anak-anak dan remaja yang berusia kurang dari 18 tahun 1/100.000 orang. Hal tersebut disampaikan Profesor dr Harry Isbagio SpPD-KR dalam temu wartawan, di Jakarta, Sabtu (11/2) lalu. Menurut dia, pada tahun 2000 jumlah penderita reumatoid artritis sekitar 120.000 orang. Walaupun prevalensi penyakit rendah, tetapi penyakit ini sangat progresif dan paling sering menyebabkan kecacatan. Apabila tidak diobati, ujarnya, akan muncul kecacatan dalam tempo dua atau tiga tahun kemudian. C. Anatomi fisiologi Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon, fasia, bursae dan persendian. a. Tulang Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang berasal dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses osteogenesis menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat menimbunya garam kalsium. Fungsi tulang adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh. Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan lunak. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan ) Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema topoiesis) Menyimpan garam-garam mineral.Misalnya kalsium, fosfor. Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya:Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan

dua epifisis. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh spongi bone (Cacellous atau trabecular ) a. b. c. d. Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar adalah tulang cancellous. Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon danjaringan fasial,missal patella (kap lutut) Gambar tulang : b. Otot Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan untuk menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari: 1. Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi untuk memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan sikap dan menghasilkan panas 2. Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan. 3. Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan. c. Kartilago Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat. Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibros yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago. d. Ligament

Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan ahir dari suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu tulang. e. Tendon Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu, khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membrane synofial yang memberikan lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon. f. Fasia Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung yang membungkus fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.bagian ahair diketahui sebagai fasia dalam. g. Bursae Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat, dimana digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi pada kulit dan tulang, antara tendon dan tulang antara otot. Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak sepaerti pada olecranon bursae, terletak antara presesus dan kulit. h. Persendian Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, tatu letah dimana tulang berada bersama-sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan yang memungkinkan dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan. Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu: 1. 2. Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak) Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)

3.

Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya) Perubahan fisiologis pada proses menjadi tua. Ada jangka periode waktu tertentu dimana individu paling mudah mengalami perubahan musculoskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja karena pertumbuhan atau perkembangan yang cepat atau timbulnya terjadi pada usia tua. Perubahan struktur system muskuloskeletal dan fungsinya sangat bervariasi diantara individu selama proses menjadi tua. Perubahan yang terjadi pada proses menjadi tua merupakan suatu kelanjutan dari kemunduran yang dimulai dari usia pertengahan. Jumlah total dari sel-sel bertumbuh berkurang akibat perubahan jaringan prnyambung, penurunan pada jumlah dan elasitas dari jaringan subkutan dan hilangnya serat otot, tonus dan kekuatan. Perubahan fisiologis yang umum adalah:

1. 2. 3.

Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm. pada maturasi usia tua. Lebar bahu menurun. Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha

D. Etiologi Penyebab utama penyakit Reumatik masih belum diketahui secara pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab Artritis Reumatoid, yaitu: 1. Infeksi faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita. 2. Endokrin Kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, sehingga kadar hormon di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh. . 3. Autoimun

Pada saat ini Artritis rheumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II. autoimun terjadi karena adanya gangguan pada fungsi normal dari sistem imun, sehingga sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri. Bisa juga karena kegagalan antibodi mengenali sel tubuhnya sendiri dan menganggapnya benda asing sehingga merusaknya. 4. Metabolik Tulang Tidak bisa menyimapan 5. Faktor genetic Lebih sering menyerang wanita daripada laki-laki. Walaupun dapat meyerang segala jenis umur, namun lebih sering terjadi pada umur 30-50 tahun.Sebagai faktor presdeposisi karena terdapat hubungan anatara produk komplek histokompabilitas kelas II E. Manifestasi Klinis Ada beberapa gambaran / manifestasi klinik yang lazim ditemukan pada penderita Reumatik. Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinik yang sangat bervariasi. a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat badan menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya. b. Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi antara jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi diartrodial (sendi yang dapat digerakan dengan bebas) dapat terserang. c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis (peradangan tulang dan sendi), yang serta pemicu lingkungan. cadangan dan tempat metabolisme berbagai mineral terutama kalsium dan fosfat.

biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam. d. Artritis erosif merupakan merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi tulang . e. Deformitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. . Pada kaki terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi. f. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita rematik. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan) ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat. g. Manifestasi menyerang konjungtivitis ekstra-artikular lain siccs yang (diluar diluar sendi): sendi. reumatik Seperti juga dapat Kerato sistem organ-organ mata:

merupakan

sindrom

Sjgren,

cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktif yang berat, lesi inflamatif yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai pada myocardium dan katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup, fenomena embolissasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati. F. Patofisiologi Cidera mikro vascular dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium merupakan lesi paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang menimbulkan respon ini masih belum diketahui. Kemudian, tampak

peningkatan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleus privaskular. Seiring dengan perkembangan proses sinovium edematosa dan menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolon vilosa. Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu : a. Stadium Sinovisis Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak dan kekakuan. b. Stadium Destruksi Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. c. Stadium Deformitas Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap. Kelainan pada jaringan ekstra-srtikuler : Perubahan patologis yang dapat terjadi pda jaringan ekstraartikuler adalah :

Otot - Pada otot terjadi miopati yang pada elektromiografi menunjukkan adanya degenerasi serabut otot. Degenerasi ini berhubungan dengan fragmentasi serabut otot serta gangguan retikulum sarkoplasma dan partikel glikogen. Selain itu umumnya pada artritis reumatoid terjadi pengecilan/atrofi otot yang disebabkan oleh kurangnya penggunaan otot (disuse atrophy) akibat inflamasi sendi yang ada. Nodul Subkutan- Nodul subkutan terdiri atas unit jaringan yang nekrotik di bagian sentral dan dikelilingi oleh lapisan sle mononuklear yang tersusun secara radier dengan jaringan ikat yang padat dan diinfiltrasi oleh sel-sel bulat. Nodul subkutan hanya ditemukan pada 25% dari seluruh penderita artritis reumatoid. Pembukuh darah perifer Pada pembuluh darah perifer terjadi

proliferasi tunika intima, lesi pada pembuluh darah arteriol dan venosa. Terjadi perubahan pda pembuluh darah sedang dan kecil berupa artritis

nekrotik.

Akibatnya

terjadi

gangguan

respon

arteriol

terhadap

temperatur. G. Pemeriksaan penunjang a. ( Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan. b. c. d. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ). e. f. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi yang normal. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen. H. Komplikasi Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli : Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku.

Terjadi splenomegali : Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya untuk menyimpan sel-sel darah akan meningkat. I. a. 1. 2. 3. Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya : Termoterapi Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat Pemberian Obat-obatan : dosis yang telah ditentukan. Obat-obat untuk Reumatoid Artitis : Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty Inflamatory). 4. Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak berhasil mencegah dan memperlambat kerusakan sendi. Pembedahan dapat mengembalikan fungsi dari sendi anda yang telah rusak. Prosedur yang dapat dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon, sinovektomi. b.Keperawatan Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan prognosis penyakit ini Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien J. Pengkajian Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya. 1. Aktivitas/ istirahat Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan

Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan pada

simetris.Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.Tanda : Malaise Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi. 2. Kardiovaskuler Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal). 3. Integritas ego Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang lain). 4. Makanan/ cairan Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia Kesulitan TMJ untuk mengunyah ( ) keterlibatan 5. Hygiene Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi. Ketergantungan. 6. Neurosensori Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.Gejala : Pembengkakan sendi simetris. 7. Nyeri/ kenyamanan Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi ). 8. Keamanan Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki.Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan menetap Kekeringan pada meta dan membran mukosa. 9. Interaksi social

Tanda : Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa.

Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi. 10. Penyuluhan/ pembelajaran Gajala : Riwayat AR pada keluarga ( pada awitan remaja ) Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan arthritis tanpa pengujian. Riwayat perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis. Pertimbangan : DRG Menunjukkan Mungkin rerata lama dirawat : 4,8 hari. Rencana Pemulanagan: membutuhkan bantuan pada transportasi,

aktivitas perawatan diri, dan tugas/ pemeliharaan rumah tangga. K. Diagnosa Keperawatan 1. 2. 3. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan kekuatan otot. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas. 4. 5. 6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perurunan fungsi tulang Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi informasi. L. 1. Rencana Keperawatan Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi. HYD : nyeri hilang atau terkontrol. a. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal (R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program)

b. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan (R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri) c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace. (R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi) d. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak. (R/ Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi) e. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya. (R/ Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan) f. Berikan masase yang lembut (R/meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri) g. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif,sentuhan relaksasi, situasi terapeutik, rasa biofeed kontrol back, dan visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas. (R/ Meningkatkan memberikan (R/ mungkin perhatian, meningkatkan memberikan kemampuan koping)Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk individu. Memfokuskan kembali stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat)

h. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk. (R/ Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi) h. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) (R/ sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.) i. Berikan kompres dingin jika dibutuhkan (R/ Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut). 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan kekuatan otot. HYD : klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi (R/ Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi). b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganmggu.(R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan). c. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan (R/ Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat d. Ubah menimbulkan posisi kekakuan sering sendi, dengan karenanya jumlah aktivitas personel yang cukup. berlebihan dapat merusak sendi) dengan Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze (R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Memepermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit) e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace (R/ Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan

memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor) f. g. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. (R/ Mencegah fleksi leher) Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan (R/ Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas) h. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda. (R/ Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh) i. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi. (R/ Berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat) j. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan. (R/ Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko imobilitas) k. 3. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid). (R/ Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas. HYD : mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk a. menghadapi penyakit,perubahan pada gaya hidup,dan kemungkinan keterbatasan Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan. (R/Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung) b. Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual. (R/Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut)

c.

Diskusikan

persepsi

pasienmengenai

bagaimana

orang

terdekat

menerima keterbatasan. (R/ Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri) d. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan. (R/ Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi) e. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan. (R/ Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut) f. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping. (R/ Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri) g. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal h. i. aktivitas. dalam (Meningkatkan kebutuhan perasaan perawatan harga yang diri, mendorong kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi) Bantu diperlukan.(R/ Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri) Berikan bantuan positif bila perlu. (R/ Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri) j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri, psikolog. (R/ Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan k. selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ ketidakmampuan) Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan. (R/ Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif) 4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

HYD : klien dapat melaksanakan aktivitas perawatan diri secara mandiri. a. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi. (R/ Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini). b. c. Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan. (R/ Mendukung kemandirian fisik/emosional) Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi /rencana d. untuk modifikasi lingkungan. (R/ Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri) Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi. (R/ Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang e. kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran) Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya. (R/ Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan aktual) f. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi. (R/ Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di ruma 5. Resiko tinggi cedera Berhubungan dengan perurunan fungsi tulang HYD : klien dapat mempertahankan keselamatan fisik Intervensi Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam hari siapkan lampu panggil R/ : Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluaraga dari kekhawatiran konstan Memantau regimen medikasi. Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman,

hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan perhatiannya ketimbang mengagetkan R/ : Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi,mengagetkan klien akan meningkatkan ansietas

Você também pode gostar