Você está na página 1de 3

ANALISIS SWOT Pergeseran dari kepemimpinan individual kiai menjadi kepemimpinan kolektif yayasan bagi pesantren-pesantren modern, selanjutnya

cenderung mengalami babak baru dalam politik pendidikan pesantren yang berusaha mendekati sistem pendidikan nasional. Gelombang modernisasi yang melanda seluruh penjuru dunia mengakibatkan pengendali pesantren tidak lagi terisolasi secara kultural. Demikian pula para ustadz dan santri. Modernisasi menawarkan keistimewaan pemenuhan kebutuhan hidup duniawi secara multidimensional. Modernisasi seolah-olah menyadarkan kalangan pesantren melihat bayangannya sendiri sebagai institusi pendidikan yang serba ketinggalan. Oleh karena itu, pesantren mesti bereaksi baik sebagai sikap adaptif maupun responsif. Konsekuensinya pesantren cenderung berupaya menambahkan orientasinya pada pemenuhan kebutuhan duniawi. Perubahan nilai pesantren menuju ke orientasi pemikiran yang lebih mendunia, induktif, empiris, dan rasional, mengimbangi corak pemikiran yang deduktif-dogmatif sebagaimana selama ini mendominasi pola pemikiran pesantren. Terkait dengan reorientasi pesantren pada masa sekarang ini maka seyogyanya pesantren perlu mengambil langkah strategi-strategi tertentu. Penentuan strategi tertentu dapat dilakukan setelah melakukan analisis. Salah satu macam analisis yang dapat digunakan adalah metode analisis SWOT. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya Sedangkan SWOT itu sendiri merupakan kependekan dari strength, weakness, opportunity dan threat . Strength berarti kekuatan (internal) yang dimiliki oleh seseorang atau lembaga. Weakness berarti kelemahan (internal, misalnya lembaga pendidikan ). Opportunity berarti peluang (eksternal) yang diperkirakan cocok untuk mengatasi kelemahan dan ancaman. Adapun threat berarti ancaman atau tantangan (eksternal, misalnya globalisasi) yang paling urgen untuk diatasi secara umum pada semua komponen pendidikan. 1. Kekuatan Ponpes Al-Masthuriyah Merupakan pondok pesantren terbesar di Sukabumi, menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Lokasi strategis dan mudah dijangkau oleh angkutan umum Toleransi antar organisasi keagamaan tinggi Susunan staff pengajar berpendidikan minimal S1 dan kebanyakan merupakan alumni pondok, sehingga loyalitas terhadap pesantren tinggi.

Pesantren menggunakan sistem sorogan dan halaqoh (ceramah) dengan metode tersebut menyimpulkan bahwa kemampuan akan menghafal sekian banyak ayat, hadits, dan pelajaran-pelajaran lainnya di luar kepala. Lingkungan masyarakat sekitar yang agamis Ponpes terbuka terhadap segala perkembangan teknologi informasi dan komunikasi Biaya pendididkan yang terjangkau Ponpes yang memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap lingkungan masyarakat sekitar Memiliki sentra perekonomian sendiri, pesantren ini mempunyai minimarket yang menyediakan beragam kebutuhan santri-santrinya.

Sistem pendidikan pesantren yang sentralistik

2. Kelemahan PP Al-Masthuriyah Tata letak bangunan di ponpes yang belum teratur menurut satuan pendidikannya. Sistem pembelajaran masih belum optimal dikarena kondisi ruang yang belum terlihat memadai Masih kurangnya buku buku ilmu pengetahuan umum di perpustakaan Bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia dan bahasa daerah (bahasa sunda) Pembagian asrama tidak di sesuaikan dengan jurusan setiap satuan pendidikan.

3. Peluang PP Al-Masthuriyah Sistemnya yang sentralistik, di mana para santri sangat menghormati/tadhimkepada kyai dan mentaati hampir segala yang diperintahkannya, membuat lebih mudah dalam pengorganisasian dan menata administrasi pesantren. Bangunan kamar cukup banyak sehingga bisa menampung santri yang lebih banyak. Sistem pembelajaran yang sudah berbasis teknologi Terdapat banyak kegiatan ekstrakulikuler

4. Hambatan Berkurangnnya minat masyarakat untuk menyekolahkan ke pesantren Banyak bermunculan persantren-pesantren baru Persaingan yang muncul antara pondok pesantren sangat ketat Belum terdapatnya alat-alat kesenian modern

Você também pode gostar