Você está na página 1de 10

STUDI TENTANG KONSEPSI SISWA SMP PADA KONSEP-KONSEP OPTIKA GEOMETRI Shinta Dewi Novitasari(1), Sutopo dan Sugiyanto

Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5, Malang 65145. Telp. (0341) 551-312 (1) email: d_shin13@yahoo.com

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa tentang konsepkonsep optika geometri dan perubahannya setelah pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitaif dan kualitatif. Subyek penelitian ini sebanyak 28 siswa sekolah menengah pertama (SMP) yang sedang menempuh materi optika (cahaya). Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes diagnostik, wawancara, dan observasi kelas. Instrumen tes diagnostik diberikan sebelum dan sesudah pembelajaran dengan instrumen yang sama. Tes diagnostik berbentuk pilihan ganda dimana siswa diperbolehkan memilih lebih dari satu jawaban yang mereka anggap benar. Perubahan konsepsi siswa diketahui dari perubahan kualitas jawaban siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa masih memiliki konsepsi salah, baik sebelum dan sesudah pembelajaran. Hal ini dikarenakan pengalaman belajar yang diterima siswa belum cukup membantu siswa untuk memahami konsep-konsep optika geometri yang diteliti. Kata Kunci: Konsepsi, Perubahan Konsepsi, Optika Geometri

Menurut teori konstruktivistik, siswa datang ke dalam kelas dengan membawa pengetahuan awal (prakonsepsi) yang berasal dari pengalaman (Blizak & Chafiqi, 2007; Suparno, 1999, Treagust&Duit, 2009). Pada umumnya prakonsepsi yang dimiliki siswa cenderung berbeda dengan konsep ilmiah yang disepakati oleh para ahli (Wenning, 2005). Siswa memiliki penafsiran sendiri tentang suatu konsep, akibatnya siswa seringkali memiliki konsepsi salah tentang suatu konsep. Dahar (2011) mengungkapkan bahwa konsepsi salah yang dimiliki oleh siswa akan menghambat dalam pendidikan sains. Banyak sumber yang menyebabkan siswa memiliki konsepsi salah terhadap suatu konsep, misalnya pengalaman siswa, buku rujukan, keragaman bahasa, dan guru (Kaltakci dan Erylmaz, 2009). Sesuai pandangan konstruktivisme, mengetahui prakonsepsi siswa sebelum mengikuti pembelajaran merupakan prasyarat bagi keberhasilan pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengetahui prakonsepsi siswa yang sudah benar serta mengetahui konsepsi salah yang dibawa siswa. Konsepsi yang sudah benar akan membantu siswa dalam menguasai konsep baru, sedangkan konsepsi salah yang dibawa siswa harus diremidiasi melalui pembelajaran. Salah satu topik fisika yang sering dipahami secara salah oleh siswa ataupun mahasiswa adalah optika geometri (Singh & Schunn, 2009). Topik optika geometri

sangat erat kaitannya dengan lingkungan, serta berhubungan langsung dengan fenomena-fenomena yang terjadi di kehidupan. Misalnya, (1) saat berada di depan cermin datar, kita dapat melihat bayangan di belakang cermin yang mempunyai ukuran yang sama besar dengan tubuh kita; (2) saat kita melihat dasar kolam, maka dasar kolam tersebut terlihat lebih dangkal. Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengungkap pemahaman siswa tentang konsep-konsep optika geometri. Beberapa penelitian menunjukkan banyak siswa dan mahasiswa yang mempunyai konsepsi salah terkait dengan materi optika geometri (Kaltakci & Eryilmaz, 2009). Pujayanto, dkk (2009) mengungkap profil miskonsepsi siswa SD (Indonesia) pada konsep gaya dan cahaya. Penelitian tersebut menemukan bahwa sebagian besar (lebih dari 30%) siswa SD mengalami miskonsepsi terkait dengan konsep gaya dan cahaya. Namun, sejauh ini di Indonesia masih sedikit penelitian yang mengungkap konsepsi dan perubahan konsepsi siswa terkait dengan pengalaman belajar siswa di kelas. Uraian di atas mendorong peneliti untuk meneliti konsepsi optika geometri dan perubahannya setelah pembelajaran pada siswa. Penelitian juga di arahkan untuk melihat seberapa jauh praktek pembelajaran dapat mengubah konsepsi salah yang dimiliki siswa. Kemudian, untuk mengetahui efektivitas pembelajaran, maka prakonsepsi siswa akan dibandingkan dengan konsepsi siswa setelah pembelajaran. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang konsepsi siswa SMP tentang optika geometri, sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam perbaikan pembelajaran fisika, khususnya tentang optika geometri di sekolah. Konsep-konsep optika geometri yang menjadi fokus dalam penelitian ini antara lain: 1) proses melihat, 2) bayang-bayang (shadow), 3) pemantulan cahaya, 4) letak bayangan pada cermin datar, 5) sifat bayangan, 6) pembiasan cahaya, 7) sinar istimewa, dan 8) karakteristik bayangan. METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa tentang konsep-konsep optika geometri serta perubahan konsepsi (conceptual change) yang dimiliki siswa terkait pengalaman belajar yang diterima di kelas. Pada penelitian

ini, peneliti tidak memberikan perlakuan kepada subjek penelitian, akan tetapi hanya mengamati proses pembelajaran yang dilakuakn di kelas. Sesuai dengan masalah yang dikaji, data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah konsepsi siswa, baik sebelum dan setelah pembelajaran. Oleh karena itu, dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah tes diagnostik, wawancara, dan observasi kelas. Tes diagnostik diberikan sebelum dan sesudah siswa memperoleh materi optika geometri di kelas.Instrumen tes diagnostik terdiri dari 9 butir soal pilihan ganda, dan 4 butir soal essay. Instrumen tes yang digunakan untuk tes awal dan tes akhir adalah instrumen tes yang sama. Wawancara dilakukan untuk memperkuat data yang dieproleh dari hasil tes diagnostik. Sedangkan observasi dilakukan untuk mengetahui pengalaman belajar yang diterima siswa di kelas. Analisis dimulai dengan memetakan hasil jawaban siswa menjadi pada tiap butir soal yang diberikan untuk mengetahui konsepsiyang dimiliki siswa. Selanjutnya konsepsi siswa dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan kualitas jawabannya. Perubahan konsepsi siswa diketahuai dari perubahan level kualitas jawaban sebelum dan setelah pembelajaran. Kategori kualitas jawaban siswa ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Kategori Kualitas Jawaban Siswa Berdasarkan Hasil Test Diagnostik Kualitas jawaban Deskripsi Level 2 Jika siswa memilih semua jawaban yang benar dan tidak memilih satupun jawaban yang salah Level 1 Jika jawaban siswa merupakan campuran anatar pilihan jawaban benar dan salah, atau siswa hanya memilih beberapa dari jawabanyang benar (tidak semua jawaban benar dipilih) Level 0 Jika siswa hanya memilih pilihan jawaban yang salah

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasakan paparan data dan analisis yang dilakukan, konsepsi siswa dan perubahannya terhadap topik-topik yang menjadi fokus penelitian akan dijabarkan sebagai berikut. Konsepsi Siswa tentang Proses Melihat dan Perubahannya Konsepsi siswa tentang proses melihat belum mengalami perubahan ke arah konsepsi yang benar setelah pembelajaran. Siswa tetap memiliki konsepsi salah tentang proses melihat, yakni mata memancarkan cahaya menuju benda. Konsepsi salah yang dimiliki siswa bisa diakibatkan siswa belum memperoleh pengalaman belajar yang cukup untuk mengubah konsepsi mereka tentang proses melihat benda. Berdasarkan hasil observasi pada saat pembelajaran di kelas, guru belum memberikan penekanan

kepada siswa tentang bagaimana konsep melihat dengan benar. Selain itu, buku panduan yang digunakan guru dan siswa juga tidak membahas secara mendalam tentang konsep tersebut. Konsepsi salah yang dimiliki siswa (subjek penelitian) juga ditemukan oleh Blizak& Chafiqi (2007) yang meniliti tentang konsepsi mahasiswa di Algeria tentang proses melihat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kurang dari 50% mahasiswa yang memiliki konsepsi benar tentang proses melihat benda, yakni cahaya berasal dari sumber cahaya menuju benda dan dipantulkan oleh benda menuju mata. Konsepsi siswa tentang bayang-bayang (shadow) dan perubahannya Konsepsi yang dimiliki oleh siswa tentang bayang-bayang sudah mengalami perubahan ke arah konsepsi yang benar setelah pembelajaran. Adanya perubahan konsepsi siswa tentang bayang-bayang (shadow) dikarenakan penjelasan yang diberikan guru di dalam kelas dapat dipahami oleh siswa dengan benar. Selain itu, peristiwa bayang-bayang sering terjadi di kehidupan siswa, sehingga siswa telah memiliki konsepsi benar bahwa terjadinya bayang-bayang karena cahaya merambat lurus mengenai benda tak tembus cahaya. Namun demikian, masih ada siswa yang memiliki konsepsi salah tentang bayang-bayang setelah pembelajaran. Siswa masih memiliki konsepsi bahwa bayangbayang merupakan hasil pemantulan dari benda. Konsepsi salah terkait bayang-bayang juga dialami siswa di Taiwan. Chen (2009) menemukan bahwa siswa di Taiwan yang berusia 10-15 tahun menyatakan bahwa bayang-bayang merupakan hasil pemantulan benda. Oleh sebab itu, perlu diantisipasi melalui pembelajaran, sehingga siswa mempunyai konsepsi benar tentang bayang-bayang. Konsepsi siswa tentang pemantulan cahaya dan perubahannya Konsepsi siswa terkait bidang datar yang dimaksud dalam hukum pemantulan mengalami perubahan ke arah konsepsi salah setelah pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran, guru menjelaskan kepada siswa bahwa bidang datar adalah atau permukaan jatuhnya sinar. Penjelasan yang diberikan oleh guru ini, memperkuat konsepsi siswa bahwa bidang datar pada hukum pemantulan adalah permukaan tempat jatuhnya sinar datang.

Konsepsi siswa tentang pemantulan cahaya juga diamati dari kemampuan siswa dalam menggambarkan garis normal dna sinar panutl pada dua permukaan yang berbeda. Berdasarkan hasil gambar siswa diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menggambarkan garis normal dan sinar pantul pada permukaan datar sudah baik, akan tetapi sebagian besar siswa (27 dari 28 siswa) belum bisa menggambarkan garis normal dan sinar pantul pada permukaan yang tidak datar. Konsepsi siswa tentang letak bayangan oleh cermin datar dan perubahannya Konsepsi siswa tentang letak bayangan benda yang diletakkan di depan cermin datar mengalami perubahan ke arah konsepsi salah setelah pembelajaran. Siswa tetap memiliki konsepsi yang salah, bahwa letak bayangan benda oleh cermin datar tidak dipengaruhi oleh posisi pengamat. Kesulitan yang dialami siswa dalam menggambarkan diagram letak bayangan benda oleh cermin datar mengindikasikan bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam menggambarkan diagram pembentukan bayangan oleh cermin datar masih kurang. Berdasarkan observasi pembelajaran di kelas, siswa belum berlatih untuk menggambarkan diagram pembentukan bayangan benda oleh cermin datar. Guru juga tidak memberikan penekanan kepada siswa bahwa posisi pengamat tidak berpengaruh pada letak bayangan benda. Konsepsi siswa (subjek penelitian) bahwa letak bayangan yang diletakkan di depan cermin datar akan dipengaruhi oleh posisi pengamat sejalan dengan hasil penelitian oleh Goldberg&McDermott (1986). Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa banyak siswa yang berfikir posisi bayangan akan berbeda untuk pengamat yang berbeda. Oleh sebab itu, konsepsi salah yang dimiliki oleh siswa tersebut perlu diantisipasi melalui pembelajaran dikelas, sehingga meminimalisir siswa untuk membawa konsepsi salah tersebut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Konsepsi siswa tentang sifat bayangan dan perubahannya Konsepsi siswa tentang sifat bayangan yang dihasilkan oleh cermin cekung mengalami perubahan ke arah konsepsi salah setelah pembelajaran. Siswa tampak masih keuslitan untuk menentukan letak ruang benda di depan cermin cekung, sehingga siswa tidak dapat mengidentifikasi dengan benar sifat bayangan yang dihasilkannya. Sedangkan konsepsi siswa tentang sifat bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung sudah mengalami perubahan ke arah konsepsi benar setelah pembelajaran. Dalam hal

ini, siswa sudah dapat menyebutkan sifat-sifat bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung. Berdasarkan observasi pembelajaran, kegaiatan siswa didominasi dengan mencatat penjelasan guru tentang sifat-sifat cermin di papan tulis. Siswa belum diajak untuk melakukan praktikum, akibatnya, ketika siswa dihadapkan pada soal yang bersifat praktikum, siswa mengalami kesulitan karena pemahaman siswa tentang sifat bayangan oleh cermin masih cenderung bersifat hafalan. Konsepsi siswa tentang pembiasan cahaya dan perubahannya Konsepsi yang dimiliki siswa tentang arah sinar bias ketika sinar melewati bidang batas antar dua medium yang berbeda kerapatannya sudah mengalami perubahan setelah pembelajaran. Namun demikian, konsepsi siswa tersebut ternyata belum kokoh. Hal ini tampak dari gambar siswa dalam menggambarkan pembiasan cahaya pada kaca plan-paralel. Hasil gambar siswa ditunjukkan pada Gambar 1.1 berikut.

Gambar 1.1 Hasil gambar siswa tentang pembiasan pada kaca plan parallel

Berdasarkan hasil gambar siswa tersebut dapat diketahui bahwa siswa sudah memiliki konsepsi benar, bahwa jika sinar dari medium rapat ke mediun renggang, maka sinar akan dibiaskan mendekati garis normal, dan sebaliknya. Namun, dalam menggambarkan sinar bias yang keluar dari kaca plan-paralell, sinar yang keluar dari kaca tidak lurus (segaris) dengan sinar datang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum memahami dengan benar tentang peristiwa pembiasan cahaya pada kaca planparalell. Belum kokohnya konspesi siswa tentang arah sinar bias dapat disebabakan siswa belum praktikum secara langsung menggunakan kaca plan-parallel. Konsepsi siswa tentang sinar sinar istimewa Konsepsi yang dimiliki siswa tentang sinar-sinar istimewa pada cermin cekung sudah mengalami perubahan kearah konsepsi benar. Namun demikian, konsepsi yang dimiliki siswa tentang peranan sinar istimewa dalam pembentukan bayangan tidak mengalami perubahan setelah pembelajaran. Siswa tetap memiliki konsepsi bahwa

untuk menggambarkan pembentukan bayangan pada cermin atau lensa harus menggunakan sinar istimewa. Hal ini dikarenakan sejauh ini siswa hanya belajar menggambarkan pembentukan bayangan menggunakan sinar istimewa. Sehingga, konsepsi siswa bahwa dalam menggambarkan pembentukan bayangan harus menggunakan sinar-sinar istimewa cukup kuat. Akibatnya, siswa tidak bisa menggambarkan pembentukan bayangan oleh tanpa menggunakan sinar istimewa. Konsepsi siswa tentang karakteristik bayangan dan perubahannya Konsepsi yang dimiliki siswa terkait dengan karakteristik bayangan maya dan bayangan nyata tidak mengalami perubahan. Siswa cenderung tetap pada konsepsi awalnya bahwa bayangan maya adalah bayangan yang berada di belakang cermin sedangkan bayangan nyata adalah bayangan yang ada di depan cermin. Tidak ada siswa yang dapat memilih semua pilihan jawaban benar terkait karakteristik bayangan maya dan bayangan nyata.menunjukkan bahwa konsepsi siswa tentang karakteristik bayangan sudah benar, namun belum kurang kuat. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan paparan data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Konsepsi siswa tentang proses melihat mengalami perubahan ke arah konsepsi salah setelah pembelajaran. Konsepsi salah yang dimiliki siswa adalah untuk melihat benda, mata akan memancarkan cahaya menuju benda tersebut. Konsepsi salah yang dimiliki siswa tersebut bisa diakibatkan siswa belum mendapatkan penjelasan yang mendalam tentang proses melihat dengan benar. 2. Konsepsi siswa tentang bayang-bayang (shadow) sudah mengalami perubahan ke arah konsepsi benar setelah pembelajaran. Sebagian besar siswa (12 siswa) sudah memiliki konsepsi benar bahwa bayang-bayang merupakan daerah dibelakang benda yang tidak terkena cahaya dan bayang-bayang menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus. Perubahan ini bisa dikarenakan penjelasan guru dapat dipahami dengan baik oleh siswa. 3. Konsepsi siswa tentang pemantulan cahaya mengalami perubahan ke arah konsepsi yang salah setelah pembelajaran. Siswa memiliki konsepsi salah tentang bidang

datar dalam hukum pemantulan, dan siswa juga belum dapat menggambarkan dengan benar garis normal dan sinar pantul pada permukaan yang berbeda. Konsepsi salah yang dimiliki siswa ini bisa diakibatkan pengalaman belajar yang diterima siswa masih kurang. 4. Konsepsi siswa tentang letak bayangan benda oleh cermin datar mengalami perubahan ke arah konsepsi yang salah setelah pembelajaran. Konsepsi salah yang dimiliki siswa adalahletak bayangan benda pada cermin datar bergantung pada posisi pengamat, sehingga apabila posisi pengamat berbeda maka letak bayangan benda juga berbeda. Perubahan konsepsi siswa ke arah konsepsi salah ini bisa dikarenakan guru belum menjelaskan konsep ini pada pembelajaran. 5. Konsepsi siswa tentang sifat bayangan oleh cermin cekung mengalami perubahan ke arah konsepsi yang salah setelah pembelajaran. Konsepsi salah yang dimiliki siswa adalah jika benda diletakkan di ruang I, maka pada layar akan tampak bayangan yang bersifat nyata, tegak, dan diperbesar. Konsepsi salah yang dimiliki siswa ini bisa diakibatkan siswa belum melakukan praktikum tentang pembentukan bayangan pada cermin cekung. Sedangkan konsepsi siswa tentang sifat bayangan oleh cermin cembung sudah mengalami perubahan ke arah konsepsi yang benar setelah pembelajaran. Siswa sudah memiliki konsepsi benar bahwa bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung bersifat maya, tegak, diperbesar. Siswa juga memiliki konsepsi yang benar bahwa cermin cembung bersifat menyebarkan cahaya. 6. Konsepsi siswa tentang pembiasan cahaya sudah mengalami perubahan ke arah konsepsi yang benar setelah pembelajaran. Namun demikian, konsepsi siswa tersebut cenderung belum kokoh. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang memiliki konsepsi bahwa jika sinar datang dari medium rapat ke renggang, sinar akan dibiaskan mendekati garis normal. Hal ini juga didukung kemampuan siswa dalam menggambarkan sinar bias jika melewati kaca plan-paralel. Belum kokohnya konsepsi yang dimiliki oleh siswa bisa dikarenakan pengalaman belajar yang diterima siswa tentang pembiasan cahaya masih kurang mendalam. 7. Konsepsi siswa tentang sinar istimewa pada cermin cekung sudah mengalami perubahan ke arah konsepsi benar setelah pembelajaran. Namun, konsepsi siswa tentang peranan sinar istimewa dalam pembentukan bayangan tidak mengalami

perubahan. Siswa tetap beranggapan bahwa dalam menggambarkan pembentukan bayangan pada cermin dan lensa harus menggunakan sinar istimewa. Hal ini diakibatkan dalam pembelajaran, siswa masih belajar menggambarkan pembetukan bayangan menggunakan sinar istimewa saja. 8. Konsepsi siswa tentang karakteristik bayangan maya dan bayangan nyata cenderung tidak perubahan setelah pembelajaran. Konsepsi yang dimiliki siswa tentang karakteristik bayangan terbatas pada pengertian bahwa bayangan maya 1) bayangan yang tidak dapat ditangkap layar, 2) terbentuk dari perpotongan perpanjangan sinar pantul. Sedangkan bayangan nyata adalah: 1) bayangan yang dapat ditangkap layar, 2) terbentuk dari pertpotongan sinar pantul. Hal ini dikarenakan selama pembelajaran informasi yang diterima siswa tentang karakteristik bayangan masih terbatas. Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut. 1. Penelitian ini belum mampu memberikan penjelasan yang mendalam mengapa siswa memiliki perubahan konsepsi ( baik ke arah konsepsi salah maupun ke arah konsepsi benar) tentang konsep-konsep optika geometri yang menjadi fokus penelitian. Oleh sebab itu, untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik jika difokuskan pada salah satu konsep saja, sehingga pembahasan akan lebih terfokus dan mendalam. 2. Berdasarkan hasil penelitian ini, sebelum memberikan pembelajaran tentang materi fisika, hendaknya guru melihat terlebih dulu konsepsi awal yang dimiliki oleh siswa sehingga guru dapat membuat strategi pembelajaran yang membantu siswa untuk mengubah konsepsi mereka menjadi konsepsi yang benar. 3. Perubahan konsepsi siswa ke arah yang salah setelah pembelajaran dapat dikarenakan pembelajaran di kelas tidak dirancang untuk mengetahui konsepsi yang dimiliki oleh siswa, oleh sebab itu, akan lebih baik jika pembelajaran di kelas menggunakan strategi pembelajaran konflik kognitif. Dengan demikian, siswa akan merasa tidak puas dengan konsepsi yang ada dipikiran mereka, sehingga mereka akan mengubah konsepsi mereka menjadi konsepsi yang benar setelah pembelajaran

DAFTAR RUJUKAN Chen, Shu-Min. 2009. Shadow: Young Taiwanese Childrens View and Understanding. International Journal Of Science Education, 31: 1, 59-79 Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga Blizak & Chafiqi. 2007. Student Misconceptions about Light in Algeria: Optical Society of America. (online), (http//www.opticsinfobase.org/abstrac.cfm? URI=ETOP2009-EMA5) Kaltakci, D., Erylmaz,A. 2009. Source of Optic Misconceptions. Contemporray Science Education Research: Learning and Assesment Goldberg, M.F & McDermott,C.L. 1986. An Investigation of Student Understanding of The Real Image Formed by A Converging Lens or Concave Mirror. Am. J. Phys. 55(2) Pujayanto. 2009. Profil Miskonsepsi Siswa SD pada Konsep Gaya dan Cahaya. Makalah disajikan pada Seminar Lokakarya Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS, 18 Juli 2009. (online), (http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosbio/article/view/1322), diakses 25 Juni 2013 Singh, C., & Schunn, C.D. 2009. Connecting three pivotal concepts in K-12 science state standards and maps of conceptual growth to research in physics education. J. Phys. Tchr. Educ. 5(2), 16-42. Suparno, Paul. 2013. Miskonsepsi & Perubahan Konsep Dalam Pendidikan Fisika. Yogyakarta: Grasindo Treagust, D.F,. Duit, R. 2009. Multiple Perspective of Conceptual Change in Science and the Challenges Ahead. Jurnal of Science and Mathematics Education in Southeast Asia. Vol. 32 No. 2, 89-104. Wenning, C.J., (2005). Minimizing resistance to inquiry-oriented science instruction: The importancw of climate setting. J. Phy. Tchr. Educ. 3(2), 10-15

10

Você também pode gostar