Você está na página 1de 11

AGAMA PERSIA KUNO

1. 1.

Sejarah Perkembangan Persia Kuno

Iran dan Persia adalah dua nama yang kerap digunakan untuk menunjukkan satu wilayah. Salah satu rumpun bangsa Arya, yaitu Bangsa Media, mendiami wilayah Iran bagian barat. Sementara Bangsa Persia mendiami bagia selatan wilayah tersebut. Bangsa Media dan Bangsa Persia tunduk pada kekuasaan Bangsa Assyiria. Namun, sejak 1000 SM., Bangsa Persia berhasil menaklukan Bangsa Media bahkan menaklukan imperium Assyria. Sejak saat itu, wilayah Iran dikenal dengan nama Persia. Kekaisaran Arkhmeniyah (Persia), imperium ini didirikan oleh Cyrus atau Koresh yang Agung pada tahun 5550 SM. yang merupakan imperium pertama di kala itu. Pada tahun 486 SM., Raja Darius I naik tahta, dan pada tahun 521 SM. menguasai Iran. Pada tahun 334 SM., Alexander Agung, Kaisar Macedonia, Yunani, menaklukkan dan menguasai imperium Persia, bahakan membakar ibukotanya Parsepolis. Tindakan ini sengaja dilakukan sebagai balasan atas pembakaran kota Athena yang dilakukan oleh pasukan Persia. Alexander sendiri mengikrarkan bahwa ia adalah pewaris tahta raja-raja Arkhmeniyah serta memadukan kebudayaan Persia dan Yunani (Helenistik). Setelah kematian Alexander pada tahun 323 SM., terjadi perpecahan di antara panglima militernya. Mereka pun membagi wilayah kekuasaan yang telah ditaklukkan Alexander. Wilayah Persia menjadi milik panglima Seleukus, salah seorang jenderal Alexander. Persia dikuasai oleh pemerintahan Kekaisaran Seleukus yang berlangsung hingga 141 SM. Setelah itu muncul Kekaisaran Parthia atau disebut juga Dinasti Arsacia yang menguasai Persia pada tahun 247 SM- 224 M. Nama Arsacia dinisbahkan kepada raja pertamanya, yaitu Arsacia I. Tapi kemudian nama ini dipakai sebagai gelar untuk kekaisaran Parthia, seperti gelar pada raja-raja Romawi. Kekaisaran Sasanid: didirikan oleh Ardhashir I (w.240) yang berkuasa paa tahun 224 M. Dinasti ini dianggap sebagai pembangun dan penghidup kembali peradaban Persia dan Zoroaster, sekaligus berupaya membangun kembali tradisi Persia peninggalan Dinasti Arkhmeniyah sekaligus pendiri Imperium Pahlavi. Ardhasir wafat dan digantikan oleh putranya, Shapur yang kembali memerangi Imperium Byzantium dan berhasil menaklukkan Kekaisaran Romawi Valerian pada tahun 260 M. Beberapa waktu kemudian, Shapur mendirikan akademi Gundishapur di Gundeshapur. Dia pun kembali membangun tata kerajaan dan Imperium Persia, seperti mebangun banyak kota-kota utama, salah satunya Nishapur. Pada periode berikutnya, muncul Raja Anusherwan (531-579 M). Pada awal pemerintahannya, ia telah mampu menghilangkan fitnah pengikut Mazdak dan memulihkan stabilitas situasi di Iran. Pada tahun 642 M, pasukan Muslim mengalahkan

Bangsa Persia pada dua pertempuran. Perang Qadisiyah dan perang Nahawan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Setelah itu, kaum Muslimin tersebar di negara Persia hingga pemerintahan Dinasti Sasanid berakhir.

1. 2.

Peradaban Persia

Persia merupakan rumah dari salah satu peradaban tertua didunia. Dari tulisan-tulisan sejarah, peradaban Iran yang pertama ialah Proto-Iran[1], diikuti dengan peradaban Elam. Yang dihasilkan oleh peradaban Persia diantaranya, yang sangat terkenal karena kesusatraannya. Sehingga hampir seluruh Negara di dunia pasti mengenal budaya tersebut. Dalam bidang kesusastraan, budaya Persia terkenal dengan bahasa Parsinya. Yang merupakan bahasa penulisan setelah sebelumnya menggunakan bahasa avista. Bahasa Parsi sendiri termasuk dalam rumpun bahasa indo-Europa, yakni rumpun bahasa yang berasal dari dataran tinggi Iran. Bahasa lain yang masuk ke dalam rumpun tersebut adalah bahasa yang sudah tidak asing lagi di Negara Indonesia, yakni bahasa sangsekerta atau bahasa sangskrit. Sementara itu bahasa yang digunakan oleh bahasa Eropa dan termasuk ke dalam rumpun ini antara lain adalah bahasa Latin, Jerman dan Belanda. Kemudian hasil peradaban yang lainnya yakni dalam bidang arsitektur yakni kincir angin Persia kuno yang merupakan salah satu kincir angin tertua yang pernah dibuat oleh manusia. Kincir angin ini dibuat oleh peradaban Persia sekitar 3000 tahun yang lalu. Kincir angin ini digunakan untuk menggiling gandum dan memompa air. Selain kincir angin ada juga menara angin atau wind tower ini digunakan oleh masyarakat Persia untuk sistem ventilasi udara di rumah rumah mereka. Sistem ventilasi mereka jauh lebih rumit dari sistem ventilasi rumah pada saat ini.

1. 3.

Ajaran dan Praktek Keagamaan Agama Persia Kuno

Di bidang keagamaan, bangsa Persia mengikuti ajaran seorang nabi Persia yang bernama Zarathustra, dalam bahasa Yunani disebut Zoroaster. Zoroaster menjalankan agama suku Persia kuno yang dibawa orang Persia dari Asia tengah. Mereka menyembah satu dewa, Ahura Mazda, yang dikenal ikut dalam peperangan suci melawan Ahriman (mewakili sikap diam) dan setan (mewakili kejahatan). Menurut penganut Zoroaster, dzat Ahura Mazda adalah esensi murni yang suci dari segala bentuk materi, yang tidak dapat dilihat oleh pandangan mata dan tidak dapat ditangkap kedzatannya oleh akal manusia. Banyak dari manusia yang tidak mampu mengimani dzat dengan sifat seperti ini. Sehingga Zoroastrianisme membuat rumusan tentang hakikat ketuhanan Ahura Mazda dengan rumus[2]: a) b) Rumus pertama bersifat transenden (samawi) yang disimbolkan dengan matahari Rumus kedua bersifat imanen (ardhi) yang disimbolkan dengan api.

Keduanya adalah unsur yang memancarkan cahaya, menerangi semesta, suci, serta tidak dapat terkontaminasi oleh hal-hal yang buruk dan segala bentuk kerusakan. Kepada cahayalah kehidupan semesta raya ini bergantung. Sifat inilah yang paling mendekati untuk digambarkan oleh akal manusia akan sifat Maha Pencipta. Zoroastrianisme adalah suatu agama yang bersifat keduaan atau dualistis. Disebutkan bersifat keduaan karena para penganutnya percaya bahwa ada dua kekuatan yang saling berperang terus menerus, yakni kekuatan yang baik dan kekuatan yang jahat. Kekuatan yang baik diwakili oleh Ormadz, sang dewa tertinggi, bersama dengan para pembantunya yang adalah para malaikat. Sedangkan kekuatan yang jahat diwakili oleh Ahriman, si dewa kejahatan, bersama dengan kumpulan setan-setan yang membantunya.[3] Meskipun ajaran Zarathustra mengajarkan monoteisme dengan Ahura Mazda sebagai satu-satunya dewa yang harus disembah namun keberadaan dewa-dewa lain pun tetap diakui. Dewa-dewa yang turut diakui keberadaanya ada lima yaitu: 1. Asha Vahista, dewa tata tertib dan kebenaran yang berkuasa atas api. 2. Vohu Manah, dewa yang digambarkan sebagai sapi jantan ini dikenal sebagai dewa hati nurani yang baik. 3. Keshatra Vairya, yaitu dewa yang berkuasa atas segala logam. 4. Spenta Armaity, yaitu dewa yang berkuasa atas bumi dan tanah. 5. Haurvatat dan Amertat, yaitu dewa-dewa yang berkuasa atas air dan tumbuhtumbuhan. Kitab suci agama zoroaster dikenal dengan nama Avesta. Avesta berasal dari akar kata avistak, bermakna Bacaan.[4] Ada tiga bagian di dalam kitab ini[5]: 1. Gathas, Nyanyian atau ode atau yang secara umum dan tepat dinisbahkan pada Zoroaster sendiri 2. Yashts atau himne korban yang ditujukan kepada berbagai macam dewa 3. Vendidat atau Videvdat, aturan melawan syetan, berupa sebuah risalah yang terutama menyangkut ketidakmurnian ibadah dan prinsip dualisme yang diperkenalkan oleh Zoroaster dan diuraikan sangat panjang dalam bidang kehidupan praktis.

1. a.

Konsep Mengenai Etika Hidup

Etika hidup yang ideal, ada tiga hal utama yang ditekankan dalam Zoroastrianisme yaitu pikiran yang baik, perkataan yang baik dan perbuatan yang baik. Zoroastrianisme sangat menekankan tanggung jawab moral dari masing-masing orang untuk melakukan kebaikan. Dosa bagi penganut Zoroastrianisme adalah penolakan untuk bersekutu dengan aspek kebaikan dari Ahura Mazda. Mereka meyakini bahwa tidak ada yang ditakdirkan

atau dikodratkan sebelumnya. Apa yang dilakukan, dikatakan dan dipikirkan selama hidup akan menentukan apa yang akan terjadi setelah meninggal. Mereka pun menolak konsep pertapaan karena mereka memahami bahwa dunia itu baik. Tidak ada ruang untuk penyangkalan diri dan bertapa karena menolak dunia berarti menolak ciptaan dan menolak ciptaan berarti menolak Sang Pencipta.

1. b.

Konsep Kematian

Agama Zoroaster meyakini bahwa tubuh manusia adalah tidak suci sehingga menurut mereka jasad manusia tidak boleh mengotori bumi dan api, atas dasar alasan tersebut jasad manusia tidak boleh di kubur atau di kremasi. Oleh sebab itu orang yang telah meninggal jenazahnya akan di bawa ke kuil Towers of Silence agar di makan oleh burung pemakan bangkai, burung Nasar. Setelah daging dimakan habis oleh burung Nasar dan tinggal tersisa tulang belulang, maka tulang-tulang tersebut akan di buang ke tengah bangunan.

1. c.

Konsep Kehidupan Setelah Mati (Eskatologi)

Para pengikut Zoroaster percaya bahwa ada suatu peperangan sorgawi yang berlangsung diantara dua kekuatan itu dan akhirnya (yakni pada akhir zaman) Ormadz-lah yang akan menang. Para pengikut ini yakin bahwa kematian bukanlah akhir dari segala sesuatu, melainkan akan ada suatu kehidupan baru bagi orang-orang yang benar ketika Ormadz menang.[6] Manusia diberikan kebebasan untuk memilih kebaikan dan kebenaran. Apabila kebaikan akan menuai hasilnya di kehidupan akhirat yang abadi kelak. Adapun orang yang membela kejahatan dan kedustaan, dia akan mendapatkan siksa di neraka yang abadi.

1. d.

Praktek Keagamaan

Zoroaster menganjurkan pengikutnya untuk senantiasa menyalakan api suci di tungkutungku api yang terdapat di setiap kuil peribadatan. Api tersebut harus selalu menyala dan memancarkan cahaya. Tungku api itu dijaga dan diurus oleh Magi[7], rohaniawan muda, juga oleh para pendeta kuil. Setiap hari, mereka selalu memasukkan kayu cendana ke dalam tungku api sebanyak lima kali, atau kayu lain yang mengeluarkan aroma wewangian khas, juga menaburkan serbuk-serbuk dan cairan wewangian sehingga udara di dalam kuil selalu terasa segar dan harum semerbak. Mereka juga merapalkan doa dan melaksanakan ritual keagamaan disekitar api tersebut.[8] Dalam tradisi Zoroastrianisme, ketika akan mendirikan sebuah kuil api baru, mereka diharuskan menyalakan api terlebih dahulu pada sembilan buah lilin atau obor. Nyala api

di obor pertama kemudian disalurkan untuk nyala api obor kedua, dan seterusnya hingga pada obor yang ke sembilan. Pengikut Zoroaster meyakini, api yang menyala pada obor terakhir itulah yang telah sampai pada derajat kesucian api. Dan dari api kesembilan itu mereka menyalakan api pada tungku kuil baru tersebut. Praktek penyembahan para dewa dengan cara melakukan pengorbanan untuk menyenangkan hati para dewa. Api dinyalakan di atas altar yang dibangun khusus dan ke dalamnya dilemparkan daging binatang, biji-bijian, dan susu perah, sementara itu para pendeta mengalunkan pujian suci kepada para dewa tersebut. Apa yang dianggap khusus menyenangkan para dewa adalah persembahan berupa sari tanaman yang memabukkan, yang disebut soma dalam hymne Weda dan homa dalam Avesta. Sementara, untuk penyembahan kepada nenek moyang di lakukan dengan cara sesajen untuk arwah para nenek moyang berupa suatu kue yang disebut darun (Iran) atau purodasha (Indo-Arya).[9]

DAFTAR PUSTAKA

Hinson, Dafid F. Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab diterjemahkan Pdt. M. Th. Mawene MTh. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991. Ali, Mukti. Agama-Agama Di Dunia. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988. al-Maghlouth, Sami bin Abdullah. Atlas Agama-Agama. Jakarta: Almahira, 2010. Soiyb, Joesoef. Agama-Agama Besar Di Dunia. Jakarta: Al Husna Zikra, 1996. PDF. Ulfat Aziz Us-Samad, Agama Besar Dunia. Peshawar, 1975.

[1] Suku purba Proto-Indo-Eropa Arya

[2] Sami bin Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama ( Jakarta : Almahira, 2010), h. 469. [3] Dafid F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab diterjemahkan Pdt. M. Th. Mawene MTh. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991), h. 210. [4] Joesoef Soiyb, Agama-Agama Besar di Dunia (Jakarta: Al Husna Zikra, 1996), h. 223. [5] H. A. Mukti Ali, Agama-Agama di Dunia (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988), h. 270-271. [6] Dafid F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab diterjemahkan Pdt. M. Th. Mawene MTh (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991), h. 210. [7] Magi adalah para pemimpin agama. [8] Sami bin Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama (Jakarta : Almahira, 2010), h. 469. [9] PDF. Ulfat Aziz Us-Samad, Agama Besar Dunia, (Peshawar, 1975), hal.71.

AGAMA ZOROASTER

1. 1.

Sejarah dan Perkembangan Agama Zoroaster

Agama Zoroaster adalah ajaran filosofi yang dibawa oleh seorang nabi Persia kuno bernama Zarathustra yang hidup sekitar tahun 1100-550 SM, beberapa ahli sejarawan berpendapat nabi ini hidup sekitar 1600-600 SM. Inti ajaran Zoroaster adalah kepercayaan dan penyembahan kepada Ahura Mazda (Tuhan yang bijaksana), karena itu Zoroaster sering di sebut Mazdayasna. Sebelum ajaran Zoroaster muncul, penduduk di Persia menganut kepercayaan paganism, politheisme, dinamisme dan animism, untuk itulah Zarathustra berusaha mengadakan pembaruan kepercayaan diantara orang-orang Persia. Banyak ahli teolog menganggap agama Zoroaster adalah bagian dari agama-agama Monotheisme, karena banyak ajaranajaran Zoroaster mirip dengan agama Arbramik Yahudi, Kristen dan Islam seperti masa 6 hari penciptaan, manusia pertama, kisah air bah, penyampaian nazar, tentang penyucian dan lain-lain. Namun anggapan ini sering di bantah karena pada dasarnya Zoroaster juga masih mengakui dewa-dewa pagan yang diantaranya adalah, Dewa vahista, Dewa Vohu manah

(dewa sapi), Dewa kesharta vairya, Dewa Spenta armaity, dan Dewa haurvatat, kelima Dewa ini di definisikan dengan hakikatnya masing-masing. Dahulu Agama Zoroaster adalah agama resmi kerajaan Persia, namun seiring masuknya agama Islam di Iran, penganut Zoroaster makin sedikit. Hanya beberapa komunitas Zoroaster saja yang masih bertahan sampai sekarang, di tambah karena Agama Zoroaster tidak menekankan missionarisasi dan ajakan konversi, tetapi mereka terbuka jika seorang ingin konversi ke Zoroaster. Saat ini mayoritas penganut Zoroaster berada di Negara Iran dan sebagian di India, bahkan masih terdapat bangunan-bangunan kuil Zoroaster di Iran baik di kota Teheran maupun di Yazd. Ciri khas bangunan itu adalah mirip bangunan kuno dan terdapat lambang Faravahar (ferohar) yaitu symbol roh penjaga. Beberapa imigran Iran yang menetap di New York, London, Los angeles adalah beragama Zoroaster, dan mereka telah berbaur dengan penduduk sekitar yang beragama lain. Semakin sedikitnya penganut Zoroaster apalagi setelah Revolusi Islam di Iran, hanya segelintir yang masih mempertahankan kepercayaan dan agama asli Persia kuno ini.

v Riwayat Hidup Pendiri Zoroaster Agama Zoroaster dibawakan oleh seorang nabi bernama Zarathustra. Zarathustra lahir di sebelah Utara tanah Iran, tepatnya di kota Azarbaijan. Ayahnya bernama Porushop Spitama, dari suku spitam dan Ibunya, Dughdova. Menurut sejarah, Zarathustra lahir dari ibunya yang masih dalam keadaan perawan, belum tersemtuh ayahnya. Pada saat kelahirannya, kepala kaum majus di tanah Iran bernama Durashan mendadak ketakutan karena ia memiliki firasat bahwa bayi tersebut akan menghancurkan agama Majusi beserta pemujaan berhala dan akan memusnahkan kaum Majusi dari permukaan bumi. Pada usia tujuh tahun, ia mulai memperoleh pelajaran keagamaan kependetaan secara lisan karena pada saat itu belum ada pengetahuan menulis. Pada usia 15 tahun, ia sudah mulai menjadi pendeta. Menjelang usia 20 tahun, ia gemar mengembara serta membantu orang-orang yang melarat dan kesusahan. Dan pada usia itu ia dikawinkan oleh ibunya dengan seorang gadis bernama Havivi. Pada usia 30 tahun, ia mendapat wahyu yang pertama. Diceritakan pada waktu ia sedang merayakan musim semi dalam suatu perkumpulan, ia pergi saat fajar ke sungai untuk mencari air untuk keperluan upacara Haoma. Ia menyebrang ke tengah sungai untuk mengambil air, ketika hendak mengembil ke pinggir, ia menemukan dirinya dalam keadaan kesucian ibadat (ritual), muncul dari unsur yang murni, air, dalam kesegaran fajar musim semi. Ia melihat bayang-bayang di tepian sungai suatu zat yang berkilauan yang menyebut diri sebagai Vohu Manah (itikad baik), yang kemudian membawanya

kehadapan Tuhan Ahura Mazda serta lima bentuk badan yang bersinar. Dan saat itulah ia menerima wahyu. Raja Vishtaspa menerima baik ajaran Zarathustra, sebab filsafat Zoroaster sejalan dengan risalah pemikirannya mengenai Tuhan bahwa inti dari gagasan ketuhanan tidak akan dicapai lantaran adanya perubahan bangsa dan bahasa. Yang berubah-ubah hanya nama Tuhan yang tunggal untuk seluruh alam. setiap bangsa menyebutnya dengan nama yang diinginkan. Setelah 47 tahun dengan usahanya menegakkan kebenaran, nabi besar Iran ini wafat pada usia 77 tahun. Zarathustra meninggalkan 3 istri, 3 putri, dan 3 putra. Keyakinan tentang Ahura Mazda, Pengakuan keimanan (Credo/Syahadat) yang harus diucaokan setiap orang yang beriman dalam agama Zarathustra. Keimanan yang paling pokok adalah pengakuan terhadap Ahura Mazda. Menurut Zarathustra, alam semesta ini dikuasai oleh kodrat Maha Bijaksana (Ahura Mazda) serta kodrat angkara murka (Angro Mainyu). Agar manusia memperoleh keselamatan haruslah menundukkan diri sepenuhnya kepada Ahura Mazda.

1. 2.

Ajaran-ajaran Agama Zoroaster

Ada 4 kitab suci agama Zoroaster yaitu Kitab Yashna (berisi doa-doa dan aturan ibadah), Kitab Visparat (pujian kepada Tuhan), Kitab Vivedat (peraturan ritual keagamaan), dan kitab Khode Avesta(berisi tulisan doa sehari-hari, puisi kepahlawanan dan lain-lain). Kitab suci agama Zoroaster adalah Zend Avesta. Kitab ini terbagi dalam tiga bagian, yaitu: 1. Gathas, kitab yang berisi tentang nyanyian atau ode yang secara umum dan tepat dinisbahkan kepada Zoroaster sendiri; 2. Yashts atau hymne korban yang ditujukan kepada berbagai macam dewa; dan 3. Vendidat/ Vindevdat, aturan melawan syetan,berupa sebuah risalah yang terutama menyangkut ketidakmurnian ibadah dan prinsip dualisme yang diperkenalkan oleh Zoroasternisme dan diuraikan sangat panjang dalam bidang kehidupan praktis. Gathas memuat ajaran-ajaran yang dikemukakan sendiri oleh Zarathustra. Isi bagia kitab ini bertentangan dengan Yashts, yang merupakan langkah mundur pada paganisme. Dalam Yashts, ditemukan suatu konsep politeisme yang mirip dengan konsep yang terdapat dalam kitab suci agama Hindu, Rig-Veda. Konsep politeisme inilah yang ditentang dengan oleh Zoroaster. Baik dalam Yashts maupun dalam Rig-Veda dijumpai sejumlan besar dewa dan setengah dewa. Ajaran pokok dalam agama Zoroaster yang terdapat dalam kitab-kitabnya mencakup:

1. Manusia Dalam teks yang berjudul Nasihat Pilihan dari Para Bijak Bestari Zaman Dulu atau dikenal juga sebagai Kitab Nasihat Zartusht ditemukan konsep tentang manusia. Manusia pada asalnya adalah wujud gaib dan rohnya dalam bentuk Fravashi atau Fravahr, ada sebelum jasmaninya. Baik jasad maupun roh adalah ciptaan Ohrmazd (Ahura Mazda), dan roh tidak bersifat abadi. Manusia adalah milik Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Syetan atau Ahriman adalah penentang Tuhan. Manusia dibebaskan memilih baik dan buruk. Menurut As-Syahrastani mengatakan bahwa manusia bertugas untuk senantiasa membantu kebaikan dan cahaya di tengah pergulatah Ahura Mazda dengan kejahatan dan kegelapan (Ahriman), yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dengan berlandaskan atas kebebasan memilih antara kebaikan dan keburukan. 1. Tuhan dan Penciptaan Zarathustra menyerukan ajaran monoteisme untuk menyembah Tuhan yang tunggal, pencipta segala sesuatu dan seluruh alam, baik yang berupa esensi (ruh) maupun materi (maddah). Ahura Mazda adalah esensi murni yang suci dari segala bentuk materi, yang tidak dapat dilihat oleh pandangan mata dan tidak dapat ditangkap oleh akal manusia. Dzat Ahura Mazda dibagi dalam dua rumusan penting. Pertama, bersifat transenden (Samawi) yang disimbolkan dengan matahari, dan yang kedua bersifat imanen (Ardhi) yang disimbolkan dengan api. Keduanya adalah unsur yang memancarkan cahaya, menerangi semesta, suci, serta tidak terkontaminasi dengan hal-hal yang buruk. 1. Etika Moralitas Zoroaster diungkapkan dengan tiga kata, yaitu humat, huklit dan huvarsht, yang artinya pikiran baik, perkataan baik dan perbuatan baik. 1. Kematian Zoroaster tidak mengizinkan penguburan dan pembakaran tubuh orang yang telah meninggal, karena dianggap akan menodai air, udara, bumi dan api. Mereka menyelenggarakan ritus kematian dengan menempatkan mayat di atas. Mayat di biarkan selama tiga hari di sebuah ruangan lalu dibawa ke Dakhma atau Menara Ketenangan (Tower of Silence), di tempat itu mayat akan di telanjangi lalu ditidurkan dan dibiarkan hingga burung-burung memakannya, kemudian sisa-sisa tulangnya dibuang dalam sumur. 1. Pengadilan Saat Kematian Setiap roh manusia setelah kehidupan dunia ini akan bergentayangan selama tiga hari di dekat jasadnya. Pada hari keempat, roh menghadapi pengadilan di atas Jembatan

Pembalasan yang dijaga oleh Dewa Rashu yang bertindak sebagai hakim dan bertugas menimbang perbuatan baik buruk manusia. Apabila baik roh tersebut langsung menuju surga. Apabila buruk akan dimasukkan ke neraka. Apabila timbangannya seimbang maka roh tersebut di bawa ke tempat yang bernama Hamestagan atau tempat campuran. 1. Hari Kebangkitan (Eskatologi) Konsep surga adalah keadaan yang kembali kepada kehidupan dunia sebelum Ahriman. Surga seperti tempat reuni keluarga besar dan kehidupan di dalamnya merupakan penyempurnaan alami dari kehidupan di dunia serta kenikmatan yang abadi dengan tidak lagi memiliki nafsu makan dan merupakan tempat roh memuji Ahura Mazda.

1. 3.

Praktek Keagamaan Zoroaster

Tempat ibadah agama Zoroaster adalah kuil (kuil api) yang umumnya berbentuk kotak, di dalam kuil api di biarkan terus menyala sebagai perlambang kehadiran dewa-dewa juga sebagai lambang kesucian. Tidak harus pergi ke kuil jika ingin melakukan ritual ibadah, terkadang mereka berdoa di tempat luar seperti sungai-sungai, gunung, ladang dan rumah masing-masing. Melakukan upacara-upacara khusus, seperti upacara penandaan atau Navjot (Kelahiran Baru), upacara berkhitan dengan perkawinan serta upacara yang unik berkenaan dengan kematian. Mayat yang dianggap badannya tidak suci harus dihancurkan secepat mungkin, ia tidak boleh disentuh oleh 4 elemen suci, kemudian diletakkan pada suatu tempat yang disebut Menara Kesunyian yang menghadap matahari. Puncak menara dibiarkan terbuka agar burung-burung dapat memakannya. Kejadian ini dapat berlangsung sekitar setengah jam, dan kerangka mayat memutih dalam waktu beberapa hari. Kemudian dikumpulkan dan disimpan di terowongan di pusat menara, dan di sana mereka remuk menjadi debu.

1. 4.

Aliran Agama Zoroaster 1. Aliran Manu

1) 2) 3) 4)

Tentang baik dan buruk (Dualisme) Ajaran menghentikan perkawinan Zuhud Ibadat 1. Mazdak,

10

Aliran yang mempercayai dua tuhan, yakni tuhan kebaikan dan tuhan keburukan. Selain itu, ajaran sosialismenya menyatakan bahwa semua manusia itu sama, tidak memiliki strata sosial. 1) Tsanawiyah, selain mengakui dualisme tuhan, mereka juga mengajarkan untuk menyembah api, selain mereka menyambah berhala. 2) Disahniyah, ajarannya mirip dengan ajaran Manu yang menyatukan dua ajaran, Nasrani dan Majusi. Perbedaannya adalah menurut mereka bahwa Isa Al Masih merupakan Allah yang diserupakan dengan manusia. Selain itu, mereka juga mempercayai adanya hari akhirat.

1. 5.

Sekte-sekte dalam Zoroastrianism

1) Kelompok Shenshahi, merayakan Tahun Baru pada musim gugur sekitar bulan Agustus atau September. 2) Kelompok Qadimi, merayakan Tahun Baru pada musim panas sekitar bulan Juli atau Agustus. 3) Kelompok Fasli, merayakan Tahun Baru pada musim semi yaitu setiap tanggal 21 Maret.

11

Você também pode gostar