Você está na página 1de 10

AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM

Untuk Memenuhi Tugas: Ujian Tengah Semester Bapak Azchmad Zaky, MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA

Oleh: Safarinda Imani (115020501111008)

PRODI EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014

-PEMAHAMANJAWABAN SOAL I 1.) Transaksi antara Kartolo dengan Bank adalah akad murabahah 2.) Jika menyetujui penawaran Basman, maka: a. Transaksi antara Kartolo dengan Basman yaitu akad IMBT b. Jurnal yang dibutuhkan: -Saat pembelian aset dari bank KARTOLO Aset Ijarah Kas 200.000.000 200.000.000 BASMAN

-Saat menerima pendapatan dari basman selama satu tahun KARTOLO Kas Pendapatan sewa 42.000.000 42.000.000 Beban sewa kas BASMAN 42.000.000 42.000.000

Saat perawatan pada mobil KARTOLO BASMAN

Beban Perawatan Kas

1.000.000 1.000.000

Pada akhir periode pertama dilakukan alokasi untuk beban depresiasi selama 10 tahun KARTOLO BASMAN

Beban penyusutan Akumulasi penyusutan

47.500.000 47.500.000

Aset Ijarah pada jurnal tahun 2011-2016 (penyajian pada akhir tahun) KARTOLO BASMAN

Aset Ijarah Akumulasi Penyusutan

200.000.000 (190.000.000)

10.000.000

Pada akhir kontrak aset ijarah dijual kepada penyewa KARTOLO BASMAN Aset non kas 30.000.000

Kas

200.000.000

Akumulasi Penyusutan Aset Ijarah Margin Ijarah

(190.000.000)

kas

30.000.000

200.000.000

20.000.000

JAWABAN SOAL II Perbedaan pembiayaan syariah dengan konvensional pada umunya pada akad yang dipakai atau digunakan. Penjabaran perbedaan sebagai berikut: KONVENSIONAL pembeli diharuskan SYARIAH untuk syariah digunakan akad Murabahah. pembeli dan penjual (bank) bersepakat berapa margin

mengembalikan dana yang dipinjam Dimana ditambahkan dengan bunga untuk akan

masa yang akan datang. Penambahan keuntungan yang bisa dinikmati oleh bunga adalah riba pada pembiayaan penjual. Pada segi matematis memang syariah terlihat sama. Tetapi pada segi akad, jauh berbeda.

Jadi kesimpulannya, Konvensional pembeli harus membayar bunga yang ditentukan bank sedangkan syariah pembeli membayar margin keuntungan atas dasar kesepakatannya.

Pada kasus pembiayaan pada transaksi jual beli sepeda motor tidak ada perbedaan apabila motor di beli dengan tunai. Tetapi yang membedakannya pada pembiayaan konvensional dan syariah pada saat sepeda motor dibeli secara kredit. Berikut skema dari transaksi jual beli sepeda motor konvensional dan syariah: 1. KONVENSIONAL
a.

Pembeli yang ingin membeli motor akan menghubungi dealer, kemudian membayar DP.

b. c.

Terjadi serah terima sepeda motor antara pembeli dan dealer Dealer menghubungi bank, dan motor X laku kepada Mr.Y seharga kredit xxx sedang tunainya seharga yyy. Bank akan membayar motor tersebut seharga tunai yyy kepada dealer.

d.

Pembeli akan membayar cicilan motor tersebut kepada bank, dengan angsuran+bunga angsuran yang sudah ditentukan bank.

Pembeli membayar cicilan ke Bank

PEMBELI

BANK

Bayar DP

Dealer menghubungi Bank Bank Bayar tunai Kepada dealer

Sepeda Motor dikirim

DEALER

2. PRINSIP SYARIAH a. Pembeli yang ingin membeli motor, menghubungi bank dan menyampaikan maksud untuk membeli motor seraya berjanji. Belum ada transaksi. b. Bank akan menghubungi dealer, dan setuju untuk membeli motor X secara tunai. c. Motor diserahkan kepada bank. Motor sekarang Sah menjadi milik bank. d. Terjadi akad murabahah (jual-beli), pembeli dan bank sepakat margin keuntungan, kemudian angsuran akan dilakukan secara tetap dan dengan jangka waktu yang telaj ditentukan. e. Pembeli setor angsuran tetap kepada bank.

PEMBELI Memesan dan Negosiasi Memesan dan Membayar tunai

DEALER

Akad Murabahah + Kirim Motor

Motor dikirim

BANK

-PENGEMBANGAN1.) Nama Bank Nama Produk Akad yang digunkan Murabahah Analisis/komentar

Bank Syariah Penyaluran Mandiri Dana

Pembiayaan Talangan Haji

Pembangunan rumah

Dalam prosedur dan persyaratan penyaluran dana di pembiayaan Murabahah secara garis besar ditentukan dua persyaratan. Yaitu: Negosiasi Pembiayaan Murabahah antara bank dan calon nasabah, serta nasabah melengkapi dokumen persyaratan. Pada akad murabahah, Bank syariah sebagai penjual kebutuhan nasabah berdasarkan proses negosiasi yang telah disepakati dan tertuang pada suatu akad, kepada pihak nasabah selaku pembeli. Qardh wal ijarah Pelaksanaan akad qardh wal ijarah dalam pembiayaan Talangan Haji merupakan bentuk satu kesatuan akad yang tidak dapat dipisahkan dan harus disepakati di awal perjanjian, yaitu antara akad qardh talangan haji dan akad ijarah pengurusan pendaftaran haji. Nasabah tidak dikenakan biaya administrasi untuk akad qardh, tetapi jika nasabah tidak dapat mengembalikan dana talangan sebelum keberangkatan haji, maka pemberangkatan haji akan dibatalkan karena untuk menghindari haji dengan cara berhutang. Dari jasa pengurusan pendaftaran dan layanan hajinya, bank berhak mendapatkan ujrah. Akan tetapi pada pada prakteknya, ujrah telah ditentukan pihak bank berdasarkan jumlah talangan yang diberikan kepada nasabah. Maka ijarah di dalamnya akan berkaitan dengan akad qardh. Padahal jika ada tambahan atas pengembalian modal al-qardh itu adalah riba, dan riba telah jelas diharamkan dalam Islam. Oleh karena itu, dapat disimpulkan ijarah di dalam Pembiayaan Talangan Haji hanya khillah dari pihak bank agar bank mendapatkan keuntungan dari akad qardh yang diberikan kepada nasabah. Istishna Perjanjian pembiayaan Istishna yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak menimbulkan hak dan kewajiban. Pada prinsipnya para pihak dapat mengatur hak

Bank Muamalat

dan kewajiban masing-masing yang dituangkan dalam akad perjanjian. Hak-hak nasabah antara lain: berhak menerima dana pembiayaan dari bank, memperoleh bagi hasil berdasarkan kesepakatan dengan pihak bank. Sedangkan kewajibannya antara lain : mengembalikan seluruh jumlah pokok pembiayaan berikut pendapatan/ keuntungan bank sesuai nisbah pada saat jatuh tempo. Hak-hak yang diterima bank dalam pelaksanaannya antara lain: menerima pembayaran atas angsuran pembiayaan pokok, memperoleh bagian pendapatan/ keuntungan sesuai dengan nisbah bagi hasil. Sedangkan kewajiban bank antara lain: menyediakan fasilitas pembiayaan Istishna dengan jumlah tertentu. KPR Muamalat Murabahah KPR Muamalat iB adalah produk iB pembiayaan yang akan membantu untuk memiliki rumah (ready stock/bekas), apartemen, ruko, rukan, kios maupun pengalihan take-over KPR dari bank lain. Berdasarkan prinsip syariah dengan dua pilihan yaitu akad murabahah (jual-beli) atau musyarakah mutanaqishah (kerjasama sewa). Untuk akad murabahah dimungkinkan uang muka 0% dengan syarat calon nasabah bersedia menyerahkan agunan tambahan yang diterima oleh Bank Pembiayaan Al-Ijarah Automuamalat adalah produk pembiayaan auto Muamalat yang akan membantu nasabah untuk memiliki kendaraan bermotor. Produk ini adalah kerjasama Bank Muamalat dengan Al-Ijarah Indonesia Finance (ALIF). yang menggunakan akad ijarah. Pembiayaan Murabahah dan Pembiayaan Investasi adalah produk Investasi Ijarah pembiayaan yang akan membantu kebutuhan investasi usaha nasabah sehingga mendukung rencana ekspansi yang telah di susun. Berdasarkan prinsip syariah dengan akad murabahah atau ijarah sesuai dengan spesifikasi kebutuhan investasi.

BNI syariah

Pembiayaan Haji

Qardh wal ijarah Pembiayaan THI iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif yang ditujukan

Multiguna

Murabahah

Multijasa

Ijarah Multijasa

Bank Bukopin Tabungan Syariah Rencana

iB Mudharabah Mutlaqah

kepada nasabah untuk memenuhi kebutuhan biaya setoran awal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) yang ditentukan oleh Kementerian Agama, untuk mendapatkan nomor seat porsi haji dengan menggunakan akad ijarah. Sama halnya dengan di Bank Syariah Mandiri, di dalam BNI Syariah dapat disimpulkan ijarah di dalam Pembiayaan Talangan Haji hanya khillah dari pihak bank agar bank mendapatkan keuntungan dari akad qardh yang diberikan kepada nasabah. Multiguna iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif yang diberikan kepada anggota masyarakat untuk membeli barang kebutuhan konsumtif dengan agunan berupa barang yang dibiayai (apabila bernilai material) dan atau fixed asset yang ditujukan untuk kalangan profesional dan pegawai aktif yang memiliki sumber pembayaran kembali dari penghasilan tetap dan tidak bertentangan dengan undangundang/hukum yang berlaku serta tidak termasuk kategori yang diharamkan Syariah Islam. Multijasa iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif yang diberikan kepada masyarakat untuk kebutuhan jasa dengan agunan berupa fixed asset atau kendaraan bermotor selama jasa dimaksud tidak bertentangan dengan undangundang/hukum yang berlaku serta tidak termasuk kategori yang diharamkan Syariah Islam. Tabungan iB Rencana adalah Jenis tabungan berjangka dengan potensi bagi hasil yang kompetitif guna memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang, sekaligus memberikan manfaat proteksi asuransi jiwa gratis. Akadnya Mudharabah Mutlaqah, dimana Bank (mudharib) diberikan kuasa penuh oleh Penabung (shahibul maal) untuk menggunakan dana tersebut tanpa larangan/batasan dan Bank (mudharib) wajib memberitahukan kepada Penabung (shahibul maal) mengenai nisbah (bagi hasil) keuntungan yang diperoleh dan risiko yang timbul serta ketentuan penarikan

Maybank Syariah

dana sesuai dengan akadnya. Pembiayaan yang digunakan untuk jual beli dimana bank (penjual) memesan barang kepada pihak lain (Produsen) untuk menyediakan barang sesuai dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang telah disepakati nasabah (pembeli) dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan. Bank dapat memberikan pembiayaan kepada nasabah untuk pembelian barang yang dipesan. Biasanya dipakai untuk bisnis manufacturing / konstruksi. Pembiayaan iB Qardh wal ijarah Fasilitas pinjam meminjam dana tanpa Pinjaman imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. Pembiayaan Murabahah & Fasilitas Pembiayaan akan disesuaikan kontrak Ijarah berdasarkan kebutuhan proyek, dapat meliputi Trade Facilities (Bank Garansi, Letter of Credit, Pembiayaan Impor) dan Fasilitas pembiayaan yang dapat ditarik/dicairkan secara berulang berdasarkan akad murabahah untuk pembelian dan ijarah untuk pembayaran jasa proyek. Pembiayaan Istishna Fasilitas Pembiayaan akan disesuaikan proyek berdasarkan kebutuhan proyek, dapat meliputi Trade Facilities (Bank Garansi, Letter of Credit, Promissory valuta asing) dan Pembiayaan proyek berdasarkan akad istishna Akuisisi aset IMBT Bank sebagai pemilik aset sehingga dan investasi pembiayaan akan menjadi off-balance item dan memberikan pengaruh positif terhadap neraca keuangan nasabah Pembiayaan iB Istishna Pararel 2.) Perbankan syariah diawali Eksistensinya pada tahun 1991 yaitu diawali terbentuknya PT Bank Muamalah Indonesia. Dengan adanya konsep ekonomi syariah ternyata menarik minat pihak perbankan konvensional dalam menggunakan sistem syariah. Pada tahun 1999 berkembang luas menjadi trend pada tahun 2004.

Sejatinya pembiayaan akad salam diakui eksistensinya pada perbankan syariah. Hal ini ditunjukkan dalam data statistik perbankan syariah pada bank Indonesia mulai tahun 2003 hingga saat ini. Pembiayaan dengan akad salam dilampirkan dalam setiap tahunnya. Tetapi data menunjukkan akad salam tidak di terapan pada perbankan syariah (0.00%). Selain itu, bank Indonesia menetapkan standarisasi akad salam di dalam peraturan bank indonesia yang tercantum dalam pasal 11 dan 12 dan PSAK No.103 tentang akuntansi salam. Pada data BI tahun 2011 hingga 2013 pembiayaan dengan akad salam perbankan tidak ada sama sekali. Pada tahun 2011 pembiayaan yang diberikan Bank Pembiayaan Rakyat sebesar 20juta rupiah, sedangkan tahun 2012 ada kenaikan yang signifikan yaitu 1.222juta rupiah. Kemudian 2013 turun kembali sebesar 783 juta rupiah. Tetapi Bank Pembiayaan Rakyat masih mau menyalurkan pembiayann dengan akad salam. Selain itu, akad salam di aplikasikan sebagai salah satu produk perbankan khususnya di sektor pertanian. Perbankan syariah tahun 2011 hinggan bulan oktober 2013 pada sektor pertanian tidak pernah lebih 5% di proporsi pembiayaan bank syariah. Pembiayaan ke sektor pertanian belum besar pembiayaannya ke sektor jasa, perdagangan dan konstruksi. Pembiayaan bank syariah sendiri lebih mendominasi kepada sektor pelayanan bisnis. Banyak faktor tidak diterapkannya akad salam, diantaranya kurang pemahaman para praktisi perbankan tentang akad salam, kurangnya sosialisasi dan pengetahuan pada masyarakat tentang bank syariah serta resiko-resiko besarnya yang terkandung pada akad salam. Jadi, Produk yang ditawarkan pada perbankan syariah masih berkisar antara musyarakah, murabahah, mudharabah dan ijarah. Pembiayaan salam sendiri masih belum banyak digunakan pada perbankan, dibuktikan mulai tahun 2003 hingga sekarang sebagaimana dipublikasikan pada statistik perbankan syariah.

Você também pode gostar