Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abstrak Lampu telah banyak diaplikasikan sebagai sumber pencahayaan utama dalam toilet. Seringkali manusia lalai untuk mematikan lampu ketika meninggalkan toilet. Bahkan, unsur kesengajaan juga sering terjadi. Hal ini memicu terjadinya pemborosan energi listrik dalam bangunan. Dengan kemajuan teknologi, penerapan sistem otomasi pada lampu dapat mengatasi masalah tersebut. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mendukung hal ini. Seperti yang dilakukan Arif Setiawan, dkk (2011), dimana sistem otomasi pencahayaan ruang dapat dilakukan dengan menggunakan sensor cahaya (LDR) yang mendeteksi intensitas cahaya matahari untuk mematikan lampu secara otomatis. Penelitian lain dilakukan Tri Wibowo (2010), yaitu dengan memanfaatkan sensor kehadiran orang (Passive Infra Red) untuk mematikan atau menghidupkan lampu secara otomatis. Tetapi, kedua sistem tersebut memiliki kelemahan ketika diaplikasikan sebagai saklar otomatis lampu toilet. Pada penelitian ini, saklar otomatis lampu toilet dirancang dengan memanfaatkan laser dan sensor cahaya (LDR), yaitu berdasarkan perubahan tegangan akibat terhalang/tidaknya sinar laser oleh pintu. Ketika pintu toilet dibuka, sampainya sinar laser ke LDR akan terhalang dan tegangan yang dihasilkan berada pada kondisi high (logika 1). Ketika pintu ditutup, tegangan yang dihasilkan menjadi low (logika 0). Perubahan logika ini diolah di dalam controller dengan menggunakan aplikasi counter. Lampu toilet akan menyala ketika counter menghitung satu buah sinyal (ketika pertama kali pintu dibuka/terjadi perubahan kondisi tegangan yang pertama). Hitungan dua buah sinyal akan mengaktifkan tanda occupied. Lampu akan mati ketika counter telah menghitung tiga buah sinyal. Hitungan empat buah sinyal akan menonaktifkan tanda occupied dan mengaktifkan sistem reset. Kata kunci : Laser, Sensor cahaya, Saklar otomatis, Counter, Lampu toilet.
Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa lepas dari cahaya. Keberadaan cahaya sangat dibutuhkan untuk
aman dan nyaman. Selain itu, pencahayaan juga dapat mendukung segala aktifitas yang dilakukan manusia baik di luar ataupun di dalam ruangan.
Didalam ruang tertutup seperti toilet yang terkadang tidak memiliki celah untuk masuknya sinar matahari, sumber cahaya diperoleh dari pencahayaan buatan, seperti lampu. Lampu telah banyak diaplikasikan sebagai sumber pencahayaan utama dalam toilet. Dalam operasionalnya, lampu dalam toilet tidak perlu menyala di sepanjang waktu. Dengan kata lain, lampu toilet seharusnya hanya menyala saat toilet tersebut digunakan. Namun, realitanya manusia seringkali lalai untuk mematikan lampu ketika meninggalkan toilet. Bahkan, unsur kesengajaan juga sering terjadi. Hal inilah yang memicu terjadinya pemborosan energi listrik dalam bangunan. Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu cara yang dinilai paling efektif adalah
seringkali tidak memiliki sky lighting ataupun side lighting sebagai celah
masuknya cahaya matahari. Penelitian lain dilakukan oleh Tri Wibowo (2010) yang memanfaatkan sensor kehadiran orang, Passive Infra Red (PIR) sebagai saklar otomatis lampu. Ketika PIR mendeteksi panas tubuh manusia, maka lampu akan menyala, begitu pula sebaliknya. Tetapi, sistem otomasi ini juga memiliki
kelemahan. Kondisi di dalam toilet yang cenderung lembab, dapat mengganggu sensitifitas sensor. Selain itu, panas tubuh yang dikeluarkan manusia akan sebanding dengan aktifitas yang dilakukan pada saat itu. Aktifitas manusia di dalam toilet dengan sedikit gerakan, membuat panas tubuh yang dihasilkan kecil. Hal ini akan membuat PIR seolah tidak mendeteksi panas tubuh manusia. Sehingga, sensor akan mematikan lampu, padahal di dalam
penggunaan sistem otomasi. Sistem ini mampu menyalakan dan mematikan lampu secara otomatis. Banyak penelitian mengenai sistem
toilet terdapat manusia. Berdasarkan pada kelemahan-kelemahan tersebut, maka dicoba untuk
otomasi lampu yang telah dilakukan. Seperti penelitian Arif Setiawan, dkk (2011). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa sistem otomasi lampu dapat
memanfaatkan sinar laser dan sensor cahaya, Ligh Dependent Resistor (LDR) sebagai saklar otomatis lampu toilet. Sistem ini tidak bergantung pada adanya sinar matahari ataupun manusia di dalam toilet. Sistem ini memanfaatkan pintu toilet yang menghalangi sampainya sinar laser ke sensor cahaya untuk menyalakan dan mematikan lampu toilet.
Page 2
dilakukan dengan menggunakan sensor cahaya, Ligh Dependent Resistor (LDR). LDR akan mendeteksi intensitas cahaya matahari untuk mematikan lampu secara otomatis. Tetapi, sistem ini memiliki kelemahan ketika diaplikasikan sebagai sistem otomasi lampu toilet, dimana toilet
Tugas Akhir Otomasi Bangunan
yang paling
Sistem Otomasi Pencahayaan Sistem otomasi dapat didefinisikan sebagai suatu teknologi yang berkaitan dengan aplikasi mekanik, elektronik dan sistem yang berbasis komputer. Semuanya
penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif (Depkes RI, 1992).
bergabung menjadi satu untuk memberikan fungsi terhadap manipulator (mekanik) sehingga akan memiliki fungsi tertentu (Nugroho, bangunan, 2006). Dalam aplikasi merupakan
dikerjakannya secara jelas dan cepat (Merlindriati, 2005). Menurut sumbernya pencahayaan menjadi 3, (bersumber Pencahayaan suatu ruangan, dibagi
sistem otomasi
salah satu ciri dari konsep bangunan pintar (smart building), yang bisa diterapkan pada elemen-elemen bangunan, seperti pencahayaan, HVAC, security, fire safety, akustika, dan elemen-elemen lainnya. Sistem otomasi pencahayaan merupakan suatu sistem yang mampu menyalakan, mematikan ataupun meredupkan lampu secara otomatis. Setidaknya terdapat tiga metode untuk mematikan/menyalakan
(selain
matahari), dan kombinasi pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari sumber cahaya selain cahaya alami, misalnya lampu, lilin, obor, dll. Pada perkembangannya, lampu telah menjadi salah satu sumber cahaya utama suatu bangunan. Lampu sangat diperlukan ketika intensitas cahaya alami (sinar matahari) tidak mencukupi, seperti saat cuaca yang kurang baik dan malam hari (Lechner, 2007). Selain itu, lampu juga sangat dibutuhkan oleh ruangan-ruangan yang sulit dicapai sinar matahari, seperti toilet (Merlindriati, 2005). Terkadang
daylighting sensors (Craig DiLouie, 2012). Scheduling systems akan mematikan atau menghidupkan lampu berdasarkan
penjadwalan, misalnya lampu akan mati secara otomatis pada waktu-waktu tertentu seperti pagi hingga siang hari dan menyala begitu sore hingga malam hari atau lampu akan mati setiap 15 menit sekali. Hal ini akan berlangsung secara continues
Page 3
mengikuti jadwal yang telah ditetapkan sebelumnnya. Occupancy sensors biasanya memanfaatkan sensor gerak atau panas tubuh manusia yang berbasis infra merah sebagai saklar otomatis lampu. Lampu akan menyala secara otomatis ketika sensor mendeteksi adanya gerakan atau panas tubuh manusia di dalam ruang tersebut dan mati ketika tidak ada gerakan yang terdeteksi. Sedangkan daylighting sensors bekerja dengan memanfaatkan sensor cahaya, ketika sensor mendeteksi intensitas cahaya (cahaya matahari) yang cukup, maka lampu tidak akan menyala dan ketika intensitas cahaya yang dideteksi kecil, lampu akan menyala. Untuk otomasi peredupan lampu dapat dilakukan dengan memanfaatkan dimmer lampu. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Rian Masjanuar (2011), dimana lampu akan meredup dan atau bertambah terang ketika sensor cahaya (LDR) mendeteksi cahaya pada ruangan sehingga menghasilkan
dapat mematikan atau menyalakan lampu secara otomatis, yaitu dengan cahaya cara yang
mengukur
intensitas
diterimanya. Salah satu jenis sensor cahaya yang umum digunakan sebagai saklar lampu otomatis adalah LDR (Light
Dependent Resistor). LDR merupakan suatu jenis tahanan yang sangat peka terhadap cahaya, dimana nilai tahanannya akan berubah apabila terkena sinar atau cahaya. Semakin kecil intensitas cahaya yang diterima LDR, maka tahanan yang dihasilkan semakin besar, begitu pula tegangannya. Dan sebaliknya. Penampakan fisik LDR ditunjukan pada Gambar 1 sedangkan grafik Gambar 2
menunjukkan
hubungan
antara
pencahayaan lampu sesuai dengan setting value atau pencahayaan yang diinginkan. Sensor Cahaya (LDR) Sensor cahaya merupakan komponen untuk
elektronika
yang
digunakan
mengubah besaran cahaya menjadi besaran listrik. Sensor cahaya salah sangat satunya luas adalah Gambar 2. Grafik hubungan resistansi dan iluminansi (SUNROM Technologies, LDR Datasheet)
Page 4
penggunaannya,
sebagai sistem otomasi lampu. Sensor cahaya akan berfungsi sebagai saklar yang
Tugas Akhir Otomasi Bangunan
Laser
Sensor Cahaya
Kontroler
Relay
Lampu Toilet
Sistem Reset
Perancangan Sistem Penerapan sistem otomasi pada elemen pencahayaan merupakan salah satu ciri dari konsep bangunan cerdas (smart building). Sistem ini mampu menyalakan ataupun mematikan lampu ruangan secara otomatis tanpa campur tangan manusia. Salah satu contoh ruangan yang
tinggi pada satu titik. Sedangkan sensor cahaya berfungsi sebagai receiver yang menerima pancaran sinar laser. Sensor cahaya yang digunakan dalam sistem otomasi ini adalah LDR (Light Dependent Resistor). LDR merupakan sebuah resistor yang nilai tahanannya tergantung pada intensitas cahaya. Jika intensitas cahaya yang diterimanya tinggi, maka
memerlukan penerapan sistem otomasi adalah toilet. Sering kali lampu toilet dibiarkan menyala, bahkan ketika toilet tersebut tidak digunakan. Salah satu sistem otomasi lampu yang dapat diterapkan didalam toilet adalah dengan
hambatannya akan semakin kecil, dan sebaliknya. Semakin kecil nilai hambatan yang dihasilkan, maka tegangan keluaran sensor juga semakin kecil. Hal ini sesuai dengan Hukum Ohm, yang menyatakan bahwa nilai hambatan pada suatu
memanfaatkan laser dan sensor cahaya. Laser dan sensor cahaya tersebut akan berfungsi sebagai saklar otomatis yang akan menyalakan dan mematikan lampu. Secara garis besar, cara kerja dari sistem otomatis ini ditunjukkan pada blok
diagram gambar 3.
Page 5
Karena LDR sangat peka terhadap cahaya, maka LDR ditempatkan pada selongsong pipa. Hal ini bertujuan agar permukaan LDR tidak terkena cahaya dari luar (selain sinar laser) yang dapat mengganggu nilai tegangan yang dihasilkan sensor. Selain itu, selongsong pipa juga berfungsi sebagai pelindung komponen dari percikan air. Dalam operasionalnya, laser dan LDR diletakkan di dalam toilet, tepat di depan pintu (gambar 4). Kedua komponen
dan
menyebabkan
tegangan
berubah
menjadi 5 volt atau beralih ke kondisi high (logika 1). Perubahan kondisi tegangan tersebut akan diolah di dalam controller.
tersebut berada pada garis lurus, sehingga sinar laser tepat mengenai permukaan LDR. Gambar 5. Kondisi Sinar Laser Ketika Pintu dibuka (terhalang) Controller berfungsi sebagai otak sistem yang akan melakukan pengolahan data untuk mengatur penyalaan lampu toilet, aktivasi tanda occupied, dan sistem reset. Controller yang digunakan dalam sistem otomasi lampu toilet ini adalah microcontroller Microcontroller aplikasi Gambar 4. Posisi Laser dan LDR Setting awal dari sistem otomasi ini adalah pintu toilet berada pada keadaan tertutup, dimana sinar laser tepat mengenai yang ini counter data. tipe ini ATMega16. mendukung melakukan rangkaian
dalam Skema
pengolahan
microcontroller ATMega16 ditunjukkan pada gambar 6. Selain ATMega16, dapat pula digunakan microcontroller tipe lain, seperti ATMega 8535 ataupun
permukaan dihasilkan
LDR. adalah 0
merupakan kondisi tegangan low atau berlogika 0. Ketika pintu toilet dibuka, maka pintu akan menghalangi sampainya sinar laser ke permukaan LDR (gambar 5)
Tugas Akhir Otomasi Bangunan
Page 6
Page 7
Start
inisialisasi
akan
diolah.
Pengolahan
tersebut
perubahan tegangan yang masuk kedalam controller. Perubahan tegangan dari logika
Ya Lampu Nyala
0 ke logika 1 akan dihitung sebagai 1 sinyal, begitu pula perubahan tegangan dari logika 1 ke logika 0. Sejumlah sinyal yang terhitung untuk oleh counter akan relay,
Perubahan Tegangan 2?
Tidak
digunakan
mengaktifkan
kerja
counter
di
dalam
controller yang
didasarkan
pada
algoritma
(dari kondisi awal yang tertutup) dan manusia memasuki toilet, maka sinar laser menjadi terhalang oleh pintu. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan
Perubahan ini dihitung counter sebagai sinyal pertama. Pada saat inilah, controller akan mengaktifkan relay untuk
menyalakan lampu toilet. Ketika pintu ditutup kembali (manusia berada di dalam toilet), maka akan terjadi perubahan kondisi tegangan lagi (dari logika 1 ke logika 0). Hal ini dihitung oleh counter
Reset
sebagai sinyal kedua. Sinyal ini tidak berpengaruh pada kondisi nyala lampu. Tetapi akan berpengaruh pada tanda
Page 8
occupied yang ditempel pada pintu bagian luar. Ketika counter telah
sistem otomasi kembali ke posisi awal dan siap digunakan lagi. Kesimpulan Sistem otomasi lampu toilet yang
menghitung sebanyak dua sinyal, maka Controller akan memerintahkan tanda occupied untuk aktif. Tanda ini
dirancang memanfaatkan laser dan sensor cahaya (LDR) sebagai saklar otomatis. Lampu toilet akan menyala dan mati secara otomatis berdasarkan pada sejumlah sinyal yang dihitung oleh counter di dalam controller. Sinyal tersebut berasal dari perubahan tegangan yang dihasilkan
berfungsi untuk memberitahukan bahwa toilet sedang digunakan. Lampu toilet akan mati, ketika counter telah menghitung sinyal sebanyak tiga buah (terjadi perubahan tegangan lagi dari logika 0 ke logika 1). Sinyal ini terhitung ketika pintu kembali dibuka atau manusia hendak keluar dari toilet. Agar sistem dapat bekerja secara continues, maka pintu toilet harus ditutup kembali. Ketika pintu ditutup, maka akan terjadi perubahan tegangan lagi dari logika 1 ke logika 0. Perubahan ini dihitung oleh sebagai sinyal keempat. counter ini
sensor, yaitu dari kondisi high (logika 1) ke kondisi low (logika 0) atau sebaliknya. Kondisi high terjadi ketika pintu toilet terbuka dan menghalangi sampainya sinar laser ke permukaan LDR, dan sebaliknya untuk kondisi low. Berdasarkan penelitian yang telah
Sinyal
dilakukan, sistem ini dapat dijadikan sebagai saklar otomatis untuk menyalakan dan mematikan lampu toilet ataupun ruangan lain, khususnya untuk ruangan tertutup yang tidak memiliki celah
merupakan sinyal terakhir yang dihitung counter dalam sistem otomasi ini. Ketika empat buah sinyal telah dihitung oleh counter, maka controller akan kembali menonaktifkan tanda occupied, dimana tanda tersebut akan berganti menjadi vacant. Hal ini berarti toilet telah kosong atau tidak ada manusia yang sedang menggunakan toilet. Selain itu, Controller juga akan mengaktifkan sistem reset. Sistem ini akan menghapus semua jumlah sinyal yang telah dihitung
masuknya sinar matahari sebagai sumber cahaya. Referensi Arif Setiawan, dkk (2011). Rancang Bangun Sistem Otomasi Rumah Berbasis Microkontroller. Jurusan Teknik Elektro. PENS-ITS. Craig DiLouie (2012). Lighting
Page 9
Future
Direction.
Lighting
Controls
Association Departemen kesehatan RI. (1992). Panduan Pencahayaan Rumah Sakit. Lechner, Norbert. (2007). Heating, Cooling, Lighting. (2nd. Ed.). PT
Rajagrafindo. Jakarta. Merlindriati. (2005). Pencahayaan. Universitas Guna Dharma. Jakarta Nugroho Agung Pambudi (2006). Sistem Otomasi. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Rian Masjanuar, dkk (2011). Dimmer Lampu pada Penerangan LED yang dan Ruangan Dilengkapi Emergency.
Menggunakan dengan
Otomatisasi
Bangunan 2 (1st ed.). Penerbit ANDI. Yogyakarta. Tarnoto, Lusiana. (2010). Rancang Bangun Penghitung Kendaraan Secara Otomatis Berbasis Client Server. Jurusan Sistem Dharma Tri Wibowo. (2010). Sensor Komputer. Universitas Guna
Kehadiran Orang sebagai Saklar Otomatis Suatu Ruangan. Jurusan Teknik Elektro. Universitas Diponegoro.
Page 10