Você está na página 1de 6

3. PEMBAHASAN 3.

3 Analisis Kecenderungan Habitat Adaptasi mengakibatkan adanya margasatwa tertentu menetap di suatu daerah karena kondisi lingkungan yang cocok untuk kehidupannya. Pada prinsipnya, margasatwa memerlukan tempat-tempat yang yang dapat dipergunakan untuk mencari makan, minum, berlindung, bermain dan untuk berkembang biak. Tempat-tempat yang berfungsi semacam ini membentuk suatu kesatuan yang disebut habitat. Habitat merupakan sutau daerah yang terdiri dari berbagai faktor (Physiographi, vegetasi dengan kualitasnya) dan merupakan tempat hidup organisme. kondisi habitat harus mencakup luas dan kualitas yang sesuai dengan tuntutan hidup margasatwa (Bailey, 1984). Lingkungan berbeda dengan habitat. Habitat merupakan tempat dimana organisme hidup. Secara garis besar habitat organisme dapat dibagi menjadi dua yaitu habitat terrestrial dan aquatik, keadaan lingkungan dari habitat tersebut berbeda. Lingkungan, habitat dan makhluk hidup akan membentuk sebuah sistem yang disebut dengan ekosistem. Komponenkomponen lingkungan selain berinteraksi dengan organisme, juga berinteraksi antar sesama komponen tersebut, sehingga sulit untuk memisahkan dan mengubahnya tanpa mempengaruhi bagian lain dari lingkungan (Zoeraini, 2003). Pendapat lain mengatakan bahwa habitat merupakan suatu lingkungan dengan kondisi tertentu tempat suatu spesies atau komunitas hidup. Habitat yang baik akan mendukung perkembangbiakan organisme yang hidup di dalamnya secara normal. Habitat memiliki kapasitas tertentu

untuk mendukung pertumbuhan populasi suatu organisme. Habitat merupakan bagian penting bagi distribusi dan jumlah burung (Bibby, 2000). Habitat dalam batas tertentu sesuai dengan persyaratan hidup makhluk yang menghuninya. Batas bawah persyaratan hidup itu disebut titik minimum dan batas atas disebut titik maksimum, antara dua kisaran itu terdapat titik optimum. Habitat makhluk hidup dapat lebih dari satu. Hal ini berhubungan dengan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada burung tipe habitat yang berbeda digunakan untuk mencari pakan, sebagai tempat berlindung, dan berkembang biak (Soemarwoto, 2001). Setiap species mendiami suatu daerah geografis tertentu dan habitat tertentu pula. Burung dapat menempati tipe habitat yang beranekaragam, baik habitat hutan maupun habitat bukan hutan. Bentuk habitat yang baik untuk kelangsungan hidup burung adalah habitat yang mampu melindungi dari gangguan maupun menyediakan kebutuhan hidupnya. Komposisi dan struktur vegetasi juga mempengaruhi jenis dan jumlah burung yang terdapat di suatu habitat. Jenis tanaman dan ekosistem yang beragam lebih mampu mendukung kebutuhan burung karena mempunyai komponen yang lebih lengkap (Hernowo, 1989). Suatu habitat yang digemari oleh suatu jenis burung belum tentu sesuai untuk kehidupan jenis burung yang lain, karena pada dasarnya setiap jenis burung memiliki preferensi habitat yang berbeda-beda (Irwanto, 2006). Tipe vegetasi dengan bentuk penutupan lahan dan ketinggian suatu wilayah kecenderungan akan memberikan

pengaruh terhadap jenis dan perilaku satwa yang di jumpai (MacArthur, 1966). Keberadaan tumbuhan sangat terkait dengan ketersediaan pakan, tempat bersarang, perlindungan dari pemangsa dan juga faktor mikroklimat. Hilangnya keanekaragaman spesies tumbuhan menjadi salah satu faktor terpenting penurunan keanekaragaman spesies burung karena tumbuhan yang beragam pada suatu habitat akan menyediakan tempat pakan yang berlimpah (Odum, 1993).

Gambar 1. Kecenderungan habitat Pada pengamatan avifauna di Taman Nasional Baluran dibagi menjadi delapan transek yang berbeda-beda. Dari berbagai lokasi tersebut, masing-masing mempunyai jenis spesies yang beragam sehingga masing-masing spesies mempunyai kecenderungan habitat yang berbeda. Pada transek pertama sampai transek empat dilakukan di daerah savanna, sedangkan

transek lima hingga delapan dilakukan didaerah bird wathing trail dimana daerah tersebut merupakan daerah hutan pantai. Setiap masing-masing dari daerah yang berbeda-beda mempunyai vegetasi yang berbeda-beda pula. Hal inilah yang nantinya akan berpengaruh pada jenis spesies yang berada di sana. Dari gambar kecenderungan habitat tersebut terlihat bahwa Wallet linchi (Collocalia linchi) mempunyai kecenderungan habitat yang tinggi pada masing-masing lokasi. Hal ini dikarenakan Wallet linchi ditemukan disetiap masingmasing lokasi baik dari daerah savanna maupun daerah bird wathing trail sehingga grafik yang dihasilkan pada lokasi kedua sangat tinggi. Spesies Wallet linchi (Collocalia linchi) ini dapat ditemukan di sepanjang savanna dan hutan pantai dikarenakan spesies ini banyak dijumpai dari masing-masing transek yang dibuat pada kedua lokasi tersebut. Sehingga dapat dilihat dari gambar kecenderungan habitat tersebut, kecenderungan habitat spesies Wallet linchi (Collocalia linchi) berada di daerah savanna. Dari lokasi savanna yang relatif terbuka dan tidak sedikit tumbuhtumbuhan yang tinggi, maka hal ini menyebabkan spesies tersebut seringkali ditemukan. Spesies ini sering dilihat terbang berkelompok, tetapi tidak beraturan. Walet ini tidak kuat terbang jauh. Biasanya spesies ini terbang rendah hanya berputar-putar dan mengitari pohon-pohon besar dan tinggi untuk mencari makan. Wallet ini lebih suka daerah yang memiliki perairan (sungai atau danau), padang rumput, dan pepohonan yang tinggi serta rimbun. Karena pada

daerah seperti ini, banyak terdapat seranggaserangga kecil yang merupakan makanan wallet. (Rombang, 1999). Wallet linchi (Collocalia linchi) merupakan burung yang aktif sepanjang hari, terbang. Tipe vegetasi yang relatif terbuka, membuat burung ini mudah teramati. Taman Nasional Baluran memiliki banyak daerah bertebing dan bergoa yang sering digunakan Wallet Linchi sebagai lokasi sarang. Sarang lumut, rumput atau bahan nabati lainnya yang direkatkan dengan air ludah (Winasiss, 2009). Gagak hutan (Corvus enca) dapat dilihat pada gambar kecenderungan habitat memiliki kecenderungan habitat di daerah savanna. Dari grafik yang berada pada gambar tersebut dapat terlihat garis panjang di antara daerah dua dan tiga. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah spesies yang sering ditemukan di kawasan ini. Gagak hutan ditemukan saat terbang tinggi. Seharusnya burung ini suka di habitat hutan pantai, tetapi pada saat dilakukan pengamatan di wilayah tersebut, tidak ditemukan spesies ini. Burung gagak hutan (Corvus enca) sering berinterkasi dengan burung Kangkareng Perut-putih. Spesies ini mempunyai kebiasaan bertengger di tempat tinggi dan sangat sensitif terhadap kehadiran manusia (Winasiss, 2009). Jika dilihat dari gambar kecenderungan tersebut maka dapat terlihat bahwa burung Kangkareng perut putih (Antracoceros albirostris) mempunyai kecenderungan habitat di daerah hutan pantai. Hal ini dikarenakan pada transek ke enam yaitu didaerah Bird watching trail hutan pantai dapat ditemukan spesies tersebut sebanyak 17 ekor. Spesies ini juga dapat ditemukan pada transek-transek lain di

hutan pantai. Tetapi spesies ini sangat jarang ditemukan pada daerah savanna. Di Taman Nasional Baluran, spesies tersebut tersebar di hutan pantai, hutan musim dataran tinggi di Gunung Baluran dan hutan musim dataran rendah (Winasiss, 2009). Kangkareng perut putih (Antracoceros albirostris) suka berkelompok dalam jumlah tidak lebih dari 10 ekor dalam satu kelompok. Spesies ini biasanya terlihat pada beberapa pohon buah dan pohon tidur yang digunakan oleh jenis burung tersebut, contohnya Ficus sp. Spesies ini sering kali ditemukan berpasangan atau dalam gerombolan yang ribut, mengepak-ngepak atau meluncur di antara pepohonan (Rusmendro, 2009). Dari gambar kecenderungan habitat dapat dikatakan bahwa Elang ular bido (Spilornis cheela) mempunyai kecenderungan habitat di daerah savanna. Hal ini ditunjukkan dengan adanya panah panjang dari gambar tersebut. Selain itu, daerah savanna merupakan daerah dengan vegetasi terbuka sehingga dapat dengan mudah mengamati burung-burung yang lalulalang didaerah tersebut. Elang ular bido ini sering ditemukan saat terbang maupun bertengger pada dahan pohon yang teduh. Burung ini ditemukan di hampir semua tipe vegetasi di seluruh wilayah Taman Nasional Baluran. Selain spesies Elang ular bido (Spilornis cheela), Elang brontok (Spizaetus cirrhatus) juga memiliki kecenderungan habitat didaerah savanna. Elang brontok pada fase gelap lebih banyak tersebar di sebelah Timur kawasan Taman Nasional Baluran sehingga dia mudah diamati di sepanjang jalan Batangan-Bekol, savana Bekol dan Bama. Burung ini juga terkadang

ditemukan bertengger di pohon Kepuh (Sterculia foetida) (Winasiss, 2009). Pada grafik dari gambar kecenderungan habitat tersebut dapat terlihat bahwa burung Cekakak sungai (Halcyon chloris) memiliki kecenderungan pada habitat hutan pantai. Hal ini dikarenakan dari gambar analisis kecenderungan habitat tersebut ditunjukkan dengan garis panjang yang terletak pada lokasi bawah yaitu pada transek ke-lima, ke-enam, ke-tujuh, dan kedelapan. Di Taman Nasional Baluran, spesies ini sering ditemukan pada habitat, hutan mangrove, hutan pantai, dan hutan musim. .Sangat jarang ditemukan di savanna (Winasiss, 2009). Dari gambar kecenderungan habitat tersebut dapat terlihat bahwa spesies Pergam hijau (Ducula aenea) memiliki kecenderungan habitat yang lumayan tinggi pada lokasi ke-tiga. Pergam hijau ditemukan sebanyak 24 ekor sehingga grafik yang dihasilkan sangat tinggi. Pergam hijau (Ducula aenea) mempunyai kebiasaan bertengger pada sore hari. Sedangkan, pada pagi hari burung ini terbang melintasi hutan dan bertengger untuk mencari makan pada tajuk pohon yang tinggi. Pergam hijau (Ducula aenea) memiliki persebaran sangat luas di seluruh kawasan Taman Nasional Baluran. Di sepanjang jalan BatanganBekol, Pondok Mantri, Sambi Kerep, Alas Malang dan Merak. (Winasiss, 2009). Dari grafik pada gambar kecenderungan habitat tersebut dapat dilihat bahwa spesies Cabai jawa (Dicaeum trochileum) memiliki kecenderungan habitat yang luas. Hal ini dikarenakan spesies ini banyak ditemukan di transek ke-lima, keenam, dan ke-tujuh. Hal ini ditunjukkan

dengan adanya garis yang sedikit panjang pada transek-transek tersebut. Sedangakan pada daerah savanna tidak ditemukan spesies ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa spesies Cabai Jawa (Dicaeum trochileum) memiliki kecenderungan habitat di daerah hutan pantai. Penyebarannya hampir merata di seluruh kawasan Taman Nasional Baluran, terutamanya di hutan musim dataran rendah dan pinggiran hutan pantai. Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) mempunyai persebaran merata di Taman Nasional Baluran. Hampir semua lokasi ditemukan spesies burung ini. Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) sangat aktif sepanjang hari dan ribut. Burung ini mengunjungi savana atau daerah terbuka dan tepi hutan musim (Winasiss, 2009). Burung ini merupakan burung yang memakan buah-buahan kecil dan beberapa jenis serangga. Selain itu, populasi Cucak kutilang hampir menempati semua relung, dari dasar tanah sampai pucuk-pucuk pohon tinggi. Selain itu juga sangat bersahabat dengan kehadiran manusia (Baskoro, 2009). Spesies Tekukur Biasa (Streptopelia chinensis) jika dilihat dari grafik pada gambar kecenderungan habitat maka dapat dikatakan bahwa spesies ini memiliki kecenderungan habitat di daerah yang terbuka. Hal ini dikarenakan hampir setiap transek pengamatan terdapat burung spesies ini meskipun dalam jumlah yang sedikit (Winasiss, 2009). Selain Spesies Tekukur Biasa (Streptopelia chinensis), spesies Merbah cerucuk (Pycnonotus goiavier) juga memiliki kecenderungan habitat di daerah yang terbuka. Merbah cerukcuk sangat aktif sepanjang hari dan menyukai tempat-tempat terbuka, semak belukar, tepi jalan, dan hutan

sekunder. Burung ini sering berkelompok, baik ketika mencari makanan maupun bertengger dengan jenisnya sendiri maupun dengan jenis merbah yang lain, atau bahkan dengan jenis burung yang lain (Winasiss, 2009). Jika dibandingkan dengan spesiesspesies yang lain spesies Jalak putih (Sturnus melanopterus) merupakan burung yang memiliki kecenderungan habitat yang sangat rendah di wilayah Taman Nasional Baluran. Hal ini dikarenakan garis pada gambar kecenderungan habitat untuk spesies ini relatif pendek. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan Jalak Putih populasinya sangat mengkhawatirkan (Winasiss, 2009). Dari grafik pada gambar kecenderungan habitat tersebut dapat dikatakan bahwa masing-masing burung memiliki kecenderungan habitat yang berbeda-beda tipap spesiesnya. Komposisi dan struktur vegetasi juga mempengaruhi jenis dan jumlah burung yang terdapat di suatu habitat. Jenis tanaman dan ekosistem yang beragam lebih mampu mendukung kebutuhan burung karena mempunyai komponen yang lebih lengkap (Hernowo, 1989). Sehingga dapat dikatakan bahwa vegetasi dari setiap lokasi yang menentukan perbedaan dari tiap-tiap spesies burungburng tersebut. Dari hasil analisis grafik pada gambar kecenderungan habitat tersebut didapatkan hasil bahwa kecenderungan habitat berada savanna dan di daerah hutan pantai. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya spesies burung yang memiliki tipe kecenderungan tersebut. Di daerah savanna banyak dijumpai berbagai mcam spesies burung misalnya cucak kutilang, pergam, dan lain sebagainya. Di daerah savanna juga terdapat banyak pepohonan

yang seringkali dibuat bertengger bagi sebagian burung. Dengan banyaknya vegetasi-vegetasi yang berada pada suatu lokasi maka dapat ditemukan berbagai macam spesies, hal ini dikarenakan ketergantungan dari tiap-tiap spesies tersebut terhadap vegetasi-vegetasi yang ada pada lokasi tersebut. Selain vegetasivegetasi tersebut dimanfaatkan untuk tempat tinggal, mencari makan, vegetasi-vegetasi tersebut juga berfungsi sebagai tempat interaksi spesies-spesies tersebut sehingga nantinya akan dihasilkan anakan-anakan dari spesies tersebut. Hal inilah yang dapat mencegah kemungkinan kepunahan dari spesies-spesies tersebut.

REFERENSI : -Zoeraini D.I. 2003. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi. PT Bumi Aksara, Jakarta - Bailey. J.A. 1984.Principle of wildlaife Management. Colorado state university. USA - Bibby, C. et al. 2000. Expedition Field techniques bird survey. Bird Life International - Soemarwoto O. 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan : Jakarta. - Hernowo, JB.1985. Studi Pengaruh Tanaman Pekarangan Terhadap Keanekaragaman Jenis Burung Daerah Pemukiman Penduduk Perkampungan Di Wilayah Tingkat II Bogor.Bogor: Skripsi Sarjana Fakultas Kehutanan IPB. - Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Tjahyo Samingan dan Srigandano. Universitas Gajah Mada : . Yogyakarta.

- Irwanto.2006.keanekaragaman fauna pada habitat mangrove. Yogyakarta - MacArthur RH, Connel JH. 1966. The Biology of Population. Princeton: Priceton University-New Jersey. - Rombang WM dan Rudyanto. Daerah Penting Bagi Burung Jawa dan Bali, PKA/Birdlife International-Indonesia -Programme, Bogor, 1999. Rusmendro H. Bahan Kuliah Ornithology, Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta, 2004. - Baskoro, Karyadi. 2009. Semarang Bird Watch: Cucak Kutilang (Pycnonotusaurigaster)(Online),(http://bio.u ndip.ac.id/sbw/spesies/sp_cucak_kutilang.ht m), diakses pada 19 April 2014. -Winasis, Swiss. 2009. Burung-burung Taman Nasional Baluran. Balai Taman Nasional Baluran : Banyuwangi.

Você também pode gostar