Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Inggrid
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra Surabaya
e-mail: inggrid@peter.petra.ac.id.
ABSTRAK
Tulisan ini mencoba menginvestigasi peranan sektor keuangan dalam memicu pertumbuhan ekonomi di negara
berkembang, seperti Indonesia. Hasil-hasil empiris mengindikasikan, dalam jangka panjang, terdapat hubungan ekuilibrium
antara perkembangan sektor keuangan dan output riil. Uji kausalitas Granger menunjukkan bi-directional causality diantara
output riil dan volume kredit serta one-way causality yang berasal dari spread menuju output riil. Hasil dari Vector Error
Correction Model (VECM) cenderung mendukung hipotesis bahwa sistem keuangan dapat menjadi mesin pertumbuhan di
negara ini.
ABSTRACT
This paper attempts to investigate whether financial development leads to growth in developing country like Indonesia.
It is found that there is stable long-run equilibrium relationship between the development of financial sector and the real
output. Granger causality test suggests the bi-directional causality for real output and credit volume and one-way causality
from spread to real output. Vector Error Correction methodology results seem to give strong support to the hypothesis that
financial system can be an engine of growth in this country.
Keywords: financial development, economic growth, causality, VECM.
40
Inggrid: Sektor Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia 41
ekonomi. Krisis keuangan, didahului oleh problem arah pertumbuhan riil, dimana perkembangan sektor
pada sektor perbankan, kemudian menyebabkan keuangan merupakan necessary condition but not
krisis mata uang. Vice versa, krisis mata uang sufficient untuk menjamin pertumbuhan ekonomi
memperburuk krisis yang terjadi pada sektor per- yang sustainable.
bankan. Keduanya membentuk semacam lingkaran Graff (2001) membagi hubungan kausalitas
setan (vicious cycle) dalam perekonomian. Hasil akhir antara perkembangan sektor keuangan dengan per-
dari twin crisis pada mata uang dan perbankan, tumbuhan ekonomi menjadi empat, yaitu perkem-
lazimnya akan lebih memperparah kesehatan sektor bangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi
riil dibandingkan krisis yang dipicu oleh crash pada tidak saling terkait, perkembangan ekonomi menye-
mata uang semata. Sebagai tambahan, krisis per- babkan perkembangan sektor keuangan, sektor
bankan biasanya juga terjadi sebelum krisis dalam keuangan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi serta
neraca pembayaran dan keduanya biasanya mengikuti perkembangan sektor keuangan, kadang-kadang dan
periode liberalisasi sektor keuangan (financial dalam jangka pendek justru menghambat perkem-
liberalization). bangan sektor riil.
Tulisan ini bertujuan untuk menginvestigasi Berbagai studi empiris yang mengkaitkan antara
peranan sektor keuangan dalam mendorong (boost) perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan
pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang, ekonomi (seperti Ghali, 1999; Copelman, 2000;
terutama Indonesia. Selama dua dasawarsa terakhir, Graff, 2001; Fritzer, 2004; Allen, 2001; Lee, 2005;
Indonesia telah mengadopsi serangkaian program Rioja dan Valev, 2005), cenderung mendukung
reformasi dalam struktur keuangan nasional, guna hipotesis bahwa kemajuan sektor keuangan menjadi
meningkatkan performa perekonomian domestik. katalisator dalam pertumbuhan ekonomi (supply
Bagaimanapun juga, argumen tentang dampak leading hypothesis). Studi Boulila dan Trabelsi (2002)
positif sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekono- terhadap perekonomian Tunisia, justru mendukung
mi di negara-negara berkembang tetap menyisakan argumen demand driven hypothesis, ketika hanya
kontroversi tersendiri. Alasan utama terjadinya
menggunakan periode sampel relatif pendek dan
fenomena ini sebenarnya terletak pada rigiditas pasar
intervensi pemerintah sangat kental terhadap per-
keuangan di negara-negara sedang berkembang.
Persistensi dari tingginya biaya-biaya transaksi serta ekonomian. Namun dengan menggunakan seluruh
biaya-biaya informasi, membuat pengaturan keuang- periode sampel, dibuktikan terjadi bi-directional
an lebih menyerupai pengumpulan penghasilan causality antara perkembangan sektor keuangan dan
daripada berwujud peningkatan tabungan dan pertumbuhan ekonomi. Jung (1986), Demetriades dan
investasi, inovasi teknologi dan pertumbuhan ekono- Hussein (1996) (dalam Allen dan Oura, 2004) juga
mi jangka panjang (Ghali, 1999). Gourinchas dan membuktikan terjadinya bi-directional causality
Jeanne (dalam Allen dan Oura, 2004) memperoleh antara sektor keuangan dan sektor riil. Sinha dan
kesimpulan bahwa manfaat yang diperoleh dari Macri (1999) semakin memperkuat argumen tiadanya
akumulasi kapital di negara-negara berkembang inkonsistensi pola kausalitas di antara sektor
sangat kecil. Hasil ini berasal dari fakta rendahnya keuangan dan sektor riil.
tingkat produktivitas di kawasan ini dibandingkan di
negara-negara maju. METODOLOGI PENELITIAN
Lebih lanjut, studi ini berusaha untuk menying-
kap isu kausalitas antara perkembangan sektor Data dan Definisi Variabel
keuangan dan pertumbuhan ekonomi. Lee (2005), Penelitian ini menggunakan data time series
menjelaskan secara apriori setidaknya terdapat dua selama kurun waktu 1992:2-2004:4. Data-data
kemungkinan hubungan antara variabel-variabel tersebut dikumpulkan dari beberapa sumber, seperti
keuangan dan variabel-variabel riil. Perkembangan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI),
sektor keuangan mengikuti pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia; International Financial Statistics
Pertumbuhan ekonomi menyebabkan kenaikan (IFS on-line), International Monetary Fund (IMF)
permintaan terhadap produk-produk keuangan, serta Financial Structure Database, World Bank.
sehingga menghasilkan kenaikkan aktivitas pasar Produk Domestik Bruto atas harga konstan 2000
keuangan dan kredit. Dengan demikian, perkembang- (LGYR) digunakan sebagai proxy pertumbuhan
an sektor keuangan merupakan demand-following. ekonomi. Variabel kredit perbankan kepada sektor
Teori lain, mendalilkan jika perkembangan sektor swasta (LGCRED) dan variabel spread (perbedaan
keuangan merupakan determinan perkembangan antara suku bunga pinjaman dan suku bunga
ekonomi. Hipotesis supply leading ini menunjukkan simpanan) yang menunjukkan kenaikkan aktivitas
kausalitas berasal dari perkembangan keuangan ke
42 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.8, NO. 1, MARET 2006: 40-50
sektor swasta dalam investasi dan produktivitas, Jika hipotesis nol β1 = 0 ditolak, maka dapat disim-
menjadi indikator perkembangan sektor keuangan. pulkan Yt telah stasioner pada derajat pertama, I (1).
Variabel kontrol terhadap sektor keuangan terdiri atas
kurs riil (LGREER) yang diperoleh dari kurs nominal 2. Uji Kointegrasi Johansen (Johansen Cointe-
(unit mata uang domestik per unit mata uang asing) gration Test)
dan Indeks Harga Konsumen (domestik dan luar
Kombinasi dari dua seri yang tidak stasioner,
negeri) serta variabel kebijakan moneter suku bunga
akan bergerak ke arah yang sama menuju ekuilibrium
Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Seluruh variabel
jangka panjangnya dan diferensiasi diantara kedua
dinyatakan dalam bentuk logaritma, kecuali variabel
seri tersebut akan konstan. Jika demikian halnya, seri
spread dan variabel SBI.
ini dikatakan saling berkointegrasi. Tes kointegrasi
antara perkembangan sektor keuangan dan pertum-
Metode Analisa
buhan ekonomi berdasarkan pendekatan vector
autoregressions (VAR) Johansen. Jika vektor Xt
1. Uji Akar-Akar Unit (Unit Root Tests)
adalah vektor variabel endogen dalam VAR dengan
Estimasi model ekonometrik time series akan panjang lag p, maka:
menghasilkan kesimpulan yang tidak berarti, ketika
X t = A1 X t −1 + A2 X t −2 + ... + Ap X t − p + βYt + ε t (3)
data yang digunakan mengandung akar unit (tidak
stasioner). Nonstationary seri akan menciptakan dimana
kondisi spurious regression yang ditandai oleh Xt = vektor variabel endogen
tingginya koefisien determinasi, R2 dan t statistik Ap = parameter matriks
tampak signifikan, tetapi penafsiran hubungan seri ini βYt = d-vektor dari deterministic variable
secara ekonomi akan menyesatkan (Harris dan Sollis, εt = vektor innovations
2003 serta Enders, 2004 ).
Sebuah seri dikatakan stasioner, jika seluruh Spesifikasi VAR ini dapat dinyatakan dalam bentuk
moment dari seri tersebut (rata-rata, varians dan first difference sebagai,
kovarians) konstan sepanjang periode waktu. p −1
Augmented Dickey–Fuller Test (ADF test) merupa- ΔX t = ΠX t −1 + ∑ Γi ΔX t −i + βYt + ε t (4)
kan prosedur standar, untuk menguji hipotesis nol i= j
(H0) adanya akar unit (seri tidak stasioner) terhadap p
hipotesis alternatif (H1) sebuah seri stasioner. Jika Yt Π = ∑ Ai − I
adalah seri dengan panjang lag p, maka: i =1
p
ΔYt = α 0 + γYt −1 + ∑ Yt −i +1 + ε t
p
i =2
Γi = − ∑ A j
j =i +1
ε t ∼IID (0, σ 2 ) (1)
dimana εt mengikuti proses white noise I = matriks identitas
p
γ = −(1 − ∑ α i ) Jika tidak terdapat hubungan kointegrasi, model
i −1 unrestricted VAR dapat diaplikasikan. Tetapi, bila
p terdapat hubungan kointegrasi antar seri, model
β i = −∑ α j Vector Error Correction (VECM) yang diperguna-
i =1
kan.
Dalam persamaan (1), hipotesis nol adalah γ = 0 Jumlah vektor kointegrasi diperolah dengan
melawan hipotesis alternatif γ < 0. Jika nilai statistik melihat signifikansi dari Π, melalui dua likelihood
ADF secara absolut lebih kecil dibandingkan nilai test:
kritis MacKinnon, maka terjadi penerimaan terhadap maximum eigenvalue: λ max = −T ln(1 − λˆr +1 ) (5)
hipotesis nol. Dengan kata lain, Yt mengandung satu
akar unit. λ̂ = nilai estimasi eigenvalue yang diperoleh dari
Seri yang belum stasioner dapat dijadikan estimasi terhadap matriks Π
stasioner, melalui proses diferensiasi. Diferensi Yt T = jumlah observasi
pada derajat pertama dapat dinyatakan sebagai n
3. Uji Kausalitas Granger (Granger Causality) Terjadinya supply shock, kejatuhan harga minyak
berdasarkan Error Correction Model (ECM) dunia, awal tahun 1980-an, menjadi bumerang bagi
aktivitas perekonomian Indonesia. Pertumbuhan
Tes kausalitas antara perkembangan sektor ekonomi mengalami perlambatan (slow down), jatuh
keuangan dan pertumbuhan ekonomi berdasarkan pada level 0% (1982). Dari sektor eksternal, surplus
kausalitas Granger. Kausalitas antara dua seri X1t dan neraca perdagangan mencatat penurunan sebesar
X2t pada p order VAR: 8.988 (juta US$) menjadi 5.434 (juta US$) dan
cadangan devisa berkurang dari 5.014 (juta US$)
ΔX 1t = μ1 + γ 11 ( L)ΔX 1t −1 + γ 12 ( L)ΔX 2t −1 +
(7) menjadi 3.144 (juta US$), diantara tahun 1981-1982.
α1 ( β ' X t −1 ) + ε1t Sebagai respon dari memburuknya kondisi
perekonomian, pemerintah menjalankan serangkaian
ΔX 2 t = μ 2 + γ 21 ( L )ΔX 1t −1 + γ 22 ( L )ΔX 2 t −1 + program penyesuaian makroekonomi (macroecono-
(8) mic adjustment program). Kebijakan nilai tukar
α 2 ( β ' X t −1 ) + ε 2t
diimplementasikan melalui devaluasi rupiah sebesar
di mana: 38% pada bulan Maret 1983, reformasi struktural,
μ1 dan μ2 = konstanta drift Πij seperti perbaikan struktur dan administrasi fiskal serta
B’ Xt- 1 = kombinasi linear stasioner dari X1t-1 dan reformasi sektor keuangan.
X2t-1 Sebagai bagian integral dari seluruh program
penyesuaian, fokus reformasi sektor keuangan diawali
Persamaan (7) dan (8) dapat dituliskan dalam bentuk dengan mengurangi kontrol pemerintah pada sektor
singkat sebagai: perbankan. Sektor perbankan lebih diberikan kele-
ΔX t = μ + Γ1 ( L)ΔX t −1 + ΠX t −1 + ε t (9) luasaan dalam menjalankan perannya sebagai
di mana: lembaga intermediasi. Pada waktu yang hampir
bersamaan, otoritas moneter memperkenalkan fasili-
Xt = (X1t ,X2 t)
tas discount window dan Sertifikat Bank Indonesia
μ = (μ1 , μ2 ) (SBI), untuk membantu perbankan dalam menjaga
Γ( L) = {γ ij } kecukupan likuiditasnya. Bank Indonesia juga merilis
Π = αβ ' Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), sebagai
instrumen pengendali jumlah uang beredar dan alat
Δ= first difference operator
investasi alternatif perbankan, ketika sektor keuangan
εt = vector impulse ini memiliki excess likuiditas atau menjadi sumber
dana ketika mengalami kekurangan likuiditas.
KONDISI MAKROEKONOMI DAN Namun demikian, deregulasi sektor keuangan
PERKEMBANGAN SISTEM KEUANGAN secara komprehensif baru tampak secara nyata,
setelah dikeluarkannya paket deregulasi empat edisi
Kinerja perekonomian Indonesia yang menge- awal tahun 1988. Deregulasi ini bertujuan mening-
sankan selama tahun 1970-an sampai dengan awal katkan kompetisi dunia perbankan, perluasan cakupan
tahun 1980-an ditandai oleh membaiknya beberapa pelayanan keuangan dengan lebih menggalakkan
fundamental makroekonomi. Laju pertumbuhan rata- aktivitas sektor swasta dalam jasa-jasa keuangan non-
rata PDB riil selama periode tersebut 7,6%. Laju bank dan pengembangan pasar uang. Hal yang
inflasi year on year terkendali, rata-rata 17,07%. penting dari paket deregulasi ini adalah tersedianya
Neraca perdagangan mencatat surplus sekitar 3.524 banyak peluang baru dalam berbagai aspek aktivitas
keuangan.
juta dollar. (Tabel 1).
Tiadanya pengaturan kredit secara prudential dan evolusi sektor keuangan selama periode sebelum
lemahnya regulasi serta supervisi pada sektor deregulasi dan pasca deregulasi. Mengikuti kriteria
perbankan, menjadikan lembaga ini sangat rentan Demirgüç-Kunt dan Levine (1999), indikator yang di
(fragile) terhadap gejolak. Dikala krisis mata uang pergunakan terdiri atas besaran, aktivitas dan efisiensi
pertengahan tahun 1997 berlangsung, banyak bank perbankan serta pasar modal. Ukuran-ukuran ini
mengalami krisis likuiditas, insolvency serta default menunjukkan bahwa struktur keuangan di Indonesia
dalam hal tingkat pengembalian kredit. Pemerintah cenderung mengacu pada bank based yang under-
terpaksa melikuidasi 16 bank swasta pada 1 Novem- developed.
ber 1997, menutup 7 bank yang tidak sehat pada
April 1998 dan 38 bank pada Maret 1999 (Santoso, Besar Sektor Perbankan
2002).
Setelah implementasi paket 1983, bank peme-
Disamping itu, pemerintah melakukan reka-
rintah tetap mendominasi market share sektor
pitalisasi terhadap sebagian besar perbankan nasional
perbankan. Bank-bank milik negara ini memegang
yang memiliki posisi neraca negatif di Bank
aset sekitar 75,6% dari total asset perbankan dan
Indonesia. Pemerintah membentuk Badan Penyehatan
liability sebesar 81,5% dari total liability. Besar sektor
Perbankan Nasional (BPPN) akhir Januari 1998.
perbankan (aset perbankan/PDB) relatif konstan
Tugas dari BPPN adalah menyelesaikan klaim
sekitar 20% dari awal 1980-1988 dan naik secara luar
nasabah dibawah skim penjaminan pemerintah,
biasa sebelum krisis ekonomi tahun 1997 (56,57%).
mengatur aset perbankan yang di take over peme-
Kebijakan liberalisasi sektor keuangan menyebabkan
rintah, merestrukturisasi dan menjual kredit per-
boom aset perbankan selama periode ini. Shock pada
bankan dan melakukan divestasi terhadap bank-bank
akhir tahun 1990-an membuat besar aset-aset ini
rekap. Ongkos restrukturisasi perbankan Indonesia
hanya tinggal 48,02% dari PDB (Gambar 2).
menelan biaya 60% dari PDB tahun 2000 dan
Dibandingkan standar internasional, besar sistem
merupakan ongkos restrukturisasi terbesar sepanjang
perbankan di Indonesia tergolong kecil. Sebagai
sejarah perbankan dunia.
perbandingan, rata-rata dunia, share aset perbankan
terhadap PDB sebesar 52,6%.
DAMPAK DEREGULASI DAN
PERKEMBANGAN SEKTOR KEUANGAN
Deregulasi pada sektor keuangan secara sub-
stansial, menghasilkan dampak sangat impresif
terhadap lembaga intermediasi keuangan di Indo-
nesia. Indikator financial deepening (M2/PDB) yang
mengukur peranan sistem keuangan dalam memo-
bilisasi tabungan naik secara signifikan dari sekitar
18,89% pada tahun 1983 menjadi 56,6% di tahun
1997 (Gambar 1).
82
84
86
88
90
92
94
96
98
00
02
04
19
19
19
19
19
19
19
19
19
20
20
20
Tahun
runan secara substansial setelah krisis ekonomi.
Bahkan, penurunan ini terus berlanjut setelah
Gambar 1. Rasio Broad Money terhadap PDB (%) dirilisnya reprivatisasi awal milenium baru. Setelah
PAKTO’88, kredit pada sektor swasta tumbuh
Disamping itu, liberalisasi sektor keuangan juga dengan tingkat rata-rata 10% per tahun dan mencapai
telah mengubah struktur keuangan di tanah air. puncak pada 1997, sebesar 53,77% dari PDB.
Berikut ini akan dipaparkan secara independen Restrukturisasi sektor perbankan menyebabkan
Inggrid: Sektor Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia 45
menurunnya aktivitas sektor ini, hanya menjadi Besar pasar saham naik secara stabil setelah 1988 dan
20,42% dari PDB. Berdasarkan Demirgüç-Kunt dan meraih level tertingginya 34,85% dari PDB pada
Levine (1999), aktivitas sektor perbankan di tahun 1996. Mengikuti krisis tahun 1997, besar pasar
Indonesia tergolong underdeveloped sebelum era saham jatuh hanya menjadi 20,37% dari PDB (1998)
1980-an dan relatif berkembang sejak awal tahun dan cenderung fluktuatif beberapa tahun sesudahnya.
1990-an. Aktivitas perbankan dikatakan dibawah rata- Walau pun besar pasar saham ini relatif masih lebih
rata dunia, jika terletak dibawah 20% pada tahun besar dibanding dekade sebelumnya, besar pasar
1960-an, 23% tahun 1970-an, 32% tahun 1980-an saham Indonesia termasuk underdeveloped diban-
dan 39% pada tahun 1990-an. dingkan pasar saham dunia. Rata-rata dunia 18,55%
tahun 1970-an, 28,4% (1980-an) dan 38, 2% (1990-
an).
60
%
50
% 40
40
35
30
30
20
25
10 20
0 15
10
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
00
01
02
03
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
20
20
20
20
5
Tahun
0
total perdagangan saham dengan kapitalisasi pasar. Berdasarkan nilai trace statistic dan maximum
Sejak tahun 1988 (Gambar 7), terlihat kenaikan eigenvalue pada nilai kritis 1% dan 5%, terdapat dua
secara luar biasa dari rasio efisiensi ini. Dua tahun vektor kointegrasi antara variabel output riil dan
kemudian tumbuh sekitar 30% menjadi 77, 22% dan seluruh variabel yang menjadi proxy perkembangan
mengalami penurunan secara gradual selama sektor keuangan (kredit dan spread) serta variabel-
beberapa waktu. Baru setelah boom ekonomi tahun variabel independen lain dalam model. Hal ini
1996, turnover ratio kembali merangkak naik rata- mengindikasikan bahwa seluruh variabel cenderung
rata sebesar 40% dari PDB. bergerak menuju ekuilibriumnya dalam jangka
panjang. Dengan kalimat lain, dalam setiap periode
90 jangka pendek, variabel output riil, variabel per-
%
80 kembangan keuangan serta variabel-variabel lainnya
70
60
cenderung saling menyesuaikan, untuk mencapai
50 ekuilibrium jangka panjangnya.
40
30
20 Tabel 3. Johansen Cointegration Test
10
0
Hypothesized Eigenvalue Trace 5 Percent 1 Percent
No. of CE(s) Statistic Critical Critical
80
82
84
86
88
90
92
94
96
98
00
02
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
20
20
Value Value
Tahun
None ** 0,789125 162,5884 77,74 85,78
At most 1 ** 0,690009 89,43325 54,64 61,24
Gambar 7. Rasio Turnover terhadap PDB (%) At most 2 0,382068 34,38634 34,55 40,49
At most 3 0,205903 11,76160 18,17 23,46
At most 4 0,019504 0,925767 3,74 6,40
HASIL-HASIL EMPIRIS *(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level
Hasil uji kausalitas Granger dalam Tabel 5, causality). Kausalitas berasal dari spread kepada
membuktikan terdapatnya bi-directional causality output riil.
antara output riil dan volume kredit di Indonesia.
Fenomena bi-directional causality ini mungkin dapat Hasil Estimasi VECM
dijelaskan oleh alasan berikut. Di Indonesia, kebi-
jakan pemerintah dalam usaha mendorong investasi 1. Impulse Response Function
menyebabkan perkembangan sektor keuangan, Impulse response function dari model yang
melalui kenaikan penggunaan kredit sebagai alternatif diestimasi, disajikan dalam Gambar 8. Impulse res-
pembiayaan. Hal ini, selanjutnya membawa ekspansi ponse function mengkonfirmasikan respon dinamis
pada sektor perbankan dan jasa-jasa keuangan lain, dari seluruh variabel terhadap shock satu standar
guna memfasilitasi investasi dan akhirnya meng- deviasi pada variabel-variabel dalam sistem. Dalam
hasilkan pertumbuhan output. Sebaliknya, pertum- bagian ini, hanya akan dibahas impulse response yang
buhan aktivitas ekonomi memerlukan lebih banyak terkait dengan kejutan (shock) yang berasal dari
kapital (liquid dan fixed) yang di supply oleh institusi- perubahan kebijakan sektor keuangan.
institusi keuangan dan memicu munculnya produk- Gambar 8 baris terakhir menunjukkan respon
produk keuangan yang beraneka ragam. Hasil ini PDB riil terhadap shock dalam spread dan volume
konsisten dengan kesimpulan yang di peroleh kredit. Kenaikan spread menyebabkan penurunan
Demetriades dan Hussein (1996), Arestis dan dalam investasi dan berlangsung secara permanen
Demetriades (1996), Kul dan Khan (1999) [dalam (sampai 20 kuartal). Dengan demikian, menghasilkan
Boulila, Ghazi and Trabelsi, Mohamed (2002)], kejatuhan dalam output. Sebagaimana diharapkan,
Chuah dan Thai (2004) pada negara-negara kenaikan volume kredit secara substansial dan
berkembang di kawasan Teluk (Bahrain, Oman, Arab permanen menghasilkan kenaikan dalam output.
Saudi, Kuwait dan Dubai). Namun dengan meng- Copelman (2000) juga memperoleh kesimpulan
gunakan spread sebagai proxy perkembangan sektor serupa.
keuangan, dihasilkan kausalitas satu arah (one-way
Response of SBI to LGREER Response of SBI to SBI Response of SBI to SPREAD Response of SBI to LGCRED Response of SBI to LGYR
8 8 8 8 8
6 6 6 6 6
4 4 4 4 4
2 2 2 2 2
0 0 0 0 0
-2 -2 -2 -2 -2
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Response of SPREAD to LGREER Response of SPREAD to SBI Response of SPREAD to SPREAD Response of SPREAD to LGCRED Respons e of SPREAD to LGYR
4 4 4 4 4
2 2 2 2 2
0 0 0 0 0
-2 -2 -2 -2 -2
-4 -4 -4 -4 -4
-6 -6 -6 -6 -6
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Response of LGCRED to LGREER Response of LGCRED to SBI Response of LGCRED to SPREAD Response of LGCRED to LGCRED Respons e of LGCR ED to LGYR
.04 .04 .04 .04 .04
Respons e of LGYR to LGREER Response of LGYR to SBI Respons e of LGYR to SPREAD Respons e of LGYR to LGCRED Response of LGYR to LGYR
.015 .015 .015 .015 .015
KESIMPULAN DAN SARAN Allen, Franklin and Oura, Hiroko. August 2004.
“Sustained Economic Growth and the
Tulisan ini menginvestigasi keterkaitan antara Financial System.” IMES Discussion Paper
aktivitas ekonomi dengan perkembangan sektor Series, <http://www.finance.wharton.upenn.
keuangan. Dua dekade terakhir, telah terjadi peru- edu/~allenf/download/Vita/sustained.pdf >
bahan secara substansial terhadap sektor keuangan di Beck, Thorsten, Demirgüç-Kunt, Asli and Levine,
Indonesia. Serangkaian deregulasi sektor keuangan Ross. June 1999. “New Database on Financial
membawa dampak secara luar biasa, untuk kondisi Development and Structure.” World Bank
makroekonomi, terutama pertumbuhan ekonomi. (Washington D.C.) Policy Research Working
Berdasarkan standar internasional, struktur keuangan Paper No. 1829, <http://www. worldbank.org/
Indonesia didominasi oleh sektor perbankan yang html/.../Workpapers/wps2000series/wps2146/
underdeveloped. wps2146.pdf >
Hasil kausalitas Granger menunjukkan bi- Boulila, Ghazi and Trabelsi, Mohamed. September
directional causality antara pertumbuhan ekonomi 2002. “Financial Development and Long Run
dan volume kredit. Namun, dibuktikan terdapat kau- Growth: Granger Causality in a bivariate VAR
salitas satu arah (one-way causality) antara spread Structure, Evidence from Tunisia 1962-1997.”
dan output. Analisa ekonometri dengan VECM <http://www.unpan1.un.org/intradoc/groups/
mendukung hipotesis signifikansi peranan sektor public/documents/IDEP/UNPAN018972.pdf>
keuangan sebagai engine pertumbuhan ekonomi,
melalui kenaikan ketersediaan kredit, baik dari segi Chuah, Hong Leng and Thai, Van-Can, November
volume maupun harga. 2004. “Financial Development and Economic
Inggrid: Sektor Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia 49
Growth : Evidence from Causality Tests for Kaminsky, Graciela L. and Reinhart, Carmen M.,
the GCC Countries.” IMF Working Paper, June 1999, “The Twin Crises: The Causes of
WP/04/XX, <http://www.duke.edu/~hlc3/ Banking and Balance of Payments Problems.”
IMF_working_paper.pdf > American Economic Review, 89(3), pp. 473-
500.
Copelman, Martina. January 2000. “Financial Struc-
ture and Economic Activity in Mexico.” Center Kularatne, Chandana. 2002. “An Examination of the
of Analysis and Economic Research, ITAM, Impact of Financial Deepening on Long-Run
<http://econ.worldbank.org/files/16167_mexic Economic Growth : An Application of a
VECM Structure to a Middle-Income Country
o.pdf>
Context.”<http://www.csae.ox.ac.uk/conferen-
Demirgüç-Kunt, Asli and Levine, Ross. 1999. ces/2002-UPaGiSSA/papers/Kularatne-csae
“Financial Structures Across Countries: 2002.pdf ->
Stylized Facts.” World Bank (Washington
Lee, Jennifer. March 2005. “Financial Intermediation
D.C.) Policy Research Working Paper No.
and Economic Growth Evidence from Cana-
2143.
da.” presented at the Eastern Economic Asso-
Enders, Walter. 2004. “Applied Econometrics Time ciation, New York, <http://www.fordham.
Series.” 2nd Edition, John Wiley and Sons: edu/images/Undergraduate/economics/Finance
New York. +and+Growth.pdf >
Ergungor, O. Emre. July 2003. “Financial System Levine, Ross. 1997, “Financial Development and
Structure and Economic Development: Economic Growth: Views and Agenda.”
Structure Matters.” Federal Reserve Bank of Journal of Economic Literature, 35(2), pp.688-
Cleveland Working Paper No. 03-05, < http:// 726.
www.clevelandfed.org/Research/Workpaper/2
Levine, Ross. July/August 2003, “More on Finance
003/WP03-05.pdf >
and Growth : More Finance, More Growth?.”
Fohlin, Caroline. May/June 1998, “Banking System Federal Reserve Bank of Santa Louis Review,
and Economic Growth: Lessons from Britain pp.31-46. <http://www.research.stlouisfed.org/
and Germany in the Pre-World War I Era.” publications/review/03/07/Levine.pdf >
Federal Reserve Bank of Santa Louis Review,
Lowe, Philip. 1992. “The Impact of Financial
pp.37-47. <http://research.stlouisfed.org/publi-
Intermediaries on Resource Allocation and
cations/ review/98/05/9805cf.pdf >
Economic Growth.” Reserve Bank of
Fritzer, Friedrich. 2004, “Financial Market Structure Australia Research Discussion Paper No.
and Economic Growth: A Cross Country 9213, <http://www.rba.gov.au/rdp/RDP9213.
Perspective.” Monetary Policy and The pdf >
Economy 2nd Quarter, pp. 72-87. <http://
Ngai Wa, Ho. 2002, “Finance and Growth : The Case
www.oenb.at/en/img/mop_20042_financial_m
of Macau.” AMCM Quarterly Bulletin, pp. 42-
arket_tcm16-19681.pdf >
62. <http://www.amcm.gov.mo/publication/
Graff, Michael, 2001. “Financial Development and quarterly/Jan/Finance_EN.pdf>
Economic Growth - New Data and Empirical
Rajan, Raghuram G. and Zingales, Luigi. 2001,
Analysis.” METU Studies in Development, 28
“Financial Systems, Industrial Structure and
(1-2),pp.83-110. <http://www.feas.metu.edu.tr/
Growth.” Oxford Review of Economic Policy,
metusd/online/2001/1/3.pdf.>
17(4), pp. 467-482. http://gsbwww.uchicago.
H. Ghali, Khalif. 1999, “Financial Development and edu/fac/luigi.zingales/research/PSpapers/finsys
Economic Growth: The Tunisian Experience.” tems2001.pdf>
Review of Development Economics, 3(3), pp.
Rioja, Felix and Valev, Neven. August 2005.
10-322. <http://econ.tu.ac.th/class/.../on review
“Financial Structure and the Sources of
of development economics/3252543.pdf >
Economic Growth.” Georgia State University,
Harris, Richard and Sollis, Robert. 2003. “Applied <http://papers.ssrn.com/sol3/SSRN_ID686806
Time Series Modelling and Forecasting.” John _ code338738.pdf>
Wiley and Sons.
Santoso, Wimboh. December 2002. “Indonesia’s
Jayaraman, T.K. April 2000. “Does Money Matter in Financial and Corporate Sector Reform.”
the South Pasific Island Countries? Some Banking Research and Regulation Directorate,
Empirical Evidence.” <http://www.sidsnet.org/ Bank Indonesia, <http://www.bi.go.id/NR/
mir/pacific/usp/economic/research/Tk2.htm > rdonlyres/295A8E6D-0F3D-42B7-A17E-CA
94A196A947/383/brp42000.pdf>
50 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.8, NO. 1, MARET 2006: 40-50