Você está na página 1de 40

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI P UMUR 9 BULAN

DENGAN IMUNISASI CAMPAK DI POSYANDU


WONOREJO-TUMPANG
Tanggal 18 Februari 2010
Asuhan Kebidanan Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktek
Klinik Kebidanan Semester III

Oleh :
YESINTA ARIKA PUTRI
08.2.050

POLITEKNIK KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN


PROGRAM STUDI KEBIDANAN
MALANG
2010

LEMBAR PENGESAHAN
Nama Mahasiswa

YESINTA ARIKA PUTRI

NIM

08.2.050

Prodi

KEBIDANAN

Judul

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI P UMUR 9


BULAN

DENGAN

IMUNISASI

CAMPAK

DI

POSYANDU WONOREJO-TUMPANG TANGGAL 18


FEBRUARI 2010

Poncokusumo, 18 Februari 2010


Mengetahui,

Pembimbing Akademik

( Maria Veronica, Amd. Keb)

Pembimbing Klinik

( Sumarmi SST )

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan
yang berjudul Asuhan Kebidanan Pada Bayi P Umur 9 Bulan dengan Imunisasi
Campak di Posyandu Wonorejo-Tumpang ini dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat waktu.
Asuhan kebidanan ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan
dari beberapa pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Chaidir Karnanda Sp.PD, selaku Direktur Poltekkes RS dr. Soepraoen.
2. dr. Prabowo, Sp.OG, selaku KA Prodi Kebidanan Poltekkes RS dr. Soepraoen
3. Maria Veronica, Amd. Keb, selaku dosen Pembimbing Institusi
4. Sumarmi, SST. selaku Pembimbing Klinik
5. Serta teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan Asuhan
kebidanan ini
Penulis menyadari bahwa Asuhan Kebidanan masih jauh dari sempurna.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang dapat
memperbaiki kualitas Asuhan Kebidanan ini. Harapan penulis, semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Malang, Februari 2010

Penulis

DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL.......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................
1.2 Tujuan.................................................................................
1.3 Manfaat...............................................................................
1.4 Metode Penulisan................................................................
1.5 Sistematika Penulisan.........................................................

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori Imunisasi....................................................
2.2 Konsep Teori Campak......................................................
2.4 Konsep Manajemen Kebidanan Varney...........................

BAB III

TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian..........................................................................
3.2. Identifikasi Masalah...........................................................
3.3. Identifikasi Masalah Potensial...........................................
3.4. Identifikasi Kebutuhan Segera...........................................
3.5. Intervensi............................................................................
3.6. Implementasi......................................................................
3.7. Evaluasi..............................................................................

BAB IV

PEMBAHASAN......................................................................

BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan.........................................................................
5.2 Saran...................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga kelak apabila dia terpapar pada
antigen yang serupa maka tidak akan terjadi penyakit.
Campak yang masih menjadi momok nomor satu penyebab kematian
bayi di Indonesia secara global mengalami penurunan. Organisasi Kesehatan
Dunia (World Health Organization/WHO) menyatakan penurunan 60 persen
sejak tahun 1999. Jika pada tahun 1999 kematian bayi akibat campak di dunia
sekitar 873.000 di tahun 2005 menjadi 345.000 kematian. Sementara ini ada
beberapa daerah yang jumlah kasus terbanyak yaitu Sidoarjo (662 kasus),
Jombang (563 kasus), dan Tuban (308 kasus). Meski demikian, penyebaran
campak dari tahun ke tahun mengalami penurunan.
Oleh karena itu, pemberian imunisasi Campak yang tepat sesuai jadwal
terus membantu menurunkan angka kematian (morbiditas) ataupun angka
kejadian kesakitan (morbiditas) akibat penyakit campak.
Dari fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan
kebidanan pada bayi P umur 9 bulan dengan imunisasi campak di Posyandu
Wonorejo-Tumpang dengan harapan dapat memberikan imunisasi campak
dengan benar, sehingga tidak timbul komplikasi yang berlanjut.
1.2

Tujuan
1.2.1

Tujuan Umum
Setelah melaksanakan Asuhan Kebidanan pada bayi P umur 9 bulan
dengan

imunisasi

campak,

diharapkan

mahasiswa

mampu

melaksanakan asuhan kebidanan imunisasi BCG dengan baik dan


benar..
1.2.2

Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data baik data subyektif
maupun obyektif.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah yang
muncul dari hasil pengkajian.

3. Mahasiswa dapat mengantisipasi masalah potensial yang timbul


4. Mahasiswa dapat melakukan identifikasi kebutuhan segera
berdasarkan masalah potensial yang mungkin timbul.
5. Mahasiswa mampu mengembangkan rencana sesuai kebutuhan.
6. Mahasiswa dapat melakukan implementasi sesuai dengan rencana
yang sudah dibuat.
7. Mahasiswa dapat mengevaluasi semua tindakan yang sudah
dilakukan.
8. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan secara
menyeluruh.
1.3

Metode Penulisan
1. Wawancara

Makalah asuhan kebidanan ini dibuat dengan


menanyakan

langsung

kepada

klien

maupun

keluarga
2. Observasi

Makalah asuhan kebidanan ini dibuat dengan


melakukan pengamatan langsung dan melihat
tindakan yang dilakukan untuk pasien.

3. Praktek

Melakukan tindakan langsung kepada klien.

4. Studi Pustaka

Makalah asuhan kebidanan ini dibuat dengan


melihat teori-teori yang mengacu pada kasus yang
relevan.

1.4 Sistematika Penulisan


BAB I

PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan, metodologi penulisan dan
sistematika penulisan.

BAB II :

TINJAUAN TEORI
Isi berupa cuplikan/rujukan teori, konsep-konsep yang memiliki
relevansi dengan asuhan kebidanan yang diberikan beserta
konsep teori manajemen kebidanan sesuai dengan kasus yang
dihadapi.

BAB III :

TINJAUAN KASUS

Berisi tentang pengkajian data, Identifikasi diagnosa/masalah,


Identifikasi masalah potensial, Identifikasi kebutuhan segera,
Intervensi, Implementasi, Evaluasi.
BAB IV :

PEMBAHASAN
Berisi tentang pembahasan kesenjangan antara teori dengan kasus
dan praktek di lapangan.

BAB V :

PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1

KONSEP TEORI IMUNISASI


2.1.1

Pengertian
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti resisten atau kebal.
Imunisasi

merupakan

suatu

program

yang

dengan

sengaja

memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga


tubuh dapat mempunyai suatu sistem memori (daya ingat).
Ketika vaksin masuk ke dalam tubuh, maka akan dibentuk
antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan
menyimpannya sebagai suatu pengalaman.
(Atikah Roverawati dan Citra Setyo Dwi Andini, 2010 : 7)
Istilah-Istilah :
1. Vaksin :

Suatu

suspensi

mikroorganisme

hidup

yang

dilemahkan atau mati atau bagian antigenik agen ini


yang

diberikan

pada

hospes

potensial

untuk

menginduksi.
2. Toksiod :

Suatu toksin bakteri yang diubah, yang telah dibuat


nontoksis tetapi mempertahankan kemampuan untuk
merangsang pembentukan antitoksin.

3. Globulin imun :

Suatu larutan yang mengandung antibodi yang


berasal dari darah manusia, yang diperoleh
dengan fraksionasi etanol dingin, kumpulan
besar plasma dan digunakan terutama untuk
mempertahankan imunitas orang-orang yang
mengalami defisiensi imun atau imunisasi
pasif, tersedia dalam preparat intramuskular
dan intravena.

4. Antitoksin

Antibodi yang berasal dari serum binatang,


dari rangsangan binatang, dengan antigen
spesifik yang digunakan untuk memberikan
imunitas pasif.

(Nelson,2000)
Kandungan Antigen :
Vaksin hidup yang dilemahan (BCG, OPV, Campak, MMR,
Varicela, Tipus ora).
Vaksin inactive : Toksoid, rekombinan, konjugasi, sel utuh,
sebagian sel (Hep. A, B, DPT2T, Tipus Inj, IPV HIB)
Program :
Perkembangan Program Imunisasi (PPI) : Hep. B, BCH, Anti
Polio, DPT, Campak.
Non PPI : Hib, Hep. A, MMR, Varicela.
(Burhan Hidayat, 2001 : 125)
2.1.2

Tujuan Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan
kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta
anak , yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara
umum tujuan imunisasi, antara lain :
a. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.
b. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.
c. Imunisasi menurunkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitas
(kematian).
(Atikah Roverawati dan Citra Setyo Dwi Andini, 2010 : 5)

2.1.3

Manfaat Imunisasi
a. Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
b. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak
sakit, mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin
bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

c. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
(Atikah Roverawati dan Citra Setyo Dwi Andini, 2010 : 5-6)

2.1.4

Sasaran
a. Jenis penyakit yang dapat dicegah :
Tuberculosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Hep. B, Hep. A,
Meningitis, Haemophilus Influenza tipe b, Kolera, Rabies,
Japanese encephalitis, tifus abdominalis, Rubella, Varicela,
Pneumoni Pneumokokus, Parotitis epidemika.
b. Jenis penyakit menular masuk program imunisasi : Tuberculosis,
Difteria, Pertusis, Polio, Campak, Tetanus, dan Hepatitis.
( Depkes RI : 2005)
Sasaran yang diimunisasi :
Orang-orang yang beresiko tinggi terkena suatu penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi, perlu diberi imunisasi.
1. Bayi dan anak balita, anak sekolah, remaja
2. Orang tua, manula
3. Top manager/eksekutif perusahaan
4. Calon jamaah haji atau umroh
5. Orang yang akan bepergian ke luar negeri
6. dll
(Atikah Roverawati dan Citra Setyo Dwi Andini, 2010 : 5-6)

2.1.5

Jenis Imunisasi
a. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif alami : tubuh anak aktif membuat sendiri zat
antibodi yang akan bertahan selama bertahun-tahun bahkan
seuimur hidup sakit campak.
Imunisasi aktif buatan / didapat : tubuh anak tidak membuat
sendiri antibodi tetapi mendapatkan suntikan dari luar sehingga

tubuh dirangsang untuk membentuk antibodi pemberian


imunisasi.
b. Imunisasi Pasif :
Imunisasi pasif alami : dalam hal ini tubuh anak tidak
membentuk antibodi sendiri tetapi mendapatkan langsung dari
ibunya

misalnya

kekebalan

terhadap

penyakit

tetanus

neonaturum.
Imunisasi pasif buatan atau didapat : tubuh anak memperoleh
kekebalan dari luar misalnya melalui penyuntikan dengan ATS
atau ADS.
(http://tiasabrina.blogspot.com/2009/06/imunisasivaksinasi.intra.html)

2.1.6

Hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan vaksin :


a. Kerusakan vaksin terhadap suhu
Masing-masing vaksin mempunyai kepekaan yang berbeda
terhadap suhu yang tidak tepat. Paparan suhu yang tidak tepat
mengakibatkan umur penggunaan vaksin berkurang.
b. Kerusakan vaksin terhadap sinar matahari atau sinar ultraviolet
Semua vaksin akan rusak jika terkenaa sinar matahari langsung
serta sinar ultraviolet. Vaksin yang tidak habis pada pelayanan
statis (Puskesmas, Rumah Sakit, dan praktek swasta) dapat
dipergunakan lagi pada pelayanan hari berikutnya, dengan beberpa
syarat :
1. Vaksin belum kadaluarsa
2. Vaksin disimpan dalam suhu 2-8oC
3. Tidak pernah terendam air
4. Sterilitasnya terjaga

c. Masa pakai vaksin yang sudah dibuka


No
Vaksin
Masa Pakai
1.
BCG
3 jam
2.
Campak
6 jam
3.
Polio
2 minggu
4.
DPT?HB
4 minggu
5.
DT
4 minggu
6.
TT
4 minggu
(Buku Acuan Imunisasi Dasa Bagi Pelaksana Imunisasi,2008)

2.1.7

Jadwal Imunisasi Pada Anak


a. Program Pengembangan Imunisasi ( PPI diwajibkan)
Vaksin
BCG
HB

Jadwal Pemberian Usia


Ulangan/booster
Melawan
Waktu lahir

Tuberculosis
Waktu lahir dosis 1
1 tahun (pada bayi Hepatitis B
1 bulan dosis 2

yang lahir denga Hep

6 bulan dosis 3
DPT dan 3 bulan dosis 1

B)
18 bulan booster 1

Dipteria,

Polio

4 bulan dosis 2

6 tahun booster 2

Pertusis,

5 bulan dosis 3

12 tahun booster 3

Tetanus, dan

Campak

Polio
9 bulan

Campak
(Buku Acuan Imunisasi Bagi Pelaksana Imunisasi/Bidan)

b. Program Imunisasi Non-PPI (dianjurkan)


Vaksinasi
MMR

Jadwal Pemberian
1-2 tahun

Ulangan/booster
12 tahun

Melawan
Measles,

meningitis,
Hib

3 bulan dosis 1

rubella
Hemophilus

18 bulan

4 bulan dosis 2
Hepatitis A
Cacar air

influenza

5 bulan dosis 3
Tipe B
12-18 bulan

Hepatitis A
12-18 bulan

Cacar air
(Buku Acuan Imunisasi Bagi Pelaksana Imunisasi/Bidan)

c. Program Imunisasi pada Wanita Usia Subur


Imunisasi

Selang Waktu

Masa Perlindungan

Dosis

T1

0,5 cc

T2

4 minggu setelah T1

3 tahun

0,5 cc

T3

6 bulan setelah T2

5 tahun

0,5 cc

T4

1 tahun setelah T3

10 tahun

0,5 cc

T5

1 tahun setelah T4

25 tahun

0,5 cc

(Buku Acuan Imunisasi Bagi Pelaksana Imunisasi/Bidan)


d. Program Imunisasi pada Anak Sekolah Dasar atau sederajat
Anak Sekolah

Pemberian

Dosis

Kelas 1

DT 1x, Campak 1x

0,5 cc

Kelas 2

TT 1x

0,5 cc

Kelas 3

TT 1x

0,5 cc

(Buku Acuan Imunisasi Bagi Pelaksana Imunisasi/Bidan)


2.1.8

Jenis-jenis Vaksin dalam Program Imunisasi


a. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine)
Merupakan jenis vaksin yang dilemahkan.
-

Untuk pemberian kekebalah aktif terhadap tuberculosa

Kemasan dalam ampul, beku kering.

b. Vaksin DPT
Vaksin yang terdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan
serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi.
-

Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri,


pertusis dan tetanus.

Kemasan dalam vial, berbentuk cairan.

c. Vaksin TT
Vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah dimurnikan
dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat.
-

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus.

Kemasan dalam vial, berbentuk cairan.

d. Vaksin DT
Vaksin yang mengandung toxoid difteri dan tetanus yang telah
dimurnikan.
-

Untuk pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan


tetanus.

Kemasan dalam vial, berbentuk cairan.

e. Vaksin Polio
Vaksin polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis
tipe 1, 2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan.
-

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis.

Kemasan dalam vial, berbentuk cairan.

f. Vaksin Campak
Merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan.
-

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.

Kemasan dalam vial, berbentuk beku kering.

g. Vaksin Hepatitis B
Vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan.
-

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang


disebabkan oleh virus hepatitis B.

Kemasan dalam vial dan prefill injection device, berbentuk


cairan.

h. Vaksn DPT-HB
-

Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus


yang dimurnikan dan pertusif yang diinaktivasi, serta vaksin
Hep. B yang merupakan sub unit vaksin virus yang
mengandung Hb5A9 murni dan bersifat non infectious.

Kemasan dalam vial, warna vaksin putih keruh.

(http://piogama.ugm.ac.id/index.php/2009/02/vaksin-untuk-imunisasi/html)

2.2

KONSEP TEORI IMUNISASI CAMPAK


2.2.1

Pengertian
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan.
Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit
virus strain CAM 70, dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin
dan 30 mcg residu erythromycin. Vaksin ini berbentuk vaksin beku
kering yang harus dilarutkan hanya dengan pelarut steril yang tersedia
secara terpisah.
(http://www.biofarma.co.id/ind/product_measles.html)
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada
anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan
gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles,
rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya
mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam
bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis
kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi
aktif, dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang
telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan
terhadap campak adalah bayi berumur lebih dari 1 tahun, bayi yang
tidak mendapatkan imunisasi dan remaja serta dewasa muda yang
belum mendapatkan imunisasi kedua sehingga merekalah yang
menjadi target utama pemberian imunisassi campak.
Vaksinasi campak di Indonesia termaasuk dalam imunisasi rutin,
diberikan pada bayi umur 9 bulan. Kadar antibodi campak tidak dapat
dipertahankan sampai anak menjadi dewasa. Pada usia 5-7 tahun,
sebanyak 29,3% anak pernah menderita campak walaupun pernah
diiimunisasi.
diantaranya

Sedangkan

kelompok

yang mempunyai

10-12

tahun

hanya

50%

titer antibodi di atas ambang

pencegahan. Berarti, anak usia sekolah separuhnya rentan terhadap


campak dan imunisasi campak satu kali saat bayi berumur 9 bulan
tidak dapat memberi perlindungan jangka panjang.
(dr. J.B. Suharjo B. Cahyono, Sp.PD, dkk , 2010 : 83-84)

2.2.2

Kemasan
Vaksin tersedia dalam kemasan vial 10 dosis + 5 ml pelarut dalam
ampul.
(http://www.biofarma.co.id/ind/product_measles.html)
a. 1 box vaksin terdiri dari 10 vial
b. 1 vial berisi 10 dosis
c. 1 box pelarut berisi 10 ampul @ 5 ml
d. Vaksin ini berbentuk beku kering
(Atikah Roverawati dan Citra Setyo Dwi Andini, 2010 : 53)

2.2.3

Komposisi
Tiap dosis vaksin yang sudah dilarutkan mengandung :
Virus Campak >= 1.000 CCID50
Kanamycin sulfat <= 100 mcg
Erithromycin <= 30 mcg
(http://www.biofarma.co.id/ind/product_measles.html)

2.2.4

Cara Pemberian
Imunisasi campak terdiri dari dosis 0,5 ml yang disuntikkan
secara subkutan, lebih baik pada lengan atas. Pada setiap penyuntikan
harus menggunakan jarum dan syringe yang steril.
Vaksin yang telah dilarutkan hanya dapat digunakan pada hari itu
juga (maksimum untuk 8 jam) dan itupun berlaku hanya jika vaksin
selama waktu tersebut disimpan pada suhu 2-8C serta terlindung dari
sinar matahari. Pelarut harus disimpan pada suhu sejuk sebelum
digunakan.
Satu dosis vaksin campak cukup untuk membentuk kekebalan
terhadap infeksi. Di negara-negara dengan angka kejadian dan
kematian karena penyakit campak tinggi pada tahun pertama setelah
kelahiran, maka dianjurkan imunisasi terhadap campak dilakukan
sedini mungkin setelah usia 9 bulan (270 hari). Di negara-negara yang
kasus campaknya sedikit, maka imunisasi boleh dilakukan lebih dari

usia tersebut. Vaksin campak tetap aman dan efektif jika diberikan
bersamaan dengan vaksin-vaksin DT, Td, TT, BCG, Polio, (OPV dan
IPV), Hepatitis B, dan Yellow Fever.
(http://www.biofarma.co.id/ind/product_measles.html)
Sebelum disuntikkan, vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan
dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
Kemudian suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan.
Cara pemberian :
a. Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan
seluruh lengan telanjang
b. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi, dan gunakan jari-jari
tangan untuk menekan ke atas lengan bayi.
c. Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas dengan
sudut 45 derajat
d. Usahakan kestabilan posisi jarum
(Atikah Roverawati dan Citra Setyo Dwi Andini, 2010:53-54)
Cara pemberian vaksinasi campak :

Vaksin

Campak

dilarutkan

dulu

sebelum

saat

pelayanan akan dimulai.

Buka tutup torak dan tutup jarum.

Tusukkan jarum tersebut ke vial vaksin. Pastikan


ujung jarum selalu berada didalam cairan vaksin, jauh dibawah
permukaan cairan vaksin, sehingga tidak ada udara yang masuk
kedalam semprit.

Tarik torak perlahan-lahan agar cairan vaksin masuk


kedalam semprit, sampai torak terkunci secara otomatis, torak tidak
dapat ditarik lagi.

Cabut jarum dari vial, keluarkan udara yang tersisa


dengan cara mengetuk alat suntik dan mendorong torak sampai
pada skala 0,5 cc.

Bersihkan kulit dengan air hangat, kemudian suntikan vaksin


secara

intramuskular

(lakukan

aspirasi

sebelumnya

untuk

memastikan apakah jarum tidak menembus pembuluh darah). Alat

suntik yang telah dipakai langsung dibuang kedalam insinerator


tanpa penutup jarum dan penutup torak.
(www.gizi.net/pedoman-gizi/download/ped-padu-vita-kota.doc)
2.2.5

Efek Samping
Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan
selama 3 hari yang dapat terjadi 8 - 12 hari setelah vaksinasi.
(Atikah Roverawati dan Citra Setyo Dwi Andini, 2010:54)
Terjadinya Encephalitis setelah vaksinasi pernah dilaporkan yaitu
dengan perbandingan 1 kasus per 1 juta dosis yang diberikan.
(http://www.biofarma.co.id/ind/product_measles.html)
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare,
konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).
(http://mypijar.blogspot.com/2005_04_01_archive.html)

2.2.6

Kontra Indikasi
Pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada orang yang
mengalami immunodefisiensi atau individu yang diduga menderita
gangguan respon imun karena leukimia, dan limfoma.
(Atikah Roverawati dan Citra Setyo Dwi Andini, 2010:54)
Terdapat beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengan pemberian
vaksin campak. Walaupun berlawanan penting untuk mengimunisasi
anak yang mengalami malnutrisi. Demam ringan, infeksi ringan pada
saluran nafas atau diare, dan beberapa penyakit ringan lainnya jangan
dikategorikan sebagai kontraindikasi. Kontraindikasi terjadi bagi
individu yang diketahui alergi berat terhadap kanamycin dan
erithromycin. Karena efek vaksin virus campak hidup terhadap janin
belum diketahui, maka wanita hamil termasuk kontraindikasi.
Vaksin Campak kontraindikasi terhadap individu-individu yang
mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga
menderita gangguan respon imun karena leukimia, lymphoma atau
generalized malignancy.
(http://www.biofarma.co.id/ind/product_measles.html)

Kontra indikasi pemberian vaksin campak:


-

infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38Celsius

gangguan sistem kekebalan

pemakaian obat imunosupresan

alergi terhadap protein telur

hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin

wanita hamil.
(http://mypijar.blogspot.com/2005_04_01_archive.html)

2.2.7

Penyimpanan dan kadaluarsa


Vaksin Campak beku-kering harus disimpan pada suhu dibawah 8 C
(kalau memungkinkan di bawah 0 C) sampai ketika vaksin akan
digunakan. Tingkat stabilitas akan lebih baik jika vaksin (bukan
pelarut) disimpan pada suhu -20 C. Pelarut tidak boleh dibekukan
tetapi disimpan pada kondisi sejuk sampai dengan ketika akan
digunakan.

Vaksin

harus

terlindung

dari

sinar

matahari.

Daluarsa : 2 tahun.
2.2.8

Sasaran
Pada saat bayi dalam kandungan, antibody ibu khusus campak
disalurkan ke bayi melalui plasenta atau ari-ari dan akan menetap
sampai bayi dilahirkan. Pada umur 9 bulan hanya sekitar 10% bayi
yang masih mempunyai antibody dari ibu. Bila imunisasi diberikan
pada bayi yang masih mempunyai antibody dari ibu, pembentukan
antibody spesifik campak sebagai tujuan dari imunisasi itu sendiri
dapat terganggu.
(http://www.biofarma.co.id/ind/product_measles.html)
Imunisasi campak diberikan pada semua balita (6 bulan 5 tahun)
tanpa melihat status imunisasi.
(Pedoman Keterpaduan Pemberian Kapsul Vitamin A dan Imunisasi
Campak

di

daerah

Kumuh

Perkotaan/www.gizi.net/pedoman-

gizi/download/ped-padu-vita-kota.doc)
Berikut ini adalah jadwal imunisasi anak rekomendasi Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI) Periode 2004 (revisi September 2003):

Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan


program BIAS pada SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila telah
mendapatkan MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu
diberikan.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Jadwal_imunisasi)

2.3

KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN


2.3.1

PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama

Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus


jelas dan lengkap : nama depan, nama tengah (bila
ada), nama

keluarga, dan nama

panggilan

akrabnya.
(Diagnosis Fisis Pada Anak, 2003:5)

Umur

Umur pasien sebaiknya didapat dari tanggal lahir,


yang dapat ditanyakan ataupun dilihat dari Kartu
Menuju

Sehat

atau

pemeriksaan

kesehatan

lainnya.
(Diagnosis Fisis Pada Anak,2003:5)
Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2
merupakan program BIAS pada SD kelas 1, umur
6 tahun. Apabila telah mendapatkan MMR pada
umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Jadwal_imunisasi)
Jenis Kelamin

Jenis kelamin pasien sangat diperlukan,


selain untuk identitas juga untuk penilaian
data pemeriksaan klinis, misalnya nilainilai

baku,

insidens

seks,

penyakit-

penyakit terangkai seks (sex-linked).


(Diagnosis Fisis Pada Anak,2003:5)
Nama orangtua :

Nama ayah, ibu, atau wali paien harus


dituliskan dengan jelas agar tidak keliru
dengan orang lain, mengingat banyak
sekali nama yang sama. Bila ada, titel yang
bersangkutan harus disertakan.
(Diagnosis Fisis Pada Anak,2003:6)

Agama :

Data tentang agama dan suku bangsa juga


memantapkan identitas; disamping itu perilaku
seseorang tentang kesehatan dan penyakit sering
berhubungan dengan agama dan suku bangsa.
Kebiasaan,

kepercayaan,

dan

tradisi

dapat

menunjang namun tidak jarang dapat menghambat


perilaku hidup sehat. Beberapa penyakit juga
mempunyai predileksi rasial tertentu.
(Diagnosis Fisis Pada Anak,2003:6)
Umur, pendidikan, dan pekerjaan orang tua :
Selain

sebagai

tambahan

identitas,

informasi

tentang

pendidikan dan pekerjaan orang tua, baik ayah maupun ibu,

dapat menggambarkan keakuratan data yang akan diperoleh


serta dapat ditentukan pola pendekatan dan anamnesis. Tingkat
pendidikan orang tua juga berperan dalam pendekatan
selanjutnya, misalnya dalam pemeriksaan penunjang dan
penentuan tata laksanan pasien selanjutnya.
(Diagnosis Fisis Pada Anak,2003:6)
Alamat :

Tempat tinggal pasien harus dituliskan dengan


jelas dan lengkap, dengan nomor rumah, nama
jalan, RT, RW, kelurahan dan kecamatannya, serta
bila ada nomor teleponnya. Kejelasan alamat
keluarga ini amat diperlukan agar sewaktu-waktu
dapat dihubungi, misalnya bila pasien menjadi
sangat gawat, atau perlu tindakan operasi segera,
ataau perlu pembelian obat/alat yang tidak tersedia
di rumah sakit, dan lain sebagainya. Disamping itu
setelah

pasien

pulang

mungkin

diperlukan

kunjungan rumah, misalnya kerena pasien tidak


datang kontrol ( pasien talasemia, kronik lain).
Kunjungan rumah juga diperlukan untuk tata
laksana kasus yang mempunyai latar belakang
psikososial-ekonomi

dan

budaya,

misalnya

perlakuan salah dan penelantaran anak (child


abuse and neglect, battered child syndrome),
mengetahui lingkungan tempat tinggal terhadap
penduduk penderita demam berdarah dengue,
campak, atau tuberkulosis.
(Diagnosis Fisis Pada Anak,2003:6)
2. Alasan Datang
Alasan ibu untuk mengimunisasikan campak bayinya karena
ingin mencegah dari penyakit campak.
3. Riwayat Penyakit yang pernah diderita
Penyakit yang pernah diderita anak sebelumnya perlu
diketahui.
(Diagnosis Fisis Pada Anak,2003:7)

Imunisai campak tidak boleh diberikan pada kondisi seorang


anak yang pernah menderita gangguan sistem kekebalan,
pemakaian obat imunosupresan, alergi terhadap protein telur,
hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin.
(http://mypijar.blogspot.com/2005_04_01_archive.html)
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat perjalanan penyakit ini disusun cerita yang
kronologis, terinci, dan jelas mengenai keadaan kesehatan
pasien. Perlu pula diketahui keadaan atau penyakit yang
mungkin berkaitan dengan penyakit sekarang.
(Diagnosis Fisis Pada Anak,2003:7)
Imunisai campak tidak boleh diberikan pada kondisi seorang
anak yang menderita penyakit infeksi akut yang disertai demam
lebih dari 38Celsius, gangguan sistem kekebalan, pemakaian
obat

imunosupresan,

alergi

terhadap

protein

telur,

hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin.


(http://mypijar.blogspot.com/2005_04_01_archive.html)
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Data keluarga pasien perlu diketahui dengan akurat untuk
memperoleh gambaran keadaan sosial-ekonomi-budaya dan
kesehatan keluarga pasien. Banyak penyebab kesakitan maupun
kematian yang berlatar belakang pada keadaan sosial-ekonomi
keluarga, misalnya malnutrisi, atau tuberkulosis. Pelbagai jenis
penyakit bawaan dan penyakit keturunan juga mempunyai latar
belakang sosial-budaya ataupun mempunyai kecenderungan
familial.
(Diagnosis Fisis Pada Anak,2003:16)
Imunisai campak tidak boleh diberikan pada kondisi seorang
anak yang memiliki riwayat keluarga dengan hipersensitivitas
(reaksi tubuh yang terlalu sensitif) yang hebat, daya tahan
tubuh yang rendah, gizi buruk, dan sedang menderita penyakit
lainnya (HIV,diabetes melitus)
(dr. J.B. Suharjo dan B. Cahyono, Sp.PD,dkk.2010 :81)

5. Riwayat Prenatal, Natal, dan Post Natal


Prenatal
Hal pertama yang perlu ditanyakan adalah keadaan kesehatan
ibu selama hamil, ada atau tidaknya penyakit, serta upaya yang
dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut. Dirinci pula
berapa kali ibu melakukan kunjungan antenatal dan kepada
siapa kunjungan antenatal dilakukan (dukun, perawat, bidan,
dokter umum, dokter spesialis). Apakah ibu mendapat toksoid
tetanus (terutama pada kasus tetanus neonatarum). Obat-obatan
yang diminum pada usia kehamilan muda (trimester pertama)
mungkin dapat menyebabkan cacat bawaan pada bayinya,
misalnya obat penenang seperti talidomid dapat menyebabkan
terjadinya amelia atau fokomelia. Infeksi beberapa jenis virus,
misalnya virus rubela, yang terjadi pada trimester pertama
kehamilan dapat menyebabkan cacat bawaan pada bayi
(sindrom rubela). Demikian juga cacat bawaan serta bayi berat
lahir rendah dapat terjadi akibat infeksi kongnental (termasuk
TORCH, toksoplasma, rubela, cytomegalovirus dan herpes
simplek maupun HIV). Pada bayi yang lahir kecil untuk masa
kehamilan perlu ditanya apakah ibu merokok, atau minum
minuman keras, serta anamnesis yang cermat tentang makanan
ibu selama hamil.
(Diagnosis Fisis Pada Anak,2003:12-13)
Natal
-

Ibu melahirkan ditolong tenaga kesehatan secara normal


dengan UK > 36 minggu, dengan BBL 2500-3500
gram, PB 45-50 cm, LIKA 33-35 cm, LIDA 30-33 cm,
berjenis kelamin P/L, langsung menangis, dan tidak ada
cacat.
(Musrifatul dan A. Azis. KDPKK, 2006 : 153)

Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi,


infeksi aktif, dan kekebalan pasif pada seorang bayi

yang lahir dari ibu yang telah kebal (berlangsung


selama 1 tahun).
(dr. J.B. Suharjo B. Cahyono, Sp.PD, dkk , 2010 : 83)
Post Natal
-

Ibu masa nifas tidak ada keluhan langsung menyusui


bayinya.
(http://mypijar.blogspot.com/2005_04_01_archive.html)

7. Riwayat Imunisasi Yang Lalu


Status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun imunisasi
ulangan (booster) harus secara rutin ditanyakan. Bila mungkin
di lengkapi dengan tanggal saat imunisasi dan tempat imunisasi
diberikan. Hal-hal tersebut diperlukan untuk mengetahui status
perlindungan pediatrik yang diperoleh. Informasi tentang
imunisasi juga dapat dipakai sebagai umpan-balik tentang
perlindungan pediatrik yang diberikan.
(Diagnosis Fisis Pada Anak,2003:14)
8. Data Pertumbuhan dan Perkembangan
Bayi di usia ini biasanya sudah mengerti jika dilarang.
Kemudian, bayi sudah bisa diajak bermain cilukba. Bayi anda
bisa berkata mama, papa, dada, tata, menikmati berbicara
banyak yang tidak diketahui maknanya (immature jargoning).
Bayi anda sudah bisa berekspresi terhadap lingkungannya
dengan tersenyum. Selain itu, bayi mulai takut terhadap orang
yang tidak dikenal dan ia biasanya akan menangis. Lalu, bayi
sudah bisa mendengarkan secara seksama, ketika mendengar
suara dan mencari sumbernya. Bahkan, bayi sudah bisa
mengamati objek sebaik mengamati orang. Tak hanya itu, bayi
juga sudah bisa memakan kue yang dipegangnya, minum dari
cangkir dan makan dari sendok.
(http://bayisehat.blogspot.com/2005/03/perkembangankepandaian-bayi-hingga_22.html)
9. Pola Kebiasan sehari-hari

Nutrisi

Bayi minum ASI dan susu formula 60-120


ml/hari, makan sari buah, sereal tiap 3x/hari,
nasi tim

Eliminasi :

BAK 8-10x/hari dalam 24 jam atau lebih dari 6


kali dalam 24 jam warna kuning jernih sampai
kuning muda. BAB 2-3x/hari dengan warna
kuning

Istirahat

Siang dan malam hampir selalu 16-18 jam/hari

Aktifitas

Bayi minum ASI, susu formula, tidur, menangis,


mengompol, gerak aktif, bermain, berjalan.

Kebersihan : Ganti popok cukup BAB/BAK, mandi 2x/hari


dengan air hangat.
(http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/02/files-ofdrsmed-kebutuhan-dasar-balita.pdf)
10. Genogram

20
th

23 th

1bln

B.

Laki-laki

garis keturunan

Perempuan

tinggal 1 rumah

Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran

: Composmentis

Tanda-tanda Vital :
Dalam batas normal untuk anak usia 1 bulan
TD

: 96/65 mmHg

: klien

RR

: 30-40 x/menit

: 36,5 37,5oC
(M. Uliyah dan A. Aziz,2006 :164)

2. Pemeriksaan Antropometri
BB : 6,5 kg 10,4 kg
PB

: 65,5-75,0 cm

LIKA

: 41,5-47 cm

LILA

: 12-15 cm

LIDA

: 43-46 cm
(Bobak,Jenan.2004 : 385)

3. Data KMS
Untuk mengetahui tanggal imunisasi sebelumnya tanggal
imunisasi berikutnya.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Muka

: tidak pucat, tidak oedem

Mata

: simetis, konjungtiva merah muda, sklera putih

Hidung : tidak ada kelainan, tidak ada sekret, tidak


tampak pernapasan cuping hidung
Telinga : simetris, tidak ada serumen
Mulut

: bibir warna kemerahan, lembaab, gigi sudah


tumbuh, tidak ada kelainan

Dada

: simetris, tidak ada retraksi dinding dada

Perut

: tidak ada pembesaran perut

b) Palpasi
Kepala : tidak terba benjolan abnormal
Perut

: tidak kembung

c) Auskultasi
Dada

: tidak terdengar ronchi maupun wheezing

Abdomen : terdengar bising usus

(Musrifatul Uliyah dan A. Aziz Almul, 2006 : 153-156)


2.3.2

IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH


Dx

Bayi umur ....dengan imunisasi campak

Ds

Ibu mengatakan bayinya berumur ..........


Ibu mengatakan akan mengimunisasi .........
Ibu mengatakan bayinya sehat

Do

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran

: Composmentis

Tanda-tanda Vital : Dalam batas normal


Pemeriksaan fisik :
Mata

simetis, konjungtiva merah muda, sklera putih

Dada

simetris, tidak ada retraksi dinding dada,tidak


terdengar ronchi maupun wheezing

Perut
2.3.3

tidak ada pembesaran perut

MASALAH DIAGNOSA POTENSIAL


(-)

2.3.4

PEMENUHAN KEBUTUHAN SEGERA


(-)

2.3.5

INTERVENSI
Dx

Tujuan :

Bayi ..... umur ..... dengan campak


Memberikan imunisasi campak dengan dosis dan cara
penyuntikan yang benar

KH

Terhindar dari komplikasi

Menyuntik imunisasi campak dengan benar

Ibu mampu mengulang dan menjawab pertanyaan


petugas

Intervensi :
1. Informasikan pada ibu tentang bayinya
R/ Informasi yang baik membuat ibu lebih kooperatif dalam
menerima asuhan.

2. Jelaskan pada ibu tentang manfaat dan prosedur imunisasi campak


R/ Persepsi yang sama meningkatkan sikap kooperatif ibu dalam
menerima asuhan
3. Siapkan alat, pasien, dan lingkungan
R/ Persiapan

yang

benar

memperlancar

proses

pemberian

informasi
4. Lakukan penyuntikan yang benar
R/ Pemberian imunisasi yang benar dapat meningkatkan efektifitas
obat
5. Berikan KIE tentang reaksi dan perawatan post pemberian
imunisasi campak
R/ Persepsi yang sama meningkatkan sikap kooperatif ibu dalam
menerima asuhan
6. Catat hasil imunisasi campak pada buku KMS
R/ Bukti tanggung jawab dan tanggung gugat
7. Anjurkan ibu untuk segera membawa bayi ke nakes jika ada
keluhan.
R/ Mendeteksi dini kelainan dan mencegah komplikasi
8. Anjurkan ibu untuk tetap membawa bayinya ke posyandu rutin
R/ Pemantauan berkala akan menekan dari kelainan yang timbul
dan penyakit akan terdeteksi secara dini.
2.3.6

IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai intervensi

2.3.7

EVALUASI
Sesuai dengan kriteria hasil

BAB III
TINJAUAN KASUS
I.

PENGKAJIAN
Tanggal

: 18 Februari 2010

Waktu

: 11.00 WIB

A. Data Subyektif
1. Identitas Bayi / Anak.
Nama

: Bayi P

Umur/Tgl. Lahir

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

Islam

Bahasa yang dipakai

Anak ke-

Alamat yang mudah didatangi :


2.

9bulan/13 Mei 2010

Wonorejo

Identitas Orang Tua


Nama Ayah

Tn. D

Umur

24 tahun

Agama

Islam

Suku/bangsa

Jawa/Indonesia

Pendidikan

SMA

Pekerjaan

Swasta

Penghasilan

Rp. 1.000.000,-/bln

Alamat

Wonorejo

Nama ibu

Ny. L

Umur

22 tahun

Agama

Islam

Suku/bangsa

Jawa/Indonesia

Pendidikan

SMA

Pekerjaan

Penghasilan

Alamat

Wonorejo

3. Alasan datang
Ibu

mengatakan

bayinya

mengimunisasikan bayinya.
4. Riwayat Kesehatan Lalu

sekarang

berusia

bulan

dan

ingin

Ibu mengatakan bahwa bayinya tidak pernah menderita penyakit gangguan


sistem kekebalan, pemakaian obat imunosupresan, alergi terhadap protein
telur, hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin.
5. Riwayat Kesehatan Sekarang.
Ibu mengatakan bayinya sekarang dalam keadaan sehat dan, tidak sedang
menderita penyakit infeksi parah yang disertai demam lebih dari
38Celsius, gangguan sistem kekebalan, pemakaian obat imunosupresan,
alergi terhadap protein telur, hipersensitivitas terhadap kanamisin dan
eritromisin.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit
hipersensitivitas (reaksi tubuh yang terlalu sensitif) yang hebat, tidak ada
yang menderita gizi buruk, dan penyakit lainnya (HIV,diabetes melitus)
7. Riwayat Prenatal, Natal, dan Postnatal.
Prenatal
- TM I :

:
ibu mengatakan periksa di bidan 1x, mengeluh mual muntah
sampai usia kehamilan 2 bulan, mendapat vitamin dari bidan,
ibu tidak pernah menderita batuk berdarah.

- TM II : ibu mengatakan periksa di bidan 2x, mendapat tablet tambah


darah 30 tablet dan penyuluhan ibu hamil.
- TM III : ibu mengatakan periksa di bidan 2x, tidak ada keluhan,
mendapat terapi tablet tambah darah (30 tablet), vitamin dan
kalk.
Natal
Ibu melahirkan secara normal di bidan. Ibu melahirkan pada usia
kehamilan 39 minggu, bayi lahir tanggal 13 2009, jam : 08.00 WIB,
dengan jenis kelamin : laki-laki BBL : 3300 gr, PB : 50 cm, menangis
spontan dan tidak ada cacat.
Postnatal
Ibu mengatakan masa nifas 40 hari, tidak ada kelainan, dan segera
memberi ASI hingga saat ini.
7.

Riwayat Imunisasi yang Lalu

HB0

: 13-5-2009, tidak ada reaksi

BCG

: 15-6-2009, meninggalkan jaringan parut

DPT HB Combo

13-7-2009, 21-8-2009, 17-9-2009


Timbul reaksi demam, namun demam cepat turun
karena diberi obat dari bidan dan ibu mengompres
bekas suntikan.

Polio
8.

: 15-6-2009, 13-7-2009, 21-8-2009, 17-9-2009

Data Pertumbuhan dan Perkembangan


Motorik halus

Ibu mengatakan bayinya sudah bisa memegang


dengan jari telunjuk dan ibu jari, serta mengambil
mainan yang kecil

Motorik kasar

: Ibu mengatakan bayinya dapat berdiri dengan


pegangan dan bangkit pelan-pelan dan duduk
kembali.

Personal sosial

: Ibu mengatakan bayinya bisa bertepuk tangan,


da....da..., dan mengenal dengan senyum pada orang
di sekitar.

Bahasa

: Ibu

mengatakan

bayinya

sudah

bisa

bilang

ma....ma....pa....pa....
9.

Pola Kebiasaan Sehari-hari :


Nutrisi

Bayi minum ASI dan susu formula 60-120 ml/hari,


makan sari buah, nasi tim

Eliminasi

BAK 6-7 kali dalam 24 jam warna kuning jernih.


BAB 2-3x/hari warna kuning

Istirahat

Siang dan malam hampir selalu 12 jam/hari

Aktifitas

Bayi minum ASI, susu formula, tidur, menangis,


mengompol, gerak aktif, bermain, berjalan.

Kebersihan :

Ganti popok cukup BAB/BAK, mandi 2x/hari dengan


air hangat.

10. Genogram

24 th

22

th

9bln

Laki-laki

garis keturunan

Perempuan

tinggal 1 rumah

: klien

B. Data Obyektif
1.

2.

3.

Pemeriksaan Umum
KU

: baik

Kesadaran

: composmentis

TTV

: RR

: 30x/menit

: 110x/menit

: 36,5 oC

Pemeriksaan Antropometri
BB sekarang

: 9000 gr

PB

: 70 cm

Lingkar kepala

: 44 cm

Lingkar dada

: 46 cm

Data KMS
HB0

: 13-5-2009, tidak ada reaksi

BCG

: 15-6-2009, meninggalkan jaringan parut

DPT HB Combo

13-7-2009, 21-8-2009, 17-9-2009


Timbul reaksi demam, namun demam cepat turun
karena diberi obat dari bidan dan ibu mengompres
bekas suntikan.

Polio
4.

: 15-6-2009, 13-7-2009, 21-8-2009, 17-9-2009

Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Muka

tidak pucat, tidak oedem

Mata

simetis, konjungtiva merah muda, sklera putih

Hidung :

tidak ada kelainan, tidak ada sekret, tidak tampak


pernapasan cuping hidung

Telinga :

simetris, tidak ada serumen

Mulut

bibir warna kemerahan, lembaab, gigi sudah tumbuh,

tidak ada kelainan


Dada

simetris, tidak ada retraksi dinding dada

Perut

tidak ada pembesaran perut

b) Palpasi
Kepala :

tidak terba benjolan abnormal

Perut

tidak kembung

c) Auskultasi
Dada

: tidak terdengar ronchi maupun wheezing

Abdomen : terdengar bising usus


II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Dx

: Bayi umur 9 bulan dengan imunisasi campak

DS

: - Ibu mengatakan bahwa bayinya berumur 9 tahun


- Ibu mengatakan ingin mengimunisasi bayinya camapak
- Ibu mengatakan bayinya sehat.

DO

: KU

baik

Kesadaran : composmentis
TTV

BB

: RR

: 30x/menit

: 110x/menit

: 36,5 oC

: 9000 gr

Pemeriksaan Fisik:
Mata

: simetis, konjungtiva merah muda, sklera putih

Dada

: simetris, tidak ada retraksi dinding dada, ronchi maupun


wheezing tidak terdengar

Perut

: tidak ada pembesaran perut

Ekstrimitas : simeris, gerak aktif, tidak ada kelainan pada kulit


III. MASALAH DAN DIAGNOSA POTENSIAL
-

IV. PEMENUHAN KEBUTUHAN SEGERA


V. INTERVENSI
Dx

: Bayi umur 9 bulan dengan imunisasi campak

Tujuan : - Memberikan imunisasi campak, dengan dosis dan cara penyuntikan


yang benar dan tepat.
- Memberikan imformasi tentang imunisasi campak
KH

: - Terhindar dari komplikasi


- Menyuntik campak dengan benar.
- Ibu mengerti dan bisa menjawab dari petugas

Intervensi :
1. Informasikan pada ibu tentang keadaan bayinya
R/ Informasi yang baik membuat ibu lebih kooperatif dalam menerima
asuhan.
2

Jelaskan pada ibu tentang manfaat dan prosedur imunisasi campak


R/ Persepsi yang sama meningkatkan sikap kooperatif ibu dalam
menerima asuhan

3. Siapkan alat, pasien, dan lingkungan


R/ Persiapan yang benar memperlancar proses pemberian informasi
4. Lakukan penyuntikan yang benar
R/ Pemberian imunisasi yang benar dapat meningkatkan efektifitas obat
5. Berikan KIE tentang reaksi dan perawatan post pemberian imunisasi
campak
R/ Persepsi yang sama meningkatkan sikap kooperatif ibu dalam
menerima asuhan
6. Catat hasil imunisasi campak pada buku KMS
R/ Bukti tanggung jawab dan tanggung gugat
7. Anjurkan ibu untuk segera membawa bayi ke nakes jika ada keluhan.
R/ Mendeteksi dini kelainan dan mencegah komplikasi
8. Anjurkan ibu untuk tetap membawa bayinya ke posyandu rutin

R/ Pemantauan berkala akan menekan dari kelainan yang timbul dan


penyakit akan terdeteksi secara dini.
VI. IMPLEMENTASI
Dx

: Bayi umur 9 bulan dengan imunisasi campak

1. Menginformasikan pada ibu tentang keadaan bayinya bahwa bayi dalam


keadaan sehat dan tidak menderita penyakit apapun, sehingga bayi siap
untuk diimunisasi campak
2. Menjelaskan pada ibu tentang manfaat imunisasi campak yaitu mencegah
dari penyakit campak. Cara pemberian imunisasi campak yaitu dengan
menyuntik di 1/3 lengan atas sebelah kiri bayi secara subkutan (ke dalam
otot)
3. Menyiapkan alat, pasien, dan lingkungan
Alat

: kapas, air DTT dalam tempatnya, spuit 5 cc, vaksin, spuit


disposible 0,5 cc dan pelarutnya

Pasien :

meletakkan pasien ke arah kanan dan membuka baju


lengan atas

Lingkungan :

penerangan yang cukup dan tempat yang bersih

4. Memberikan imunisasi campak sesuai prosedur yang benar, yaitu


a. Mengoplos

vaksin

campak

kering

dengan

pelarutnya

dengan

menggunakan spuit 5 cc
b. Memasukkan jarum ke dalam ampul, menghisap vaksin dengan spuit
sebanyak 0,5 cc
c. Mengeluarkan udara dengan spuit tegak lurus dan vaksin tepat pada
skala 0,5 cc
d. Membasahi lengan yang akan disuntik dengan kapas DTT memutar dari
dalam ke luar
e. Memasukkan jarum ke dalam kulit secara SC dengan sudut 45 derajat,
kemudian aspirasi apakah ada darah yang keluar, jika ada berarti salah
dan segera cabut. Tetapi jika tidak ada, maka segera masukkan pelanpelan untuk mengurangi rasa sakit.
f. Mencabut jarum dengan cepat dan mengusap bekas suntikan dengan
kapas DTT dan langsung dibuang ke bengkok.
g. Beritahu ibu bahwa tindakan sudah dilakukan
h. Rapikan pasien dan alat.

5. Memberikan KIE tentang reaksi dan perawatan post pemberian imunisasi


campak. Reaksi yang timbul adalah demam dan akan turun setelah diberi
obat penurun panas, jika terjadi pembengkakan pada luka bekas suntikan,
maka segera kompres dengan air hangat. Namun hal tersebut tidak selalu
terjadi pada setiap bayi karena reaksi pada setiap bayi berbeda tergantung
pada daya tahan tubuh masing-masing bayi. Jika timbul gejala infeksi seperti
bengkak, merah, nanah, panas, nyeri, maka harus segera dibawa ke petugas
kesehatan.
6. Mencatat hasil imunisasi pada buku KMS bahwa imunisasi campak
dilakukan pada tanggal 18 Februari 2010.
7. Menjelaskan pada ibu, bila terjadi keluhan segera bawa bayi ke pelayanan
kesehatan terdekat agar segera tertangani sehingga mengurangi komplikasi.
8. Menganjurkan pada ibu untuk tetap rajin membawa bayinya ke posyandu
untuk memantau perkembangannya, walaupun jadwal imunisasi habis,
mungkin bisa melakukan penimbangan, konsultasi, dan lain sebagainya.
VII. EVALUASI
Tanggal 18 Februari 2010, pukul 11.20 WIB
Dx

Bayi usia 9 bulan dengan imunisasi campak

Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan dari petugas dan lega


bayinya telah di imunisasi.

A :

Ibu mengatakan akan melakukan anjuran yang diberikan petugas

Ibu tampak puas atas penjelasan petugas

Ibu mampu menjawab pertanyaan petugas

Imunisasi telah dilakukan sesuai prosedur

Bayi umur 9 bulan dengan imunisasi campak dan telah dilakukan imunisasi
campak pada tanggal 18 Februari 2010

P : - Anjurkan ibu kontrol jika ada keluhan seperti ada tanda infeksi
- Ingatkan ibu untuk rutin membawa bayinya ke posyandu untuk mengetahui
perkembangannya walaupun jadwal imunsasi telah habis.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada teori disebutkan bahwa pemberian imunisasi campak memiliki


persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu bayi harus berumur 9 bulan untuk campak-1
(http://id.wikipedia.org/wiki/jadwal_imunisasi) dan kondisi bayi dalam keadaan sehat
dan tidak sedang menderita penyakit apapun. Sedangkan pada kasus didapatkan bayi
P umur 9 bulan dalam keadaan sehat, sehingga memenuhi persyaratan untuk
dilakukan imunisasi, sehingga antara teori dengan praktek tidak ditemukan adanya
kesenjangan yang berarti.
Pada identifikasi diagnosa dan masalah potensial tidak ditemukan adanya
masalah. Diagnosa yang ditegakkan yaitu bayi umur 9 bulan dengan imunisasi
campak. Sehingga, intervensi yang direncanakan sesuai dengan diagnosa yang
dialami oleh bayi tersebut dengan tujuan agar tidak terjadi komplikasi dan mencegah
dari penyakit campak.
Prosedur pemberian imunisasi campak pada bayi P telah dilakukan dengan
benar dengan tujuan untuk mencegah penyakit campak. Pelaksanaan pemberian
imunisasi campak pada bayi P telah dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang
ada, diantaranya : menginformasikan pada ibu tentang prosedur pemberian imunisasi
campak, melakukan penyuntikan dengan benar (melakukan penyuntikan di 1/3 lengan
atas sebelah kiri secara SC dengan dosis 0,5 ml), memberi KIE yang jelas,
mengingatkan ibu untuk kontrol jika ada keluhan, dan menganjurkan ibu untuk rutin
membawa bayinya ke posyandu walaupun jadwal imunisasi telah habis.
Reaksi yang timbul setelah pemberian imunisasi campak adalah demam dan
akan turun setelah diberi obat penurun panas. Jjika terjadi pembengkakan pada luka
bekas suntikan, maka dianjurkan kepada ibu untuk segera mengompres luka bekas
suntikan dengan air hangat. Namun hal tersebut tidak selalu terjadi pada setiap bayi
karena reaksi pada setiap bayi berbeda tergantung pada daya tahan tubuh masingmasing bayi.
Di dalam evaluasi tidak terjadi komplikasi setelah dilakukan pemberian
imunisasi campak. Diharapkan hasil yang didapatkan sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah direncakan.

BAB V
PENUTUP

5.1

KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada bayi P umur 9 bulan
dengan imunisasi campak di Posyandu Wonorejo tanggal 18 Februari 2010,
penulis dapat menyimpulkan bahwa asuhan kebidanan yang diberikan telah
berjalan sesuai dengan prosedur imunisasi campak, yaitu menyuntikkan vaksin
campak secara subkutan di lengan atas sebelah kiri dengan sudut 45 derajat
dan dosis 0,5 ml. Sehingga diharapkan setelah penyuntikan, bayi P dapat
terhindar dari penyakit campak dan tidak ditemukan adanya kesenjangan
antara teori dan praktek.
Orang tua bayi P sangat kooperatif terhadap tindakan yang
dilakukan, sehingga tidak didapatkan masalah yang serius yang dapat
menghambat proses pelaksanaan implementasi.

5.2

SARAN
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan rutin mengimunisasikan bayinya sesuai dengan jadwal agar
terhindar dari berberapa penyakit berbahaya dan rutin membawa bayinya
ke posyandu untuk memantau perkembangan bayi.
2. Bagi pendidikan
Diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan mutu mahasiswanya agar
menjadi tenaga kesehatan yang kompeten.
3. Bagi Tenaga kesehatan
Diharapkan mampu mempertahankan keterampilan dalam memberikan
asuhan
4. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat lebih berkompetensi dan terampil dalam
memberikan asuhan

DAFTAR PUSTAKA

A.

Aziz

Alimul

H,

M.

Uliyat.2006.Keterampilan

Dasar

Praktik

Klinik

Andhini.Imunisasi

dan

Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika
Atikah

Proverawati,

Citra

Setyo

Dwi

Vaksinasi.Yogyakarta:Nuha Offset
Nelson.2000.ilmu Kesehatan Anak.EGC:Jakarta
Hidayat, AA.,2005.Pengantar ilmu Keperawatan Anak 1.Jakarta:Salemba Medika
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak.1985.Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1.Jakarta:FKUI
Dr. J.B. Suharjo B. Cahyono, Sp.PD, dkk.2010.Vaksinasi Cara Ampuh Cegah
Penyakit Infeksi.Yogyakarta:KANISIUS
Latief,Abdul,dkk.2003.Diagnosis Fisis Pada Anak.Jakarta:CV Sagung Seto
http://bayisehat.blogspot.com/2005/03/perkembangan-kepandaian-bayi-hingga_22.html
diakses tanggal 10 Maret 2010
Vaksin Campak Kering. 2010.http://www.biofarma.co.id/ind/product_measles.html
diakses tanggal 10 Maret 2010
Pedoman Keterpaduan Pemberian Kapsul Vitamin A dan Imunisasi Campak di daerah
Kumuh Perkotaan (Untuk Petugas Kesehatan).www.gizi.net/pedomangizi/download/ped-padu-vita-kota.doc diakses tanggal 10 Maret 2010
CAMPAK. http://mypijar.blogspot.com/2005_04_01_archive.html diakses tanggal 10
Maret 2010
http://www.infoanak.com/tag/perkembangan-bayi-usia-9-bulan/ diakses tanggal 10
Maret 2010
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Periode 2004 (revisi September 2003):
http://www.parentsguide.co.id/smf/index.php?topic=566.0 diakses tanggal
10 Maret 2010

Você também pode gostar