Você está na página 1de 9

URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI SOLUSI UNTUK MENGHASILKAN GENERASI BERKARAKTER Dwi Sulistyowarni Universitas Pendidikan Indonesia dwisulistyowarni@ymail.

com Abstrak: Bangsa Indonesia saat ini sedang dihadapkan pada problematika berbagai tantangan yang cukup berat. Dimana salah satunya tentang persoalan karakter bangsa. Secara faktual, data realistik menunjukkan bahwa moralitas maupun karakter bangsa saat ini telah runtuh. Runtuhnya moralitas dan karakter bangsa tersebut mengundang berbagai musibah dan bencana di negeri ini. Musibah dan bencana tersebut meluas pada ranah sosial-keagamaan, hukum, maupun politik. Pendidikan yang berorientasi pada pembangunan karakter bangsa merupakan salah satu upaya strategis di tengah krisis identitas dan peradaban bangsa. Salah satu poin penting dari tugas pendidikan adalah membangun karakter (character building) anak didik. Karakter merupakan standar-standar batin yang terimplementasi dalam berbagai bentuk kualitas diri. Karakter diri dilandasi nilai-nilai serta cara berpikir berdasarkan nilai-nilai tersebut dan terwujud di dalam perilaku. Bentuk-bentuk karakter yang dikembangkan telah dirumuskan secara berbeda. pendidikan yang mengembangkan karakter adalah bentuk pendidikan yang bisa membantu mengembangkan sikap etika, moral dan tanggung jawab, memberikan kasih sayang kepada anak didik dengan menunjukkan dan mengajarkan karakter yang bagus. Hal itu memberikan solusi jangka panjang yang mengarah pada isu-isu moral, etika dan akademis yang merupakan concern dan sekaligus kekhawatiran yang terus meningkat di dalam masyarakat. Artikel ini mengkaji muatan pendidikan karakter sebagai solusi dalam menghasilkan generasi yang berkarakter dalam upaya menemukan jatidiri bangsa. Artikel dilakukan dengan studi pustaka. Data diperoleh dari sumber-sumber yang ada, yaitu dari sumber literatur berkualifikasi tinggi terkait dengan pendidikan karakter, dan pembangunan bangsa. Kata Kunci : Problematika Pendidikan, Pendidikan Karakter, Pembangunan Bangsa, Nilai Karakter. PENDAHULUAN Fenomena globalisasi merupakan dinamika yang paling strategis dan membawa pengaruh terhadap perkembangan proses perubahan peradaban manusia. Secara faktual, data realistik menunjukkan bahwa moralitas maupun karakter bangsa saat ini telah runtuh. Runtuhnya moralitas dan karakter bangsa tersebut telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negeri ini. Musibah dan bencana tersebut meluas pada ranah sosial keagamaan, hukum maupun politik. Musibah keagamaan dapat diamati pada hilangnya etika kemanusiaan, sehingga penghormatan terhadap jabatan dianggap lebih penting daripada menghormati pribadi manusia. Banyak masalah yang timbul di negeri ini tidak hanya mencakup hal politik melainkan juga pendidikan, banyaknya permasalahan yang muncul seperti tawuran pelajar anak sekolah, kecurangan ketika ujian, penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas dan sebagainya. Lengkap sudah bencana hukum maupun politik, gempa sosial, akademisi moral keagamaan, krisis etika, merosotnya kepercayaan diri dan sebaginya. Kementrian Pendidikan Nasional mendisinyalir bahwa sumber dari musibah dan bencana yang ada di negeri ini semua berawal dari kurangnya pendidikan karakter yang diterapkan. Oleh karena itu pemerintah khususnya Kemendiknas mencanangkan gerakan nasional berupa pendidikan karakter. Gerakan Pendidikan Karkter tersebut diharapkan mampu menjadi solusi atas rapuhnya karakter bangsa selama ini. Pendidikan karakter ini dimaksudkan sebagai sarana untuk

mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang berlandaskan empat pilar kebangsaan yaitu: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Pendidikan karakter ini akan diterapkan melalui restrukturisasi pendidikan moral yang telah berlangsung sejak lama disemua jenjang pendidikan. Tujuanya adalah untuk mewujudkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila, baik dalam pola pikir, pola rasa, maupun pola perilaku dalam kehiudpan sehari-hari. LANDASAN TEORI a. Urgensi Pendidikan Karakter Pendidikan merupakan proses yang paling bertanggung jawab dalam melahirkan warga negara Indonesia yang memiliki karakter kuat sebagai modal dalam membangun peradaban tinggi dan unggul. Karakter bangsa yang kuat merupakan produk dari pendidikan yang bagus dan mengembangkan karakter. Ketika mayoritas karakter masyarakat kuat, positif, tangguh peradaban yang tinggi dapat dibangun dengan baik dan sukses. Sebaliknya, jika mayoritas karakter masyarakat negatif, karakter negatif dan lemah mengakibatkan peradaban yang dibangunpun menjadi lemah sebab peradaban tersebut dibangun dalam fondasi yang amat lemah. Pembentukan karakter dan watak atau kepribadian ini sangat penting, bahkan sangat mendesak dan mutlak adanya (tidak bisa ditawar-tawar lagi). Hal ini cukup beralasan. Mengapa mutlak diperlukan? Karena adanya krisis yang terus berkelanjutan melanda bangsa dan negara kita sampai saat ini belum ada solusi secara jelas dan tegas, lebih banyak berupa wacana yang seolah-olah bangsa ini diajak dalam dunia mimpi. Oleh karena itu, reformasi pendidikan sangat mutlak diperlukan untuk membangun karakter atau watak suatu bangsa, bahkan merupakan kebutuhan mendesak. Reformasi kehidupan nasional secara singkat, pada intinya bertujuan untuk membangun Indonesia yang lebih genuinely dan authentically demokratis dan berkeadaban, sehingga betul-betul menjadi Indonesia yang bersatu padu (integrated). Kesejahteraan bangsa bermula dari karakter kuat warganya kata-kata itu diungkapkan Marcus Tulius Cicero (106-43 SM), cendekiawan Republik Roma. Bangsa-bangsa yang memiliki karakter tangguh lazimnya tumbuh berkembang semakin maju dan sejahtera contohnya China, Brazil dan Rusia. Sebaliknya bangsa yang lemah karakternya umumnya justru kian terpuruk bahkan cenderung menjadi negara yang gagal. Demikianlah karakter amat penting, karakter lebih tinggi nilainya daripada intelektualitas. Stabilitas kehidupan kita atau bahkan negara

b. 1)

tergantung pada karakter. Karena, karakter membuat orang mampu bertahan, memiliki stamina untuk tetap berjuang dan sanggup mengatasai ketidak beruntugan secara bermakna. Bangsa Indonesia pun tidak mau tertinggal untuk masalah karakter, sekarang bangsa indonesia menyadari pentingnya hal tersebut. Kita dapat mengambil contoh dari Lagu kebangsaan Indonesia Raya. Didalam lirik lagu tersebut terlebih dahulu ditandaskan perintah bangunlah jiwanya baru kemudian bangunlah badanya dari lirik lagu tersebut sudah jelas bahwa membangun karakter lebih diperhatikan daripada sekedar membangun hal-hal fisik semata. Itulah kunci agar indonesia memiliki jati diri yang kuat. Pendidikan Karakter Berkebangsaan Konsep Pendidikan Karakter Menurut Gunawan (2012:1), kata karakter berasal dari bahasa Latin kharakter, kharassein, dan kharax bermakna tools for making, to engrave, dan pointedstake. Pada abad ke-14, dalam bahasa Perancis disebut caractere dan dalam bahasa Inggris diubah menjadi character sehingga karakter. Muncul konsep pendidikan karakter yang mengemukakan bahwa kehendak niat merupakan awal terjadinya ahlak (karakter) pada diri seseorang jika hendak diwujudkan dalam bentuk pembiasaan sikap dan perilkau. Pendidikan karakter merupakan bagian dari upaya pembangunan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Pembangunan SDM merupakan hal yang sangat penting, tidak kalah dengan pembangunan di bidang lain. Kemajuan dan perkembangan pembangunan akan berjalan timpang bahkan dapat menimbulkan masalah bila tidak didukung dengan SDM yang berkualitas dan berkarakter. Pendidikan karakter diarahkan pada penanaman nilai. Dengan penanaman nilai-nilai ini diharapkan terwujud kehidupan sosial yang harmonisasi. Secara politis, pendidikan karakter diharapkan menghasilkan demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta untuk mencegah munculnya ideologi radikalisme. Dalam penulisan ini, karater didefinisikan sebagai ciri khas dalam kepribadian seseorang yang mampu menjadi identitas sehingga dapat dibedakan dengan individu lain. Wibowo (2012:66) menyatakan bahwa karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi dari hasil kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Lickona (dalam Suyadi, 2013: 6) mengemukakan bahwa pendidikan karakter mencakup tiga unsur

2)

pokok, yaitu mengetahui kebaikan, mencintai kebaikan, dan melakukan kebaikan. Suyanto (2009) mengemukakan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu dalam hidup dan bekerja sama, dalam keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan bertanggung jawab. Zulhan (2010:4) menyatakan bahwa karakter manusia yang perlu dikembangkan adalah: (1) jujur, menepati janji, memiliki loyalitas tinggi, integritas pribadi (komitmen, disiplin, selalu ingin berprestasi) (2) mementingkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, siap dengan perbedaan dan tidak merasa diri paling benar; (3) bertanggung jawab; (4) sikap terbuka, tidak memihak, mau mendengarkan orang lain, dan memiliki empati; dan (5) menunjukkan perilaku kebaikan, hidup dengan nilai-nilai kebenaran, berbagi kebahagiaan dengan oranglain, bersedia menolong orang lain, tidak egois, tidak kasar, dan sensitif terhadap perasaan orang lain. Kemendiknas (2010:9) menyatakan nilai-nalai karakter yang harus dikembangkan bagi anak bangsa antara lain mencakup: karakter religius, jujur, toleransi, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab, berani mengambil resiko, kepemimpinan, inovatif, kerjasama pantang menyerah, realistis dan rasa ingin tahu. Nilai-nilai yang terkandung dalam kata karakter tersebut harus selalu dikembangkan agar menjadi kebiasan yang dapat bagi dirinya, keluarga, dan negara, yang nantinya akan berdampak kepada setiap siswa sendiri sehingga memiliki suatu ciri khas yaitu pendidikan karakter. Pengembangan nilai-nilai tersebut dapat dicapai melalui pendidikan karakter. Dengan demikian dapat disimpulkan Pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga anak memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, bermanfaat sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang menunjung tinggi norma agama, sosial, dan budaya. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pemerintah Indonesia telah merumusan kebijakan dalam rangka pembangunan karakter bangsa. Dalam Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 20102025 ditegaskan bahwa karakter merupakan

hasil keterpaduan empat bagian yakni olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa. Olah hati terkait dengan perasaan sikap dan keyakinan/keimanan, olah pikir berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif, olah raga terkait dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas, serta olah rasa dan karsa berhubungan dengan kemauan dan kreativitas yang tecermin dalam kepedulian, pencitraan, dan penciptaan kebaruan Kemdikbud,(2011) Nilai-nilai karakter yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila pada masing-masing bagian tersebut, dapat dikemukakan sebagai berikut: a) Karakter yang bersumber dari olah hati antara lain beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil, resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik; b) Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif c) Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetika antara lain bersih, dan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif,determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih dan d) Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong,kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmopolit (mendunia), mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis), bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.

Bagan I Nilai-nilai pendidikan nilai karakter Selain keempat kebijakan pendidikan karakter diatas, Kementrian Pendidikan Nasional telah merumuskan 18 nilai karakter yang akan ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai

upaya membangun generasi bangsa dan sebagai jati diri karakter bangsa. Oleh karena itu, 18 nilai karakter tersebut telah di rumuskan standar kompetensi dan indikator pencapaiannya di semua mata pelajaran baik, agar pembentukan karakter yang di tentukan dapat diwujudkan melalui para calon-calon penerus bangsa. Dengan demikian pendidikan karakter dapat di evaluasi, diukur apa sudah berhasil ataukah belum. Berikut ini akan dikemukakan 18 nilai karakter menurut Kemendiknas sebagaimana tertuang dalam buku Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang disusun Kemendiknas melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2010. (Suyadi, 2013:7) a) Religius, religius yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, termasuk dalam hal inilah sikap toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun berdampingan. b) Jujur, merupakan sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara pengetahuan, perkataan dan perbuatan (mengetahui yang benar, mengatakan yang benar, dan melakukan yang benar), sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya. c) Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, dan bahasa, dll. d) Disiplin, yakni kebiasan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan tata tertib yang berlaku. e) Kerja Keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguhsungguh dalam menyelesaikan tugas, permasalahan, pekerjaan dll. f) Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi ketika memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang kebih baik. g) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung terhadap orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupu persoalan. Namun hal ini bukan berarti tidak boleh kerjasama atau kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain. h) Demokratis, sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain. i) Rasa Ingin Tahu, yakni cara berfikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan

penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam. j) Semangat kebangsaan atau nasionalisme yakni, sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau individu dan golongan. k) Cinta Tanah Air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap budaya seni, l) Menghargai Prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi. m) Komunikatif, Senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik. n) Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu. o) Gemar Membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya. p) Peduli Lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar q) Peduli sossial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya. r) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara maupun agama. Walaupun telah dirumuskan 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun yang menentukan keberhasilan pendidikan karakter itu sendiri adalah satuan pendidikan. Pemilihan dari nilai-nilai tersebut berawal dari kondisi satuan pendidikan masing-masing, yang dilakukan melalui analisis konteks, sehingga dalam implementasinya dimungkinkan terdapat perbedaan jenis nilai karakter yang dikembangkan antara satu sekolah dan atau daerah yang satu dengan lainnya. Implementasi nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan dapat dimulai dari nilainilai yang esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan, seperti: bersih, rapi, nyaman, disiplin, sopan dan santun. Kedelapan belas karakter itulah yang digadang-gadangkan Kemendiknas dalam

3)

upaya membangun dan menghasilkan generasi bangsa yang memiliki karakter melalui pendidikan di sekolah-sekolah ataupun di madrasah. Dengan demikian, pembangunan karakter bangsa bukan hanya menjadi tanggungjawab suatu mata pelajaran saja, melainkan semua mata pelajaran memiliki tugas yang sama mengembangkan karakter kepada setiap peserta didiknya yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran tersebut. Pembinaan Pendidikan Karakter Dalam melaksanakan pembangunan dan pembinaan karakter suatu bangsa dibutuhkan pemahaman yang lebih baik, khususnya dalam menjadikan pembangunan fisik suatu bangsa sebagai salah satu instrumen dalam pembinaan karakter bangsanya agar menjadi lebih baik pula dengan berlandaskan pada suatu nilai. Aspek lain yang tidak kalah penting untuk diperhitungkan dalam melakukan pembinaan karakter bangsa adalah pengaruh dari kemajuan kapasitas berpikir siswa itu sendiri yang pada umumnya diartikulasikan dalam bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu teknologi informasi dan telekomunikasi. Kedua jenis teknologi tersebut secara radikal telah mengakselerasi proses interaksi antar manusia dari berbagai bangsa dan memberikan dampak bagi genersai bangsa sendiri. Salah satu unsur yang ada dalam proses hubungan kepentingan antar manusia adalah daya saing atau competitiveness. Pentingnya kemampuan daya saing bagi suatu bangsa untuk dapat menjadi bangsa yang mandiri di era globalisasi tersebut sehingga dibutuhkan suatu pembinaan karakter bangsa termasuk juga bagi bangsa Indonesia.Pemahaman daya saing sebagai salah satu keunggulan yang dimiliki suatu entitas dibandingkan dengan entitas lainnya. Keunggulan yang dimaksud dapat berkembang ke berbagai pengertian maupun penerapan. Keunggulan tersebut dapat diartikan sebagai keunggulan ekonomi, keunggulan politik, keunggulan militer dan lain-lain. Sedangkan, daya saing pada esensinya dapat diartikan sebagai sebuah rantai dari suatu nilai proses yang dapat dikendalikan dengan proses pembelajaran kontinyu atau continuous learning. Sehingga, arti dan makna pembinaan karakter bangsa di era globalisasi yang sarat dengan daya saing adalah menyangkut tiga hal pokok yaitu: a) Artikulasi karakter bangsa adalah mengacu pada tingkat peningkatan kapasitas pengetahuan dari bangsa tersebut untuk terus melakukan pembelajaran agar semakin meningkat daya saingnya di era globalisasi.

b) Pembinaan karakter bangsa akan diarahkan agar kapasitas pengetahuan yang terbangun dapat meningkatkan daya saing suatu bangsa, dengan kondisi dimana daya saing tersebut akan memungkinkan adanya kemajuan kolektif atau kemajuan bersama bagi bangsa Indonesia. Sebenarnya bangsa Indonesia telah memiliki karakter positif bangsa yang seharusnya terus ditumbuh-kembangkan untuk menjadi bangsa yang mandiri di era globalisasi ini. Karakter positif yang telah dimiliki oleh bangsa Indonesia tersebut antara lain adalah karakter pejuang yang juga telah diakui oleh masyarakat internasional karena Indonesia mendapatkan kemerdekaannya melalui perjuangan tumpah darah bangsa Indonesia. selain itu, bangsa Indonesia juga memiliki karakter pemberani dan sejumlah karakter positif lainnya yang harus ditumbuhkembangkan sebagai bekal untuk menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat dan mandiri di era globalisasi. Seluruh karakter positif yang telah dimiliki oleh bangsa Indonesia tersebut harus dimaknai dalam konteks peningkatan daya saing untuk menghadapi globalisasi. Sehingga pembinaan karakter positif bangsa dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia dalam era globalisasi. Namun disisi lain, bangsa Indonesia masih didera oleh sejumlah permasalahan dalam pembinaan karakter bangsa bahkan yang paling kritis justru yang menyangkut masalah daya saing bangsa Indonesia, sebuah parameter yang semakin meningkat nilai pentingnya di era globalisasi saat ini. Meskipun demikian, pembinaan karakter bangsa Indonesia terus dilaksanakan secara terus-menerus demi terciptanya generasi muda penerus bangsa yang memiliki mental saing kuat dalam menghadapi globalisasi. 4) Pembangunan Karakter Bangsa Karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik) yang terpateri dalam perilaku. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. Sedangkan karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang unik-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang unik-baik yang tecermin dalam

kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI. Tujuan dari pembangunan karakter adalah untuk mengembangkan karakter bangsa agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila. Pembangunan karakter ini berfungsi untuk mengembangkan potensi dasar agar berbaik hati, berpikiran baik, dan berperilaku baik, memperbaiki perilaku yang kurang baik dan menguatkan perilaku yang sudah baik, serta menyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Ruang lingkup pembangunan karakter ini mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa. Fitrah Ilahi manusia adalah baik. Manusia telah dilengkapi oleh akal pikiran dan hati nurani oleh Tuhan YME untuk digunakan dalam menebar kebaikan di muka bumi. Fitrah Ilahi inilah yang seharusnya membentuk jati diri ketika dalam prosesnya berinteraksi dengan lingkungan membentuk karakter yang akhirnya berwujud perilaku keseharian. Sementara itu, karakter yang unggul dari tiaptiap pribadi akan membentuk karakter masyarakat yang pada akhirnya akan membentuk karakter bangsa. Pembangunan karakter bangsa berlandaskan Pancasila sehingga didasarkan kepada Ketuhanan YME, menjunjung tinggi kemanusiaan yang adil dan beradab, mengedepankan persatuan Indonesia, menjunjung tinggi demokrasi dan HAM, serta mengedepankan keadilan dan kesejahteraan rakyat. Sedangkan bila dikaitkan dengan sifat sosiologis manusia dapat dipadankan dengan istilah believer, thinke. Strategi pembangunan karakter bangsa dilakukan dengan cara sosialisasi berupa penyadaran semua pemangku kepentingan akan pentingnya karakter bangsa (media cetak dan elektronik perlu berperan serta dalam sosialisasi) pendidikan di ranah formal (sekolah), nonformal (kursus), informal (rumah, tempat kerja, dan masyarakat) metoda intervensi regulasi serta pelatihan dan pembiasaan, pemberdayaan dengan memberdayakan semua pemangku kepentingan (orang tua, sekolah) agar dapat berperan aktif dalam pendidikan karakter, pembudayaan berupa pembinaan dan penguatan perilaku berkarakter dengan penanaman nilai-nilai kehidupan agar menjadi budaya, kerjasama yang sinergis antara semua pemangku kepentingan. Konsep dan strategi pembangunan karakter tersebut bila

diimplementasikan dalam proses pendidikan dapat dilakukan melalui olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah rasa/karsa. Inilah landasan dari program pendidikan karakter bagi generasi muda bangsa yang tengah dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas). 5) Peran Generasi Muda dalam Pembangunan Bangsa Mandiri Pembentukan karakter generasi muda bangsa merupakan hal yang sangat penting bagi suatu bangsa dan bahkan menentukan nasib bangsa itu di masa depan termasuk juga Indonesia. Namun pada kenyataannya, di era globalisasi yang telah menempatkan generasi muda Indonesia pada derasnya arus informasi yang semakin bebas, sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi sebagai akibat dari globalisasi. Akibat dari globalisasi tersebut, nilai-nilai asing secara disadari maupun tidak disadari telah memberi pengaruh langsung maupun tidak langsung kepada generasi muda Indonesia. Sehingga upaya strategis yang harus dilakukan oleh generasi muda Indonesia untuk menghadapi globalisasi adalah dengan melakukan sebuah koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan yang diarahkan terutama pada penguatan ketahanan masyarakat dan bangsa terhadap segenap upaya nihilisasi dari pihak luar terhadap nilai-nilai budaya bangsa. Berikut 3 peran penting generasi muda dalam melaksanakan koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan. a) Generasi muda sebagai pembangunkembali karakter bangsa (character builder). Di era globalisasi ini, peran generasi muda adalah membangun kembali karakter positif bangsa seperti misalnya meningkatkan dan melestarikan karakter bangsa yang positif sehingga pembangunan kemandirian bangsa sesuai pancasila dapat tercapai sekaligus dapat bertahan ditengah hantaman globalisasi. b) Generasi muda sebagai pemberdaya karakter (character enabler). Pembangunan kembali karakter bangsa tentu tidak cukup, jika tidak dilakukan pemberdayaan secara terus menerus. Sehingga generasi muda juga dituntut untuk mengambil peran sebagai pemberdaya karakter atau character enabler. Misalnya dengan kemauan yang kuat dan semangat juang dari generasi muda untuk menjadi role model dari pengembangan dan pembangunan karakter bangsa Indonesia yang positif di masa depan agar menjadi bangsa yang mandiri.

c)

Generasi muda sebagai perekayasa karakter (character engineer) sejalan dengan dibutuhkannya adaptifitas daya saing generasi muda untuk memperkuat ketahanan bangsa Indonesia. Character engineer menuntut generasi muda untuk terus melakukan pembelajaran. Pengembangan dan pembangunan karakter positif generasi muda bangsa juga menuntut adanya modifikasi dan rekayasa yang sesuai dengan perkembangan dunia. Contohnya adalah karakter pejuang dan patriotisme yang tidak harus diartikulasikan dalam konteks fisik, tetapi dapat dalam konteks lainnya yang bersifat non-fisik. Esensinya adalah peran generasi muda dalam pemberdayaan karakter tersebut. Generasi muda Indonesia memiliki tugas yang berat untuk dapat melaksanakan ketiga peran tersebut secara simultan dan interaktif. Tetapi hal tersebut bukan suatu hal yang tidak mungkin sebab generasi muda mendapatkan dukungan dan bantuan dari pemerintah dan seluruh komponen bangsa lainnya untuk mengaktualisasikan peran tersebut di era globalisasi ini. KESIMPULAN Keberhasilan suatu bangsa dalam memperoleh tujuanya tidak hanya ditentukan oleh melimpah ruahnya sumber daya alam, tetapi sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Bangsa yang besar dapat dilihat dari kualitas/karakter bangsa (manusia) itu sendiri. Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Ketika ketiga hal tersebut dapat berjalan beriringan, maka akan terbentuk karakter seseorang yang bisa baik atau buruk.

Pendidikan karakter atau kepribadian memerlukan sebuah proses yang simultan dan berkesinambungan yang melibatkan aspek membelajarkan knowing the good (mengetahui hal yang baik), feeling the good (merasakan hal yang baik), desiring the good (merindukan kebaikan), loving the good (mencintai kebaikan), dan acting the good (melakukan kebaikan). Pendidikan karakter merupakan sesuatu yang sangat penting dan harus dipahami serta dipraktekkan secara menyeluruh. Pembentukan karakter yang pada umumnya terjadi pada masa anak-anak, mendorong para orangtua untuk bersikap serius dalam masalah ini. Orangtua harus memberikan pendidikan yang baik dalam rangka membentuk karakter anak. Sehingga diharapkan lahir generasi penerus bangsa yang memiliki karakter kuat dalam rangka memajukan bangsa dan negara. Hal yang sama juga harus dilakukan para pendidik baik di sekolah (guru), di Perguruan Tinggi, atau dimanapun berada, yang merupakan orangtua kedua bagi anak. Budaya yang baik di lingkngan tempat belajar harus dibangun dan diaplikasikan oleh semua pihak, agar tercipta manusia-manusia yang berkarakter di masa mendatang. DAFTAR RUJUKAN Gunawan, H. (2012). Pendidikan Karakter, Konsep dan Implementsinya. Bandung: Alfabeta Kemendiknas. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karkater. Diakses 12 November 2013, dari www.pendidikankarakter.com/Panduan_pel aksanaan _Pendidikan_karakter.pdf Kemendiknas. 2010. Desain Induk Pendidikan Karakter. Diakses 12 November 2013, dari www.pendidikankarakter.com/Desain_Indu k_Pendidikan_karakter.pdf Saptono. (2011). Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter. Jakarta: ESENSI (Erlangga Group)

Suyadi. (2013). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Suyanto. (2009). Urgensi Pendidikan Karakter. Diakses 30 Oktober 2013, dari www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/ Urgensi_Pendidikan_Karakter.pdf

Suyanto.

(2011). Pendidikan karakter untuk membangun karakter bangsa. Policy

Brief. 04 Juli 2011. Direktorat jendral pendidikan dasar. 10-14. Wibowo, A. (2012). Pendidikan Karakter Usia Dini. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Zulhan, N. (2010). Pendidikan Berbasis Karakter. Surabaya: Press Media Utama.

BIODATA: a. Nama b. Tempat Tanggal Lahir : Dwi Sulistyowarni, S.Pd : Cirebon, 03 Januari 19889

c. Nama Institusi tempat bertugas : SDN 3 Gebangmekar Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon d. Riwayat Pendidikan : 1) SDN I MELAKASARI 2) SMP N I LOSARI 3) SMA N I PABEDILAN 4) UPI SI PGSD 5) S2 PGSD UPI e. Alamat Rumah : Desa Melakasari RT.05 Rw.02 No 206 Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat, Kodepos 45194 f. No Handphone : 08179078712 : dwisulistyowarni@ymail.com tahun 1995 - 2001 tahun 2001 - 2004 tahun 2004 - 2007 tahun 2007 2011

g. Alamat email

Você também pode gostar