Você está na página 1de 10

MANUSIA KERAGAMAN DAN KESETARAAN

" TUGAS MATA KULIAH ISBD " KELAS : 14

Kelompok : 4B 1. 111710101078 2. 111710101079 3. 111710101080 4. 111710101081 5. 111710101083 Nuril Puspita Rahayu Maharlika Bhakti P.B.N Firman Iswahyudi Dani Setiawan Meliana Andrayani

BS-MKU UNIVERSITAS JEMBER 2013

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara multi etnik, multi ras , dan multi agama yang memiliki wilyah luas dengan rakyatnya yang beranekaragam. Keragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan dalam kehidupan bermasyarakat. Keragaman merupakan salah satu faktor utama yang dialami masyarakat dan kebudayaan di masa silam, kini dan di waktu-waktu mendatang Sebagai fakta, keragaman sering ditanggapi secara berbeda oleh semua lapisan masyarakat. Di satu sisi diterima sebagai kenyataan yang dapat memperkaya kehidupan bersama, tetapi di sisi lain dianggap sebagai faktor penyulit. Kemajemukan bisa mendatangkan manfaat yang besar, namun juga bisa menjadi pemicu konflik yang dapat merugikan masyarakat sendiri jika tidak dikelola dengan baik. Keragaman masyaraat Indonesia baik dari segi etnis maupun agama menuntut perhatian lebih dari pemerintah untuk bersikap adil dan bijaksana dalam membuat kebijakan agar tidak ada kecemburuan social yang dapat menimbulkan konflik dimasyarakat. Dewasa ini, kebudayaan nasional Indonesia masih dalam masa pertumbuhan karena kebudayaan Indonesia masih terdiri atas segala bentuk dan jenis kebudayaan daerah yang dikembangkan kearah perpaduan dan kesatuan kebudayaan untuk seluruh bangsa Indonesia. Dalam paham multikulturalisme, kesederajadan, dan atau kesetaraan sangat dihargai untuk semua budaya yang ada dalam masyarakat.Paham ini merupakan bentuk akomodasi dari budaya arus utama (besar) terhadap munculnya budaya-budaya kecil yang datang dari berbagai kelompok.Dalam konteks Indonesia sebagai masyarakat majemuk, selalu berhubungan dengan pentingnya tiga hal yaitu manusia, keragaman, dan kesetaraan.Keragaman selalu dikaitkan dengan kesetaraan.Mengapa? Karena keragaman tanpa kesetaraan akan memunculkan diskriminasi: kelompok etnis yang satu bisa memperoleh lebih dibanding yang lain; atau kelompok umur tertentu bisa mempunyai hak-hak khusus atas yang lainnya.

Keragaman yang didasarkan pada kesetaraan akan mampu mendorong munculnya kreativitas, persaingan yang sehat dan terbuka, dan pada akhirnya akan memacu kesaling-mengertian. Agar keragaman menghasilkan manfaat besar harus diletakkan dalam bingkai kebersamaan dan kesetaraan. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana problematika keragaman serta solusinya dalam kehidupan masyarakat? 2. Bagaimana problematika kesetaraan serta solusinya dalam kehidupan masyarakat? 1.3 Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dan manfaat dari makalah ini yaitunsebagai berikut : 1. Mengetahui berbagai macam problematika dalam kehidupan masyarakat. 2. Memahami solusi dari problematika dalam kehidupan masyarakat.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Problematika Keragaman dan Solusinya dalam Kehidupan masyarakat dan negara Keragaman masyarakat adalah suatu kenyataan sekaligus kekayaan dari bangsa. Keragaman masyarakat Indonesia merupakan ciri khas yang membanggakan kita. Akan tetapi, keragaman tidak serta merta menciptakan keunikan, keindahan, kebanggaan, dan h a l - h a l l a i n n ya . N a m u n , k e r a ga m a n m a s ya r a k a t j u g a memiliki ciri khas yang suatu saat berpotensi negatif bagi kehidupan manusia. Van de Berghe sebagaimana dikutip oleh Elly M. Setiadi (2000), Masyarakat majemuk atau masyarakat yang beragam selalu memiliki sifat-sifat dasar sebagai berikut: a. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang sering kali memiliki kebudayaan yang berbeda. b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer. c. Kurang mengembangkan consensus di antara para anggota masyarakat tentan nilai-nilai sosial yang bersifat dasar. d. Secara relatif, sering kali terjadi konflik di antara kelompok yang satu dengan yang lainnya. e. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi. f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain. Adapun konflik atau pertentangan terdiri dari dua fase, yaitu fase disharmoni dan fase disintegrasi. Fase disharmoni menunjuk pada adanya perbedaan pandangan tentang tujuan, nilai, norma, dan tindakan antar kelompok. Fase disintegrasi merupakan fase di mana sudah tidak dapat lagi disatukannya pandangan, nilai, norma, dan tindakan kelompok yang menyebabkan pertentangan antarkelompok.

Konflik horizontal yang terjadi bukan disebabkan oleh adanya perbedaan atau keragaman. Adanya perbedaan ras, etnik, dan agama tidaklah harus menjadikan kita bertikai dengan pihak lain. Faktor penyebab konflik adalah tidak adanya komunikasi dan pemahaman pada berbagai kelompok masyarakat dan budaya lain. Kesadaranlah yang dibutuhkan untuk menghargai, menghormati, serta menegakkan prinsip kesetaraan atau kesederajatan antar masyarakat tersebut. Satu hal yang penting adalah meningkatkan kesamaan pendapat tentang pemahaman antar budaya dan masyarakat sehingga menghilangkan konflik budaya. Adapaun konflik budaya tersebut adalah etnosentrisme, stereotip, prasangka, rasisme, diskriminasi, dan space goating. (Sutarno, 2007). Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menetapkan semua norma dan nilai budaya orang lain dengan standar budayanya sendiri. Stereotip adalah pemberian sifat tertentu terhadap seseorang berdasarkan kategori yang bersifat subjektif, hanya karena dia berasal dari kelompok yang berbeda. Prasangka adalah sikap emosi yang mengarah pada cara berpikri dan berpandangan secara negative dan tidak melihat fakta yang nyata ada. Rasisme bermakna anti terhadap ras lain atau ras tertentu di luar ras sendiri. Diskriminasi merupakan tindakan yang membeda-bedakan dan kurang bersahabat dari kelompok dominan terhadap kelompok subordinasinya. Space goating artinya pengkambinghitaman Di Indonesia permasalahan mengenai suku bangsa, agama, ras, dan antar golongan, mengarah kepada kondisi konflik sejak era reformasi. Konflik-konflik yang terjadi di Indonesia merupakan konflik suku bangsa yang kemudian bergeser ke konflik yang bernuansa agama. Lebih lanjut, sekarang konflik suku bangsa di Indonesia sudah berubah dari perorangan menjadi kategoriakal. Misalnya, terjadi pertikaian antara suku bangsa tentang memakai atribut atau memiliki ciri kesukubangsaan ras yang menjadi musuh

akan dihancurkan tanpa mengenal batasan umur, jenis kelamin, posisi sosial, agama, dan lainnya. Permasalahan dan konflik yang bernuansa keragaman suku bangsa, agama, ras, dan antargolongan yang terjadi, baik dalam skala regional maupun internasonal lebih terletak pada pemahaman budaya lain di luar budaya sendiri. Disini pemahaman ragam budaya yang ada yang diikuti dengan komunikasi antar budaya menjadi unsur yang sangat signifikan dalam menjembatani perbedaan-perbedaan. Solusi yang dapat dipertimbangkan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh pengaruh negatif dari keragaman adalah sebagai berikut: a. Semangat nasionalisme b. Semangat pluralisme c. Dialog antar umat beragama d. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan antaragama, media massa, dan harmonisasi dunia. Hal yang harus diperhatikan dari komunikasi antar budaya adalah komunikasi antar budaya. Hal ini bertujuan untuk menjelaskan tentang keragaman budaya yang harus disikapi dengan unsur persatuan dan kesatuan. Komunikasi antar budaya perlu dikembangkan sebagai upaya untuk: 1. Mencapai pertukaran dialektis antar budaya 2. Mengembangkan kesederajatan dan menghapus deskriminasi 3. Memupuk rasa solidaritas nasional dengan cara membiasakan diri dalam kehidupan bersama 4. Mendorong terjadinya pembauran secara alamiah sehingga mampu mengatasi perbedaan budaya. Komunikasi antar budaya mempunyai cakupan, antara lain: 1. Komunikasi antar ras yang bertujuan untuk menghilangkan prasangka rasial. 2. Komunitas antar etnik bertujuan untuk mensosialisasikan dan

membudayakan pertukaran informasi kebudayaan antar suku bangsa. 3. Komunikasi antar agama mempunyai tujuan untuk memupuk perilaku keagamaan dan sosial yang akomodatif

4. Komunikasi

antar

kelas

mempunyai

tujuan

untuk

menghindari

ketidakseimbangan dan deskriminasi 5. Komunikasi antar gender yang bertujuan untuk menjembatani kesenjangan hak dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat kaum laki-laki dan perempuan

2.2 Manusia Kesetaraan dan Problematika Kesetaraan serta Solusinya dalam Kehidupan Masyarakat dan Negara 2.2.1 Manusia Kesetaraan Kesetaraan warga dan hak budaya adalah unsur-unsur mendasar yang ada dalam unsur demokrasi, yang menekankan pentingnya hak individu dan kesetaraan individu atau warga, dan toleransi terhadap perbedaan dan keanekaragaman. Pengakuan akan prinsip kesetaraan dan kesedarajatan itu secara yuridis diakui dan dijamin oleh negara melalui UUD45. Warga negara tanpa dilihat perbedaan ras, suku, agama, dan budayanya diperlakukan sama dan memiliki kedudukan yang sama. Dalam hukum dan pemerintahan negara Indonesia mengakui adanya prinsip persamaan kedudukan warga negara. Hal ini dinyatakan secara tegas dalam Pasal 27 ayat (1) UUD45 bahwa segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Dinegara demokrasi, kedudukan dan perlakuan yang sama dari warga negara merupakan ciri utama karena demokrasi menganut prinsip persamaan dan kebebasan. Persamaan kedudukan di antara warga Negara, misalnya dalam bidang kehidupan seperti persamaan dalam bidang politik, hukum, kesempatan, ekonomi, dan sosial. Prinsip kesetaraan atau kesederajatan menjadi syarat jaminan akan persamaan derajat, hak, dan kewajiban. Indikator kesederajatan adalah sebagai berikut:

a. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender, dan golongan b. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang layak c. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan anggota masyarakat 2.2.2 Problematika Kesetaraan serta Solusinya dalam Kehidupan Masyarakat dan Negara Problem yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalah munculnya sikap dan perilaku untuk tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban antarmanusia atau antar warga. Perilaku yang membeda-bedakan orang disebut diskriminasi. Upaya untuk menekan dan menghapus praktikpraktik diskriminasi adalah melalui perlindungan dan penegakan HAM disetiap kehidupan manusia. Seperti negara kita Indonesia yang berkomitmen untuk melindungi dan menegakkan hak asasi warga negara melalui UndangUndang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM. Rumah tangga juga merupakan wilayah potensial terjadinya perilaku diskriminatif. Untuk mencegah terjadinya perilaku diskriminatif dalam rumah tangga, antara lain telah ditetapkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

III. SIMPULAN

Adapaun simpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah : 1. Keragaman masyarakat adalah suatu kenyataan sekaligus kekayaan dari bangsa Indonesia dan merupakan ciri khas yang membanggakan kita. 2. Faktor penyebab konflik adalah tidak adanya komunikasi dan pemahaman pada berbagai kelompok masyarakat dan budaya lain. 3. Konflik budaya diantaranya adalah etnosentrisme, stereotip, prasangka, rasisme, diskriminasi, dan space goating. 4. Solusi dari konflik keragaman adalah dibutuhkan kesadaran untuk menghargai, menghormati, serta menegakkan prinsip kesetaraan atau kesederajatan antar masyarakat tersebut. Satu hal yang penting adalah meningkatkan kesamaan pendapat tentang pemahaman antar budaya dan masyarakat sehingga menghilangkan konflik budaya. 5. Solusi lain dari konflik keragaman adalah semangat nasionalisme, semangat pluralism, dialog antar umat beragama, membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan antaragama, media massa, dan harmonisasi dunia. 6. Kesetaraan warga dan hak budaya adalah unsur-unsur mendasar yang ada dalam unsur demokrasi, yang menekankan pentingnya hak individu dan kesetaraan individu atau warga, dan toleransi terhadap perbedaan dan keanekaragaman. 7. Problematika kesetaraan adalah munculnya sikap dan perilaku untuk tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban antarmanusia atau antarwarga serta terjadinya diskriminasi. 8. Solusi dari masalah tersebut adalah adanya perlindungan dan penegakan HAM disetiap kehidupan manusia (Undang-Undang No. 39 Tahun 1999), adanya perlindungan anak (Undang-Undang No. 23 Tahun 2002), adanya penghapusan kekerasan dalam rumah tangga (Undang-Undang No. 23 Tahun 2004)

DAFTAR PUSTAKA

Setiadi, Elly M.2006. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Sutarno. 2007. Pendidikan Multikultur. Jakarta: Depdiknas

Você também pode gostar