Você está na página 1de 9

ARTIKEL BIOLOGI

Rokok dan Relasi Sosial


- Dampak sosial dari merokok - Pengaruh lingkungan Sosial terhadap Perokok

Cica Handayani Dea Puji Astuti Riva Primadewi Siti Nurpuji Wida Wianti

XI IPA 1

PENDAHULUAN
Merokok untuk pertumbuhan remaja memang memiliki segudang bahaya bagi kesehatannya, bahaya merokok bagi pelajar yang paling ditakutkan adalah dalam hal kesehatan jasmani. Kita semua tahu ada ribuan zat beracun yang terkandung dari dalam rokok. Dari semua bahan berbaya tersebut, kita pasti bisa terkena penyakit apa saja. seperti kanker, gangguan pernafasan kronis, stroke, penyakit jantung, gangguan fungsi seksual, bronchitis, batuk dan masih banyak lagi. Mungkin bagi kamu yang pernah melihat Himbauan tersebut pada setiap bungkus rokok, tapi kenapa masyarakat masih saja merokok? Efek penyakit yang ditimbulkan oleh perokok aktif memang tidak langsung dirasakan pada saat itu juga, tapi biasanya penyakit akibat merokok dirasakan kerika sudah dewasa atau tua. Bagi pelajar wanita yang nekat merokok, jangan heran apabila ketika sudah dewasa akan selalu mengalami keguguran bahkan melahirkan bayi cacat. Adapun dampak merokok terhadapat sosial dan kejiwaan seorang perokok. Walau banyak remaja yang selalu beranggapan bahwa merokok adalah tindakan yang keren, gaul banyak pula yang memandang sinis terhadap para perokok. Pelajar yang merokok bisa saja dijauhi oleh banyak teman karena kebiasaan buruknya ini. Peristiwa seperti ini tentu akan mempengaruhi kejiwaan seorang pelajar. Ia bisa saja menjadi tidak percaya diri, merasa dikucilkan atau malah akan menjadi pemarah dan pemberontak. Seorang perokok juga mempunyai masalah pada keuangan mereka. Dengan adanya kebiasaan remaja merokok, banyak hal yang dapat dilakukan oleh remaja untuk mendapatkan uang agar tetap bisa merokok. salah satu diantarany adalah membohongi orangtua untuk mendapatkan uang dengan berbagai alasan kebutuhan sekolah. Namun rokok tak hanya menjadi dampak negatif, namun juga rokok dapat meningkatkan ekonomi negara kita. Banyak produsen tembakau yang mengambil keuntungan dengan menjual bahan untuk rokok ini. Rokok hanyalah sebagaian kecil dari problematika remaja zaman sekarang, mungkin ada baiknya orangtua dan keluarga yang lebih memperhatikan setiap tingkah laku dan kegelisahan hati remaja ini, jangan sampai mereka menjadi hancur dan terjerumus ke hal yang merugikan masa depannya. 1. Dampak Positif Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi kesehatan. Dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaankeadaan yang sulit. Keuntungan merokok (terutama bagi perokok) yaitu mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi, dukungan sosial dan menyenangkan. 2. Dampak negatif Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang sangat berpengaruh bagi kesehatan. Merokok bukanlah penyebab suatu penyakit, tetapi dapat memicu suatu jenis penyakit sehingga boleh dikatakan merokok tidak menyebabkan kematian, tetapi dapat mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Berbagai jenis

penyakit yang dapat dipicu karena merokok dimulai dari penyakit di kepala sampai dengan penyakit di telapak kaki, antara lain: penyakit kardiolovaskular, neoplasma (kanker), saluran pernafasan, peningkatan tekanan darah, memperpendek umur, penurunan vertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit mag, gondok, gangguan pembuluh darah, penghambat pengeluaran air seni, ambliyopia (penglihatan kabur), kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi udara dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan tenggorokan). Motif Perilaku Merokok a. Kebiasaan Perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat negatif ataupun positif. Seseorang merokok hanya untuk meneruskan perilakunya tanpa tujuan tertentu. b. Reaksi emosi yang positif Merokok digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif, misalnya rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa. Merokok juga dapat menunjukkan kejantanan (kebanggaan diri) dan menunjukkan kedewasaan. c. Reaksi untuk penurunan emosi Merokok ditujukan untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan biasa, ataupun kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan orang lain. d. Alasan sosial Merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok (umumnya pada remaja dan anakanak), identifikasi dengan perokok lain, dan untuk menentukan image diri seseorang. Merokok pada anak-anak juga dapat disebabkan adanya paksaan dari teman-temannya.

PEMBAHASAN
Dampak negatif rokok tidak hanya dari segi kesehatan, tapi telah menyangkut sosial, ekonomi dan intelegensia. Dampak sosial di antaranya adalah hilangnya rasa nyaman bagi orang yang tidak merokok, hilangnya hak asasi seseorang terhadap udara segar, bebasnya remaja merokok di jalanan walaupun masih menggunakan seragam sekolah dan tidak sedikit terjadinya kebakaran dikarenakan putung rokok yang dibuang sembarangan sebelum dimatikan. Pada tingkat sosial, efek teman sebaya telah ditemukan menjadi faktor penentu yang paling penting dari perokok remaja. Remaja yang terpengaruh dan berada dalam lingkungan rekanrekan perokok menunjukkan risiko yang lebih besar untuk terpengaruhi. Perokok Remaja yang terpengaruhi untuk oleh rekannya yang perokok dapat mempengaruhi perilaku mereka dirinya sendiri. Ketika mereka termotivasi untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma teman sebaya, ini kecenderungan untuk melebih-lebihkan prevalensi rekan-rekan yang merokok merupakan faktor risiko tinggi bagi para remaja. Remaja sering mengamati dan mempelajari pola-pola perilaku baru melalui proses perbandingan sosial yang membantu mereka menyesuaikan diri dengan norma-norma dan perilaku rekannya. Tidak mengherankan, kecenderungan perbandingan sosial mungkin memainkan peran penting dalam perokok remaja di mana remaja cenderung menggunakan rekan-rekan sebagai dasar perbandingan daripada populasi umum. Di sisi lain, perbandingan sosial juga dapat mengakibatkan pengurangan merokok bagi mereka yang rekan-rekan tidak merokok. Sementara kecenderungan perbandingan sosial merupakan orientasi sosial dalam hal penyesuaian kepada orang lain yang sama, permusuhan sering didefinisikan sebagai sikap yang agak stabil evaluasi negatif dari orang-orang dan peristiwa. Permusuhan mungkin menjadi faktor risiko untuk kesehatan yang buruk di kalangan orang dewasa, misalnya penyakit jantung koroner, sebagian melalui kebiasaan yang kurang memperhatikan kesehatan seperti merokok. Hubungan sosial, yang sering melibatkan perbandingan sosial, kadang-kadang bisa menyebabkan ketegangan sosial dan pertikaian. Interaksi ini akan menyulitkan keterkaitan sederhana di antara perbandingan sosial, permusuhan dan merokok. Merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok (umumnya pada remaja dan anakanak), identifikasi dengan perokok lain, dan untuk menentukan image diri seseorang. Merokok pada anak-anak juga dapat disebabkan adanya paksaan dari teman-temannya. Faktor faktor yang memicu seseorang untuk merokok 1. Faktor Biologis

Banyak Penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok karena terbukti nikotin dalam darah perokok cukup tinggi. 2. Faktor Psikologis Merokok Dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari. 3. Faktor Lingkungan Sosial Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian individu pada perokok. Seseorang akan berperilaku merokok dengan memperhatikan lingkungan sosialnya. 4. Faktor Demografis Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada usia dewasa semakin banyak akan tetapi pengaruh jenis kelamin Zaman sekarang sudah tidak terlalu berperan karena baik pria maupun wanita sekarang sudah merokok. 5. Faktor Sosial-Kultural Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan, dan gengsi pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu 6. Faktor Sosial Politik Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah politik yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha melancarkan kampanyekampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok. Banyak studi tentang rokok mengungkapkan bahwa kepala keluarga miskin yang merokok, mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli rokok dibandingkan dengan yang dikeluarkan untuk pendidikan dan kesehatan. Dampaknya adalah masyarakat miskin tetap bertahan dalam kemiskinannya, sehingga untuk mencapai derajat kesehatan yang baik dan memperoleh pendidikan yang optimal tidak dapat diraih. Sungguh ironis dan menyedihkan, di tengah upaya pemerintah untuk menggratiskan pelayanan kesehatan dan pendidikan, tetapi masyarakat tidak menganggap bahwa kesehatan dan pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupannya. Semua ini terjadi sebagai akibat dari derasnya iklan rokok yang membanjiri setiap sisi kehidupan kita. Setiap hari kita saksikan bagaimana perusahaan rokok memberikan citra positif terhadap perokok, dengan cara menampilkan suatu kegiatan sosial, kegiatan yang menantang dan sederet aktivitas lainnya yang memberikan gambaran betapa hebatnya seorang perokok, dengan menjadi sponsor suatu acara, dan memberikan hadian bagi orang yang yang mengikuti kegiatan menantang tersebut. Iklan rokok dari berbagai bentukpun menghiasi warung kaki lima hingga televisi. Perusahaan rokok sangat gencar dalam beriklan, jangankan hanya menyeponsori even lokal, untuk beriklan secara nasional dan di berbagai media televisipun tidak diragukan lagi kehebatannya. Sehingga wajar, dampak iklan rokok terhadap peningkatan jumlah perokok sangat pesat, khususnya di kalangan generasi muda dan pelajar

yang sedang mencari identitas diri. Padahal, berbagai penelitian tentang rokok, tidak satupun yang menghasilkan bahwa seorang perokok menjadi orang yang hebat, bahkan kebanyakan hasilnya menyatakan bahwa perokok dan orang yang terpapar asap rokok mempunyai resiko penyakit 10 kali lebih berat dibandingkan orang yang tidak pernah menghisap asap rokok. Fenomena Lokal dan Nasional Inilah fenomena yang kita hadapi, baik secara lokal maupun nasional. Seseorang yang bukan perokok, digratiskan mengisap asap rokok, tanpa harus membeli atau mengisap rokoknya. Itupun juga ditambah bonus resiko penyakit yang disebabkan oleh asap rokok yang mengandung sekitar 4.000 zat kimia berbahaya. Sampai kapan ini terjadi? Indonesia adalah salah satu negara yang tidak menandatangani kontrak kesepakatan framework convention of tobacco control (FCTC), sehingga tidak mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk melarang atau mengendalikan peredaran rokok di negaranya. Dampaknya adalah perokok pemula dan perokok aktif semakin meningkat, bahkan telah merambah remaja yang sebagian besar adalah pelajar. Setiap hari, kita dapat menyaksikan bagaimana seorang anak dengan seragam putih biru dengan bangganya mengisap rokok di jalanan. Bahkan yang sangat menyedihkan lagi adalah seorang balita perokok yang dijadikan tontonan dan hiburan oleh orang-orang di sekitarnya. Parahnya, kita sebagai bagian dari masyarakat tidak lagi mempunyai daya tawar atau kemampuan untuk menegur mereka. Padahal salah satu fungsi kita di masyarakat adalah menjadi kontrol berdasarkan norma yang berlaku di masyarakat. Masalah ekonomi keluargapun juga turut terganggu oleh pengeluaran untuk rokok, di mana pengeluaran untuk rokok melebihi pengeluaran untuk kebutuhan lainnya. Bahkan hasil penelitian di Israel menyatakan bahwa salah satu unsur penting dalam meningkatkan kecerdasan orang Yahudi adalah dengan menjauhkan ibu hamil dan bayi (anak) yang dilahirkannya dari asap rokok. Untuk menghadapi masalah dan fenomena tersebut, kita dituntut tidak berpangku tangan dan berdiam diri. Seluruh komponen masyarakat harus bergerak dan berbuat sesuai dengan kemampuannya. Hal ini merupakan tanggung jawab dan kontrol sosial kita selaku warga masyarakat. Dengan adanya kontrol sosial yang baik, tentu akan dapat mengurangi perilaku merokok walaupun secara bertahap. Tetapi, yang paling utama adalah keseriusan pemerintah dalam membuat regulasi untuk mengendalikan peredaran rokok. Tanpa keseriusan pemerintah, masyarakat akan menjadi penonton sejati tanpa tahu harus berbuat apa, karena tidak ada rambu-rambu yang harus ditaati. Pemerintah serius, masyarakat peduli Negeri ini masih tertinggal dibandingkan dengan sebagian besar negara berkembang lainnya, apalagi jika dibandingkan dengan negara maju, baik dari segi kebijakan, perlindungan terhadap rakyat, kesehatan maupun pendidikan. Kita sering kali menganggap suatu hal tiada artinya, padahal jika dibiarkan akan berpengaruh negatif dalam jangka panjang. Banyak kasus yang kita biarkan, tetapi lama-lama menjadi bom waktu yang

menghancurkan masyarakat sekitarnya. Masalah rokok nampaknya juga demikian. Rokok, yang aslinya merupakan budaya suku Indian yang dilakukan pada acara ritual, telah diadopsi oleh suku-suku lainnya, tanpa memperhitungkan dampak negatif yang kemungkinan terjadi pada si perokok. Pemerintah dari pusat hingga kabupaten/kota dapat dikatakan belum siap untuk melakukan perubahan radikal dan takut dianggap ekstrim terhadap peredaran rokok. Padahal, tanpa keberanian dan keseriusan, perubahan tidak akan dapat dicapai. Instansi terkaitpun tidak mampu untuk mengatasi masalah rokok secara mandiri, dikarenakan masalah tersebut merupakan hal yang berat untuk diatasi sendiri, tanpa melibatkan sektor lain dan masyarakat. Bercermin dengan kebijakan kawasan tanpa rokok di beberapa daerah di Indonesia, pembuatan dan pelaksanaan kawasan tanpa rokok di Kota Padang Panjang ternyata memberikan hasil yang lebih baik. Keseriusan pemerintah daerah setempat terhadap peredaran rokok (termasuk iklan rokok dan tempat merokok) membuahkan hasil berupa peraturan yang melarang iklan rokok di dalam Kota Padang Panjang, larangan merokok di tempat-tempat tertentu, seperti sarana kesehatan, sarana pendidikan, kantor, tempat ibadah dan angkutan umum. Mungkin kita perlu belajar sedikit kepada Kota Padang Panjang Provinsi Sumatera Barat terkait dengan peredaran rokok, utamanya kawasan tanpa rokok, kawasan tertib rokok dan kawasan tanpa iklan rokok. Ketiga peraturan tersebut telah memberikan dampak signifikan dalam mengurangi angka perokok di daerah tersebut. Dalam pelaksanaannya, pemerintah tidak berjalan sendiri. Komponen masyarakat telah turut serta dalam sosialisasi, monitoring dan penerapan peraturan tersebut. Peranan tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat dalam mengkampanyekan peraturan tersebut sangat berpengaruh positif. Bahkan yang menarik adalah kepedulian masyarakat sangat tinggi dalam penerapannya. Peraturan tersebut tidak mengatur tentang merokok di dalam rumah, tetapi ternyata sebagian besar masyarakat telah melindungi anggota rumahnya dari asap rokok dengan melarang tamu merokok di rumahnya. Walaupun demikian, pelaksanaan peraturan tersebut tidak dapat diterapkan efektif di semua tempat. Contohnya di angkutan umum masih ada yang merokok. Inilah yang perlu dicermati dan dipelajari lebih lanjut untuk mengendalikan peredaran rokok. Jadi, keseriusan pemerintah yang didukung dengan kepedulian masyarakat melalui peran serta tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat memberikan hasil yang optimal. Kita perlu belajar proses dan pelaksanaannya, sehingga hal yang positif dalam pengendalian peredaran rokok di daerah kita dapat diterapkan. Sekali lagi, keseriusan pemerintah dan dukungan masyarakat sangat menentukan keberhasilan kebijakan yang dibuat, terutama dalam pengendalian tembakau, terutama rokok dan sejenisnya. Sebagai masyarakat, tentunya kita sangat mengharapkan derajat kesehatan yang optimal dan kualitas sumber daya masyarakat yang optimal juga. Untuk itu, kita tidak dapat mengharapkan rokok sebagai pendamping seseorang dalam meningkatkannya, karena rokok baik langsung maupun tidak langsung sangat berpengaruh dalam menurunkan derajat kesehatan dan tingkat kecerdasan seseorang.

PENUTUP
Rokok bukan hanya menjadi dampak negatif bagi kesehatan, ekonomi dan agama namun juga berdampak negatif bagi sosial. Untuk mengurangi dampak negatif tersebut tidak lain adalah dimulai dari diri sendiri, dengan tekad yang kuat untuk berhenti merokok, karena merokok tidak hanya merugikan diri sendiri namun juga merugikan orang lain yang hampir setiap hari menghirup asap rokok secara gratis tanpa harus membelinya.

Daftar Pustaka http://promkes.depkes.go.id/site/smokinggokills/dampak-merokok-terhadap-remaja/ http://misteriyana.wordpress.com/2012/11/05/sebuah-studi-berbasis-budaya-pengaruhpribadi-dan-sosial-pada-perokok-remaja/ http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3642/3/132316815.pdf.txt http://berandasosial.wordpress.com/sosial/

Você também pode gostar