Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
pedalangan
0 0 30 0 20
SC
63 0+
TS
64 4.
=0
0 70
0 +5
30 6.5 0
0 60
0 50
0 40
0 10
0 0 00
CS
0 80 0
0 90 0
=0 +9 76 1 .11 2
+1 0
ST =1
Berdasarkan Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Nomor : 37/SPPDIR/2005., tanggal 28 Juli 2005, Persero PT. Virama Karya bekerja sama dengan PT. Tata Guna Patria, PT. Delta Tama Waja dan PT. Pola Agung diberikan tugas untuk melaksanakan pekerjaan Rencana Teknik Akhir Jalan Tol Semarang-Bawen. Bersama dengan ini Konsultan mempersiapkan dan menyusun Laporan Analisa Hidrologi dan Perhitungan Drainase. Laporan Analisa Hidrologi dan Perhitungan Drainase ini berisikan mengenai uraian mengenai pemahaman Konsultan akan maksud dan tujuan, lingkup pekerjaan serta hasil analisa data-data hidrologi dan perhitungan drainase. Sesuai dengan tugas tersebut, maka Tim Konsultan menyiapkan Konsep Laporan ini berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada dalam Keranga Acuan Kerja. Pada kesempatan ini Konsultan menyampaikan terima kasih kepada PT. Jasa Marga (Persero), yang telah memberi kepercayaan kepada kami untuk melaksanakan Pekerjaan Rencana Teknik Akhir Jalan Tol Semarang - Bawen, dan kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran Proses penyusunan laporan ini.
Persero PT Virama Karya bekerja sama dengan PT. Tata Guna Patria, PT Delta Tama Waja dan PT Pola Agung Jl. Hangtuah Raya No. 26 Kebayoran Baru-Jakarta Selatan Telp. (021) 7397545 Fax. (021) 7204331
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 BAB II Umum ----------------------------------------------------------- I-1 Maksud dan Tujuan--------------------------------------------- I-1 Lingkup Pekerjaan ---------------------------------------------- I-1
ANALISA HIDROLOGI 2.1 2.2 Konsep Dasar Perencanaan Hidrologi ------------------------ II-1 Konsep Dasar Perencanaan Drainase ------------------------ II-8
BAB III PENUTUP 3.1 Resume Hasil Analisa Hidrologi ------------------------------ III-1
LAMPIRAN- LAMPIRAN Analisa Hidrologi Perhitungan Hidrolika Tabel Hidrolika Simulasi Debit dan TW (Pada Box Culvert dan RCP) Peta Chatchment Area
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 UMUM Laporan yang Analisa Hidrologi daerah ini merupakan bagian dari pekerjaan dan
Rencana Teknik Akhir Tol Semarang Bawen sepanjang 23.700 Km, meliputi administrative Kotamadya Semarang Kabupaten Semarang. Secara lengkap rute Tol Semarang Bawen kami sajikan pada Gambarn 1.1. Peta Lokasi Pekerjaan.
1.2.
MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan pekerjaan Analisa Hidrologi dalam kaitannya dengan pekerjaan Rencana Teknik Akhir Tol Semarang Bawen adalah : 1. Menganalisa data Hidrologi di daerah proyek, dengan mempertimbangkan seri data curah hujan terbaru dari beberapa stasiun curah hujan yang mewakili dengan lokasi daerah proyek. 2. Mengevaluasi kondisi daur hidrologis yang dipengaruhi oleh factor iklim maupun topogarfi daerah proyek, kontribusi dan pengaruhnya terhadap kondisi hidrologis daerah proyek.
1.3
LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan dalam Analisa Hidrologi ini adalah : 1. 2. 3. 4. Mengumpulkan data curah hujan dari stasiun curah hujan terdekat dengan lokasi proyek, minimal 10 (sepuluh) tahun terakhir. Menganalisa curah hujan dalam kaitannya untuk mendapatkan besaran curah hujan rancangan dengan periode ulang tertentu. Menghitung debit rencana dari suatu daerah tangkapan (Catchment Area) yang dibatasi oleh rute jalan tol tersebut. Menganalisa dan mengambil kesimbulan faktor-faktor karakteristik hidrologis tertentu pada lokasi proyek, diantaranya : pengaruh air tanah, keberadaan sumber-sumber air.
I-
BAB II
ANALISA HIDROLOGI
2.1. KONSEP DASAR PERENCANAAN HIDROLOGI Metodologi Sarana bagan alir dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut ini :
Mulai
Input Data Hujan Distribusi Frekuensi Melengkapi Data Hujan Uji Distribusi Output Data Hujan Distribusi Diterima Hujan Rata-rata Intensitas Hujan Distribusi Ditolak
Selesai
Data Normal
Pengumpulan Data Desain lebih ditekankan pada kompilasi ketinggian banjir yang pernah terjadi dan dibandingkan terhadap output dari analisis data curah hujan,
II - 1
dimana perhitungan desain akan menggunakan elevasi banjir yang tertinggi. Data-data tersebut antara lain: a. Data curah hujan harian yang didapat dari Semarang, Dinas Pengairan Kab. Semarang atau Badan Meteorologi dan Geofisika. b. Peta Rupa Bumi Bakosurtanal. c. Peta Lembar Geologi Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi. d. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Prop. Jawa Tengah. Distribusi Frekuensi/Statistis Penggunaan distribusi krekuensi / statistis menggunakan tiga metode yaitu : i) Distribusi Gumbel (4) Harga ekstrim Gumbel adalah : XT =
X+
YT Yn .S ..........................................(2) Sn
Dimana : XT = besarnya curah hujan pada periode ulang tertentu (T tahun) = harga rata-rata sampel = reduced private, merupakan fungsi dari probabilitas = Yn Sn S
X
YT
In( In
Tr ( x) 1 Tr ( x)
= reduced private mean (rata-rata YT), merupakan fungsi dari pengamatan = reduced private standard deviation, merupakan koreksi dari penyimpangan = deviasi standar sampel
II - 2
Log R =
log R
n
SX G
(log R log R)
n 1
Dimana : RT R SX G kT = besarnya curah hujan pada periode ulang tertentu (T tahun) = tinggi curah hujan harian maksimum (mm) = deviasi standar = koefisien assimetri Pearson = koefisien skewness Pearson, untuk nilai-nilai tertentu didapat dari interpolasi. Distribusi Log Pearson III tidak memberikan batasan syarat terhadap koefisien skewness. iii) Distribusi Log Normal (5) Persamaan kurva frekuensi : Log X = Dimana :
Log x + Y .Sx
Syarat-syarat distribusi log normal : Cs Dari = 3 Cv hasil perhitungan curah hujan rancangan dengan tiga
perbandingan distribusi tersebut, diambil curah hujan rancangan dengan nilai terbesar untuk masing-masing periode ulang setelah dilakukan pengujian terhadap koefisien skewness dan kurtosisnya.
II - 3
Intensitas Hujan Dalam analisis ini perhitungan lama intensitas curah hujan (I) ditentukan berdasarkan asumsi distribusi hujan terpusat selama 6 jam per hari (Proyek Jatiluhur) dan dirumuskan berdasarkan rumus Mononobe It =
(2)
R24 24 . 24 t
( 2 / 3)
Dimana : It R24 24 t = rata-rata intensitas curah hujan dari awal sampai jam ke t (mm/jam) = curah hujan rencana (mm) = standar presentase dalam 1 hari (R24 = 100%). = lama hujan (jam)
R24 6 . 6 tc
( 2 / 3)
Intensitas curah hujan diasumsikan berdasarkan distribusi hujan terpusat selama 6 jam per hari yang dirumuskan : Rt =
R24 6 . 6 t
( 2 / 3)
Dimana : Rt T Rt
(T-1)
= intensitas curah hujan pada jam ke T (mm) = lama hujan dari awal sampai jam ke T (jam) = rata-rata intensitas curah hujan dari awal sampai jam ke T-1
Intensitas Hujan Efektif Curah hujan efektif dirumuskan Ief Dimana : Ief I = curah hujan efektif = intensitas curah hujan = Ix
(2)
II - 4
= koefisien pengaliran
Koefisien pengaliran () dilakukan dari beberapa pendekatan antara lain berdasarkan tata guna lahan dan jenis permukaan tanah. Nilai koefisien berdasarkan rumus : dimana : I24 Catatan : Penerapan rumus tersebut diatas dilakukan untuk daerah-daerah yang mempunyai catchment area yang luas (Daerah Aliran Sungai), dimana agak menyulitkan untuk mendapatkan nilai-nilai koefisien pengaliran yang eksak. Nilai koefisien pengaliran dapat juga ditetapkan dengan meninjau kondisi fisik, karakteristik tanah dan tata guna lahan, dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Koefisien Pengaliran Jenis Permukaan Jalan Aspal Bahu Jalan Jalan Beton Talud Timbunan Daerah Perkotaan Daerah Pinggir Kota Daerah Permukiman Taman dan Kebun Daerah Persawahan Koefisien 0.70 0.95 0.70 0.85 0.70 0.95 0.40 0.65 0.70 0.95 0.60 0.70 0.40 0.60 0.20 0.40 0.45 0.60 = koefisien pengaliran = intensitas curah hujan = 1 (6.6/I241/2)
Catatan : Penerapan nilai-nilai koefisien diatas digunakan untuk daerah-daerah yang mempunyai catchment area yang sempit (koridor jalan utama) sehingga nilai-nilai koefisien pengaliran yang eksak dapat dengan mudah ditentukan.
II - 5
Debit Banjir i) Metode Rasional Debit banjir rencana dihitung dengan metode Rasional, apabila luas daerah aliran (catchment area) lebih kecil dari 5.00km2 (SNI) yang dirumuskan sebagai berikut : Q = fxxIxA
Dimana : Q f I = debit banjir rencana (m3/det) = faktor konversi (f = 0.278) = koefisien pengaliran = intensitas hujan pada durasi yang sama dengan waktu konsentrasi (mm/jam) A = luas daerah aliran (km2) dan pada periode ulang hujan tertentu
Rumus Rasional digunakan untuk menghitung kapasitas saluran samping dan gorong-gorong yang berada disepanjang koridor jalan utama. Berdasarkan pengamatan site visit, rencana alinemen proyek melewati daerah yang sangat bergelombang (rolling) diperkirakan setiap 1 km akan ditempatkan 2 sampai 3 gorong-gorong baik berupa pipa maupun boks. Periode ulang yang akan digunakan dalam metode ini maksimum 25 tahun, disesuaikan terhadap umur proyek yang akan dikerjakan. ii) Metode Regresi Metode regresi digunakan untuk memperkirakan debit puncak banjir daerah aliran sungai ddengan data minim. Parameter yang digunakan antara lain : a. Area (A) Luas daerah aliran sungai ditentukan dari base map skala 1:25.000 b. Rata-rata curah hujan harian ( R ) Rata-rata curah hujan harian (Mean annual maximum 1 day point rainfall) dipengaruhi oleh faktor koefisien Thiessen dan luas pengaruhnya. c. Kemiringan sungai (S)
LAPORAN ANALISA HIDROLOGI DAN PERHITUNGAN DRAINASE
Rencana Teknik Akhir Jalan Tol Semarang Bawen
II - 6
Beda tinggi antara titik tertinggi pada alur sungai utama dengan elevasi sungai di jembatan. Nilai minimal S = 0.100%. d. Luas genangan (AL) Luas genangan atau danau adalah luas yang berpengaruh terhadap debit puncak banjir disebelah hilirnya. Persamaan = regresi dari parameter-parameter tersebut untuk
X
V
Dimana : QN C = debit banjir rencana = faktor pembesar Faktor Pembesar C Variasi Reduksi (Y) 1.50 2.25 2.97 3.90 4.60 Faktor C 1.28 1.56 1.88 2.35 2.78
Tabel 2.2
II - 7
2.2.
Cross Section
Catchment Area
Q rencana
- Penampang Ekonomis
Q rencana
A
Qr < Qs
Y Selesai
Gambar 2.2 Metodologi Analisis Saluran (2) Perencanaan Saluran Samping Saluran samping (side ditch) direncanakan berdasar aliran seragam (uniform flow) dengan rumus kontinuitas : Qs Dimana : Qs = kapasitas saluran (m3/det) = FxV
II - 8
F V
Besarnya kecepatan aliran dihitung dengan Rumus Manning : V Dimana: nd R = koefisien kekasaran manning = jari-jari hidrolis saluran = F P So =
1 xR 2 / 3 xSo1 / 2 nd
F P
= luas penampang basah saluran (m2) = keliling basah saluran (m) = kemiringan dasar
(3) Waktu Konsentrasi Waktu pengaliran menuju saluran atau time of inlet dirumuskan : To Dimana : To l nd so = waktu pengaliran menuju saluran (men) = panjang alur terpanjang (m) = koefisien hambatan = kemiringan aliran
2 n = x3,28 x1x d So 3
0.167
waktu pengaliran dalam saluran atau time of flow dihitung berdasarkan sifat-sifat hidrolis saluran dan dirumuskan : td td Dimana : td L V = waktu pengaliran dalam saluran (men) = panjang saluran drainase (m) = kecepatan aliran (m/det)
II - 9
2 nd = x3,28 x1x 3 S o
(4) Koefisien Manning
0 ,167
L Vx60
Nilai Koefisien Manning untuk analisi dasar perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.3.
NO. 1. 2. 3.
Gorong-gorong slab Gorong-gorong beton, bebas kikisan Gorong-gorong beton, saluran pembuangan dengan bak kontrol, apron dan lurus Gorong-gorong baja bergelombang Saluran tanah, lurus dan seragam, bersih baru dibuat Saluran tanah lurus dan seragam, berumput pendek, sedikit tanaman pengganggu Saluran tanah, berkelok-kelok dan tenang tanpa tetumbuhan Saluran tanah, berkelok-kelok dan tenang dengan beberapa tanaman penganggu Saluran tanah, berkelok-kelok dan tenang dengan banyak tanaman penganggu atau tanaman air pada saluran yang dalam Saluran tanah, dasar tanah dengan tebing dari batu pecah Saluran tanah hasil galian atau kerukan tanpa tetumbuhan Saluran tanah hasil galian atau kerukan dengan semak-semak kecil ditebing Saluran Saluran Saluran Saluran pasangan batu disemen pasangan batu beton dipoles beton tidak dipoles
(5) Kemiringan Dasar Saluran Untuk menghitung kemiringan saluran samping, dimana kimiringan topografi terlalu curam atau landai dapat digunakan rumus:
II - 10
So Dimana: So V Nd R
Vxnd = 2/3 R
= kemiringan aliran = kecepatan aliran (m/det) = koefisien hambatan = jari-jari hidrolis saluran (m)
(6) Kemiringan Dinding Saluran Bentuk penampang saluran disarankan mempunyai kemiringan yang paling efisien dari segi ekonomis dan masih memperhitungkan segi keamanannya. Umumnya digunakan kemiringan 1:1~1.5 (kententuan ini untuk saluran unlined dicth dengan material tanah lempung). (7) Tinggi Jagaan (freboard) Freeboard adalah jarak vertikal dari puncak saluran ke permukaan air kondisi rencana, didasarkan rumus : W Dimana: W d = tinggi jagaan (m) = kedalaman air di saluran (m) =
0.5 xd
(8) Saluran Pengumpul Saluran pengumpul (interceptor) ditempatkan pada daerah galian atau timbunan yang cukup tinggi, diletakkan pada bantarannya. Bentuk saluran dapat didesain berbagai bentuk, akan tetapi bentuk yang paling ideal adalah bentuk segitiga, mengikuti bentuk blade dari backhoe. Tinggi maksimal galian atau timbunan didapat dari perhitungan stabilitas terhadap longsoran dan tergantung dari faktor kohesi serta sudut geser material tanah dimana perhitungan ditinjau pada saat lereng baru selesai dibangun. Lebar bantaran (berm) dari galian atau timbunan didasarkan pada rumus: b Dimana: b H = lebar bantaran (m) = tinggi galian atau timbunan (m) = 3.6H1/3-3
II - 11
Lebar bantaran juga harus memperhatikan faktor jalan inspeksi untuk kepentingan pemeliharaan. Kelemahan yang mungkin menjadi kendala adalah keterbatasan lahan atau damija yang ada. Sesaat setelah dikerjakan harus segera dilakukan penanaman rumput yang berfungsi untuk melindungi terhadap gerusan jika tiba-tiba terjadi hujan. Kualitas tanah (borrow material) yang digunakan untuk pondasi saluran juga harus mengikuti standar yang ditetapkan dalam spesifikasi. (9) Saluran Median Saluran median (separator) ditempatkan pada daerah super elevasi. Bentuk saluran dapat didesain sebagai saluran terbuka atau goronggorong. Penyesuaian terhadap kondisi yang diinginkan akan membentuk berbagai alternatif desain. Konsep hidrolika yang digunakan sama dengan konsep perencanaan saluran samping. Terjunan (chut way) digunakan jika elevasi outlet gorong-gorong mempunyai selisih elevasi yang besar terhadap dasar saluran (terutama pada ddaerah timbunan), konstruksi terjunan bersifat dan dianalisis sama dengan konsep saluran diperkeras (linen ditch). (10) Periode Ulang Perencanaan bangunan air menggunakan periode ulang yang disesuaikan terhadap tipe bangunan : Tabel 2.4 Periode Ulang No. 1. 2. 3. 4. 5. Jenis Bangunan Saluran samping (langsung ke sungai) Periode Ulang 10 tahun Free Board (w) 0.2 m 0.25 m 0.2 D 1.5 m 2.5 m
Saluran samping (masuk kegorong-gorong) 25 tahun Gorong-gorong Sungai (Q < 200 m3/det) Sungai (Q > 200 m3/det) 25 tahun 50 tahun 100 tahun
II - 12
(11) Metodologi Analisis Dimensi Gorong-gorong Secara bagan alir dapat dilihat pada Gamber 2.3 berikut ini :
Mulai GEODETIC - GEOMETRIK - Hidrograf - Q banjir - Cross section - Alinemen
V rencana
- HWL - NWL,
Analisis hidrolika
Q culvert
Flow of water
Qbanjir Qculvert
Y Kurva kapasitas
Selesai
Gamber 2.3
(12) Perencanaan Gorong-gorong Penentuan tipe gorong-gorong (pipa atau boks) dilakukan setelah diketahui besarnya debit banjir rencana yang akan mendapatkan nilai diameter atau ukuran yang optimal dan akan disesuaikan terhadap kemudahan dipasaran. Penggunaan metode ini mengacu pada sistim yang dipakai oleh Bureu of Public Roads (USAID).
LAPORAN ANALISA HIDROLOGI DAN PERHITUNGAN DRAINASE
Rencana Teknik Akhir Jalan Tol Semarang Bawen
pelaksanaan
dilapangan
maupun
tersedianya
barang
II - 13
Dalam merencanakan gorong-gorong perlu dipertimbangkan mengenai topografi daerah aliran/alur karena hal ini menyangkut beberapa ketetapan antara lain : i) ii) iii) iv) v) Bentuk gorong-gorong Dimensi gorong-gorong Elevasi dasar inlet dan outlet Panjang gorong-gorong Kemiringan gorong-gorong, ditetapkan antara 0.5 2.0%
Gorong-gorong yang diperhitungakan terhadap kondisi keadaan aliran bebas free flow : Aliran bebas (free flow) dan transisi Prinsipnya sama dengan saluran terbuka. Pada aliran bebas terdapat dua kondisi, yaitu : a. Mulut gorong-gorong tidak tenggelam. Dengan syarat
h < 1.2 D
h = kedalaman air (m) D = diameter gorong-gorong (m) b. Mulut gorong-gorong tenggelam dan pengalirannya bersifat
transisi. Perubahan kondisi aliran dalam gorong-gorong dari aliran bebas ke aliran tekan disebut aliran transisi, dengan persyaratan : 1.2 D < h < 1.5D c. Free board (tinggi jagaan), supaya aliran dalam gorong-gorong masih berupa aliran terbuka, sehingga (w) = 0.2 x D. Dimana D = diameter gorong-gorong, atau tinggi gorong-gorong.
II - 14
BAB III
KESIMPULAN
3.1 RESUME HASIL ANALISA HIDROLOGI Resume hasil analisa hidrologi untuk rencana jalan Tol Semarang Bawen adalah sebagai berikut : 1. Jumlah Stasiun Pos Pengamat hujan yang dipakai pada ruas jalan Tol Semarang Bawen sepanjang 24.700 Km sejumlah 9 (sembilan) Stasiun Pos Pengamat Hujan, yang mewakili ke lima daerah administrative pada lokasi proyek, stasiun penakar curah hujan (PPH) tersebut adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 2. PPH Kalisari No 42 a PPH Ungaran No 65 PPH Klepu No 68 b PPH Tuntang-1 No 83 PPH Tuntang-2 No 85 a PPH Bawen No 74 PPH Pager Sari No 73 a PPH Susukan No 64
Periode pengumpulan data curah hujan dari ke 10 Stasiun Pos Pengamat Hujan itu dilakukan selama 10 tahun terakhir, yaitu data pengamatan dari tahun 1994 sampai dengan 2004
3.
Perhitungan
curah
hujan
harian
maksimum
rencana,
dihitung
berdasarkan rata-rata matematis dari 3 (tiga) metode analisa probabilitas yang ada yaitu, Metode Gumbel, Metode Log Pearson Type III, Metode Log Normal, dengan periode ulang antara 5 tahun s/d 100 tahun, hasil perhitungan disampaikan pada Lampiran Analisa Hidrologi. 4. Perhitungan Intensitas curah hujan yang terjadi mempergunakan metode Talbot, hasil perhitungan disampaikan Analisa Hidrologi. 5. Perhitungan debit rencana pada luasan daerah tangkapan tertentu, dihitung menggunakan Metode Rational, hasil perhitungan disampaikan pada Lampiran Analisa Hidrologi. pada Lampiran
III - 1