Você está na página 1de 12

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pert anian Propinsi Sulawesi Utara ANALISIS TINGKAT

PENGETAHUAN INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT DI DESA PERMATA, KECAMATAN PAGUYAMAN, KABUPATEN BOALEMO Ari Abdul Rouf, Dahlan Walangadi, Muh. Rusliyadi dan Soimah Munawaroh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Gorontalo Jl. Kopi No. 270 Kec. Tilong Kabila Kab. Bone Bolango Gorontalo E-mail : ariabdrouf@gmail.com

96183

ABSTRAK Kajian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman/pengetahuan petani Tomat terhadap inovasi teknologi budidaya tomat sebagai bagian proses pengambilan keputusan dal am mengadopsi inovasi teknologi. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah seca ra sengaja (purposive sampling) yaitu pengambilan sampel yang dipilih secara langsung berda sarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yaitu 38 petani tomat peserta Gelar Teknologi Hortikultura di Desa Permata. Analisis menunjukan secara keseluruhan pemahaman p etani terhadap inovasi teknologi budidaya tomat memiliki kategori baik dengan nilai pe rsentase 79,93%. Dari 10 komponen teknologi yang dievaluasi, 2 diantaranya berkategori cu kup sedangkan lainnya baik. Peningkatkan pemahaman petani tomat di Desa Pertama, Kec amatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo melalui penyuluhan Budidaya Tomat perlu difokus pad a komponen pemasangan mulsa dan pengendalian hama penyakit secara terpadu (HPT) mengingat pemahaman petani masih berkategori cukup. Kata Kunci : Pengetahuan, inovasi, budidaya, tomat PENDAHULUAN Pada dasarnya kebutuhan teknologi bagi setiap pengguna akan berbeda menurut karakter agroekologi setempat, tingkat perkembangan usahatani, sosial-budaya dan ekonomi petani. Dengan pertimbangan tersebut, maka pengkajian dan perakitan teknologi spesifik lokasi perlu mengacu pada persyaratan umum teradopsinya teknologi yang mencakup antara lain aspek teknis, sosial-budaya, ekonomi, dan lingkungan. Dengan demikian, peluang teradopsinya, teknologi spesifik lokasi lebih besar dibanding teknologi pertanian nonspesifik lokasi. Salah satu bentuk penyebarluasan atau diseminasi hasil penelitian dapat dilakukan melalui kegiatan Gelar Teknologi. Gelar teknologi (technology showcase) merupakan bentuk pendekatan peragaan teknologi dalam rangka diseminasi teknologi hasil-hasil litkaji yang

Analisis Tingkat Pengetahuan Inovasi Teknologi Budidaya Tomat Di Desa Permata

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pert anian Propinsi Sulawesi Utara telah teruji dan dipandang dapat dimapankan karena telah diadaptasikan sesuai dengan kondisi masalah dan kebutuhan petani dan pelaku agribisnis. Disisi lain adopsi inovasi teknologi sangat ditentukan oleh kemampuan modal manusia (pengetahuan, motivasi dan sikap) sebagai proses mental dalam pengambilan keputusan untuk mengadopsi (Bulu, et al.,2009). Kajian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani Tomat terhadap inovasi teknologi budidaya tomat sebagai bagian proses pengambilan keputusan dalam mengadopsi inovasi teknologi. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di Desa Permata, Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo Jenis dan Sumber Data Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara terstruktur menggunakan kuisioner yang dilakukan terhadap petani responden (sampel) sedangkan Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari dinas/instansi terkait. Teknik Penentuan Sampel Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah secara sengaja (purposive sampling) yaitu pengambilan sampel yang dipilih secara langsung berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yaitu 38 petani tomat peserta Gelar Teknologi Hortikultura di Desa Permata Analisis Data Data yang diperoleh adalah data kualitatif yang diberi skor, selanjutnya ditabulasi dan diolah serta di analisis secara deskriptif. Pengukuran terhadap indicator menggunakan rating scale (skala nilai). Sedangkan untuk mengukur tingkat adopsi menggunakan rumus persentase nilai dan diukur dengan garis kontinum, (Padmowihardjo, 2002) 0 % Jelek 25% kurang 50 % cukup 75 % baik 100 % Gambar 1. Garis kontinum yang digunakan untuk mengukur tingkat adopsi inovasi petani Analisis Tingkat Pengetahuan Inovasi Teknologi Budidaya Tomat Di Desa Permata

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pert anian Propinsi Sulawesi Utara HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden a. Penggolongan umur Umur sangat berpengaruh terhadap kemampuan fisik maupun cara berpikir seseorang. Semakin tua umur petani maka kemampuan kerjanya relatif semakin menurun (Hadi, 1987). Hasil observasi yang dilakukan terhadap 38 petani responden menunjukkan golongan umur responden cukup bervariasi, ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penggolongan umur petani responden di Desa Permata, Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo. No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 1. 20 30 16 42.11 2. 31 40 13 34.21 3. 41 50 6 15.79 4 51 60 3 7.89 42 42.11 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2009. b. Penggolongan Pendidikan Pendidikan berpengaruh terhadap kemampuan cara berpikir seseorang. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap penerimaan teknologi yang diberikan, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin cepat dalam proses alih teknologi. Hasil observasi yang dilakukan terhadap 38 petani responden menunjukkan golongan pendidikan responden dalam tiga level. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Penggolongan pendidikan petani responden di Desa Permata, Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo. No. Kelompok Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) 1. SD 24 63.16 2. SMP

5 13.16 3. SLTA 9 23.68 38 100.00 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2009 Analisis Tingkat Pengetahuan Inovasi Teknologi Budidaya Tomat Di Desa Permata

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pert anian Propinsi Sulawesi Utara Tabel 2 menunjukan bahwa tingkat pendidikan sumberdaya manusia (SDM) petani responden masih rendah, yaitu 66,67 % berpendidikan SD. Hal ini mengakibatkan tingkat pengalihan arus teknologi berjalan lambat, sehingga perlu peningkatan aktivitas penyuluhan. Menurut Hamundu (1997), bahwa kemampuan petani dalam menerima hal-hal baru banyak bergantung pada tingkat pendidikan yang mereka miliki. Agar setiap inovasi baru dapat diterima oleh petani, sehingga harus diberikan pendidikan secara terus menerus sesuai dengan kebutuhannya. c. Luas lahan usahatani Luas lahan usahatani dapat berpengaruh terhadap tingkat pendapatan dan penerapan teknologi, semakin luas lahan garapan semakin mampu memberikan jaminan hidup sebagai sumber pendapatan keluarga. Adapun luas lahan usaha tani responden dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Luas lahan usahatani responden di Desa Permata, Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo. No Luas Lahan (Ha) Responden (Orang) Persentase (%) 0,50 1. 0,25 31 81.58 2. 0,51 1,0 7 18.42 38 100 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2009. Tabel 9 menunjukan bahwa sebagian besar petani responden (31 orang atau 81,58 persen) memiliki luas lahan garapan 0,25 0,50 ha. Hal ini menunjukan bahwa luas lahan garapan yang dikelola oleh petani sangat sempit. Tingkat Adopsi Teknologi Budidaya Tomat a. Penyiapan Benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pertanaman di lapangan. Benih tanaman tomat yang baik adalah benih benih berasal dari tanaman yang sehat, baik dan matang fisiologis. Hasil wawancara terhadap petani responden di Desa Permata, Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo, Gorontalo adalah total nilai yang diperoleh 119 sedangkan maksimum nilai yang dapat dicapai 152 sehingga persentase nilai 78,29% Berdasarkan hasil plot dengan garis kontinum diketahui bahwa tingkat adopsi inovasi Penyiapan benih berada pada kategori baik dengan persentase 78,29 %. Hasil tersebut menunjukan bahwa petani responden sudah memahami dengan baik memilih bibit yang baik. Analisis Tingkat Pengetahuan Inovasi Teknologi Budidaya Tomat Di Desa Permata

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pert anian Propinsi Sulawesi Utara b. Cara Pembibitan Komponen selanjutnya adalah cara pembibitan. Dimana komponen ini meliputi kegiatan penggunaan media tanam : tanah, pupuk kandang dan pasir halus (1 : 1 : 1) serta bibit ditanam 15 -24 hari di persemaian atau helai daun sampai berjumlah 3-4 helai. Total nilai yang diperoleh = 123 sedangkan maksimum nilai yang dapat dicapai 152. Presentase nilai = (123/152 X 100 %) = 80,92 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa petani dalam hal pembibitan sudah memahami dengan baik. c. Pengolahan Lahan Pengolahan tanah dilakukan dengan cara sempurna di bajak tiga kali lalu di garu atau di sisir satu kali dilanjutkan pembuatan guludan/bedengan.. Nilai yang diperoleh adalah 130 dari nilai maksimum 152, sehingga presentase = 85,53 %. Dalam garis kontour menunjukkan keterangan baik, berarti petani masih sudah memahami. d. Pembuatan bedengan Salah satu komponen teknologi budidaya pembuatan bedengan di lapangan. Petani sudah diharapkan mengetahui ukuran dan cara teknisnya. Bedengan berukuran panjang 10-12 m, lebar 110-120 cm, tinggi 30-40 cm (musim kemarau) dan 50-70 cm (musim hujan) serta sebaiknya arahnya memanjang dari timur ke barat. Nilai yang diperoleh adalah 135 dari nilai maksimal 152, sehingga presentase nilai adalah 88,82 %. Berada pada garis kontinum baik. e. Teknik Pemasangan Mulsa Komponen teknologi budidaya tomat yang cukup penting adalah pemasangan mulsa. Tekniknya meliputi waktu pemasangan, ukuran dan cara pemasangan yang benar. Berdasarkan bahan dan cara pembuatan, mulsa dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu mulsa organik, mulsa anorganik, dan mulsa sintetis. Mulsa organik berasal dari bahan sisa pertanian seperti jerami dan daun-daunan. Mulsa anorganik berasal dari bahan batu-batuan dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti batu kerikil, dan mulsa kimia sintetis berasal dari bahan plastik seperti mulsa plastik hitam perak (Harist, 2000). Mulsa juga dapat mereduksi penguapan dan kecepatan air permukaan sehingga kelembaban tanah dan persediaan air dapat terjaga (Wardjito, 2001). Nilai yang diperoleh adalah 88 dari maksimal 152, sehingga presentase nilai adalah 57,89 %. Garis kontour menunjukkan keterangan cukup. Hal ini menggambarkan petani cukup memahami teknik pemasangan mulsa walaupun belum terbiasa. Analisis Tingkat Pengetahuan Inovasi Teknologi Budidaya Tomat Di Desa Permata

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pert anian Propinsi Sulawesi Utara f. Penanaman Dalam budidaya tomat penanaman dilakukan bila bibit sudah cukup kuat bisa dipindahkan ke lahan tanam kira-kira bibit setelah ditanam 15 -24 hari di persemaian atau helai daun sampai berjumlah 3-4 helai, Jarak tanam : 50-60 cm untuk jarak antar lubang dan 60-70 cm untuk jarak antar barisan. Pola tanam berbentuk segitiga. Petani responden dalam tahap ini mencapai score 135 , dengan nilai maksimal 152, sehingga presentase nilai 88,82 % (baik) berarti petani hampir seluruhnya sudah memahami teknologi penanaman tomat. g. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman tomat yang sesuai dengan teknik budidaya yang dianjurkan guna memperbaiki pertumbuhan dan produktivitas tanaman harus mendapat perhatian yang optimal dari petani. Kegiatan pemeliharaan, penyiangan gulma, pengairan (penyiraman), pengajiran serta pengendalian hama dan penyakit. Berdasarkan analisis nilai yang diperoleh adalah 124 dari maksimal 152, sehingga presentase nilai adalah 81,58 %. Garis kontour menunjukkan keterangan baik. Hal ini menggambarkan petani memahami dengan baik pemeliharaan tomat. h. Pemupukan Pemupukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman sudah dilakukan oleh petani dengan baik dan sesuai anjuran. Total nilai yang diperoleh 128 dari nilai maksimal 152, sehingga presentasenya 81,58 %. Garis kontour menunjukkan keterangan tingkat adopsi petani berada pada kategori baik. Pemberian pupuk NPK (16-16-16) pada tanaman tomat menunjukkan tinggi tanaman paling tinggi yaitu 30,30 cm pada umur 3 MST dan 77,95 cm umur 7 MST. Perlakuan tersebut juga menghasilkan jumlah buah paling banyak (14,25 buah/tanaman dan 1258,75 buah/petak) dan bobot buah yang tinggi pula 892,50 g/tanaman dan 77,63 kg/petak (Koswara, 2006). Hasil evaluasi dan observasi melalui pengisian kuesioner oleh petani responden menjawab telah memahami teknologi pemupukan dalam arti bahwa 100 persen petani telah melakukan pemupukan, namun tingkat penerapan teknologi pemupukan masih bervariasi. i. Perlindungan Tanaman Perlindungan tanaman ditujukan terhadap serangan hama dan penyakit. Strategi perlindungan tanaman yang dianjurkan adalah pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, yaitu perpaduan antara pengendalian kultur teknis, biologis (hayati), dan kimiawi yang dilaksanakan secara serasi. Beberapa Analisis Tingkat Pengetahuan Inovasi Teknologi Budidaya Tomat Di Desa Permata

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pert anian Propinsi Sulawesi Utara komponen dalam pengendalian hama dan penyakit secara terpadu ini belum dilaksanakan sepenuhnya oleh petani. Hasil wawancara diketahui bahwa untuk perlindungan tanaman didapatkan total nilai yang diperoleh 106 serdangkan maksimum nilai yang dapat dicapai 152 sehingga pada kategori cukup dengan persentase 69,74 %. Penyebab rendahnya persentase kegiatan perlindungan tanaman disebabkan petani belum mengetahui penyebab tidak sehatnya tanaman yang dimungkinkan oleh hama, penyakit atau kekurangan hara. j. Panen Umumnya petani telah dapat menentukan umur tanaman dan ciri-ciri visual tanaman terutama dalam penentuan umur panen tanaman. Hasil wawancara diketahui keadaan kegiatan pemanenan hasil tanaman hortikultura di desa Permata Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo adalah total nilai yang diperoleh 127, maksimum nilai yang dapat dicapai 152 sehingga persentase nilai 83,55 % Berdasarkan hasil plot pada garis kontinum diketahui bahwa untuk kegiatan pemanenan tanaman hortikultura, tingkat pemahaman petani adalah baik dengan persentase 83,55 %. Hal tersebut disebabkan karena petani telah mengetahui umur panen dan ciri-ciri visual dari buah tanaman hortikultura tomat siap panen. Panen pada umur 90-100 HST dengan ciri; kulit buah berubah dari warna hijaumenjadi kekuning-kuningan, bagian tepi daun tua mengering, batang menguning, panen dilakukan pada pagi atau sore hari disaat cuaca cerah. Tangkai buah tidak disertakan (terputus) dan panen dapat dilakukan 2-3 hari sekali sampai 10-15 kali per musim tanam. Tingkat pemahaman petani terhadap inovasi teknologi budidaya tomat dijelaskan pada Tabel 4. Tabel 4 memperlihatkan bahwa dari 10 komponen teknologi budidaya tomat, petani memahami dengan kategori cukup pada komponen pemasangan mulsa dan perlindungan tanaman. Hal ini disebabkan penggunaan mulsa pada tanaman tomat belum dikenal secara luas sehingga pemahaman mereka rehadap penggunaan mulsa bervariasi, Komponen teknologi lain yang memiliki kategori cukup adalah perlindungan tanaman terutama pengendalian hama penyakit, ini disebabkan pemahaman petani terhadap penyebab serangan terhadap tanaman tidak dipahami baik disebabkan hama, penyakit atau kekurangan hara sehingga pengendalian HPT juga kurang dipahami secara baik oleh petani. Analisis Tingkat Pengetahuan Inovasi Teknologi Budidaya Tomat Di Desa Permata

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pert anian Propinsi Sulawesi Utara Tabel 4. Hasil evaluasi tingkat pemahaman inovasi petani responden terhadap teknologi budidaya tanaman Tomat di Desa Permata, Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo. No. Indikator Nilai Total yang dicapai Maksimum nilai yang dapat dicapai Persentase Kategori 1. Penyiapan Benih 119 152 78,29 Baik 2. Cara Pembibitan 123 152 80,92 Baik 3. Pengolahan Lahan 130 152 85,53 Baik 4. Pembuatan bedengan 135 152 88,82 Baik 5. Teknik Pemasangan Mulsa 88 152 57,89 Cukup 6. Penanaman 135 152 88,82 Baik 7. Pemeliharaan 124 152 81,58 Baik 8. Pemupukan 128 152 84,21 Baik 9. Perlindungan Tanaman 106 152 69,74 Cukup 10. Panen 127 152 83,55 Baik Rata-rata 121,50 152 79,93 Baik Delapan komponen lain memiliki kategori baik menandakan petani sudah memahami kedelapan komponen tersebut dengan baik, sehingga secara keseluruhan pemahaman petani terhadap inovasi teknologi budidaya tomat memiliki kategori baik dengan nilai persentase 79,93%. KESIMPULAN Untuk lebih dapat meningkatkan pemahaman petani tomat di Desa Pertama, Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo penyuluhan Budidaya Tomat perlu difokus pada komponen pemasangan mulsa dan pengendalian hama penyakit secara terpadu (HPT) mengingat pemahaman petani berkategori cukup. DAFTAR PUSTAKA Bulu, Y.G., S.S. Hariadi, A.S. Herianto dan Mudiyono. 2009. Pengaruh Modal Sosial dan Keterdedahan Informasi Inovasi Terhadap Tingkat Adopsi Inovasi Jagung di Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Jurnal Agro Ekonomi Vol 27 (1) hal 1-21. Padmowihardjo, S, 2002. Evaluasi Penyuluhan. Universitas Terbuka, Jakarta. Analisis Tingkat Pengetahuan Inovasi Teknologi Budidaya Tomat Di Desa Permata

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pert anian Propinsi Sulawesi Utara Harist, A. 2000. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Penebar Swadaya, Jakarta. hlm. l 9-25. Wardjito. 2001. Pengaruh penggunaan mulsa terhadap pertumbuhan dan produksi Zuchini (Cucurbitae pepo. L). Jurnal Hortikultura Vol.11(4). Koswara, E. 2006. Teknik Percobaan Beberapa Jenis Pupuk Majemuk NPK Pada Tanaman Tomat. Buletin Teknik Pertanian Vol. 11 No. 1, 2006 hal 41-43 Analisis Tingkat Pengetahuan Inovasi Teknologi Budidaya Tomat Di Desa Permata

Você também pode gostar