Você está na página 1de 11

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI BLOK IV PERCOBAAN 1

ABSORPSI DAN EKSKRESI OBAT PADA MANUSIA


DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7
1. SAMUEL PARTOGI 2. ERINA ANGELIA 3. NYI RADEN MUTIARA RAI P. 4. BRIGITA DIAN P. 5. YUNAN PANGESTU Y. 6. MUTHIA YASMINA 7. YALSIN HERICSON 8. HERDAYANTI SUKMA N. 9. DANDY PASANDHA 10. ARIEN RIANTI M. 11. INGGRIED RIVISHA R. / 1210138 / 1310184 / 1310187 / 1310191 / 1310193 / 1310195 / 1310200 / 1310201 / 1310206 / 1310207 / 1310210

FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG 2013

ABSTRAK
Obat merupakan sediaan yang digunakan oleh manusia untuk penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan peningkatan kesehatan. Obat yang masuk kedalam tubuh akan mengalami proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperlihatkan macam macam kecepatan absorpsi dan ekskresi obat dari tablet Pyridium (Phenazopyridine HCL) dan kapsul Kalium Iodida 300 mg. Pada percobaan ini menggunakan dua subjek percoban yang masing masing urinenya akan ditampung sebagai kontrol. Pada percobaan yang menggunakan Kalium Iodida 300 mg, urine dan saliva dari subjek percobaan akan ditampung terlebih dahulu sebelum mengonsumsi obat untuk dijadikan kontrol negatif. Setelah itu, masing masing subjek percobaan diberikan obat yang berbeda yaitu Oyridium dan Kalium Iodida 300 mg. Kemudian akan dilakukan pemeriksaan urine setiap 30 menit dalam rentang waktu 2 jam untuk percobaan Pyridium. Sedangkan untuk perobaan Kalium Iodida pada urine dilakukan pemeriksaan di menit ke-15, menit ke-45, menit ke-75, dan menit ke-105 setelah mengonsumsi obat dan pada saliva dilakukan pemeriksaan pada menit ke-5, menit ke-10, menit ke-15, menit ke-45, dan menit ke-75 setelah mengonsumsi obat. Dari percobaan ekskresi Iodium didapatkan hasil bahwa Iodium yang diekskresi melalui saliva dan urine menunjukkan hasil positif pada menit ke-45. Pada percobaan ekskresi Pyridium memberikn hasil positif pada menit ke-30. Berdasarkan percobaan, ekskresi Iodium melalui urine maupun saliva memiliki kecepatan absorpsi yang sama. Pada ekskresi Pyridium dapat disimpulkan, semakin lama semakin banyak Pyridium yang diekskresikan. Terlihat dari warna orange-merah pada urin yang semakin pekat.

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG Obat merupakan sediaan yang akan di konsumsi oleh sebagian besar orang yang sedang sakit. Dalam arti luas obat adalah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup. Sedangan dalam arti sempit obat adalah setiap zat kimia yang bertujuan untuk menghilangkan penyakit. Masing masing obat memiliki kecepatan absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi yang berbeda-beda seta rangkaian proses pengikatan oleh reseptor sehingga menimbulkan efek. Pada akhirnya sisa obat akan diekskresikan dari dalam tubuh. Proses ini akan berjalan secara bersama yang disebut Farmakokinetik. Absorpsi dan ekskresi obat dalam tubuh bervariasi dikarenakan faktor yang mempengaruhi kecepatan obat didalam tubuh pun bervariasi.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH 1. Apakah faktor faktor yang mempengaruhi kecepatan absorpsi dan ekskresi obat ? 2. Apakah kecepatan absorpsi dan ekskresi setiap obat sama ? 3. Apakah ada hubungan antara waktu dengan jumlah obat yang diabsorpsi dan diekskresikan ?

1.3 TUJUAN PERCOBAAN Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperlihatkan variasi kecepatan absorpsi dan ekskresi obat yang dimakan dengan menggunakan Pyridium dan Kalium Iodida 300 mg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Farmakologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai obat obatan. Farmakodinamik adalah ilmu farmakologi yang menyangkut pengaruh obat terhadap makhluk hidup dan berhubungan dengan fisiologi, biokimia, dan patologi. Farmakokinetik adalah ilmu farmakologi yang meliputi nasib obat dalam tubuh secara absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Farmakokinetik dibagi menjadi 2 proses yaitu : 1) Proses Invasi adalah proses yang berlangsung pada pengambilan bahan obat ke dalam organisme (Absorpsi, distribusi). 2) Proses Eliminasi adalah Proses yang menyebabkan penurunan konsentrasi obat dalam organisme (Biotransformasi, Ekskresi). Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian, menyangkut kelengkapan dan kecepatan proses. Pemberian obat yang terpenting harus mencapai bioavailabilitas yang menggambarkan kecepatan dan kelengkapan absorpsi sekaligus metabolisme obat sebelum mencapai sirkulasi sistemik. Beberapa yang dapat mempengaruhi absorpsi obat dalam tubuh antara lain sifat fisik dan kimia obat, bentuk obat, formulasi obat, konsentrasi obat, luas permukaan kontak obat, cara pemberian obat dan sirkulasi tempat absorpsi. Setelah diabsorpsi, obat akan didistribusi keseluruhan tubuh melalui sirkulasi darah, karena selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat fisiokimianya. Distribusi obat adalah proses suatu obat yang secara reversible meninggalkan aliran darah dan masuk ke cairan ekstrasel atau sel-sel jaringan. Setelah obat didistribusi, obat akan mengalami biotransformasi. Biotransformasi atau metabolisme obat adalah proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim.Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar atau lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga mudah di ekskresikan melalui ginjal. Obat yang dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Ginjal merupakan organ ekskresi yang terpenting. Ekskresi dilakukan melalui 3 proses yaitu filtrasi di glomerulus, sekresi aktif di tubuli proksimal dan reabsorpsi pasif di tubuli proksimal dan distal.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA


3.1 ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN ALAT 1. Tabung Reaksi 2. Gelas Ukur 3. Beaker Gelas 4. Pipet Tetes 5. Kertas Lakmus 6. Permen Karet BAHAN 1. Kapsul Kalium Iodida 300 mg Larutan Kalium Iodida 1 % Larutan Natrium Nitrit 10 % Larutan Asam Sulfat Dilutus Larutan Amilum 1 %

2. Tablet Pyridium (Phenazopyridine HCL) SUBJEK PERCOBAAN Manusia

3.2 CARA KERJA Petunjuk Umum Subjek percobaan makan dulu sebelum melakukan percobaan dan minum segelas air minum tambahan. Tampung urine sebelum minum obat untuk test kontrol negatif. Minum lagi minimal segelas air minum tambahan sesudah minum obat. Gunakan tanda : +, ++, +++ untuk menunjukkan tingkat respon percobaan.

Percobaan : 1. EKSKRESI IODIUM Kontrol Positif 1. Masukkan ke dalam tabung reaksi 1 ml Amilum 1 %, 1 ml Kalium Iodida 1 %, 2 3 tetes Natrium Nitrit 10 % dan 2 3 Asam Sulfat Dilutus. 2. Untuk pembanding lakukan percobaan (1) tanpa menggunakan Asam Sulfat Dilutus pada tabung reaksi lain. Kontrol Negatif 3. Melakukan percobaan (1) pada saliva dan urine sebelum minum obat, menggantikan Kalium Iodida 1 % dengan saliva dan urine sebelum minum obat. Pemeriksaan Iodida Dalam Saliva Dan Urine 4. Setelah minum obat, lakukan percobaan (1) pada salive dan urine Melakukan percobaan sebanyak 3 kali dengan interval 5 menit untuk saliva dan 15 menit pertama untuk urine. Selanjutnya lakukan pemeriksaan saliva dan urine setiap 30 menit sampai sekitar 2 jam. Catat perubahan warna yang terjadi dan perhatikan kapn terjadi respon ekskresi maksimal. Membuat grafik yang menggambarkan hubungan antara waktu (sebagai absis) dan perubahan warna (sebagai ordinat).

2. EKSKRESI PHENAZOPYRIDINE HCL Sebelum minum obat, tampung dan amati urine sebagai kontrol negatif. Sesudah minum obat, tampung dan amati urine setiap 30 menit sampai sekitar 2 jam. Buat grafik hubungan antara waktu (sebagai absis) dan perubahan warna (sebagai ordinat).

PERTANYAAN DAN JAWABAN 1) Sebutkan faktor faktor yang mempengaruhi absorpsi ! - Sifat Kimia dan Fisik obat - Bentuk Obat - Formulasi Obat - Konsentrasi Obat 2) Apa yang dimaksud dengan bioavailabilitas ? Bioavailabilitas adalah presentase jumlah obat terhadap dosis pemberian yang mampu masuk sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh atau aktif. 3) Sebutkan reaksi reaksi kimia yang terjadi pada proses biotransformasi ! Biotransformasi atau metabolisme obat dalam tubuh dibagi menjadi 2 fase, antara lain : Fase I (Non Sintetik) : Oksidasi, reduksi, dihidrolisis atau dehalogenasi. Fase II (Sintetik) : Konjugasi (Pembentukan turunan terkonjugasi) - Luas Permukaan Kontak Obat - Sirkulasi Sistemik - Cara Pemberian Obat

4) Apa tujuan penambahan Natrium Bikarbonat pada Natrium Salisilat ? Menjaga keseimbangan asam basa sehingga tidak terjadi alkalosis respiratory Menetralkan keasaman Natrium Salisilat sehingga tidak terjadi iritasi lambung. 5) Sebutkan produk ekskresi salisilat ! Salisilat bebas Fenol-salisilat - Genti-silat - Urat-salisilat

6) Sebutkan kontraindikasi pemakaian Salisilat dan Kalium Iodida ! Kontraindikasi pemakaian Salisilat : Kerusakan hati berat Hemofilia Sirosis hati Hipotrombinen Defisiensi vitamin K Gagal Jantung Hiporolemia Kontradiksi pemakaian Kalium Iodida : - Wanita Hamil - Hypotiroid

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 HASIL PERCOBAAN 1. EKSKRESI IODIUM A. Kontrol Positif B. Kontrol Negatif Saliva Urine

C. Pemeriksaan Iodida dalam Saliva dan Urine Saliva : 5 10 15 45 75 105

Urine : 15 45 75 105

Waktu Saliva

5 -

10 -

15 -

45 +

75 ++

105 +++

135 Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Perubahan warna

Urine

++

+++

P E R U B A H A N W A R N A
0' 5' 10' 15' 45' 75' 105'

SALIVA URINE

2. EKSKRESI PYRIDIUM Hasil : 30 60 90 120

Perubahan Warna :

++

+++

Grafik hubungan antara waktu dan perubahan warna pada ekskresi Pyridium
3

P E R U B A H A N

W A K T U

++++
2

+++ ++
1

perubahan warna

+
0

WAKTU

30'

60'

90'

120'

4.2 PEMBAHASAN PERCOBAAN EKSKRESI IODIUM Iodium dengan amilum akan menghasilkan reaksi dengan timbulnya warna biru yang merupakan penanda untuk mengetahui adanya kandungan iodium pada urine yang diekskresikan. Iodium memiliki kecepatan yang sama apabila diekskresikan melalui saliva dan urine. Pada menit ke-45 terlihat perubahan warna pada percobaan saliva dan pada percobaan menggunakan urine baru terlihat perubahan warna pada menit ke-45. Pada percobaan menggunakan urine dan saliva, reaksi iodium dengan amilum akan memberikan warna biru yang semakin lama semakin gelap. Hal ini menujukkan, semakin lama maka semakin banyak iodium yang diabsorpsi dan diekskresikan dari subjek percobaan. Respon ekskresi maksimal terjadi pada menit ke-105.

PERCOBAAN EKSKRESI PYRIDIUM Pyridium yang diekskresikan dari tubuh menyebabkan warna urine subjek percobaan menjadi warna merah-orange. Sejak 30 menit pertama, perubahan sudah terlihat. Semakin lama warna merah-orange akan semakin pekat. Respon ekskresi maksimak terjadi pada menit ke-120.

10

BAB V KESIMPULAN
1. Pyridium memiliki kecepatan absorpsi dan ekskresi yang lebih cepat dibandingkan Kalium Iodida 2. Obat yang dikonsumsi memiliki variasi kecepatan absorpsi dan ekskresi yang berbeda beda. 3. Pada perubahan ekskresi iodium, kecepatan absorpsi melalui saliva sama dengan ekskresi iodium melalui urin. 4. Semakin lama waktu yang digunakan maka akan semakin banyak obat yang diabsorpsi dan kemudian diekskresikan, terlihat dari semakin lama warna urine akan semakin pekat/gelap.

11

Você também pode gostar